Anda di halaman 1dari 15

Ma’rifatullah

(Mengenal Allah Ta’ala)

Kelompok 4:
• Arrumaisha Khansa
• Naurah Humairah
• Taqiyyah Zahir
• Tiara Chalimatussadyah
Ma’rifatullah
Ma’rifatullah berasal dari dua kata Ma’rifat dan Allah secara singkat
Ma’rifatullah adalah mengenal Allah, Ma’rifat berasal dari bahasa Arab
yakni Arofa-Ma’rifat, Arif-Ma’ruf yang arti dasarnya adalah kenal. Kenal
berbeda dengan tahu. Tahu bersifat Kognitif, bersifat pengetahuan, berbasis
pengamatan atau teori. Sedangkan kenal sudah bersifat afektif berbasis
pengalaman langsung.
Mengetahui, mengenal, dan mempelajari tentang Allah Ta’ala tentu
saja sangat penting bagi kita. Hal ini berdasarkan 3 alasan yaitu:

Pertama, karena al-maudhu (pembahasan) tentang Allah Ta’ala adalah al-maudhu (pembahasan)
yang sangat agung.
Kedua, pemahaman dan pengetahuan kita tentang Allah Ta’ala harus di dukung dengan quwwatut
dalil (dalil dalil yang kuat).
Ketiga, kerena ma’rifatullah akan menumbuhkan ats-tsimar (buah/hasil/pengaruh) di dalam jiwa,
yakni raf’ul Imani wattaqwa (meningkatnya iman dan takwa).
Pertama, karena al-maudhu (pembahasan) tentang Allah Ta’ala adalah al-maudhu
(pembahasan) yang sangat agung. Allah Ta’ala adalah Rabbul ‘alamin. Rabb yang
artinya “Yang Empunya” (pemilik). Didalamnya terkandung pula arti: mendidik
yaitu menyampaikan sesuatu kepada keadaanya yang semnpurna dengan beransur
angsur. ‘Alamin artinya “semesta alam”, yakni semua jenis alam, yaitu alam
binatang, alam manusia, alam benda, dan alam makhluk yang bertubuh halus
seperti malaikat, jin serta alam yang lain.

‫ب ْال َعالَ ِمي َْن‬


ِّ ‫ض َر‬
ِ ْ‫ر‬ ‫أْل‬‫ا‬ ‫ب‬
ِّ ‫ر‬
َ ‫و‬
َ ‫ت‬
ِ ‫ا‬ ‫و‬
َ ‫ا‬ ‫م‬
َ َّ
‫س‬ ‫ال‬ ‫ب‬
ِّ ‫ر‬
َ ُ
‫د‬ ‫م‬
ْ ‫ح‬
َ ْ
‫ال‬ ‫ه‬
ِ َّ ‫فَلِل‬
“Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan semesata alam”. (QS. Al-
Jatsiyah, 45:36)
Mengingat kedudukan Allah Ta’ala yang demikian agung itulah maka penting bagi manusia untuk
mengetahui, mengenal, dan mempelajari-Nya. Terlebih lagi tujuan penciptaan jin dan manusia
adalah untuk beribadah kepada Allah Ta’ala semata. Seorang hamba tidak akan dapat
merealisasikan tujuan tersebut, jika dia tidak mengenal-Nya.

Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫ت ْال ِج َّن َواِإْل ْن‬


ِ ‫س ِإاَّل لِيَ ْعبُ ُد‬
‫ون‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬
“Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzaariyaat
51:56)

Syaikh as-Sa’dy rahimahumullah berkata tentang ayat ini. “hal itu erat kaitannya dengan
ma’rifatullah. Karena sesungguhnya kesempurnaan ibadah dipengaruhi pleh ma’rifatullah. Bahkan,
setiap kali bertambah pengenaln seorang hamba kepada Allah, maka akan semakin sempurna
ibadahnya.” (Taisiirul Kariimir Rahmaan, hal.775)
Kedua, pemahaman dan pengetahuan kita tentang Allah Ta’ala
harus di dukung dengan quwwatut dalil (dalil dalil yang kuat).
Dalil dalil yang dimaksud adalah:

Dalil Naqli Dalil fithri

Dalil aqli
1. Dalil naqli (nash yang tertulis dalam kitab) Allah Ta’ala berfirman.

