Anda di halaman 1dari 11

MARI BELAJAR TENTANG KEIMANAN

 
   Dalam kehidupan sehari – hari, kita sering mendengar orang berkata “memang ini sudah taqdir
dari Allah”.Pada umumnya kalimat tersebut dikatakan saat seseorang menerima musibah atau
mengalami kesulitan hidup. Untuk mengetahui benar atau salahnya ucapan tersebut, kita perlu
memahami arti taqdir (qada dan qadar)

1.  pengertian Qada dan Qadar


           
Qada menurut bahasa  ada beberapa arti yaitu ketentuan, ketetapan, hukum, perintah,
kehendak, pemberitahuan, penciptaan, dan memutuskan sesuatu perkara dengan ucapan atau
perbuatan.
Pengertian qada menurut istilah adalah ketetapan atau ketentuan Allah sejak zaman azali
(sebelum adanya_alam ini) yang belum diketahui oleh makhluk dan belum terlaksana, tentang
segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluknya sesuai dengan iradah (kehendak Allah)
meliputi baik buruk, hidup dan mati dan seterusnya.
Qadar menurut bahasa adalah berarti kepastian, peraturan, ukuran, dan kuasa mengerjakan
sesuatu.
Pengertian qadar menurut istilah adalah perwujudan ketetapan (qada) terhadap sesuatu yang
berkenaan dengan makhluk-Nya yang telah ditentukan dan telah terlaksana sesuai dengan iradah
Allah. Firman Allah dalam Al Qur an surat Al Furqan ayat 2 dan surat Al Hadid ayat 22 :

‫ق ُك َّل َش ْي ٍء فَقَ َّد َره تَ ْق ِد ْيرًا‬


َ َ‫َو َخل‬

Artinya : Dan Dia menciptakan segala sesuatu lalu menetapkan ukuran – ukurannya
dengan tepat. (QS. Al Furqan :2)

ِ ْ‫ص ْيبَ ٍة فِي ْاالَر‬


ٍ ‫ض َوالَفِي اَ ْنفُ ِس ُك ْم اِالَّ فِ ْي ِكت‬
‫ب ِّم ْن قَ ْب ِل اَ ْن نَّ ْب َراَهَا‬ ِ ‫اب ِم ْن ُّم‬
َ ‫ص‬َ َ‫َماا‬

Artinya : Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri,
semuanya tertulis dalam kitab (lauh mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. QS. Al Hadid : 22)
2.  Arti Qada dan Qadar menurut Al Qur an

a.         Qada berarti ketetapan hukum Allah swt. Firman Allah dalam Al Qur an surat Al Ahzab ayat
36 :
‫ًاان يَّ ُكوْ نَ لَهُ ُم ْال َخ ْي َرةُ ِم ْن اَ ْم ِر ِه ْم‬
ْ ‫ضى هللاُ َو َرسُوْ لُه اَ ْمر‬
َ َ‫َو َما َكانَ لِ ُمْؤ ِم ٍن َّوالَ ُمْؤ ِمنَ ٍة اِ َذا ق‬

Artinya : Dan tidaklah pantas bagi laki – laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin,
apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain)
bagi mereka tentang urusan mereka … (QS. Al Ahzab : 33)

b.         Qadar berarti ukuran atau peraturan yang dicipta oleh Allah swt sebagai dasar dalam
mengatur alam ini. Dalam peraturan tersebut ada hubungan sebab akibat. Peraturan atau ukuran
tersebut menjadi undang – undang alam dan manusia terikat dengannya. Firman Allah dalam
surat Al Qamar ayat 49 :

ٍ ‫اِنَّا ُك َّل َش ْي ٍء خَ لَ ْقنه بِقَد‬


‫َر‬

Artinya : Sungguh  Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (QS. Al Qamar :49)
Pada ayat yang lain firman Allah dalan surat Al A’la ayat : 3 :
‫َوالَّ ِذيْ قَ َّد َر فَهَدى‬

Artinya :Yang menentukan kadar (masing – masing) dan memberi petunjuk … (QS. Al A’la : 3)

