Anda di halaman 1dari 14

Rukun Keenam Iman Kepada Takdir

Rangkaian Tahapan Iman Kepada Takdir

Menjadi suatu perkara yang maklum bagi seluruh umat Islam bahawasanya di
antara rukun iman yang enam adalah beriman kepada takdir baik dan buruk.
Betapa sering kita mendengar orang awam berkata, “Ini sudah takdir”, “Ini
sudah digariskan oleh Penguasa”, “Ini sudah ditentukan oleh Yang di atas”, dan
ungkapan-ungkapan lainnya yang menunjukkan bahawa beriman kepada takdir
sudah terpatri di hati-hati kaum muslimin. Seluruh kejadian yang terjadi di bumi
baik atau pun buruk, semuanya adalah atas takdir dan kehendak Allah ‫ﷻ‬.

Beriman kepada takdir merupakan salah satu fondasi dari rukun iman yang
enam. Barang siapa yang tidak beriman dengan takdir yang baik dan buruk,
maka keimanan dia terhadap rukun-rukun iman yang lain tidak bermanfaat.
Kerananya, iman yang enam ini harus diimani secara totalitas, tidak boleh
parsial, tidak boleh mengimani sebahagian dan mengingkari sebahagian.

Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

َ‫ع َملُهُ َوهُ َو فِي ْاْل ِخ َرةِ ِمنَ ْالخَا ِس ِرين‬ َ ِ‫ان فَقَدْ َحب‬
َ ‫ط‬ ِ ْ ِ‫َو َم ْن يَ ْكفُ ْر ب‬
ِ ‫اْلي َم‬
“Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum
Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang
merugi.” (QS. Al-Maidah: 5)

Oleh kerana itu, penting bagi kita untuk mempelajari ke enam rukun tersebut
satu persatu dengan dasar-dasar ilmu yang cukup, sehingga kita dikatakan telah
beriman kepada enam rukun iman tersebut. Iman kepada Allah ‫ﷻ‬, Iman kepada
malaikat-malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada rasul-rasul-
Nya, iman kepada hari kiamat dan iman kepada takdir yang baik dan yang
buruk.

Ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang berbicara tentang iman kepada takdir


sangatlah banyak. Di antaranya adalah firman Allah ‫ﷻ‬,

‫ين‬ َ ْ‫ش ْيءٍ أَح‬


ٍ ‫ص ْينَاهُ فِي ِإ َم ٍام ُم ِب‬ َ ‫َو ُك َّل‬

1
“Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauhul
mahfuz).” (QS. QS. Yasin: 12)

Kemudian juga firman Allah ‫ﷻ‬,

‫ش ْيءٍ َخلَ ْقنَاهُ ِبقَدَ ٍر‬


َ ‫ِإنَّا ُك َّل‬
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-
Qamar: 49)

Rangkaian tahapan iman kepada takdir


Ada beberapa rangkaian tahapan dalam beriman kepada takdir. Secara
umum terbagi menjadi empat tahapan.

Tahapan Pertama: ُُ‫( ال ِع ْلم‬Allah ‫ ﷻ‬telah mengilmui segalanya sebelum


mencipta)

Takdir secara sederhana boleh dikatakan dengan perencanaan. Sebagai


gambaran sederhana. Seorang arsitek yang hendak membuat sebuah rumah,
maka ia harus membuat perencanaan-perencanaan sebelum membangun.
Perencanaan tersebut seperti rencana RAB rencana anggaran belanja, kemudian
gambar bangunan, ukuran bangunan, kapan pengerjaannya, kapan selesainya,
dan seterusnya.

Demikian juga Allah ‫ ﷻ‬ketika hendak menciptakan apa yang terjadi sekarang
ini, Allah ‫ ﷻ‬sudah menakdirkan terlebih dahulu. Semua yang akan diciptakan,
telah di ilmui oleh Allah ‫ﷻ‬. Dalam istilah bahasa Arab disebut dengan ‫عِل ُم هللا‬
ُ‫‘( السَّا ِبق‬Ilmu Allah As-Sabiq) iaitu ilmu Allah ‫ ﷻ‬yang mendahului. Kita tahu
bahawa ilmu Allah ‫ ﷻ‬sangat luas. Dalam banyak ayat Allah ‫ ﷻ‬mengatakan
bahawa diri-Nya ‫علِيم‬ َ ٍ‫يء‬ َ ‫( ِبكُ ِل‬Maha Mengetahui segala sesuatu). Di antaranya
ْ ‫ش‬
firman Allah ‫ﷻ‬,

‫ع ِليم‬ َ ‫َّللاُ بِ ُك ِل‬


َ ٍ‫ش ْيء‬ َّ ‫َو‬
“Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 282)

2
Kemudian juga firman Allah ‫ﷻ‬,

‫ض ۖ َما يَ ُكو ُن ِم ْن نَجْ َو ٰى‬ ِ ‫ت َو َما فِي ْاْل َ ْر‬ ِ ‫اوا‬ َ ‫س َم‬ َ َّ ‫أَلَ ْم ت ََر أَ َّن‬
َّ ‫َّللا يَ ْعلَ ُم َما فِي ال‬
‫س ُه ْم َو ََّل أَدْن َٰى ِم ْن ٰذَلِكَ َو ََّل أَ ْكثَ َر‬ َ ‫س ٍة ِإ ََّّل هُ َو‬
ُ ‫سا ِد‬ َ ‫ثَ ََلثَ ٍة ِإ ََّّل هُ َو َرابِعُ ُه ْم َو ََّل َخ ْم‬
َ َّ ‫ع ِملُوا َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة ۚ ِإ َّن‬
‫َّللا ِب ُك ِل‬ َ ‫ِإ ََّّل هُ َو َم َع ُه ْم أَيْنَ َما َكانُوا ۖ ث ُ َّم يُن َِبئ ُ ُه ْم ِب َما‬
‫ع ِليم‬
َ ٍ‫ش ْيء‬ َ
“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang,
melainkan Dialah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang,
melainkan Dialah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang
kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di
mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka
pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Mujadilah: 7)

Allah ‫ ﷻ‬juga berfirman,

‫ش ْيءٍ َرحْ َمةً َو ِع ْل ًما‬


َ ‫َربَّنَا َو ِس ْعتَ ُك َّل‬
“Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu.” (QS. Al-
Ghafir: 7)

Cakupan ilmu Allah ُ‫ﷻ‬


Ilmu Allah ‫ ﷻ‬mencakup empat hal yang keempat cakupan tersebut Allah ‫ﷻ‬
mengetahui secara detail. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

‫ب َو ََّل‬ ْ ‫ض َو ََّل َر‬


ٍ ‫ط‬ ِ ‫ت ْاْل َ ْر‬
ِ ‫ظلُ َما‬
ُ ‫ط ِم ْن َو َرقَ ٍة ِإ ََّّل َي ْعلَ ُم َها َو ََّل َحبَّ ٍة ِفي‬
ُ ُ‫َو َما تَ ْسق‬
‫ين‬
ٍ ‫ب ُم ِب‬ ٍ ‫َيا ِب ٍس ِإ ََّّل فِي ِكتَا‬
“Dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula),
dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang
basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul
mahfuz).” (QS. Al-An’am: 59)

3
Keempat cakupan tersebut adalah:

• Allah ‫ ﷻ‬mengetahui segala sesuatu yang telah terjadi.


• Allah ‫ ﷻ‬mengetahui segala sesuatu yang sedang terjadi.
• Allah ‫ ﷻ‬mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi.
• Allah ‫ ﷻ‬mengetahui segala sesuatu yang tidak terjadi. Seandainya
terjadi, maka Allah ‫ ﷻ‬pun tahu bagaimananya.

Allah ‫ ﷻ‬berfirman,
َ‫ع ْنهُ َو ِإنَّ ُه ْم لَ َكا ِذبُون‬
َ ‫َولَ ْو ُردُّوا لَ َعادُوا ِل َما نُ ُهوا‬
“Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa
yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu
adalah pendusta belaka.” (QS. Al-An’am: 28)

Allah ‫ ﷻ‬juga berfirman,

‫لَ ْو خ ََر ُجوا فِي ُك ْم َما زَ ادُو ُك ْم ِإ ََّّل َخبَ ًاَّل‬


“Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah
kamu selain dari kerusakan belaka.” (QS. At-Taubah: 47)

Adapun ilmu Allah ‫ ﷻ‬yang berkaitan dengan takdir seluruh makhluk yang akan
Allah tulis di al-Lauh al-Mahfuzh hanyalah sebahagian dari ilmu Allah ‫ ﷻ‬bukan
semua ilmu Allah ‫ﷻ‬, kerana ilmu Allah tidak terbatas (sebagaimana akan datang
penjelasannya)

Tahapan Kedua: ُُ‫(ال ِكتَابَة‬Pencatatan)

Pada tahapan pertama telah di jelaskan bahwa Allah ‫ ﷻ‬memiliki ilmu terhadap
segala sesuatu. Segala ilmu Allah ‫ ﷻ‬yang berkaitan dengan makhluk-makhluk
yang akan Allah ‫ ﷻ‬ciptakan, Allah ‫ ﷻ‬tulis di Lauhul mahfuz. Dalil-dalil yang
menunjukkan hal ini di antaranya adalah firman Allah ‫ﷻ‬,

‫ين‬ َ ْ‫ش ْيءٍ أَح‬


ٍ ‫ص ْينَاهُ فِي ِإ َم ٍام ُم ِب‬ َ ‫َو ُك َّل‬

4
“Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauhul
mahfuz).” (QS. Yasin: 12)

Kemudian juga firman Allah ‫ﷻ‬,

َ ‫ب ِم ْن‬
ٍ‫ش ْيء‬ ْ ‫َما فَ َّر‬
ِ ‫طنَا فِي ْال ِكتَا‬
“Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun dalam Al-Kitab (Lauhul mahfuz).” (QS.
Al-An’am: 38)

Kemudian juga firman Allah ‫ﷻ‬,

‫ب ِم ْن قَ ْب ِل أَ ْن‬
ٍ ‫ض َو ََّل ِفي أَ ْنفُ ِس ُك ْم ِإ ََّّل ِفي ِكتَا‬
ِ ‫صي َب ٍة ِفي ْاْل َ ْر‬
ِ ‫اب ِم ْن ُم‬ َ ‫ص‬ َ َ‫َما أ‬
ِ َّ ‫علَى‬
‫َّللا َيسِير‬ َ َ‫نَب َْرأَهَا ۚ ِإ َّن ٰذَلِك‬
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul mahfuz) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah.” (QS. Al-Hadid: 22)

Dalam hadits Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬bersabda,

َ ‫ض بِ َخ ْمسِينَ أَ ْل‬
‫ف‬ َ ‫اْلر‬
ْ ‫ت َو‬ َّ ‫ق قَ ْب َل أَ ْن يَ ْخلُقَ ال‬
ِ ‫س َم َوا‬ ِ ِ‫ِير الخ َََلئ‬
َ ‫َّللاُ َمقَاد‬
َّ ‫َب‬َ ‫َكت‬
‫سنَ ٍة‬
َ
“Allah ‫ﷻ‬mencatat takdir seluruh makhluk lima puluh ribu tahun
sebelum menciptakan langit dan bumi.”([1])

Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬juga bersabda,

ْ‫ ا ْكتُب‬:َ‫ب؟ قَال‬ ِ ‫ َر‬:َ‫ ا ْكتُبْ قَال‬:ُ‫ فَقَا َل لَه‬،‫َّللاُ ْالقَلَ َم‬


ُ ُ ‫ب َو َماذَا أَ ْكت‬ َّ َ‫ِإ َّن أَ َّو َل َما َخلَق‬
ُ‫عة‬
َ ‫سا‬ َ ُ‫ش ْيءٍ َحتَّى تَق‬
َّ ‫وم ال‬ َ ‫ِير ُك ِل‬
َ ‫َمقَاد‬
“Pertama kali yang Allah ciptakan adalah pena, lalu Allah ‫ﷻ‬berfirman
kepadanya: ‘Tulislah!’ pena itu menjawab, ‘Wahai Rabb, apa yang harus aku
tulis?’ Allah ‫ﷻ‬menjawab: ‘Tulislah semua takdir yang akan terjadi hingga
datangnya hari kiamat.”([2])

5
Dari dua hadits di atas jelas bahawa yang ditulis di al-Lauh al-Mahfuzh
bukanlah seluruh ilmu Allah, kerana ilmu Allah tidak terbatas. Akan tetapi yang
ditulis adalah yang berkaitan dengan takdir makhluk. Itupun pencatatannya
semenjak diciptakannya Pena (al-Qolam), yang pencatatan tersebut terjadi 50
ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi. Adapun apa yang terjadi
sebelum itu hingga azali tidak dicatat oleh Pena. Demikian pula pencatatan di
al-Lauh al-Mahfuzh bukanlah segala kejadian hingga abadi, kerana hal itu tidak
ada penghujungnya. Akan tetapi yang dicatat adalah takdir yang berkaitan
dengan makhluk hingga hari kiamat.

Jadi, inilah tahapan kedua dari tahapan-tahapan pada takdir iaitu ُ‫ال ِكتَابَة‬
(pencatatan). Gambaran mudahnya adalah Allah ‫ ﷻ‬memiliki perencanaan yang
telah Allah ilmui. Ilmu perencanaan tersebut kemudian Allah ‫ ﷻ‬tulis di Lauhul
mahfuz. Perlu diketahui bahawa pencatatan ini tidak akan pernah berubah. Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬bersabda,

‫ف‬
ُ ‫ص ُح‬ ْ َّ‫ت اْل َ ْقَلَ ُم َو َجف‬
ُّ ‫ت ال‬ ِ ‫ُرفِ َع‬
“Pena telah di angkat dan lembaran catatan telah kering.” ([3])

Tahapan Ketiga: ُُ‫ش ْيئَة‬


ِ ‫(ال َم‬Kehendak)

Tahapan yang ketiga ini dan juga tahapan ke empat, boleh kita katakan sebagai
tahapan proses eksekusi. Kita harus faham bahawa segala hal yang Allah ‫ﷻ‬
ciptakan baik ataupun buruk itu di atas kehendak Allah ‫ﷻ‬.

Muncul pertanyaan, apakah Allah ‫ ﷻ‬menghendaki keburukan? Jawabannya


adalah iya. Sesuatu yang dikehendaki Allah ‫ ﷻ‬boleh dibagi menjadi dua.

1. ُ‫( م َرادًاُ ِلذَا ِت ِه‬Dikehendaki karena memang itulah langsung yang di


kehendaki Allah ‫)ﷻ‬.
Contoh kehendak Allah ‫ ﷻ‬pada bahagian ini adalah segala kebaikan, Jibril, Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬, syurga, dan lain-lain. Pada bagian ini mudah, semua orang boleh
memahami.

1. ُ‫( م َرادًاُ ِلغَي ِْر ِه‬Dikehendaki kerana ada sesuatu di balik itu yang
sesungguhnya Allah kehendaki).
Jika dilihat dari sisi secara langsung maka kelihatannya adalah buruk. Akan
tetapi dibalik itu ada kebaikan. Pada bahagian kedua inilah yang menjadi
6
masalah bagi sebahagian orang, salah dalam memahami sehingga mengatakan
mengapa Allah ‫ ﷻ‬menghendaki keburukan?

• Mengapa Allah ‫ ﷻ‬menghendaki keburukan?


Jawaban pertanyaan di atas, terjawab pada kehendak Allah ‫ ﷻ‬bahagian kedua.
Allah ‫ ﷻ‬menghendaki suatu keburukan bukan pada zat keburukan tersebut.
Akan tetapi dibalik keburukan tersebut ada kebaikan yang Allah ‫ ﷻ‬kehendaki.
Logika sederhana, layaknya seorang dokter yang ingin mengamputasi kaki
seorang pasien. Kaki jika diamputasi sehingga terlepas dari tubuhnya, maka ini
adalah suatu keburukan. Secara zat, tubuh tersebut tidak lagi sempurna. Akan
tetapi dibalik proses amputasi tersebut ada kebaikan yang dituju iaitu
menyelamatkan tubuh dari tersebarnya penyakit yang ada di kaki pasien. Jadi,
jika ditinjau dari sisi tubuh yang diamputasi, maka itu adalah keburukan. Akan
tetapi jika ditinjau dari hikmah atau di balik proses amputasi, maka itu adalah
kebaikan.

Contoh yang Allah ‫ ﷻ‬sebutkan dalam Al-Qur’an berkaitan dengan masalah ini
adalah firman Allah ‫ﷻ‬,

‫ض الَّذِي‬ ِ َّ‫ت أَ ْيدِي الن‬


َ ‫اس ِليُذِيقَ ُه ْم َب ْع‬ َ ‫سادُ فِي ْال َب ِر َو ْال َبحْ ِر ِب َما َك‬
ْ ‫س َب‬ َ َ‫ظ َه َر ْالف‬ َ
َ‫ع ِملُوا لَ َعلَّ ُه ْم يَ ْر ِجعُون‬ َ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, Allah menghendaki supaya merasakan kepada sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS.
Ar-Rum: 41)

Pada ayat ini dijelaskan bahwasanya Allah ‫ ﷻ‬tampakkan atau ciptakan


kerusakan di daratan dan di lautan berupa bencana alam. Padahal kerusakan
adalah suatu hal yang tidak baik. Apalagi Allah ‫ ﷻ‬mengatakan bahwa Dia
membenci kerusakan. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

َ َ‫َّللاُ ََّل ي ُِحبُّ ْالف‬


َ ‫س اد‬ َّ ‫َو‬
“Allah tidak menyukai kebinasaan.”

Lalu mengapa Allah ‫ ﷻ‬menciptakan kerusakan?

7
Jawabannya kerana Allah ‫ ﷻ‬ingin membuat orang-orang yang berbuat
kerusakan merasakan sebagian akibat dari perbuatan ulah mereka, sehingga
mereka sadar kemudian kembali ke jalan Allah ‫ﷻ‬.

Jadi, ternyata Allah ‫ ﷻ‬menciptakan keburukan, yang dibalik keburukan tersebut


ada kebaikan. Keburukannya adalah kerusakan bumi. Adapun kebaikan di balik
kerusakan bumi adalah agar mereka sadar dan kembali ke jalan Allah ‫ﷻ‬.

• Mengapa Allah ‫ ﷻ‬menciptakan Iblis?


Mengapa Allah ‫ ﷻ‬menciptakan Iblis? Padahal Iblis adalah buruk. Jika saja tidak
ada Iblis, maka seluruh manusia di syurga. Para ulama menjelaskan
bahawasanya di balik penciptaan Iblis ada hikmah-hikmah yang Allah ‫ﷻ‬
kehendaki. Di antara hikmah-hikmah tersebut adalah:

• Dengan adanya Iblis Allah ‫ ﷻ‬menguji manusia.


• Dengan adanya Iblis maka Allah ‫ ﷻ‬munculkan hamba-hamba-Nya
yang rela berkorban dengan hartanya bahkan dengan jiwanya untuk
Allah ‫ﷻ‬.
• Dengan adanya iblis, maka ada sebagian hamba yang berdosa
kemudian bertaubat. Tentunya taubat adalah ibadah yang sangat Allah
‫ ﷻ‬suka.
• Dengan adanya Iblis, maka tampak sifat kemahaampunan Allah ‫ﷻ‬
sekaligus kerasnya siksaan-Nya bagi para pembangkang.
• Dengan adanya Iblis, Allah ‫ ﷻ‬menciptakan dua hal yang kontradiktif
seperti syurga dan neraka, Musa ‘alaihissalam dan Firaun, Muhammad
‫ ﷺ‬dan Abu Jahal, kasih sayang dan kebencian, dan yang lainnya.
Jika ada yang berkata, “Bolehkah Allah ‫ ﷻ‬memunculkan itu semua tanpa Iblis?”
Jawaban pertanyaan ini sama dengan jawaban dari pertanyaan, “Bolehkah Allah
‫ ﷻ‬menciptakan bulatan yang segitiga? atau bujur sangkar yang segitiga?”.

Dari sini kita mengetahui bahawa ciptaan (makhluk) Allah ‫ ﷻ‬ada yang baik dan
ada juga yang buruk, akan tetapi semua perbuatan Allah ‫( ﷻ‬termasuk perbuatan
Allah ‫ ﷻ‬menciptakan keburukan tersebut) adalah kebaikan. Kerana dibalik
perbuatan Allah ‫ ﷻ‬menciptakan keburukan tersebut ada kebaikan. Benarlah
sabda Nabi Muhammad ‫ﷺ‬,

َ‫ْس ِإلَيْك‬
َ ‫ش ُّر لَي‬
َّ ‫َوال‬
“Dan keburukan bukan kembali kepadaMu” ([4])

8

Hikmah Allah
Hikmah Allah ‫ ﷻ‬terbahagi menjadi dua. Pertama adalah hikmah yang tampak
atau difahami oleh manusia dan yang kedua adalah hikmah yang tidak tampak
atau tidak difahami oleh manusia. Kerana jenis hikmah yang kedua inilah Allah
‫ ﷻ‬berfirman,

َ‫ع َّما َي ْف َع ُل َوهُ ْم يُ ْسأَلُون‬


َ ‫ََّل يُ ْسأ َ ُل‬
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan
ditanyai.” (QS. Al-Anbiya’: 23)

