ﲔ اﻟْ ُﻤَﺮ َاد َو ﻳـُﺘَ ﱢﻤ ُﻢ ِ ِ ِ ﺎب اﻟْﻤﺴ ﱠﻤﻰ ﺑِ ُﻘﱠﺮِة اﻟْﻌ
ُ ْ ِ ﻳُﺒ،ﲔ ﲟُِﻬ ﱠﻤﺎت اﻟﺪﱢﻳْ ِﻦ َْ ِ َ)و ﺑـ ْﻌ ُﺪ( ﻓَﻬ َﺬا َﺷﺮح ﻣ ِﻔْﻴ ٌﺪ َﻋﻠَﻰ ﻛِﺘ
َ ُ ُ ٌْ ََ
.ﺎت اﻟﺪﱢﻳْ ِﻦ ِ ﲔ ِﲟُِﻬ ﱠﻤ ِ ْ ﲔ ﺑِ َﺸﺮِح ﻗُـﱠﺮِة اﻟْ َﻌِِ ِ ِِ ِ ِ
ْ ْ ﺑ َﻔْﺘ ِﺢ اﻟْ ُﻤﻌ:(ُ)و َﲰﱠْﻴﺘُﻪ َ .ﺼ ُﻞ اﻟْ َﻤ َﻘﺎﺻ َﺪ َو ﻳـُ ْﱪُز اﻟْ َﻔ َﻮاﺋﺪ ُ َو َْﳛ،اﻟْ َﻤ َﻔ َﺎد
َو أَ ْن ﻳُ ْﺴ ِﻜﻨَِ ْﲏ ﺑِِﻪ،اﻹ ْﺧ َﻮ ِان ﺎع ﺑِِﻪ ﻟِْﻠ َﺨﺎ ﱠ
ِْ ﺻ ِﺔ َو اﻟْ َﻌﺎ ﱠﻣ ِﺔ ِﻣ َﻦ ِ ِْ و أَﻧَﺎ أَﺳﺄ َُل اﷲ اﻟْ َﻜ ِﺮْﱘ اﻟْﻤﻨﱠﺎ َن أَ ْن ﻳـﻌ ﱠﻢ
َ اﻻﻧْﺘ َﻔ َُ َ َ َ ْ َ
ِ اﻟْ ِﻔﺮدوس ِﰲ دا ِر ْاﻷَﻣ
. إِﻧﱠﻪُ أَ ْﻛَﺮُم َﻛ ِﺮٍْﱘ َو أ َْر َﺣ ُﻢ َرِﺣْﻴ ٍﻢ،ﺎن َ َ ْ َ َْْ
(Setelah itu semua) (22) kitab ini adalah sebuah syarah (penjelasan) yang berfaedah yang tertuang dari
sebuah kitab yang bernama “Qurrat-ul-‘Aini Bi Muhimmāt-id-Dīn” yang memberikan penjelasan,
menyempurnakan isi, mengantarkan kepada maksud-maksud dan menjabarkan faidah-faidahnya, dan
aku beri nama “Fatḥ-ul-Mu‘īni Bi Syarḥi Qurrat-il-‘Aini Bi Muhimmāt-id-Dīn.” Aku memohon kepada
Allah s.w.t. Yang Maha Mulia lagi Maha Pemberi anugrah, semoga kitab ini bermanfaat secara
menyeluruh, baik untuk orang yang khusus maupun orang yang awam dari kalangan saudara-saudara
kami. Dan semoga Allah s.w.t. menempatkanku ke dalam surga Firdaus (33) dengan wasilah kitab ini,
yaitu di negeri yang penuh dengan kenyamanan. Sesungguhnya dia (Allah) adalah Dzat yang Maha
paling mulianya orang yang mulia dan Maha paling penyayangnya orang yang penyayang.
Aku menyusun kitab ini dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Lafazh (ﺳﻢ ِ
ْ ) ْاﻻ ُ
)اﻟ ﱡyang berarti tinggi, bukan diambil dari kata ( )اﻟْﻮ ْﺳ ِﻢyang berarti tanda atau
dibentuk dari kata (ﺴﻤ ِﻮ
ُ َ
https://hatisenang.com/000-muqaddimah-fiqh-populer-terjemah-fathul-muin/ 1/4
24/6/2019 000 Muqaddimah - FIQH Populer Terjemah FATHUL MU'IN - Hati Senang
ِ ) adalah nama bagi Dzat yang wajib wujud, yaitu isim jenis bagi tiap-tiap
alamat. Sedangkan lafazh (اﷲ
yang disembah, kemudian di-ma‘rifah-kan dengan alif-lām lalu dibuang hamzahnya, kemudian
ِ ) adalah sebuah nama yang agung
digunakan pada sesuatu yang disembah dengan ḥaqq. Lafazh (اﷲ
menurut mayoritas ulama’ (44), dan tidak boleh dinamai dengan nama tersebut selain Allah, sekalipun
ِاﻟﱠﺮ
atas dasar fanatik. Lafazh (ﺣْﻴ ِﻢ )اﻟﱠﺮ ْﲪ ِﻦadalah dua sifat yang dibentuk sebagai mubālaghah dari asal
(ﺣﻢِ ِ
َ ) َر. Lafazh ( )اﻟﱠﺮ ْﲪ ُﻦmaknanya lebih unggul dari Lafazh ( )اﻟﱠﺮﺣْﻴ ُﻢsebab bertambahnya bentuk
menunjukkan bertambahnya makna dan sebab ada sebuah ucapan para ulama’: “Allah (ﲪﻦ
ُ ْ ) َرMaha
Pengasih di dunia dan akhirat, dan Allah (ﺣْﻴﻢ ِ
ُ ) َرMaha Pengasih di akhirat.
keluarganya Nabi). Maksud dari keluarganya Nabi adalah kerabat-kerabat Nabi yang berasal dari Bani
Ḥāsyim dan Bani Muththalib. (88) Sebagian pendapat mengatakan bahwa “kerabat Nabi adalah
seluruh kaum muslimin yang terdapat dalam maqam do‘a atau sejenisnya.” Keterangan ini dipilih atas
dasar hadits dha‘īf dan Imām Nawawī menegaskan hal tersebut di dalam kitab Syaraḥ Muslim. (Dan
kepada seluruh sahabat-sahabatnya). Lafazh (ﺤﺒِ ِﻪ
ْﺻَ )وadalah isim jama‘ dari (ﺐ
ِ )ﺻyang bermakna
ٍ ﺎﺣ َ َ
ِ ﺼﺤ
(ﺎﰊ
ْ َ )اﻟ ﱠyaitu: “orang yang berkumpul bersama Nabi s.a.w. dalam keadaan beriman, walaupun ia buta
dan belum tamyīz (yang mendapat ridha Allah ta‘ālā) adalah sifat bagi orang yang telah disebutkan.
tentang hukum-hukum (agama). Ringkasan tersebut dan syarah ini kami ambil dari sumber kitab-kitab
pegangan milik guru kami yang menjadi penutup ulama’ yang menjelaskan masalah besertaan
dalilnya yakni Syihābuddīn Aḥmad bin Ḥajar al-Haitamī, ulama’ mujtahid yang lain seperti Syaikh
Wajīhuddīn ‘Abd-ur-Raḥman bin Ziyād az-Zubaidī – semoga Allah s.w.t. meridhai keduanya – dan
karya dari dua gurunya guru kami Syaikh-ul-Islām al-Mujaddid Zakariyyā al-Anshārī dan al-Imām al-
Muzujad az-Zubaidī – semoga Allah s.w.t. senantiasa mengasihi keduanya, – dan dari selain mereka
semua yakni ulama’ kurun akhir yang menyatakan masalah besertaan dalilnya. Kami berpegangan
dengan pendapat yang telah disepakati oleh Syaikhunal-madzhab Imām Nawawī dan ulama’ ahli
taḥqīqi kurun akhir yang lain (99) – semoga Allah meridhai mereka semua – . (Berharap) dari Tuhan
kami (Yang Maha Pengasih, semoga kitab ini bermanfaat bagi para cendikiawan) yakni orang-orang
yang berakal (dan semoga Allah menyejukkan) dengan sebab kitab ini (mata kami esok) di hari akhir
(dengan melihat Dzatnya Allah Yang Maha Mulia) di pagi dan sore hari. Amin.
Catatan:
1). Mengucapkan basmalah hukumnya sangat dianjurkan disetiap hal yang bagus sekira bukan perkara yang
haram dan makruh secara dzatiahnya dan bukan pada perkara yang hina. I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 9 Darul-
Fikr. ↩
2). Setelah membaca basmalah, hamdalah dan shalawat kepada nabi, keluarga dan sahabatnya. I‘ānah
Thālibīn, Juz. 1 Hal. 9 Darul-Fikr. ↩
3). Surga Firdaus merupakan surga paling tinggi dari keenam yang lain: Surga Ma’wā, surga Khuld, surga an-
Na‘īm, surga ‘Adn, Dār-us-Salām dan Dār-ul-Jalāl. I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 15 Darul-Fikr. ↩
4). Sedang menurut Imām Nawawī adalah lafazh (اﻟﻘﻴﻮم )اﳊﻲ. I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 17 Darul-Fikr. ↩
5). Memuji Allah terkadang wajib seperti dalam shalat dan khutbah jum‘at, sunnah seperti dalam khutbah
nikah, awal doa dan khutbah nikah, makruh seperti dilafazhkan di WC, haram seperti diucapkan saat gembira
dengan kemaksiatan yang dilakukan. I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 13 Darul-Fikr. ↩
6). Dan bermakna doa untuk selain dari Allah. I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 13 Darul-Fikr. ↩
7). Wajib mempercayai hal tersebut secara global bagi yang tidak mengetahui perinciannya, dan dengan
terperinci bagi yang mengetahui. . I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 13 Darul-Fikr. ↩
8). Hāsyim adalah kakek Nabi, sedang Muththalib adalah saudara Hāsyim. Keduanya keturunan ‘Abdul Manāf.
Dikecualikan dari Bani Hāsyim dan Muththalib adalah Bani ‘Abd-usy-Syamsi dan Bani Naufal – walaupun
keduanya dari ‘Abd-ul-Manāf – sebab kedua Bani ini telah m
enyakiti Nabi s.a.w. I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 21 Darul-Fikr. ↩
9). Maksudnya yang dijadikan pedoman dalam berfatwa pertama kali adalah pendapat yang telah disepakati
oleh Imām Nawawī dan Imām Rāfi‘ī. Jika ada perbedaan pendapat di antara keduanya maka yang lebih
diprioritaskan adalah pendapat Imām Nawawī, lantas Imām Rāfi‘ī dan mayoritas ulama’. Untuk
ulama’ muta’akhkhirīn yang lebih diprioritaskan adalah kesepakatan Ibnu Ḥajar dalam Tuḥfah dan Imām
Ramlī dalam Nihāyah. Jika terjadi perbedaan dari keduanya maka boleh memilih yang mana saja. I‘ānah
Thālibīn, Juz. 1 Hal. 27 Darul-Fikr. ↩
Terkait:
https://hatisenang.com/000-muqaddimah-fiqh-populer-terjemah-fathul-muin/ 4/4