Anda di halaman 1dari 5

Khutbah Jum’at 09 Desember 2022

Sandaran Hidup Hanyalah Allah Swt


Oleh: Ust. Abdul Somad

Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmushsholihat…


Washshalaatu wassalaamu ‘ala sayyidis saadaat, wa ‘ala alihi wa ashabihi ahlil fadhaa-ilul wa
al-karamaat.
Asyhadu an laa ilaha illallah, wahdahu laa syariikalah. Wa asyhadu anna sayyidina
Muhammadan abduhu wa rasuluhu. Alladzi laa nabiyya ba’dahu.
Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad, wa ‘ala alihi washahbihi wabaarik wa sallim.
Qaalallahu ta’ala fil Qur’anil azhiim, wa huwa ashdiqul qaa-iliin.
A’udzubillahi minas syaithanirrajim. Bismillahirrahmanirrahim.
Yaa ayyuhalladzina aamanu ittaqullaha haqqa tuqatihi, wa laa tamuutunna illa wa antum
muslimuun.
Wa qaala Ta’ala fi aayatin ukhro.
Yaa ayyuhalladzina aamanu ittaqullaha wa quulu qaulan sadiida, yushlih lakum a’maalakum, wa
yaghfir lakum dzunuubakum, wa man yuti’illaha wa rasuulahu faqad faaza fauzan azhiima.

‘Ibadallah, uushikum binafsi bitaqwallah.


Hadirin jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah subhanahu wa ta’ala.

Sayyidina ‘Ali karamallahu wajhah berkata, An-naasu niyaam. Manusia hidup itu seperti mimpi.
Orang yang bermimpi, mimpinya macam-macam. Ada yang enak sehingga dia mengigau
tertawa terbahak-bahak. Ada yang sedih sehingga dia menangis meneteskan air mata. Ada
yang mimpinya haru biru sehingga raut wajahnya sulit dideteksi apa yang sebenarnya dia
rasakan. Mau sedih, mau senang, mau susah, hidup adalah mimpi.

Mimpi menjadi orang kaya, akan terbangun bahwa kaya hanya mimpi. Mimpi menjadi
penguasa, penguasa itu juga sedang bermimpi. Mimpi menjadi orang yang terkenal, itupun juga
sebatas mimpi. Falamma maatu, ketika manusia mati, in tabahuu, barulah dia terbangun dari
mimpi yang panjang dan melelapkan itu.

Jangan bersedih kalau kebetulan mimpi menjadi orang yang susah, karena kesusahan itu juga
hanya mimpi. Jangan terlampau bahagia kalau menjadi penguasa, karena kekuasaan itu juga
mimpi.

Bukankah Fir’aun dalam mimpi-mimpi yang indah dalam kekuasaannya, dia bisa menyembelih
siapa saja yang dia mau. Yudzabbihuuna abnaa-ahum. Dengan enaknya, dengan tenangnya
dia memerintahkan; “Sembelih semua anak yang terlahir,” tapi ternyata itu hanya mimpi.
Bukankah Qarun yang katanya paling kaya itu juga hidup, tapi hidupnya juga mimpi.

Siapa yang kenal hakikat dunia, maka dunia ini menjadi ringan baginya. Kalau dia susah, maka
susah tidak sampai masuk ke hati, karena kesusahan itu akan berakhir dengan kematian. Kalau
dia kaya, dia tidak akan angkuh, sombong, pelit. Kalau dia berkuasa, maka dia tidak akan
angkuh. Kenapa? Karena semua akan berakhir. Kehidupan yang nyata bukan di sini, tapi ketika
menghadap Allah Subhanaahu wa ta’ala.

Kalaulah kekuasaan itu akan membuat orang itu mulia, maka Namrudz itu mulia, tapi pada
akhirnya tidak mulia. Kalaulah harta itu membuat orang mulia, maka Abu Jahal dan Abu Lahab
paling mulia, Bilal bin Rabbah paling miskin, tapi kenyataannya Bilal yang berbahagia.

Maka Nabi Saw mengumpamakan hidup ini dengan banyak perumpamaan. Suatu saat beliau
mengatakan bahwa hidup ini seperti musafir. Perjalanannya panjang, lalu dia bernaung sekejap
di bawah pohon yang rindang. Berapa lama? Sementara matahari panas, ketika sudah condong
perjalanan akan lanjut kembali.

Dalam perumpamaan lain beliau memperumpamakan, hidup ini seperti setengah sayap
nyamuk. Kalau kebetulan dititipkan harta, jangan sombong karena harta yang banyak itu hanya
setengah sayap nyamuk. Kalau dititipkan kuasa, jangan angkuh karena kekuasaan itu juga
hanya setengah sayap nyamuk. Kalau susah, jangan berputus asa karena kesusahan itu juga
hanyalah setengah sayap nyamuk.

Dunia ini menjadi berat bagi orang yang tidak mengerti dunia. Orang yang mengerti akan
mengatakan bahwa dunia ini kecil, penderitaan ini kecil, dia cukup angkat tangan dan berkata,
“Allahu Akbar,” yang besar itu hanya Engkau ya Allah. Yang lain kecil.

Besarkan Allah dalam hatimu, supaya dunia ini kecil di kelopak matamu. Besarkan Allah dalam
jiwamu supaya kesusahan itu hanya butiran-butiran debu yang dihembus angin. Tak bermakna,
tak mengusik hati dan pikiranmu. Karena engkau selalu bersama Allah dan engkau serahkan
semuanya kepada Allah. Inna shalaati wa nusuki wa mahyaya, wa mamati lillah.

Kehormatan, kemuliaan, puja puji, sanjungan, bukan punyaku. Yang dihormati, yang dimuliakan
raja-raja, profesor, buya, alim ulama, pejabat, attahiyatul mubarakatus, keberkahan,
datuk-datuk, orang hebat, bangsawan, thayyibaatu, paling baik, paling sopan, paling mulia,
paling agung, bukan punyaku. Lillah. Punya Allah, dipinjamkannya sebentar menjadi angkuh,
dititipkannya sebentar menjadi sombong. Setiap hari, orang beriman menyerahkan itu
semuanya kepada Allah.

Di awal shalatnya ia mengatakan, bahwa hiduo dan matinya, semuanya untuk Allah.
Setelahnya ditutup bahwa kemuliaan, puja puji terbaik hanyalah untuk Allah. Lalu yang tersisa
untuknya apa? Yang tersisa di ujung lidahnya hanya laa hawla wa laa quwwata illa billah.

Kenali dunia baik-baik, agar dunia ini tidak menjadi ketakutan. Kenali dunia baik-baik agar tidak
menjadi kesedihan. Kesedihan adalah ketika jauh dari Allah Swt. Seluruh manusia
mengucilkan, menyepelekan, tak bermakna selama masih bersama dengan Allah. Kalau ada
hamba Allah yang pernah bersalah, lalu bersuci, mandi taubat, berwudhu’, atau bertayammum
lalu shalat dua rakaat karena Allah, setelah itu dia teteskan air mata. Dua mata yang tidak akan
terkena jilatan api neraka adalah yang berjaga di tengah malam mempertahankan Masjidil
Aqsha dari serangan Israel, atau yang menangis karena takut kepada Allah.

Jika ada orang yang berdosa, lalu dengan dosanya dia menyesal, dia merasa dia bukan
apa-apa dan bukan siapa-siapa, maka dia adalah yang paling mulia. Bukan kata khatib, tapi
kata Allah dalam Al-Qur’an, Inna akramakum, indallahi atqaakum. Yang paling mulia adalah
orang yang paling takut kepada Allah. Saking takutnya sampai menetes air matanya, menyesal
dalam hatinya, setelah itu dia angkat kedua tangannya. “Dosaku ini besar ya Allah, tapi Engkau
Maha Besar. Dosaku sebanyak buih di laut, tapi aku yakin Engkau Maha Pengampun segala
dosa.”

Setiap manusia ada kerjanya, setiap makhluk ada perbuatannya. Apa perbuatan Allah? Allah
meninggikan siapapun yang Dia kehendaki dan menjatuhkan siapapun yang Dia kehendaki.
Betapa banyak manusia yang tinggi dijatuhkan Allah sejatuh-jatuhnya sampai tak dapat
menatap tatapan manusia. Berapa banyak manusia yang dijatuhkan, direndahkan, dihinakan,
disepelekan, tapi dia besar di hadapan Allah. Kenapa? Karena dia membesarkan Allah.