Untuk memperjelas mengenai qada dan qadar diberikan contoh sebagai berikut. Sejak
zaman azali Allah telah menetapkan bahwa Muhammad saw. kelak akan menjadi rasul utusan
Allah. Termasuk dalam ketetapan-Nya adalah Muhammad akan dilahirkan dalam keadaan yatim.
Ketika Muhammad lahir sebagai anak yatim, maka saat itu qada Allah telah berwujud menjadi
qadar atau taqdir. Demikian pula ketika ia diangkat menjadi rasul, saat itu qada Allah telah
menjadi qadar.
Contoh lain, Saat ini Abdurohim melanjutkan pelajarannya di Madrasah Tsanawiyah.
Sebelum  Abdurohim lahir, bahkan sejak zaman azali Allah telah menetapkan, bahwa seorang
anak bernama Abdurohhim  akan melanjutkan pelajarannya di Madrasah Tsanawiyah. Ketetapan
Allah sejak zaman azali itu disebut qadha. Kenyataannya bahwa saat ini Abdurohim melanjutkan
pelajarannya di Madrasah Tsanawiyah disebut qadar atau takdir. Dengan kata lain bahwa qadar
adalah perwujudan dari qadha.
Dengan memahami arti qada dan qadar, kita dapat mengerti bahwa iman kepada qada dan
qadar berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa segala yang ada di dunia ini terjadi menurut
kekuasaan dan kehendak Allah swt dan sesuai aturan yang dicipta-Nya. Jika pemahaman
terhadap rukun Iman  yang keenam ini tidak hati – hati, tidak dilandasi dengan iman, serta ilmu
yang benar, hal tersebut dapat menjerumuskan manusia kepada pola dan sikap hidup yang salah.
Mereka salah dalam memahami kata taqdir. Mereka beranggapan bahwa segala nasib manusia,
baik atau buruk, muslim atau kafir seseorang telah ditetapkan secara pasti oleh Allah swt. Oleh
karena itu, kita perlu memahami arti qada dan qadar menurut ayat – ayat Al Qur an.
Takdir adalah pengetahuan Allah tentang segala sesuatu, termasuk segala sesuatu yang
hendak Dia ciptakan atau segala sesuatu yang akan Dia jadikan pada seluruh makhluk, seluruh
alam, seluruh kejadian dan segala sesuatu, serta ketentuan mengenai hal itu dan penulisannya
pada Lauh Mahfuzh(papan yang terpelihara) dan takdir merupakan rahasia Allah tentang
makhluk-Nya yang tidak bisa diketahui oleh malaikat terdekat maupun nabi yang diutus.
Semua yang ada di alam ini telah diatur oleh Allah swt. Dan menurut ukuran atau aturan
yang dikehendaki-Nya. Aturan atau ukuran yang diciptakan oleh Allah swt untuk mengatur alam
semesta ini disebut sunnatullah atau hukum alam.Di dalam peraturan tersebut ada hubungan
sebab akibat. Setelah memahami ayat – ayat Al Qur an di atas, dapat diambil pengertian iman
kepada taqdir. Beriman kepada taqdir berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa segala yang
ada di dunia ini terjadi menurut kekuasaan dan kehendak-Nya yang di dalam ada hubungan
sebab akibat.

3. Iman kepada takdir mengandung 4 (empat ) hal :


1.  Percaya bahwa Allah mengetahui segala sesuatu secara global maupun rinci, baik yang
berkaitan dengan perbuatan-Nya sendiri (seperti : menciptakan, mengelola, menghidupkan
mematikan dan sebagainya) maupun yang berkaitan dengan seluruh makhluk-Nya (seperti :
ucapan, perbuatan dan ihwal-ihwal manusia, atau hal ihwal binatang, tumbuhan, benda mati dan
segala sesuatu. Qs. Ath Thalaq :12
َ‫ض ِم ْثلَه َُّن يَتَنَ َّز ُل اَأْل ْم ُر بَ ْينَه َُّن لِتَ ْعلَ ُموا َأ َّن هللاَ ع َٰلى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر َوَأ َّن هللاَ قَ ْد َأ َحاط‬ ْ ٰ ‫ت َو ِمنَ ا‬
ِ ْ‫الر‬ َ َ‫هللاُ الَّ ِذي خَ ل‬
ٍ ‫ق َس ْب َع َس َما َوا‬
ً ‫بِ ُكلِّ َش ْي ٍء ِع ْلما‬

