Anda di halaman 1dari 17

Cinta Dunia dan Takut Mati

Semua tentu takut menghadapi kematian. Apalagi kita yakin bekal kita masih kurang untuk menghadapinya. Namun ada rasa takut akan kematian yang tercela dan ada pula yang tidak tercela. Yang tercela bila rasa takut tersebut didasari akan cinta yang berlebihan pada dunia sehingga melupakan akhirat.

Hadits Suka Berjumpa dengan Allah Dalam hadits dari Aisyah disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, . Barangsiapa suka berjumpa dengan Allah, Allah juga mencintai perjumpaan

dengannya. Sebaliknya barangsiapa membenci perjumpaan dengan Allah, Allah juga membenci perjumpaan dengannya." Kontan 'Aisyah berkata, Apakah yang dimaksud benci akan kematian, wahai Nabi Allah? Tentu kami semua takut akan kematian. Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- lantas bersabda, "Bukan begitu maksudnya. Namun maksud yang benar, seorang mukmin jika diberi kabar gembira dengan rahmat, keridhoan serta surga-Nya, ia suka bertemu Allah, maka Allah pun suka berjumpa dengan-Nya. Sedangkan orang kafir, jika diberi kabar dengan siksa dan murka Allah, ia pun khawatir berjumpa dengan Allah, lantas Allah pun tidak suka berjumpa dengan-Nya." (HR. Muslim no. 2685).

Para ulama menggolongkan takut akan kematian menjadi dua macam: 1- Takut yang tidak tercela, yaitu takut mati yang sifatnya tabiat yang setiap orang memilikinya. 2- Takut yang tercela, yaitu takut mati yang menunjukkan tanda lemahnya iman. Takut seperti ini muncul karena terlalu cinta pada dunia dan tertipu dengan gemerlapnya dunia sehingga banyak memuaskan diri dengan kelezatan dan kesenangan tersebut. Inilah yang disebutkan dalam hadits dengan penyakit wahn, yaitu cinta dunia dan takut mati. Hadits tentang penyakit wahn, - - . . . Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian dari

berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring. Kemudian seseorang bertanya,Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit? Rasulullah berkata,Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian Wahn. Kemudian seseorang bertanya,Apa itu wahn? Rasulullah berkata,Cinta dunia dan takut mati. (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278, shahih kata Syaikh Al Albani. Lihat penjelasan hadits ini dalam Aunul Mabud).
Cinta dunia dan takut mati di sini adalah dua hal yang saling melazimkan. Itu berarti jika seseorang tertipu dan terlalu cinta pada dunia, maka ia pun begitu khawatir pada kematian. Lihat pembahasan dalam Aunul Mabud. Inilah yang membuat rasa takut terhadap kematian itu tercela.

Lepaskan Diri dari Cinta Dunia Rasulullah yang mulia adalah contoh seorang pemimpin yang sangat dicintai umatnya; seorang suami yang menjadi kebanggaan keluarganya; pengusaha yang dititipi dunia tapi tak diperbudak oleh dunia karena beliau adalah orang yang sangat terpelihara hatinya dari silaunya dunia. Tidak ada cinta terhadap dunia kecuali cinta terhadap Allah. Kalaupun ada... Selasa, 05 Februari 2008

"Akan datang masa di mana kamu diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang berebut melahap isi mangkuk." Para sahabat bertanya, "Apakah saat itu jumlah kami sedikit ya Rasulallah?" Rasulullah bersabda, "Tidak, bahkan saat itu jumlahmu sangat banyak, tetapi seperti buih di lautan karena kamu tertimpa penyakit 'wahn'." Sahabat bertanya, "Apakah penyakit 'wahn' itu ya Rasulallah?" Beliau menjawab, "Penyakit 'wahn' itu adalah terlalu cinta dunia dan takut mati." Rasulullah yang mulia adalah contoh seorang pemimpin yang sangat dicintai umatnya; seorang suami yang menjadi kebanggaan keluarganya; pengusaha yang

dititipi dunia tapi tak diperbudak oleh dunia karena beliau adalah orang yang sangat terpelihara hatinya dari silaunya dunia. Tidak ada cinta terhadap dunia kecuali cinta terhadap Allah. Kalaupun ada cinta pada dunia, hakikatnya itu adalah cinta karena Allah. Inilah salah satu rahasia sukses Rasulullah. Apa yang dimaksud dengan dunia? Firman-Nya, "Ketahuilah, bahwa

sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan... Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Q.S. Al-Hadiid [57]:20) Dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah. Misalnya, salat, saum atau sedekah, tetap dikatakan urusan dunia jika niatnya ingin dipuji makhluk hingga hati lalai terhadap Allah. Sebaliknya, orang yang sibuk siang malam mencari uang untuk didistribusikan kepada yang memerlukan atau untuk kemaslahatan umat -- bukan untuk kepentingan pribadi -- bukan untuk kepentingan pribadi terhadap Allah, walau aktivitasnya seolah duniawi. Artinya, segala sesuatu yang membuat kita taat kepada Allah, maka hal itu bukanlah urusan dunia. Bagaimana ciri orang yang cinta dunia? Jika seseorang mencintai sesuatu, maka dia akan diperbudak oleh apa yang dicintainya. Jika orang sudah cinta dunia, maka akan datang berbagai penyakit hati. Ada yang menjadi sombong, dengki, serakah atau capek memikirkan yang tak ada. Makin cinta pada dunia, makin serakah. Bahkan, bisa berbuat keji untuk mendapatkan dunia yang diinginkannya. Pikirannya selalu dunia, pontang-panting siang malam mengejar dunia untuk kepentingan dirinya. Ciri lainnya adalah takut kehilangan. Seperti orang yang bersandar ke kursi, maka akan takut sandarannya diambil. Orang yang bersandar ke pangkat atau

kedudukan, maka ia akan takut pangkat atau kedudukannya diambil. Oleh sebab itu, pencinta dunia itu tidak pernah merasa bahagia. Rasulullah yang mulia, walau dunia lekat dan mudah baginya, tetapi semua itu tidak pernah sampai mencuri hatinya. Misalnya, saat pakaian dan kuda terbaiknya ada yang meminta, beliau memberikannya dengan ringan. Beliau juga pernah menyedekahkan kambing satu lembah. Inilah yang membuat beliau tak pernah terpikir untuk berbuat aniaya. Semua yang ada di langit dan di bumi titipan Allah semata. Kita tidak mempunyai apa-apa. Hidup di dunia hanya mampir sebentar saja. Terlahir sebagai bayi, membesar sebentar, semakin tua, dan akhirnya mati. Kemudian terlahir manusia berikutnya, begitu seterusnya. Bagi orang-orang yang telah sampai pada keyakinan bahwa semuanya titipan Allah dan total milik-Nya, ia tidak akan pernah sombong, minder, iri ataupun dengki. Sebaliknya, ia akan selalu siap titipannya diambil oleh Pemiliknya, karena segala sesuatu dalam kehidupan dunia ini tidak ada artinya. Harta, gelar, pangkat, jabatan, dan popularitas tidak akan ada artinya jika tidak digunakan di jalan Allah. Hal yang berarti dalam hidup ini hanyalah amal-amal kita. Oleh sebab itu, jangan pernah keberadaan atau tiadanya "dunia" ini meracuni hati kita. Jika memiliki harta dunia, jangan sampai sombong, dan jika tidak adanya pun, tidak perlu minder. Kita harus meyakini bahwa siapa pun yang tidak pernah berusaha melepaskan dirinya dari kecintaan terhadap dunia, maka akan sengsara hidupnya. Mengapa? Sumber segala fitnah dan kesalahan adalah ketika seseorang begitu mencintai dunia. Semoga Allah mengaruniakan pada kita nikmatnya hidup yang tak terbelenggu oleh dunia. Wallahu a'lam.

CINTA DUNIA Posted 30 September 2009 by jalandakwahbersama in RENUNGAN, TASAWUF. Ditandai:TASAWUF. 64 Komentar Cinta dunia adalah sesuatu yang sangat berbahaya. Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut ini: Kalau begitu, bergembiralah dan berharaplah memperoleh sesuatu yang melapangkan diri kalian. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku kahwatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur. (Hadits riwayat Muslim (2961) dan al-Bukhari (6425), dan Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab tentang Zuhud hal. 73)

============= Perhatikan Firman Allah SWT berikut ini: Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Q.S. AlHadiid [57]:20) Cinta dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah, misalnya, shalat, saum atau sedekah, dan kalaupun kita tetap melakukannya tapi tetap dikatakan sebagai urusan dunia, jika niatnya ingin dipuji makhluk hingga hati lalai terhadap Allah. Hampir tiba dimana umat-umat saling memanggil untuk melawan kalian

sebagaimana orang-orang saling memanggil untuk menyantap hidangannya. Salah seorang bertanya: apakah karena sedikitnya kami ketika itu? Rasul menjawab, bahkan kalian pada hari itu banyak akan tetapi kalian laksana buih dilautan dan sungguh Allah mencabut ketakutan dan kegentaran terhadap kalian dari dada musuh kalian dan Allah tanamkan di hati kalian al-wahn. Salah seorang

bertanya: apakah al-wahn itu ya Rasulullah? Beliau menjawab: cinta dunia dan membenci kematian (HR Abu Dawud dan Ahmad). Jika seseorang mencintai sesuatu, maka dia akan diperbudak oleh apa yang dicintainya. Jika orang sudah cinta dunia, maka akan datang berbagai penyakit hati. Ada yang menjadi sombong, dengki, serakah dan cenderung melelahkan diri sendiri memikirkan yang tidak ada. Makin cinta pada dunia, akan makin serakah. Bahkan, bisa berbuat keji untuk mendapatkan dunia yang diinginkannya. Pikirannya selalu dunia, pontang-panting siang malam mengejar dunia untuk kepentingan dirinya. Allah SWT berfirman: Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan

perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia ini tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan (QS. Hud[11]: 15-16).
Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya dunia itu dilaknat, berikut segenap isinya juga dilaknat, kecuali jika disertai untuk tujuan kepada Allah SWT. (Al Hadits) Segala sesuatu dalam kehidupan dunia ini tidak ada artinya. harta, gelar, pangkat, jabatan, dan popularitas tidak akan ada artinya jika tidak digunakan di jalan Allah. Hal yang berarti dalam hidup ini hanyalah amal-amal kita. Oleh sebab itu, jangan pernah kecukupan atau kekurangan dunia ini meracuni hati kita. Jika kita berkecukupan, jangan sampai kecukupan kita menjadikan kita sombong, dan jika kita kekurangan, maka jangan sampai kekurangan kita itu, membuat kita jadi kurang mensyukuri nikmat Allah, banyak mengeluh dan minder. Rasulullah saw bersabda, Perumpamaan orang yang cinta pada dunia ibarat orang yang berjalan di atas air. Dapatkah orang berjalan di atas air, kakinya tidak basah? (Al-Hadits). Dunia adalah manisan hijau. Dan Allah mengangkat kamu sebagai

khalifah di atasnya, dan Dia menyaksikan bagaimana cara kamu bekerja. (AlHadits). Obat dari penyakit cinta dunia ini tidak lain adalah kezuhudan kita kepada dunia, yang mana Rasulullah saw telah mengajarkan kita ummatnya untuk berlaku zuhud. Rasulullah saw bersabda: zuhudlah di dunia maka ALLAH akan

mencintai kalian, dan zuhudlah atas apa-apa yang ada di sebagian manusia, maka kamu akan dicintai oleh mereka (HR.ibnu majah dalam kitab zuhud ).
Perhatikan hadits berikut ini: Andai saja kamu mengetahui, apa yang engkau

akan lihat saat kematianmu, tentulah engkau tidak akan memakan segigitpun hidangan idamanmu, dan pula engkau tidak akan meminum lagi minuman lezat untuk memuaskan rasa dahaga mu yang tak terpuaskan (Imam Ahmad dari Abu
Dharda as) Jabir bin Abdillah ra bekata, Rasulullah SAW pernah memasuki sebuah pasar

yang di kiri-kanannya dipadati manusia. Ketika itu beliau melewati seekor kambing kuper (telinganya kecil) yang telah menjadi bangkai. Lantas Beliau menenteng telinga kambing itu seraya berseru, Siapakah yang mau membeli kambing ini dengan harga satu dirham? Pengunjung pasar menjawab, Sedikitpun kami tidak menginginkannya. Beliau bertanya lagi, Apakah kalian mau jika anak kambing ini kuberikan cuma-cuma kepada kalian? Mereka menjawab, Demi Allah, kalaupun anak kambing itu hidup, kami tidak akan menerimanya karena cacat, maka bagaimana kami mau menerimanya setelah menjadi bangkai? Mendengar hal ini Rasulullah saw bersabda, Demi Allah, sesungguhnya dunia itu lebih hina dalam pandangan Allah daripada bangkai kambing kuper ini dalam pandangan kalian (HR. Muslim)
Cinta dunia adalah sumber segala kesalahan karena cinta dunia, sering mengakibatkan seseorang cinta terhadap harta benda dan didalam harta benda terdapat banyak penyakit. Antara lain sifat bangga dan angkuh, pamer terhadap yang dimiliki. Dan orang yang cinta dunia akan sibuk mengurus hartanya dan terus berusaha untuk menambahnya, hingga membuatnya lalai dari dzikir kepada Allah SWT. Ketahuilah barangsiapa dilalaikan oleh harta bendanya, dia

akan merugi, terlebih bila lalai dari dzikrullah, ia akan hanya seperti mayat, karena bila hati sepi dari dzikir ia akan dihuni dan disetir olehsetan sesuai kehendaknya.

Jika seorang manusia telah dikuasai (hatinya) oleh iblis, maka akan menjadi lemah, iblis akan membolak-balikan hatinya bagaikan seorang anak kecil mempermainkan bola. Karena orang yang mabuk karena cinta dunia tidak akan sadar kecuali setelah berada di dalam kubur. Yahya bin Muadz berkata, Dunia itu araknya setan, barangsiapa mabuk karenanya, ia tidak akan segera sadar, kecuali setelah berada di tengah kumpulan orang mati dalam keadaan menyesal di antara orang-orang yang merugi. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Barzah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat

sebelum ditanya tentang 4 perkara : Tentang umurnya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia gunakan, hartanya dari mana diperoleh dan kemana dibelanjakan, dan ilmunya, apa yang diamalkannya. (HR. Tirmidzi).
Dunia dengan segala pesonanya memang sangat menggoda dan mempesona, dan kadang kesuksesan seseorang memang diukur dari status sosialnya di masyarakat, namun hal tersebut jangan sampai membuat kita terjebak dan terperangkap cinta dunia. Ingatlah kita hanya hidup sementara di dunia ini, semua harta dunia yang kita banggakan, tidak akan kita bawa mati, hanya amal ibadah, dan amal kebaikanlah yang akan menemani kita

hingga sampai hari kita dibangkitkan nanti. Jadikanlah dunia hanya sebagai ladang akhirat kita, tempat kita mempersiapkan bekal untuk akhirat nanti. Ingatlah selalu, bahwa kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang sudah kita lakukan selama kita hidup didunia ini. Dewi Yana http://jalandakwahbersama.wordpress.com

