Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Kepada-Nyalah kita bersyukur atas limpahan
kenikmatan yang tak pernah berhenti dikucurkan-Nya kepada kita. Dialah Allah Azza wa
Jalla yang telah memberikan nikmat keimanan, nikmat rezeki dan kesehatan kepada kita.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah terakhir Muhammad Saw. Semoga
kecintaan kita kepada beliau SAW, dapat mempertemukan kita dengannya nanti di syurga,
bersama dengan para Nabiyyin, shiddiqin, syuhadaa’ dan shalihin.
Kemudian ketika ia lahir keatas dunia, ia mulai memiliki akal, mulai dititipkan harta. Padahal
dulu ketika dilahirkan ke dunia "akhrojakum mimbuthuuni ummahaatikum", kamu keluar
dari perut ibu kamu, "laa ta'lamuuna syaian" kamu tak tau apa-apa, jangankan membawa
apa-apa, kamu tidak membawa apa-apa. Saat lapar kau menangis, saat mengantuk kau
menangis, saat kencing kau menangis, kau perlu orang lain. Kemudian kau lupa jati dirimu.
Sungguh benar kata pepatah arab yang celaka bukan orang miskin, bukan orang susah, yang
celaka adalah orang yang tidak tau jati dirinya. Dia mulai angkuh dan sombong, padahal nabi
berkata "Laa yadkhulul jannata" tidak masuk surga "man kaana fi qalbihi" siapa yang ada
dalam hatinya "mitsqalu habbatin min khardalin min kibrin" ada sombong sebesar biji
sawi. Tapi dia terus dengan kesombongannya. Bahkan lebih parah lagi sampai dia berkata
"aku tidak pernah shalat, aku tidak pernah puasa, aku tidak pernah berzakat, kenapa rezekiku
lancar, kenapa anakku sehat, kenapa umurku panjang dan kekuasaanku hebat. Angkuh,
sombong. Mereka merasa sudah menipu Allah. Padahal Allah sedang mempermainkan
mereka dalam tipu daya bernama istidroj. "Sanastadrijuhum min haitsu la ya'lamun" kami
ulur mereka dengan istidroj "wa umli lahum" Aku ulur umur panjang, aku beri kekuasaan
yang tinggi, aku beri harta yang banyak, aku beri anak istri hidup yang senang. Tapi
sebenarnya itu adalah laknat bersampul rahmat.
Dia shalat, tapi kenapa dia sakit. Dia puasa tapi kenapa rezekinya tidak lancar? Kalau begitu
Tuhan sedang lupa? TIDAK! Allah tidak pernah lupa "Ya'lamu ma baina aidihim", Dia tau
apa yang ada didepan, "wa ma khalfahum" apa yang ada di belakang."wa la yukhithuna bi
syai-in min 'lmihi illa bi ma syaa", tidak ada satupun yang punya pengetahuan kecuali
pemberian Allah Subhana Wa Taala. Kenapa Allah biarkan mereka dalam keadaan sakit,
sebenarnya dibalik sakit itu ada ampunan. Ada orang yang sakit, gundah gulana, susah
hatinya, risau, bahkan duri yang menusuk tapak kakinya; Allah sedang ingin menghapuskan
darinya dosa-dosanya. Sebaiknya engkau berfikir khusnuzon kepada Allah "Ana 'inda zhanni
'abdi bi", aku menurut apa prasangka hambaku.
Bila aku sakit aku berprasangka baik kepadaNya. Allah akan memberikan ampunan.
Adakalanya sakit, adakalanya susah, adakalanya duri yang menusuk tapak kaki karena Allah
hanya ingin mengangkat derajat. Ada pahala yang lebih besar daripada shalat, ada pahala
yang lebih besar daripada haji dan umroh, ada pahala yang lebih besar daripada jihad
fisabilillah "Innama yuwaffashobiruna ajrohum bigoiri hisab", orang yang sabar diberikan
Allah balasan yang tak dapat dihitung, tak dapat dikira.
Seorang hamba yang merugi ini merasa Tuhan sedang lupa, maka ia terus dalam
kesesatannya, terus dalam kesombongannya, terus dalam kejahilannya. Allah terus mengulur
rezeki, diulur kuasa, diulur sehat, seperti layang-layang yang semakin diulur semakin tinggi
sehingga tersangkut dipohon yang sangat tinggi sehingga tak ada satupun yang dapat
menyelamatkannya. Sampai suatu ketika Allah mengazabnya. Inilah orang yang terlaknat
diantara mahluk-mahluk yang di laknat Allah Subhana Wa Taala.
Oleh sebab itu, ketika kita masih terjatuh ingatlah sesungguhnya kerikil kecil itu hanya
mengingatkan kita bahwa ada lubang-lubang besar didepan mata. Ketika kita terpeleset
karena kulit pisang, ingatlah sesungguhnya Allah masih sayang kepada kita karena ada
bencana, musibah, mengajarkan kita untuk waspada. Tetapi jika tidak ada teguran sama
sekali, sesungguhnya murka Allah sedang didepan mata. Malang tak dapat ditolak untung tak
dapat diraih. Andai masih ada yang mengingatkan "watawa saubil haq". Bagaimana mungkin
dia diingatkan sedangkan khutbah jumat tidak dia dengar, bagaimana mungkin dia diingatkan
sedangkan ceramah pengajian tidak mau datang. Inilah hamba yang tersesat diantara yang
sesat. Sampai pada akhirnya usia bertambah "idzaa jaa-a ajaluhum" kalau ajal itu sampai,
"laa yasta'khiruuna saa'atan", tidak ada satupun yang dapat menundanya, "walaa
yastaqdimuuna", tidak ada satupun yang dapat memajukannya, mempercepat atau
memperlambat.
Akhirnya yang ditunggu itu tiba juga "Sakratul Maut". Setiap manusia yang berdoa kepada
Allah "Allahumma Hawwin 'Alaina Fi Sakaratil Maut", ringankan aku saat sakratul maut
Ya Allah. Nabi berjumpa dengan orang saat Isra Mi'raj. Ada yang mengaku [sakratul maut]
seperti tebasan pedang ditempat yang sama beratus kali, ada yang mengaku seperti kambing
yang dikuliti hidup-hidup, ada seperti mata kail yang dicabut dari kulit yang basah. Tapi dia
tidak peduli dengan itu sampai dia sendiri yang merasakan bagaimana meregang nyawa.
Tersa sejuk dari ujung kaki, naik ke lutut sampai ke pinggang, sampai ke perut, sampai ke
dada. Akhirnya ruh itu di sentakkan malaikat dengan satu tarikan. Keluarlah ia dan mata
melihat ruh itu keluar. Dulu kakimu tegap melangkah, tanganmu bisa mengayun, suara
menggelegar tapi sampai masanya untuk menutup kelopok matapun kau tak sanggup. "Hei
kau yang sombong, dimana kekuasaanmu? dimana hartamu? dimana ilmu? dimana titelmu
yang panjang? dimana sekolah yang hebat?" Hari itu pengharggan tak lagi bermakna,
sertifikat tak lagi berguna. Hari itu yang berguna adalah: anakmu datang berbisik ke telinga
sebelah kanan "Lailahailallah". Tapi anak itu tak pernah datang karena tidak dididik agama,
dia sibuk dengan dunia, kawan, sahabat, handaitolan, jiran./tetangga, berkirim pesan,
"kembalilah nak, ayahmu sedang sakit", "maaf sedang ada tugas". Ini kemalangan di atas
kemalangan. Hari itu kau mati dalam keadaan suul khotimah karena tidak ada satupun yang
membisikkan ke telingamu "Lailahailallah". Karena dulu saat anakmu lahirpun tidak kau
bisikkan ke telinga di "Ashhadualaila hailallah".
Sampai akhirnya ruh mu dicabut malaikat maut lalu dibawa ke tempat bernama, yang baik-
baik tempatnya Illiyyin, yang jahat-jahat tempatnya Sijjin. Belum lagi hari kiamat, masih lagi
alam barzakh. Disebut barzakh karena dia pemisah, tidak disebut akhirat karena dunia belum
kiamat, tidak disebut dunia karena sudah mati meninggalkan dunia. Pemisah antara dunia dan
akhirat adalah barzakh. Di alam sepi senyap dan sejuk, tapi bagimu amat sangat panas.
Satu dari permintaan sebelum salam adalah jauhkan aku dari azab kubur. Tapi orang ini tidak
selamat dari azab kubur karena mulutnya tidak pernah meminta selamat dari aza kubur,
bahkan percayapun dia tidak. "mana itu azab kubur, mana dia, kalau ada malaikat itu mana
dia," Sekarang mata kau melihat dan merasakan bagaimana sakitnya. Sampai anjing
mendengar teriakanmu, ayam berkotek keras mendengar azabmu, sampai keledai bersuara
keras tidak tahan mendengar azab yang diberikan Allah Subhana Wa Taala. Apa hendak di
kata, penyesalan tak lagi bermakna. Andai yang sudah mati ini dihidupkan lagi, apa yang
akan dilakukan?
Oleh sebab itu yang sehat bersyukurlah, hari ini masih dapat datang ke mesjid. Berapa
banyak diluar sana orang-orang yang sehat walafiat tetapi tidak ada sedikitpun hatinya
terbuka. Ada pula yang dalam keadaan hatinya terbuka tapi menangis di rumah sakit
mendengar sayup-sayup masuk kedinding kamar suara azan "Hayya alasholah". Kalau pernah
kau ajarkan anakmu bagaimana bertayamum, nanti dia akan mengajarkanmu bertayamum
saat sakit.
Sampai akhirnya langit terbelah, planet bertabrakan seperti untaian tasbih yang putus tali
jatuh bertebaran diatas lantai. Begitulah planet, bumi dan matahari hancur berkeping. Hancur
semuanya. Semua yang dikubur dibangkitkan. Manusia itu tidur, yang kaya tidur, yang
miskin tidur, yang berkuasa tidur, rakyat jelata tidur, yang alim tidur. Ada satu yang terjaga,
siapa dia? Orang yang kenal akan kemana dia kembali. Ketika mereka dibangunkan mereka
sadar ternyata harta yang banyak seperti mimpi di siang bolong, kekuasaan yang tinggi
hanyalah fatamorgana.
Kalau sempat dengan kekuasaanmu itu kau membangun mesjid "siapa yang membangun
mesjid, dibuatkan Allah satu istana untuknya di surga".
Kalaulah sempat dengan kekayaan, kekuasaan itu menyantuni anak yatim dan fakir miskin
"Aku dan orang yang menyantuni anak yatim seperti ujung telunjuk dan jari tengah
(dekat) dalam surga".
Siapa yang melepaskan kesulitan orang susah, Allah memberikan kemudahan baginya
dihari kiamat.
Apa mau dikata, mesjid tak sempat terbina, sekolah anak yatim tak pernah dibantu, pada
akhirnya harta yang tinggal itu di ambil seperti mengeroyok makanan di atas meja makan, tak
bersisa, hanya meninggalkan sampah. Dimana anak yang dulu menghabiskan biaya begitu
besar, dimana istri yang dulu dibelikan gelang emas besar, kemana mereka?
Wa ummihii wa abiih
Dan (dari) ibu bapaknya.
Wa shaahibatihii wa baniih
Dan (dari) isteri dan anaknya.
Kalau ada mulutmu membaca Al Qur'an "siapa yang membaca Yasin pada suatu malam,
dosa-dosanya diampuni" maka baca Al Qur'an. Qur'an akan datang menolong pada hari
kiamat pada orang yang membacanya. Sesibuk apapun sempatkan membaca Qur'an.
Kalau sempat kau usap kepala anak yatim, kalau sempat bersedekah ke mesjid, itulah
yang akan menolong dihadapan Allah Subhana Wa Taala. Lain daripada itu hilang tak
bermakna.
Kau datang menghadap Allah dengan pahala yang banyak, tetapi kau sudah menzalimi orang,
memakan gaji supirmu, pegawaimu, ini akan dituntut di hadapan Allah Subhana Wa Taala.
Kau ingin hidup, silahkan hidup sesuka hatimu. Tetapi ingat, kau akan jadi mayat. Kau akan
jadi bangkai, kau akan mati, setumpuk daging busuk yang akan dimakan cacing tanah. Saat
azab sudah menggelora di depan mata saat itulah kau baru berkata:
Barakallahuli walakum filkur,anil azim wanafa,ani waiyakum bimafihi minal ayati wazikril
hakim watakabbalaulahu minni waminkum tilawatahu innahu
huwassami,ulalim.waastagfiruhu innahu huwalgafururrahim,....