Al-Imam Abul Mudzaffar As-Sam’ani rahimahullah berkata,

‫اس‬ ِ ‫ض ْال ِق َي‬ ِ ْ‫سنَّ ِة د ُْونَ َمح‬ ُّ ‫ب ُوال‬ ِ ‫ْف ِمنَ ْال ِكتَا‬ ُ ‫ الت َّ ْوقِي‬:‫ب‬ ِ ‫سبِ ْي ُل َم ْع ِرفَ ِة َهذَا ْالبَا‬ َ
‫ض َّل َوتَا َه ِفي َم َجا ِل ْال َحي َْر ِة َولَ ْم‬ َ ُ‫ْف ِم ْنه‬ ِ ‫ع ِن الت َّ ْو ِقي‬
َ ‫عدَ َل‬ َ ‫ فَ َم ْن‬،‫َو ُم َج َّر ِد ْالعُقُ ْو ِل‬
‫ب ِْل َ َّن ْالقَدَ َر ِس ٌّر ِم ْن‬ ْ ‫ص ُل ِإلَى َما َي‬
ُ ‫ط َمئِ ُّن ِب ِه ْالقَ ْل‬ ِ ‫َي ْبلُ ْغ ِشفَا َء النَّ ْف ِس َوَّلَ َي‬
‫ع ْن‬َ ُ‫س ْب َحانَهُ ِب ِه َو َح َجبَه‬ ُ ‫َص‬ َّ ‫اخت‬ ْ ‫َار َو‬ ُ ‫ت د ُْونَهُ اْل َ ْست‬ ْ َ‫ض ِرب‬ ُ ‫أَ ْس َر ِار هللاِ تَ َعالَى‬
َ‫ع ِن ْالعَالَ ْم فََل‬
َ ‫ب هللاُ تَعَالَى ِع ْل َم ْالقَدَ ِر‬ َ ‫ َوقَدْ َح َج‬،‫ارفِ ِه ْم‬ ِ َ‫ق َو َمع‬ ِ ‫عقُ ْو ِل ْالخ َْل‬
ُ
َ‫ِف لَ ُه ْم ِإذَا دَ َخلُوا ْال َجنَّة‬ ُ ‫ َو ِق ْي َل ِإ َّن ِس َّر ْالقَدَ ِر َي ْن َكش‬،‫سل‬ َ ‫ي ُم ْر‬ ٌّ ‫َي ْعلَ ُمهُ َملَك َو ََّل نَ ِب‬
َ‫ِف قَ ْب َل ذَلِك‬ ُ ‫َوَّلَ َي ْن َكش‬
“Jalan untuk memahami bab ini (masalah takdir) adalah berhenti berdasarkan
Al-Qur’an dan As-Sunnah tanpa menggunakan kias yang murni dan sekedar
akal. Siapa yang berpaling dari sikap tersebut (berhenti berdasarkan Al-Qur’an
dan As-Sunnah) maka ia akan sesat dan terombang-ambing dalam kebingungan.
Ia tidak akan sampai pada kepuasan jiwa dan tidak pula ketenangan hati. Hal ini
kerana takdir adalah rahasia di antara rahasia-rahasia Allah ‫ﷻ‬, yang rahasia-
rahasia tersebut telah ditutup dengan sitar-sitar. Hanya Allah ‫ ﷻ‬yang
mengetahuinya, dan Allah ‫ﷻ‬menutupnya dari akal makhluk dan ilmu mereka.
Allah ‫ﷻ‬telah menutupi ilmu takdir dari semesta alam, maka malaikat pun tidak
tahu demikian juga nabi. Dan dikatakan bahwasanya rahasia takdir akan
tersingkap bagi orang-orang beriman jika mereka masuk ke dalam syurga, dan
tidak akan tersingkap sebelum itu.”([5])

9
• Kesimpulan dari proses takdir dari tahapan pertama ke tahapan ketiga
Berbicara tentang takdir maka seperti berbicara tentang sebuah perencanaan.
Ibarat seorang arsitek yang ingin membuat suatu rumah, dia perlu dengan
perencanaan-perencanaan. Begitu pun dengan Allah ‫ﷻ‬, Allah ‫ ﷻ‬juga
merencanakan segala apa yang ada di alam semesta ini. ([6]) Tentu dalam
melakukan perencanaan, Allah ‫ ﷻ‬melakukannya berdasarkan ilmu Allah ‫ ﷻ‬yang
sangat luas. Setelah itu, ilmu Allah ‫ ﷻ‬yang berkaitan dengan penciptaan
makhluk, apa yang terjadi atas mereka, bagaimana nasib mereka, Allah ‫ ﷻ‬catat
di Lauhul mahfuz.

Setelah itu Allah ‫ ﷻ‬masuk ke dalam tahapan eksekusi. Bagaimana eksekusinya?


Pertama Allah ‫ ﷻ‬berkehendak dan kedua Allah ‫ ﷻ‬menciptakan. Semua yang
Allah ciptakan adalah kehendak Allah ‫ﷻ‬. Namun ternyata penciptaan Allah ‫ﷻ‬
ada yang baik dan ada yang buruk. Kehendak Allah ‫ ﷻ‬yang baik, seluruh
manusia dapat memahami. Adapun kehendak Allah yang buruk, maka tidak
semua manusia dapat memahami. Penjelasannya adalah Allah ‫ ﷻ‬menciptakan
segala keburukan itu kerana Allah ‫ ﷻ‬menghendaki kebaikan di balik keburukan
tersebut. Dari sini dapat difahami, jika ditinjau secara langsung kehendak Allah
‫ ﷻ‬yang buruk itu adalah buruk. Namun jika ditinjau dari kebaikan yang ada di
balik keburukan tersebut (hikmah), maka kehendak Allah ‫ ﷻ‬yang buruk tersebut
adalah baik.

Tahapan Keempat: ُُ‫(ال َخ ْلق‬Penciptaan/eksekusi).