Fenomena Cinta Dunia Takut Mati Posted on April 22, 2013 by admin

Setiap manusia hidup pasti akan mati. Tak ada seorang pun yang mengingkari hal ini. Malaikat maut sang pencabut nyawa, tidak pandang bulu ketika mengambil nyawa manusia dari jasadnya. Si kaya, si miskin, si mukmin maupun si kafir, muda atau tua, semua akan ia datangi, sesuai dengan perintah Allah subhanahu wa taala -. Semua akan dicabut nyawanya, tak peduli dengan suka atau terpaksa. Jika sudah waktunya, tak ada yang bisa menangguhkan kematian meski hanya sedetik saja. Mungkin ada yang hampir tak percaya, ketika ada pemain sepakbola tiba-tiba meninggal saat sedang bermain bola di lapangan. Atau ketika seorang penceramah tiba-tiba menghentikan ceramahnya karena maut telah menjemputnya tanpa permisi. Memang begitulah maut. Tak ada yang tahu kapan ia akan menjemput. Bagi seorang mukmin yang merindukan kebahagiaan abadi di negeri akhirat, tentu ia akan berusaha berbekal sebanyak-banyaknya, sehingga ia selalu siap kapan saja sang maut akan menjemput. Ia selalu sadar jika kehidupan di dunia ini hanyalah fana. Semua kenikmatan dunia akan ditinggalkan, begitu nyawa keluar dari badan. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa taala -, Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Ali-Imran: 85)

Namun, sayang seribu sayang, seorang mukmin yang demikian itu, saat ini semakin sulit ditemukan. Karena kebanyakan kaum muslimin saat ini, terlihat lebih cinta dunia dan takut mati. Fenomena ini begitu terasa, dan sangat mudah dibuktikan. Begitu banyak kaum muslimin yang mengisi kehidupannya untuk memburu dunia. Hanya kenikmatan dan pernik-pernik dunia yang ada di kepalanya, hingga tanpa terasa ia telah melupakan akhiratnya. Gaya hidup mewah, glamour dan berlebihan, kini semakin membudaya dalam kehidupan sebagian kaum muslimin. Halal haram pun tak lagi diperhatikan, baik dalam makan minum, pergaulan dan cara berpakaian. Bukan lagi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya yang dijadikan teladan dan panutan, melainkan para artis dan selebritis yang tiap hari mereka lihat di televisi. Mereka begitu mencintai dunia. Materi, kedudukan, dan popularitas, begitu ramai diperebutkan. Bahkan anak-anak pun telah diajari dengan gaya hidup demikian. Seorang muslim semakin jauh dari Islam, dan tak lagi mengenal agamanya. Mereka tak punya waktu untuk menuntut ilmu syari, atau beribadah sesuai sunnah. Maka sungguh benar sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam -, Akan terjadi masa dimana umat-umat di luar Islam berkumpul di samping kalian wahai umat Islam, sebagaimana berkumpulnya orang-orang yang menyantap hidangan. Lalu seorang sahabat bertanya, Apakah kami pada saat itu sedikit wahai Rasulullah? Beliau menjawab, Tidak. Bahkan ketika itu jumlah kalian banyak. Akan tetapi kalian ketika itu bagaikan buih di lautan. Ketika itu Allah hilangkan dari musuh-musuh kalian rasa segan dan takut terhadap kalian, dan kalian tertimpa penyakit wahn. Sahabat tadi bertanya lagi, Wahai Rasulullah apa yang engkau maksud dengan wahn itu? , Rasulullah menjawab, Cinta dunia dan takut mati. (Riwayat Abu Dawud) Dunia sebagai Ujian Sesungguhnya segala macam kenikmatan dunia adalah ujian dari Allah subhanahu wa taala -, karena hampir setiap manusia memiliki kecenderungan atau rasa suka terhadap hal-hal duniawi. Allah berfirman, Dijadikan indah pada

pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanitawanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Ali-Imran: 14) Namun kemudian Allah menegaskan bahwa semua kenikmatan tersebut tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kenikmatan di sisi-Nya, yaitu kenikmatan yang kekal abadi, bukan kenikmatan semu seperti kenikmatan dunia ini, Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.(al-Mukmin: 39) Kenikmatan dunia itu bermacam-macam sebagaimana yang telah disebutkan oleh Allah subhanahu wa taala -. Masing-masing mengandung nilai godaan dengan kapasitas yang berbeda-beda. Wanita, harta dan anak-anak menempati posisi teratas sebagai bagian duniawi yang paling menggoda. Allah telah memperingatkan tentang godaan tersebut dalam firman-Nya, Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (Al-Anfal: 28) Begitulah dunia, tidak ada nilainya di sisi Allah yang Maha Pencipta. Dan begitu pula seharusnya manusia memandangnya. Karena itulah Allah melarang kita memandang dengan penuh ketakjuban kepada manusia-manusia yang dianugerahi kenikmatan dunia. Karena kelak mereka pun akan mati juga. Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia, untuk Kami cobai mereka dengannya, dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (Thaha: 131) Akhirat Semestinya di Hatimu Berbagai peringatan Allah subhanahu wa taala yang menyebutkan tentang godaan dunia itu, bukan berarti kita harus melupakan sama sekali kehidupan dunia.

Allah berfirman, Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al-Qashash: 77) Penerapan dari konsep ini adalah ketika seorang muslim menjadikan dunia di genggamannya, ia menguasainya. Bukan sebaliknya, ia dikuasai oleh dunia. Cukuplah dunia tersebut berada di tangannya tapi tidak pernah dia biarkan bersemayam di hatinya. Karena sesuatu yang kita pegang tentu akan mudah untuk kita lepaskan jika ia sudah membahayakan. Sebaliknya sesuatu yang sudah merasuk ke hati akan sulit untuk diangkat darinya. Sejarah telah mencatat orangorang seperti ini. Lihatlah Abu Bakar radhiyallahu anhu -, Umar radhiyallahu anhu -, Abdurrahman bin Auf radhiyallahu anhu -, mereka sangat mudah menginfakkan setengah hartanya bahkan seluruh hartanya karena melihat ada keuntungan akhirat yang berlipat-lipat ketika mereka menginvestasikan harta mereka tersebut di jalan Allah. Saat mereka masih hidup di dunia, mereka menguasainya, namun jiwa dan cita-cita mereka telah terbang melayang ke alam akhirat. Maka layaklah bila Allah subhanahu wa taala dan Rasul-Nya menjamin mereka dengan surga. Coba bandingkan sikap mereka terhadap dunia dengan sikap sebagian dari kita, yang ketika kehilangan sedikit harta saja seperti kehilangan dunia seisinya. Kita begitu takut kehilangan dunia, padahal semua itu tak ada apa-apanya dibandingkan kenikmatan di akhirat. Jika kita terlalu mencintai dunia, Allah telah memperingatkan kita dengan firman-Nya, Adapun orang yang melampaui batas, Dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orangorang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya. (an-Naziat: 3741)

Maka jadikanlah diri kita di dunia ini seperti orang asing atau musafir yang tidak tinggal menetap. Gunakan masa hidup kita untuk mengumpulkan perbekalan menuju ke kampung halaman, yaitu negeri akhirat yang kekal. Semoga Allah subhanahu wa taala menjauhkan kita dari penyakit wahn, dan berkenan membukakan pintu surga bagi kita. Amiin. (***)

Rubrik Lentera, Majalah Sakinah Vol. 10 No. 7

Keutamaan Cinta Akhirat Dan Zuhud Dalam Kehidupan Dunia Kategori: Tazkiyatun Nufus 9 Komentar // 26 November 2010 Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu anhu beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ((

Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)[1].
Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan cinta kepada akhirat dan zuhud

dalam kehidupan dunia, serta celaan dan ancaman besar bagi orang yang terlalu berambisi mengejar harta benda duniawi[2].

Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini: - Orang yang cinta kepada akhirat akan memperoleh rezki yang telah Allah tetapkan baginya di dunia tanpa bersusah payah, berbeda dengan orang yang terlalu berambisi mengejar dunia, dia akan memperolehnya dengan susah payah lahir dan batin[3]. Salah seorang ulama salaf berkata, Barangsiapa yang mencintai

dunia (secara berlebihan) maka hendaknya dia mempersiapkan dirinya untuk menanggung berbagai macam musibah (penderitaan)[4].

- Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata[5], Orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (macam penderitaan): Kekalutan

(pikiran) yang selalu menyertainya, kepayahan yang tiada henti, dan penyesalan yang tiada berakhir. Hal ini dikarenakan orang yang mencintai dunia (secara

berlebihan) jika telah mendapatkan sebagian dari (harta benda) duniawi maka nafsunya (tidak pernah puas dan) terus berambisi mengejar yang lebih daripada itu, sebagaimana dalam hadits yang shahih Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Seandainya seorang manusia memiliki dua lembah (yang berisi) harta (emas) maka dia pasti (berambisi) mencari lembah harta yang ketiga[6]. - Kekayaan yang hakiki adalah kekakayaan dalam hati/jiwa. Rasululah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan (dalam) jiwa[7]. - Kebahagiaan hidup dan keberuntungan di dunia dan akhirat hanyalah bagi orang yang cinta kepada Allah dan hari akhirat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sungguh sangat beruntung seorang yang masuk Islam,

kemudian mendapatkan rizki yang secukupnya dan Allah menganugrahkan kepadanya sifat qanaah (merasa cukup dan puas) dengan rezki yang Allah Taala berikan kepadanya[8].

- Sifat yang mulia ini dimiliki dengan sempurna oleh para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan inilah yang menjadikan mereka lebih utama dan mulia di sisi Allah Taala dibandingkan generasi yang datang setelah mereka. Ibnu Masud radhiyallahu anhu berkata, Kalian lebih banyak berpuasa, (mengerjakan)

shalat, dan lebih bersungguh-sungguh (dalam beribadah) dibandingkan para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tapi mereka lebih baik (lebih utama di sisi Allah Taala) daripada kalian. Ada yang bertanya: Kenapa (bisa demikian), wahai Abu Abdirrahman? Ibnu Masud radhiyallahu anhu berkata: Karena mereka lebih zuhud dalam (kehidupan) dunia dan lebih cinta kepada akhirat[9]. Kota Kendari, 27 Syawaal 1431 H Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthon, MA Artikel www.muslim.or.id [1] HR Ibnu Majah (no. 4105), Ahmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229), Ibnu Hibban (no. 680) dan lain-lain dengan sanad yang shahih, dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Bushiri dan syaikh al-Albani. [2] Lihat kitab at-Targib wat tarhiib (4/55) karya imam al-Mundziri. [3] Lihat keterangan imam Ibnul Qayyim dalam kitab Igaatsatul lahfaan (1/37). [4] Dinukil oleh imam Ibnul Qayyim dalam kitab Igaatsatul lahfaan (1/37). [5] Dalam kitab kitab Igaatsatul lahfaan (1/37). [6] HSR al-Bukhari (no. 6072) dan Muslim (no. 116). [7] HSR al-Bukhari (no. 6081) dan Muslim (no. 1051). [8] HSR Muslim (no. 1054). [9] Atsar riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (no. 34550) dan Abu Nuaim dalam Hilyatul auliyaa (1/136) dengan sanad yang shahih, juga dinukil oleh imam Ibnu Rajab dalam kitab Latha-iful maaarif (hal. 279).

Dari artikel 'Keutamaan Cinta Akhirat Dan Zuhud Dalam Kehidupan Dunia Muslim.Or.Id'

Anda mungkin juga menyukai