Jangan besar karena jabatanmu, jangan besar karena kuasamu, tapi engkau besar karena
Allah. Kalau engkau besar karena hartamu, maka hartamu hilang engkau akan menjadi kecil.
Kalau engkau besar karena kuasamu, maka kuasamu tidak lama. Besarkanlah dirimu karena
Allah yang membesarkanmu. Angkat kedua tanganmu, katakanlah Allahu Akbar. Tempelkan
yang paling mulia di tubuhmu, keningmu engkau tempelkan di lantai, engkau mengatakan,
Engkau yang Maha Tinggi ya Allah. Engkau yang Maha Suci ya Allah, aku tidak ada
apa-apanya. Di saat itulah Allah akan mengangkatmu ke tempat yang paling mulia.

Bukankah Nabi Yusuf meminta, penjara ini lebih baik supaya tidak diminta oleh manusia.
Bukankah para ulama juga terasing, mereka terasing karena Allah ingin hati mereka lebih
bersih supaya merasakan dengan berdua-duaan dengan Allah. Dunia terlalu ramai dengan
hiruk pikuk kepalsuan, kebohongan, kedustaan. Ada saja cara Allah agar kita menemukan titik
balik. Allah membuat manusia menemukan titik yang menyebabkan dia bertaubat kepada Allah.

Aku beristighfar kepada Allah 100 kali dalam sehari semalam (hadits). Astaghfirullahal azhiim,
alladzi laa ilaha illa huwa al-hayyu al-qayyum wa aatubu ilaihi. Sedangkan Nabi Adam as,
bersilap dan bersalah mengatakan, rabbana zhalamna anfusana wa illam taghfirlana, wa
tarhamna lanakunanna minal khasirin. Nabi Yunus as tersilap dan tersalah, tapi ketika berada di
tiga kegelapan mengatakan, Laa ilaaha illa anta, subhanaka inni kuntu mina azh-zholimiin.

Tidak ada tempat berserah, tidak ada tempat memohon dan meminta selain kepada Allah Swt.
Berharap kepada kawan, kawan berubah menjadi lawan. Berharap kepada teman, hari ini
teman tertawa, ketika kita menangis dia menjauh. Satu-satunya yang tidak mengecewakan
harapan hanya Engkau ya Allah. Ilaahi anta maqshudi, wa ridhoka mathlubi. Engkaulah yang
kumaksud ya Allah, ridhoMulah yang kucari.
Ada saja cara Allah supaya hamba itu meninggalkan kesibukan dunia supaya berduaan dan
bermesraan dengan Allah Swt. Tasbih, tahmid, tahlil bersama dengan Allah. Tapi se-afdhol
dzikir adalah Laa ilaha illallah. Kapan dibaca? Ketika berdiri, ketika duduk, ketika berbaring.
Kalau ada tuan guru mengatakan, berdzikirlah 100, berdzikirlah 1000, itu hanyalah proses
pembelajaran.

Tapi puncaknya adalah ketika tidak luput hati ketika mengingat Allah sehingga tidak lagi
memperdulikan tatapan dan pujian manusia yang hanya hampa. Ketika senang dia puji, ketika
dia tidak senang dia benci. Bersandarkah kita kepada perasaan manusia, ketika kita kaya dia
suka, ketika tidak ada dia hina. Tidak ada manusia yang dapat dipercaya, kecuali orang-orang
yang disayangi oleh Allah Swt. Yang penting adalah pandangan Allah Swt.

Siapa yang mengamalkan istighfar banyak-banyak, segala kesempitan hidupnya akan


dilapangkan Allah, segala kesulitannya dimudahkan oleh Allah, diberikan rezeki dari arah yang
tidak tersangka-sangka. Dirinya boleh terkurung di dalam tempat yang sempit, matanya tertutup
tidak bisa melihat dunia, tapi hatinya terbuka, dadanya lapang menulis kitab Tafsir Al-Azhar.
Ditulis oleh Buya Hamka dalam pengasingan, anak istri, sahabat, jamaah jauh. Tapi hatinya
terbuka karena dia bersama dengan Allah, tempat yang sempit terasa lapang, tempat yang
sunyi terasa ramai.

Tapi ketika bersama dengan makhluk dan hawa nafsu, tempat yang lapang terasa sempit.
Bukankah orang Amerika, orang Eropa, orang Jepang berada di tempat yang lapang, terbang
sejauh mata memandang, kenapa dia bunuh diri? Kenapa dia gantung diri? Bukankah hidupnya
indah? Hatinya sempit.

Allah mengatakan di dalam Al-Qur’an, siapa yang tidak mengingatKu maka hidupnya akan
sempit dan di hari Kiamat nanti ia akan dibangkitkan dalam keadaan buta. Kenapa aku
dibangkitkan dalam keadaan buta? Karena ketika datang ayat-ayatKu, engkau lupakan, maka
hari ini engkaupun akan dilupakan.

Jaga hubungan dengan Allah, jaga keharmonisan dengan Allah dengan tetap menjaga shalat,
setelah shalat beristighfar dan memperbanyak shalawat. Siapa yang bershalawat kepadaku
satu kali, maka Allah akan memberikan 10 kebaikan, ditutup 10 dosa kesalahan dan dinaikkan
10 derajat (hadits).

Jika engkau mendengarkan perkataan manusia, maka mereka hanya akan menyempitkan
dadamu. Bukankah telah Kulapangkan dadamu? Bukankah sudah kuangkat beban yang selalu
membebani pundak, hati dan pikiranmu. Segala kesulitan itu ada kemudahan, sampai diulang
dua kali. Selesai satu urusan, shalat sudah, dzikir sudah, baca Qur’an sudah, merenung
sebentar. Apa yang akan aku bawa ke hadapan Allah? Harta yang disayang tinggal, keluarga
buah hati belaian jiwa ditinggal, yang kekal abadi hanyalah amal sholeh. Hanya iman dan amal
sholeh.
Yang masih bersedih karena manusia, manusia belum tentu memikirkan kita. Yang masih
bersedih karena kuasa, kuasa hanya tinggal di pelupuk mata. Tapi masih ada satu harapan,
manusia bisa bertahan hidup 30 hari tanpa makanan, masih bisa hidup 3 hari tanpa air, tapi
tidak bisa hidup 3 detik tanpa harapan. Satu-satunya harapan hanya Allah Subhanahu wa
ta’ala.

Barakallahu lii wa lakum fil Qur’anil azhim, wana fa’ani wa iyyakum bima fiihi minal aayati wa
dzikril hakiim, wa taqabbala minni wa minkum tilawatahu, innahu huwa al-ghafuur ar-rahiim.

(Khutbah Kedua)

Alhamdulillah, wa shalaatu wassalaamu ‘ala Rasulillah, wa ‘ala alihi wa shahbihi wa man


waalah. Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala aali sayyidina Muhammad, kamaa
shallaita ‘ala sayyidina Ibrahiim wa ‘ala alii sayyidina Ibrahim, wa baarik ‘ala sayyidina
Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa barakta ‘ala sayyidina Ibrahim wa ‘ala aali sayyidina
Ibrahim, fil alamiina innaka hamiidun majiid.

Qaalallahu ta’ala fil Qur’ani azhiim, Wa Al-Asr, innal insaana lafi khusr, illalladzina aamanu wa
amilush shalihaat, wa tawa shaubil haqqi wa tawa shaubis shabr.
Innallaha wa malaa-ikatahu yushalluna ‘alan Nabi, yaa ayyuhalladziina aamanu, shalluu alaihi
wa sallimu tasliima.

Allahummaghfir lil muslimiina wal muslimaat, wal mu’miniina wal mu’minaat, al-ahya-i minhum
wal amwaat, birahmatika yaa arhamar rahimiin. Allahumanshur ikhwaanal mujaahidiina fiil
Falistiin, wa fii Rohingya, wa fii Hind, wa fii kulli makaan, min masyaarikil ardhi ila magharibiiha.

Ibadallah, uusikum wa nafsi bitaqwallah wa thaa-atihi faqad faazal muttaquun. Innallaha


ya’muru bil adli wal ihsan, wa iita idzil qurbaa wa yanha ‘anil fahsyaa-i munkari wal barr.
Ya’izhukum la-allakum tadzakkaruun, fadzkurullahal azhiima yadzkurkum. Fas’aluhu min fadhlihi
yu’tiikum, walaa dzikrullahi akbar, wallahu ya’lamu maa tasna’uun.

Anda mungkin juga menyukai