Allah ‫ ﷻ‬menciptakan segalanya yang Dia kehendaki. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

َ ‫علَ ٰى ُك ِل‬
‫ش ْيءٍ َو ِكيل‬ َ ‫َّللاُ خَا ِل ُق ُك ِل‬
َ ‫ش ْيءٍ ۖ َوهُ َو‬ َّ
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (QS.
Az-Zumar: 62)

Dalam ayat yang lain Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

َ‫َّللاُ َخلَقَ ُك ْم َو َما تَ ْع َملُون‬


َّ ‫َو‬
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat
itu.” (QS. AS-Shaffat: 96)

Semua makhluk diciptakan oleh Allah ‫ﷻ‬, termasuk kita manusia adalah ciptaan
Allah ‫ﷻ‬. Otak kita, jantung kita, ruh kita, kehendak kita, perbuatan kita,

10
seluruhnya Allah ‫ ﷻ‬yang menciptakan. Oleh karena itu, Imam Bukhari menulis
sebuah buku dengan berjudul ‫( َخ ْلقُأَ ْفعَا ِلُال ِعبَا ُِد‬perbuatan hamba adalah ciptaan
Allah ‫)ﷻ‬.

Inilah penjelasan ringkas berkaitan tentang tahapan-tahapan takdir Allah ‫ﷻ‬.


Semua yang terjadi di alam semesta ini tidak keluar dari kehendak Allah ‫ ﷻ‬dan
semua adalah ciptaan Allah ‫ﷻ‬.

• Hakikat Manusia
Permasalahan, bagaimanakah hakikat manusia?

1. Manusia punya kehendak, pilihan, dan tidak terpaksa. Tetapi kehendak


manusia di bawah kehendak Allah ‫ﷻ‬. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

َ‫َّللاُ َربُّ ْالعَالَ ِمين‬


َّ ‫َو َما تَشَا ُءونَ إِ ََّّل أَ ْن يَشَا َء‬
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila
dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At-Takwir: 29)

2. Manusia memiliki qudrah (kemampuan). Akan tetapi qudrah manusia di


bawah qudrah Allah ‫ﷻ‬. Kehendak dan qudrah manusia adalah makhluk
ciptaan Allah ‫ﷻ‬.

Jadi dari sini kita tahu bahawa semua yang akan terjadi dan yang sedang terjadi
hingga hari kiamat kelak, semuanya sudah ditakdirkan oleh Allah ‫ﷻ‬. Sampai
pun pada akhir kesudahan manusia iaitu syurga dan neraka, Allah ‫ ﷻ‬juga sudah
َ ْ‫( أَح‬sebaik-baik pencipta), tidak ada yang
menakdirkan. Allah ‫ ﷻ‬adalah َُ‫سنُال َخا ِل ِقيْن‬
keluar dari perencanaan Allah ‫ﷻ‬. Berbeda halnya dengan manusia yang jika
berencana, rencana tersebut belum tentu terlaksana. Jika pun terlaksana, maka
terkadang ada kurangnya, tidak sesuai dengan harapan. Adapun Allah ‫ﷻ‬, ketika
hendak ingin mencipta, Allah ‫ ﷻ‬memiliki ilmu, kemudian Allah ‫ ﷻ‬catat ilmu
tersebut, dan catatan tersebut tidak akan pernah berubah. Setelah itu Allah ‫ﷻ‬
berkehendak, kemudian baru Allah menciptakan.

Jadi takdir Allah berkaitan dengan qudratullah (kekuasaan Allah ‫)ﷻ‬, iaitu Allah
‫ ﷻ‬mampu merencanakan dan mengeksekusi semua yang Allah ‫ ﷻ‬rencanakan,
dan tidak ada sesuatu pun yang keluar dari perencanaan Allah ‫ﷻ‬. Ibnu
Taimiyah rahimahullah berkata,

11
ِ َّ ُ ‫ ْالقَدَ ُر قُد َْرة‬:ُ‫اْل َما ُم أَحْ َمد‬
‫َّللا تَ َعالَى‬ ِ ْ ‫َّللا تَ َعالَى َو ِل َهذَا قَا َل‬ ِ َّ ِ‫َو ْالقَدَ ُر َيتَ َعلَّ ُق ِبقُد َْرة‬
َ‫ض َّم ُن ِإثْبَات‬ ِ َّ َ‫ِير ِإلَى أَ َّن َم ْن أَ ْن َك َر ْالقَدَ َر فَقَدْ أَ ْن َك َر قُد َْرة‬
َ َ‫َّللا تَ َعالَى َوأَنَّهُ يَت‬ ُ ‫يُش‬
. ٍ‫ش ْيء‬َ ‫علَى ُك ِل‬ َ ‫َّللا تَعَالَى‬ ِ َّ ِ‫قُد َْرة‬
“Takdir berkaitan dengan qudrah (kekuasaan) Allah ‫ﷻ‬, karenanya Al-Imam
َُِ ‫‘ا ْلقَدَرُقد َْرة‬Takdir adalah kekuasaan Allah ‫’ﷻ‬. Beliau
Ahmad berkata, ‫ُّللا‬
mengisyaratkan bahawasanya siapa yang mengingkari takdir bererti telah
mengingkari kekuasaan/kemampuan Allah, dan bahawasanya takdir itu
mengandung penetapan terhadap kekuasaan Allah atas segala sesuatu” ([7])