‫آن ُأِل ْن ِذ َر ُك ْم بِ ِه َو َم ْن بَلَ َغ َأِئنَّ ُك ْم‬


ُ ْ‫ي هَ َذا ْالقُر‬
َّ َ‫َا َدةً قُ ِل هَّللا َش ِه ْي ٌد بَ ْينِ ْي َوبَ ْينَ ُك ْم َواُ ْو ِح َي ِإل‬g‫قُلْ َأيُّ َش ْي ٍء َأ ْكبَ ٌر َشه‬
َ g‫ َّما تُ ْش ِر ُك‬g‫ون َأ َن َم َع هَّللا ِ آلِهَةً ُأ ْخ َرى قُلْ اَل َأ ْش َح ُد قًلْ ِإنَّ َما هُ َو ِإلَهٌ َوا ِح ٌد َوِإنَّنِي بِ ِري ٌء ِم‬
‫ون‬ َ ‫َ ُد‬g‫لَتَ ْشه‬
“Katakanlah: siapakah yang lebih kuat persaksiannya? Katakanlah ‘Allah’. Dia menjadi saksi anatara aku dan
kamu. Dan Al Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi peringatan kepadamu dan
kepada orang orang yang sampai Al Quran (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengaku bahwa ada
tuhan tuhan lain di samping Allah? Katakanlah: ‘Aku tidak mengakui.’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya Dia adalah
Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)”.
(QS. Al An’am 6:19).
Dalam tafsir Al Jalaalain diterangkan, bahwa ayat ini turun ketika orang orang kafir berkata kepada Nabi
Shallallahua ’alaihi Wa Sallam, “Bawalah kepada kami saksi tehadap kenabianmu, karena ahli kitab
mengingkarimu.”[2}
Ayat ini menegaskan bahwa Al Quran yang diturunkan oleh Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad Shallallahua
’alaihi Wa Sallam sudah cukup menjadi penjelasan akan kebenaran risalah yang dibawanya. Tujuan
diturunkannya Al Quran adalah untuk memberikan penjelasan. Ia diturunkan untuk dibaca dan dipelajari. Nabi
dutus untuk membacakannya dan mengajarkannya kepada kita. Mereka yang sungguh sungguh
memperhatikan Al Quran pasti akan mendapatkan dalil dalil yang kuat tetang Allah, risalah, ibadah, alam
semesta, manusia, dan kehidupan.
2. Dalil Aqli (akal/logika)

Dalil naqli (nash yang tertulis dalam kitab) akan semakin terbukti kebenarannya dengan dalil aqli yang
diperoleh ayat ayat kauniyah (alam semesta). Oleh karena itu Allah Ta’ala mendorong kita untuk
memperhatikan dan memikirkan alam semesta yang maha luar biasa ini. Allah ta’ala berfirman,

ِ ‫ت ُأِلو ِل ْي ااْل َ ْلبَا‬


‫ب‬ ِ َ‫ف ْاللَي ِْل َوالنَّه‬
ٍ ‫ار آَل يَا‬ ِ ‫اختِاَل‬ ِ ْ‫ت َواْل َر‬
ْ ‫ض َو‬ ِ ‫إن فِ ْي َخ ْل‬
ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬ َّ
“Sesungguhnya dalam pencipataan langit dan bumi, dan silih berhantinya malam dan siang terdapat tanda tanda
bagi orang orang yang berakal.” (QS. Ali Imran, 3: 190)

َ ُ‫ات َوال ُّن ُذ ُر َع ْن قَ ْو ٍما اَل يُْؤ ِمن‬


‫ون‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
ُ َ‫ض َو َما تُ ْغ ِني اآْل ي‬ ِ ‫قُ ِل ا ْنظُرُوا َما َذا فِي ال َّس َما َوا‬
“katakanlah: ‘Perhatikanlah apa yanga ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah
dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang orang yang tidak beriman.” (QS. Yunus, 10: 101)
3. Dalil fithri (fitrah/naluri/sunnatullah)

Allah Ta’ala mengisyaratkan hal ini dalam firman-Nya

‫ْت بِ َربِّ ُك ْم قَالُوا بَلَى َش ِه ْدنَا َأ ْن تَقُولُوا يَ ْو َم‬


ُ ‫ُور ِه ْم ُذ ِّريَّتَهُ ْم َواَ ْشهَ َدهُ ْم َعلَى َأ ْنفُ ِس ِه ْم ألَس‬ َ ُّ‫َوِإ ْذ َأ َخ َذ َرب‬
ِ ‫ك ِم ْن بَنِ ْي آ َد َم ِم ْن ظُه‬
َ ‫ْالقِيَا َم ِة ِإنَّا ُكنَّا َع ْن هَ َذا َغافِ ِل‬
‫ين‬
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka
menjawab: ‘Betul (Engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi’. (Kami lakukan yang demikian itu) agar dihari
kiamat kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang yang lengah terdadap ini
(keesaan Tuhan).” (QS. Al-A’raf, 7:172)