Artinya : “ Allahlah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah
berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan
sesungguhnya pengetahuan Allah benar-benar meliputi segala Sesutu”.
2.  Percaya bahwa Allah telah menulis ukuran-ukuran segala sesuatu pada Lauh Mahfuzh meliputi
seluruh makhluk, hal- ikhwal dan rizki. Dia menulis kuantitasnya, kualitasnya, waktunya dan
tempatnya. Dengan demikian semua itu tidak bisa berubah, berganti atau bertambah, atau
berkurang kecuali dengan perintah Allah.Qs. Al Hajj :70
‫ك ع َٰلى هللاِ يَ ِسي ٌر‬
َ ِ‫ب ِإ َّن ٰذل‬ َ ِ‫ض ِإ َّن ٰذل‬
ٍ ‫ك فِي ِكتَا‬ ْ ٰ ‫َألَ ْم تَ ْعلَ ْم َأ َّن هللاَ يَ ْعلَ ُم َما فِي ال َّس َماء َوا‬
ِ ْ‫الر‬
 “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di
langit dan di bumi? Sesungguhnya yang demikian itu terdapat di dalam sebuah Kitab(Lauh
Mahfuzh) Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah”.
Dari Abdullah bin Amr bin Ash Berkata: “ Aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda :

‫ال َو َعرْ َشهُ َعلَى ْال َما ِء‬ َ ْ‫ت َواَْألر‬


َ َ‫ض بِ َخ ْم ِس ْينَ َأ ْلفَ َسنَ ٍة ق‬ َ ُ‫ق قَ ْب َل َأ ْن يَ ْخل‬
ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬ ِ ‫َب هللاُ ُمقَ ِدي ِْر ْالخالَ ِئ‬
َ ‫َكت‬
 “Allah telah menulis kadar-kadar para makhluk pada 50.000 tahun sebelum menciptakan langit
dan bumi”. Beliau bersabda :”Dan ArsyNya berada diatas air”.
3.  Meyakini bahwa alam raya tidak akan terjadi kecuali dengan kehendak dan kemauan Allah. Jadi,
segala sesuatu terjadi karena kehendak Allah. Apa yang dikendaki Allah pasti terjadi dan apa
yang tidak Dia kehendaki pasti tidak terjadi. Baik mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
pekerjaan Allah (seperti : menciptakan, mengelola, menghidupkan mematikan dan sebagainya)
maupunhal hal yang berhubungan  dengan pekerjaan makhluk-Nya (seperti : ucapan, tindakan
dan ihwal-ihwal manusia).
Qs. Al Qashash 68
ُ ُ‫َو َربُّكَ يَ ْخل‬
‫ق َما يَ َشا ُء َويَ ْختَا ُر‬

“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan Dia pilih”.

‫ص ِّو ُر ُك ْم فِي اَألرْ َح ِام َك ْيفَ يَ َشا ُء‬


َ ُ‫هُ َو الَّ ِذي ي‬

''Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya.'' (Ali Imran:6).

      Adapun yang berhubungan dengan perbuatan hamba-Nya, Allah berfirman

َ‫ك َما فَ َعلُوهُ فَ َذرْ هُ ْم َو َما يَ ْفتَرُون‬


َ ُّ‫َولَوْ َشاء َرب‬
  ''Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah 
 mereka dan apa yang mereka ada-adakan.''(Al-An'am:112).
4. Beriman bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Dia menciptakan seluruh makhluk lengkap
dengan fisiknya, sifatnya dan gerakannya. Tidak ada Pencipta selain Dia dan tidak ada Rabb
kecuali Dia.Qs. AlQamar : 49
ٍ ‫ِإنَّا ُك َّل َش ْي ٍء خَ لَ ْقنَاهُ بِقَد‬
‫َر‬

                “ Dan Allah menciptakan kamu dan juga apa yang kamu kerjakan”.

‫ق ُك ِّل َش ْي ٍء َوهُ َو ع َٰلى ُك ِّل َش ْي ٍء َو ِكي ٌل‬


ُ ِ‫هللاُ خَ ال‬

     ''Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.''(Az-Zumar: 62).

4.  Tanda dan peristiwa yang berhubungan adanya Qada dan Qadar


Manusia berada  di bawah hukum-hukum Allah sehingga segala yang kita lakukan pun  tidak 
terlepas  dari  hukum-hukum  yang  telah mempunyai  kadar  dan  ukuran  tertentu.  Hanya  saja
karena hukum-hukum tersebut cukup banyak, dan kita diberi kemampuan memilih tidak
sebagaimana matahari dan bulan misalnya maka kita  dapat  memilih  yang  mana  di  antara  
takdir   yang ditetapkan   Allah  terhadap  alam  yang  kita  pilih.  Api ditetapkan Allah panas dan
membakar, angin dapat menimbulkan kesejukan  atau  dingin;  itu  takdir  Allah. Manusia boleh
memilih api yang membakar atau angin yang sejuk. Di  sinilah pentingnya  pengetahuan  dan 
perlunya  ilham  atau petunjuk Ilahi. Salah satu doa yang diajarkan Rasulullah adalah:  
"Wahai Allah, jangan  engkau  biarkan  aku  sendiri  (dengan pertimbangan nafsu akalku saja),
walau sekejap."
        Ketika  di  Syam  (Syria, Palestina, dan sekitarnya) terjadi wabah, Umar  Ibn  Al-Khaththab 
yang  ketika  itu  bermaksud berkunjung  ke  sana  membatalkan rencana beliau, dan ketika itu
tampil seorang bertanya:  "Apakah Anda lari/menghindar dari takdir Tuhan?"  Umar r.a.
menjawab,  "Saya lari/menghindar dan  takdir  Tuhan  kepada  takdir-Nya yang lain."
        Demikian juga ketika Imam Ali r.a. sedang duduk bersandar di satu tembok yang ternyata
rapuh,  beliau  pindah  ke  tempat lain.  Beberapa  orang  di  sekelilingnya  bertanya  seperti
pertanyaan di atas. Jawaban Ali  ibn  Thalib,  sama  intinya dengan   jawaban   Khalifah   Umar  
r.a.  Rubuhnya  tembok, berjangkitnya penyakit adalah berdasarkan  hukum-hukum  yang telah
ditetapkan-Nya, dan bila seseorang tidak menghindar ia akan menerima akibatnya. Akibat  yang 
menimpanya  itu  juga adalah  takdir,  tetapi  bila  ia  menghindar dan luput dari marabahaya 
maka  itu  pun  takdir.
        Bukankah  Tuhan   telah menganugerahkan   manusia  kemampuan  memilah  dan 
memilih? Kemampuan ini  pun  antara  lain  merupakan  ketetapan  atau takdir  yang 
dianugerahkan-Nya Jika demikian, manusia tidak dapat luput dari  takdir,  yang  baik  maupun 
buruk.  Tidak bijaksana  jika  hanya  yang  merugikan  saja  yang  disebut takdir,  karena  yang 
positif  pun  takdir.  Yang  demikian merupakan  sikap 'tidak menyucikan Allah, serta
bertentangan dengan petunjuk Nabi Saw.,'  "...  dan  kamu  harus  percaya kepada  takdir-Nya 
yang  baik  maupun  yang  buruk." Dengan demikian, menjadi jelaslah kiranya bahwa adanya
takdir tidak menghalangi  manusia untuk berusaha menentukan masa depannya sendiri, sambil
memohon bantuan Ilahi.
Perhatikan pernyataan berikut !
Kalau di depan seseorang ada dua jalan. Pertama, menuju ke sebuah negeri yang semuanya
serba kacau, pembunuhan, perompakan, pembantaian kehormatan, ketakutan, dan kelaparan.
Yang kedua menuju sebuah negeri yang semuanya serba teratur, keamanan yang terkendali,
kesejahteraan yang melimpah ruah, jiwa, kehormatan, dan harta benda dihormati. Jalan mana
yang akan ia tempuh? Ia pasti akan menempuh jalan yang kedua yang menuju suatu negeri yang
teratur serta aman. Tidak mungkin orang berakal menempuh jalan yang menuju ke sebuah negeri
yang kacau serta menakutkan dengan alasan takdir. Mengapa dalam urusan akhirat ia menempuh
jalan yang menuju ke Neraka bukan jalan yang menuju Syurga dengan beralasan takdir?
        Contoh lain adalah seorang yang sakit disuruh meminum obat lalu meminumnya sedangkan
hatinya tidak menyukainya. Dan dilarang memakan makanan yang berbahaya lalu
meninggalkannya sementara hatinya menyukainya. Semua itu dimaksudkan mencari pengobatan
serta kesehatan. Orang yang sakit itu tidak mungkin enggan minum obat atau melanggar
memakan makanan yang berbahaya dengan alasan menyerah pada takdir. Bagaimana seseorang
meninggalkan perintah Allah dan Rasul-Nya S.a.w atau melakukan larangan Allah dan Rasul-
Nya dengan beralasan pada takdir?
Oleh karena itu pengakuan iman kepada qada dan qadar Allah swt harus dapat dibuktikan
dalam perilaku hidup sehari – hari. Adapun perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap
qada dan qadar Allah swt antara lain :

1.    Melatih diri sendiri untuk pandai – pandai mensyukuri nikmat Allah.
2.    Mendidik diri untuk ikhlas menerima kenyataan hidup dengan hati sabar dan tabah.
3.    Cukup  tenang dalam hidup ini, tidak mudah terpengaruh lingkungan.
4.    Berusaha untuk dapat mengendalikan diri (tidak bersikap sombong) saat berhasil usahanya.
Karena sadar bahwa keberhasilan usahanya tidak terlepas dari kehendak Allah swt.
5.    Melatih diri untuk sabar dan tabah apabila usahanya belum berhasil seperti yang  diharapkan.
6.    Senantiasa berprasangka baik kepada Allah swt ketika menghadapi kesulitan hidup.
7.    Selalu meyakini bahwa semua yang dialami manusia (baik menyenangkan maupun
menyusahkan) adalah ujian dari Allah swt.
8.    Yakin bahwa di balik suatu peristiwa yang kurang menyenangkan pasti ada hikmahnya (bagi
orang yang mampu mengambil hikmahnya)

5. ciri-ciri perilaku orang yang beriman kepada Qada dan Qadar Allah.
           
1. Ikhtiar
 Manusia sering tak mampu mengelak atau menghindari suatu peristiwa, misalnya :
1.    Mau atau tidak mau menusia pasti mati.
2.    Ketika kita sedang tidur nyenyak, tiba – tiba kejatuhan puing – puing pesawat terbang  
sehingga tewas seketika.
3.    Kita sedang membeli makanan di warung, tiba – tiba  sebuah bus menerjang warung sehingga
warung hancur dan kita mati seketika.
Pada saat yang lain seorang siswa mengalami suatu peristiwa misalnya:
1.    Seorang siswa dapat mencapai prestasi yang bagus karena rajin belajar.
2.    Seorang siswa memiliki uang yang banyak karena rajin menabung.
3.    Seorang siswa rajin berolahraga, terjamin gizinya, dan cukup istirahat sehingga tubuhnya sehat.

Tiga peristiwa pertama di atas menunjukkan bahwa manusia diberi kesempatan untuk
berusaha. Mereka harus menjalani peristiwa tersebut. Sebaliknya, tiga peristiwa di bawahnya
menunjukkan bahwa manusia harus berusaha. Keberhasilannya banyak dipengaruhi kadar usaha
yang dilakukan. Dengan demikian dalam kenyataan hidup ini ada sesuatu yang tidak dapat
diusahakan manusia dan ada pula sesuatu yang tergantung dari usaha manusia. Oleh karena itu,
ulama mengatakan bahwa taqdir ada dua macam yaitu taqdir mubram dan mu’allaq .

a. Taqdir Mubram
 Taqdir mubram adalah taqdir yang tidak dapat berubah karena kemauan atau usaha manusia.
Contohnya adalah soal kapan ajal manusia datang, jika ajal seseorang telah tiba, maka dia tidak
mungkin manundanya. Ketika Allah menghendaki ia meninggal saat itu, maka saat itu pula ia
akan meninggal. Firman Allah dalam Al Qur an surat Yunus ayat 39

َ‫اِ َذاجأ َء اَ َجلُهُ ْم فَالَ يَ ْستَْأ ِخرُوْ نَ َسا َعةً َّوالَ يَ ْستَ ْق ِد ُموْ ن‬
Artinya : “Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan-Nya”. (QS. Yunus : 49)

     Contoh lainnya adalah nasib manusia,lahir, jodoh dan rezekinya, terjadinya kiamat, dan lain-
lain.
ْ ُ‫ص ْبهُ ْم َح َسنَةٌ يَقُول‬
ِ‫وا هَـ ِذ ِه ِم ْن ِعن ِد هللا‬ ُ ْ‫وا يُ ْد ِرك ُّك ُم ْال َمو‬
ٍ ‫ت َولَوْ ُكنتُ ْم فِي بُر‬
ِ ُ‫ُوج ُّم َشيَّ َد ٍة َوِإن ت‬ ْ ُ‫َأ ْينَ َما تَ ُكون‬
ً ‫وا هَـ ِذ ِه ِم ْن ِعن ِدكَ قُلْ ُك ًّل ِّم ْن ِعن ِد هللاِ فَ َما لِهَـُؤالء ْالقَوْ ِم الَ يَ َكا ُدونَ يَ ْفقَهُونَ َح ِديثا‬
ْ ُ‫ص ْبهُ ْم َسيَِّئةٌ يَقُول‬
ِ ُ‫وَِإن ت‬ 
Artinya : “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di
dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka
mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka
mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang)
dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak
memahami pembicaraan sedikit pun? “(Q.S. 4 An Nisaa' 78)

b. Taqdir Mu’allaq
Taqdir mu’allaq adalah taqdir yang dapat berubah karena adanya usaha yang dilakukan
manusia. Contohnya keadaan manusia semula melarat menjadi kecukupan karena usaha manusia,
semula belum tahu menjadi tahu karena berusaha belajar, dan semula sakit menjadi sehat karena
berusaha berobat, air jika dipanaskan pada suhu 100  C akan mendidih, dan jika didinginkan
pada suhu 0   akan menjadi es. Firman Allah dalam surat  Arra’du ayat 11 :
‫اِ َّن هللاَ الَ يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َحتَّى يُ َغيِّرُوْ ا َما بِا َ ْنفُ ِس ِه ْم‬
Artinya:” Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. Ar Ra;du : 11)

Manusia adalah makhluk yang lemah.Mereka harus mengakui kebesaran dan kekuasaan
Allah swt yang mencipta, mengatur, dan menguasai alam semesta. Manusia tidak mengetahui
apa–apa yang akan terjadi atas dirinya sendiri. Baik kejadian yang menyenangkan maupun yang
menyusahkan. Manusia tidak dapat mengatakan bahwa besok akan terjadi hujan lebat. Mereka
hanya memperkirakan berdasarkan pengalaman.Islam mensyariatkan bahwa manusia wajib
berusaha secara maksimal, sedangkan hasilnya ada pada kekuasaan Allah swt semata. Firman
Allah dalam surat An Najm ayat 39 :

‫ال ْن َسا ِن اِالَّ َما َس َعى‬ َ ‫َواَ ْن لَّي‬


ِ ِ‫ْس ل‬

Artinya : “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya”. (QS. An
Najm : 39 )

Surat An Najm ayat 39 menjelaskan bahwa manusia hanya akan memperoleh hasil sesuai apa
yang diusahakan. Usaha yang sungguh – sungguh akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Sebaliknya usaha yang hanya sekedarnya akan menghasilkan sesuatu yang kurang baik. Surat Ar
Ra’du ayat 11 menerangkan bahwa perubahan keadaan suatu kaum berdasarkan usaha yang
dilakukan kaum itu sendiri. Oleh karena itu manusia hendaknya berusaha semaksimal untuk
mencapai hasil yang lebih baik di masa depan. Masa depan dalam kehidupan di dunia ini dan
yang lebih penting adalah masa depan kehidupan di akherat kelak. Umat Islam hendaknya
mengutamakan masa depan akherat. Apabila kita memprioritaskan masa depan kehidupan di
akhirat, secara langsung kehidupan di dunia akan tercukupi.

2. Bersikap Tawadlu’ kepada Kebesaran Allah swt.

Orang yang beriman secara benar terhadap takdir memiliki ketenangan jiwa dan kestabilan emosi
atau perasaan.Ia tidak mudah berbangga hati apabila usaha yang dilakukan berhasil. Sebaliknya
ia juga tidak mudah susah dan putus asa apabila usahanya belum berhasil seperti yang
diharapkan. Segala sesuatu tidak hanya tergantung kepada usaha manusia saja, tetapi atas
kehendak Allah swt.Keberhasilan maupun kegagalan diyakini sebagai ujian dari Allah
swt.Semuanya dikembalikan kepada kekuasaan Allah swt.Dia yang menguasai dan mengatur
segalanya. Allah swt berfirman dalam
surat Al Kahfi ayat 7 :
ِ ْ‫اِنَّا َج َع ْلنَا َما َعلَى ْاالَر‬
ً‫ض ِز ْينَةً لَّهَا لِنَ ْبلُ َوهُ ْم اَيُّهُ ْم اَحْ َسنُ َع َمال‬
Artinya :Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan
baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya. (QS.
Al Kahfi : 7)

Dengan memahami ayat di atas, orang yang beriman secara benar terhadap taqdir menyadari
bahwa ujian dari Allah swt.Bermacam-macam bentuknya. Pada suatu saat manusia diuji Allah
swt dengan kesenangan dan saat yang lain diuji dengan kesusahan. Hanya kekuatan iman yang
mampu menghadapi semua ujian secara baik.Semakin tinggi tingkat imannya, semakin baik pula
menyikapi semua persoalan hidup.

3. Tabah Hati dalam menghadapiMusibah

Beriman kepada taqdir berarti meyakini bahwa semua yang ada di dunia ini terjadi menurut
kuasa dan kehendak Allah swt yang di dalamnya terdapat hubungan sebab akibat. Oleh sebab itu
orang yang beriman  secara benar terhadap takdir Allah niscaya tabah dalam menghadapi cobaan
hidup. Orang tersebut tidak menggerutu dan tidak pula menyesali nasib dirinya.Kesedihan hati
saat menghadapi cobaan hidup merupakan hal wajar.Apabila keimanan terhadap takdir cukup
kuat, kesedihan tersebut tidak berlarut – larut sampai putus asa, tidak memudarkan semangat,
dan tidak memusnahkan gairah hidupnya. Disebutkan dalam Al Qur an surat Al Hadid ayat 22
dan 23 yang artinya :
 “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah
tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh yang demikian itu
mudah bagi Allah. Agar kamu tidah bersedih hati terhadap apa yang luput Dari kamu, dan tidak
pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.”  (QS. Al Hadid : 22, 23)

3. Ridha terhadap Takdir :


1.    Ridha terhadap ketaatan, merupakan sesuatu yang diperintahkan.
2.    Ridha terhadap musibah, merupakan sesuatu yang diperintahkan, baik bersifat anjuran maupun
kewajiban.
3.    Ridha untuk menjauhi kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan.
4. Banyak bersyukur dan bersabar
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan
bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya
apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian. Sebagaimana
firman Allah yang artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari
Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu
meminta pertolongan. ”( QS. An-Nahl ayat 53).

5. Jauh dari sifat sombong dan putus asa


Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan,
iamenganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa
dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa ,
karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah. Sebagaimana
firman Allah SWT yang artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang
Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)
Sabda Rasulullah: yang artinya” Tidak akan masuk surga orang yang didalam hatinya ada sebiji
sawi dari sifat kesombongan.”( HR. Muslim)
6. .Memupuk sifat optimis dan giat bekerja
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu
menginginkan bernasib baik dan beruntung.Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi
harus diusahakan.Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis
dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.Sebagaimana firman Allah
SWT.yang artinya :
“ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan”. (QS Al- Qashas ayat 77)

7. Berani qanaah (rela menerima kenyataan hidup yang dialami dengan ikhlas).
8. Berani menghadapi persoalan hidup karena yakin semuanya yang dialami ujian dari Allah swt.
9. Memiliki keberanian dalam berjuang menegakkan Islam karena yakin bahwa hidup dan    mati
ada pada kuasa Allah swt.
10. Memiliki jiwa yang tenang, tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik.
11. Mampu mengendalikan dirinya di saat suka maupun duka.Tidak mudah bangga jika usahanya
berhasil, tidak mudah lemah semangat apabila usahanya belum berhasil.

E. Tugas Soal Dan Jawaban

No Indikator Instrumen
.
1 Menjelaskan Pengertian Qada dan Qadar dengan Jelaskan Pengertian Qada dan Qadar
baik dengan baik
2 Menyebutkan Dalil Qada dan Qadar menurut Al Sebutkan Dalil Qada dan Qadar
Qur an dengan baik menurut Al Qur an dengan baik
3 Menjelaskan Tanda dan peristiwa yang Jelaskan Tanda dan peristiwa yang
berhubungan adanya Qada dan Qadar dengan baik berhubungan adanya Qada dan Qadar
dengan baik
4 Menjelaskan Ciri-ciri perilaku orang yang Jelaskan Ciri-ciri perilaku orang yang
beriman kepada Qada dan Qadar Allah. dengan beriman kepada Qada dan Qadar Allah.
baik Dengan baik

Anda mungkin juga menyukai