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

‫س َم‬ َّ َ‫ارا ِو َخ َلقَ ْالخ َْلقَ ِبقَدَ ٍر َوق‬


َّ َ‫س َم اْل َجا َل ِبقَدَ ٍر َوق‬ ً َ‫اركَ َوتَ َعا َلى َقد ََّر أَ ْقد‬ َ ‫ِإ َّن‬
َ ‫هللا تَ َب‬
ِ ‫س َم ْال َعافِيَةَ ِبقَدَ ٍر َوأَ َم َر َونَ َهى َوقَا َل‬
‫اْل َما ُم‬ َّ َ‫س َم ْالبََلَ َء ِبقَدَ ٍر َوق‬َّ َ‫اْل َ ْرزَ اقَ ِبقَدَ ٍر َوق‬
ِ‫أَحْ َمدُ ْالقَدَ َر قُد َْرة ُ هللا‬
“Sesungguhnya Allah ‫ ﷻ‬telah menakdirkan berbagai macam ketentuan-
ketentuan, Allah ‫ﷻ‬menciptakan makhluk dengan takdir, membagi ajal mereka
dengan takdir, membagi rizki mereka dengan takdir, membagi ujian juga
dengan takdir, membagi keselamatan juga dengan takdir, memerintah dan
melarang (juga dengan takdir). Dan Al-Imam Ahmad berkata, “Takdir adalah
kekuasaan Allah” ([8])

Contoh sederhana tentang takdir adalah kisah turunnya Adam ke bumi. Sebelum
Allah ‫ ﷻ‬menciptakan Adam maka Allah ‫ ﷻ‬kabarkan kepada para malaikat
bahwa Allah ‫ ﷻ‬akan menciptakan manusia di atas muka bumi. Para malaikat
pun tahu bahawasanya manusia akan melakukan kerusakan dan pertumpahan
darah. Allah ‫ ﷻ‬berfirman :

ِ ‫َو ِإذْ قَا َل َربُّكَ ِل ْل َم ََل ِئ َك ِة ِإ ِني َجا ِعل ِفي ْاْل َ ْر‬
‫ض َخ ِليفَةً قَالُوا أَتَجْ َع ُل ِفي َها َم ْن‬
‫ِس لَكَ قَا َل ِإنِي أَ ْعلَ ُم َما ََّل‬ُ ‫س ِب ُح ِب َح ْمدِكَ َونُقَد‬ ِ ُ‫يُ ْف ِسدُ فِي َها َو َي ْس ِفك‬
َ ُ‫الد َما َء َونَحْ ُن ن‬
َ‫تَ ْعلَ ُمون‬
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, ‘Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata, ‘Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman:
12
‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-
Baqarah: 30)

Namun ketika Allah ‫ ﷻ‬menciptakan Adam ‘alaihissalam, justru Allah ‫ﷻ‬


menciptakannya di langit bahkan Allah ‫ ﷻ‬masukan ke dalam surga. Akan tetapi
karena Allah ‫ ﷻ‬sudah merencanakan Adam ‘alaihissalam akan turun di bumi
maka Allah ‫ ﷻ‬menciptakan sebab-sebab untuk terjadinya hal tersebut. Di
antaranya Allah ‫ ﷻ‬memuliakan Adam ‘alaihissalam, lalu Iblis pun hasad kepada
Adam ‘alaihissalam. Lalu Iblis minta izin untuk menggoda Adam ‘alaihissalam,
dan Allah mengizinkannya. Akhirnya Adam ‘alaihissalam pun tergoda lalu
turunlah ke bumi.

Jadi semua yang terjadi sudah Allah ‫ ﷻ‬takdirkan (rencanakan), dan jika sudah
Allah ‫ ﷻ‬takdirkan maka Allah akan menyiapkan sebab-sebabnya. Adapun
kenapa Allah ‫ ﷻ‬inginkan Adam ‘alaihissalam ke bumi?, kenapa Allah izinkan
Iblis menggoda Adam ‘alaihissalam?, dan pertanyaan-pertanyaan semisal ini
maka inilah rahasia Allah ‫ﷻ‬.

13
14

Anda mungkin juga menyukai