Ayat ini mengisyaratkan tentang penciptaan manusia di atas fitrah/naluri untuk tunduk kepada Allah Ta’ala. Jika
manusia menjaga dan mengikuti fitrahnya dengan benar, maka dia pasti akan menyatakan bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah, Yang Maha Menciptkan alam beserta isinya.
Ketiga, kerena ma’rifatullah akan menumbuhkan ats-tsimar
(buah/hasil/pengaruh) di dalam jiwa, yakni raf’ul Imani wattaqwa
(meningkatnya iman dan takwa).

Dengan keimanan dan ketakwaan, kita sebagai manusia mendapatkan banyak karunia yaitu:

Karunia Fid dunya Karunia Fil akhirah


(di dunia) (di akhirat)
Karunia Fid dunya(di dunia)
1. At tuma’ninah (ketenangan(

ْ َ‫ط َمِئ ُّن قُلُوبَهُ ْم ِب ِذ ْك ِر هَّللا ِ َأاَل بِ ِذ ْك ِر هَّللا ِ ت‬


ُ‫ط َمِئ ُّن ْالقُلُ ْوب‬ ْ َ‫الَّ ِذي َْن آ َمنُوا َوت‬
“(yaitu) orang orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du, 13:28).

2. Al-Amnu (rasa aman)

َ ‫الَّ ِذي َْن آ َمنُوا َولَ ْم يَ ْلبِسُوا ِإي َمانَهُ ْم بِظُ ْل ٍم ُألَِئ‬
َ ‫ك لَهُ ُم اَأْل ْم ُن َوهُ ْم ُم ْهتَ ُد‬
‫ون‬
“Orang orang yang beriiman tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah
yang yang mendapt keamanan dan mereka itu adalah orang orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al An’am,
6:82)
3. Al-Huriyyah (kemerdekaan)

‫ين‬ ُ ْ‫ك ُأ ِمر‬


َ ‫ت َوَأنَا َأ َّو ُل ال ُم ْسلِ ِم‬ َ ‫ي َو َما َمتِي هَّلِل ِ َربِّ ْل َعالَ ِمي َْن اَل َش ِر ْي‬
َ ِ‫ك لَهُ َوبِ َذل‬ َ ‫صاَل تِي َونُ ُس ِكي َو َمحْ يَا‬
َ ‫قَلْ اِ َّن‬
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah. Tuhan semesta
alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama tama menyerahkan diri(kepadsa Allah).” (QS. Al-An’am, 6: 162- 163).

4. Al-Barakat (keberkahan)

‫ض َولَ ِك ْن َك َّذ بُوا فََأ َخ ْذنَهُ ْم بِ َما َكانُوا‬


ِ ْ‫ت ِم َن ال َّس َما ِء َواَأْلر‬
ٍ ‫َولَ ْو َأ َّن اَ ْه َل ْالقُ َرى آ َمنُوا َواتَّقُ ْوا لَفَتَحْ نَا َعلَ ْي ِه ْم بَ َر َكا‬
َ ‫يَس ْك ِسب‬
‫ُون‬
“Jikalau sekiranya penduduk negeri negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat ayat Kami) ini, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.” (QS. Al- A’raf, 7:96)
5. Al-Khalifah (kekuasaan)

6. Tamkinud Din (teguhnya agama di muka bumi)

7. Al-Hayatul Thayyibah (kehidupan yang baik)

َ ُ‫ان يَ ْع َمل‬
‫ون‬ َ ً‫صالِ ًحا ِم ْن َذ َك ٍر َأ ْو ُأ ْن َشى َوهُ َو ُمْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهُ َحيَاة‬
ُ ‫طيِّبَةً َولَنَجْ ِزيَنَّهُ ْم َأجْ َرهُ ْم بَِأحْ َس ِن َما َك‬ َ ‫َم ْن َع ِم ُل‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal soleh, baik laki laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl, 16:97)
Karunia fil akhirah (di akhirat) yang akan didapatkannya adalah

1. Dukhulul Jannah (dimasukkan kedalam surge)

2. Mardhatillah (keridhoan Allah Ta’ala)

Jadi, ma’rifatullah itu dapat mengantarkan manusia kepada pengingkatan iman dan takwa. Dengan iman dan
takwa itulah mereka akan memperoleh as-sa’adah (kebahagiaan yang hakiki. Wallahu a’lam.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai