Anda di halaman 1dari 10

‫‪KHUTBAH PERTAMA‬‬

‫‪ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAH WABARAKATUH‬‬

‫ِإ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ‬
‫َونَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر ُْو ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا ِ‬
‫ت‬
‫َأ ْع َمالِنَا‬

‫ك لَهُ‬‫َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي َ‬


‫َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ‬

‫اللَّهُ َّم َ‬
‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫آل‬
‫ْت َعلَى َسيِّ ِدنَا‬ ‫صلَّي َ‬
‫َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد كما َ‬
‫آل َسيِّ ِدنَا إبْرا ِهي َم‬
‫إ ْب َرا ِهي َم وعلى ِ‬
َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
َّ ‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬
‫ق تُقَاتِ ِه َواَل‬
َ ‫تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم‬
‫ون‬
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!

Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang insya Allah selalu berada dalam
naungan rahmat dan hidayah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tak henti-
hentinya kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah Subhanahu
Wa Ta’ala. yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam;
karunia yang teramat besar yang Allah karuniakan kepada hamba-
hamba-Nya. Semoga kita selalu termasuk yang mendapatkan hidayah-
Nya serta berada dalam keadaan Iman dan Islam hingga akhir hayat
kita.

Dan tentunya kita bersyukur kepada Allah atas nikmat berbagai


kehidupan yang masih diberikan kepada kita. Sehingga pada
kesempatan ini kita masih dapat beribadah kepada-Nya, dapat
mengingat-Nya, serta memuji-Nya.
Pujian hanya layak dimiliki oleh Allah. Alhamdulillah; segala puji
hanya milik Allah. Sungguh tidaklah pantas bagi manusia untuk
mengharapkan pujian, tidak pantas bagi manusia untuk merasa telah
berjasa, karena sungguh sejatinya segala pujian hanya milik Allah
semata
Pada kesempatan yang mulia ini, kami selaku khatib mengajak
kepada hadirin sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.,
takwa dalam arti senantiasa berupaya dan berusaha untuk selalu
menghadirkan Allah dalam setiap situasi dan kondisi dengan cara
senantiasa berzikir dan melaksanakan segala perintahNya.
Takwa dalam arti kita senantiasa melibatkan Allah dalam setiap
persoalan yang kita hadapi dengan cara berdoa, memohon
pertolongan dan bermunajat kepadaNya. Sehingga akan menimbulkan
ketentraman dan ketenangan dalam setiap kehidupan kita.
Ummatal Islam,
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk senantiasa
beribadah kepadaNya. Karena itulah tujuan hidup kita di dunia. Allah
berfirman:

َ ‫ت ْال ِج َّن َواِإْل‬


pِ ‫نس ِإاَّل لِيَ ْعبُ ُد‬
٥٦﴿ ‫ون‬ ُ ‫﴾ َو َما َخلَ ْق‬
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka
beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Adz-
Dzariyat[51]: 56)

Maka kewajiban setiap hamba untuk benar-benar memperhatikan


tentang ibadah. Karena itu adalah merupakan tujuan hidupnya.
Manusia tidak diciptakan untuk hidup di dunia selamanya, manusia
tidak diciptakan untuk senantiasa mencari dunia dan dunia walaupun
itu sesuatu yang ia butuhkan dalam hidupnya. Karena sesungguhnya
ibadah adalah kebutuhan yang lebih besar daripada makanan dan
minuman.

Maka kewajiban seorang hamba untuk senantiasa merealisasikan


ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara menuntut
ilmu, dengan cara berusaha mengamalkan ilmu, dengan cara
berusaha untuk mengikuti jejak kaki Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam. Karena tidak ada manfaat hidup kalau ternyata tidak
diwarnai dengan ibadah kepada Allah.
Manusia berbeda dengan binatang ternak. Binatang ternak hanya
mengikuti hawa nafsu saja, mereka tidak diberikan oleh Allah akal,
mereka tidak diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala alat untuk
berpikir. Mereka hanya hidup di dunia saja. Adapun di hari akhirat
mereka dikumpulkan kemudian menjadi tanah. Saat itulah orang-
orang kafir berkata:

ُ ‫يَا لَ ْيتَنِي ُك‬


‫نت تُ َرابًا‬
“Andaikan aku pun menjadi tanah seperti mereka.” (QS. An-
Naba'[78]: 40)
Maka dari itu saudaraku.. Manusia diberikan oleh Allah balasan di
akhirat kelak.

‫ا َل‬ppَ‫﴾ َو َمن يَ ْع َملْ ِم ْثق‬٧﴿ ُ‫فَ َمن يَ ْع َملْ ِم ْثقَا َل َذ َّر ٍة َخ ْيرًا يَ َره‬
٨﴿ ُ‫﴾ َذ َّر ٍة َش ًّرا يَ َره‬

“Siapa yang mengamalkan kebaikan sekecil apapun dia akan melihat


balasannya dan siapa yang mengamalkan keburukan sekecil apapun
dia akan melihat balasannya.” (QS. Al-Zalzalah[99]: 7-8)

Maka setiap kita, saudaraku.. Berpikir tentang hakikat hidupnya di


dunia bahwasanya ia akan kembali kepada Allah. Bahwasannya ia
akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka saudaraku sekalian.. Kita hidup di dunia hendaklah waspada.
Jangan sampai kemudian kita tenggelam di dalam dunia. Karena
sesungguhnya ketika kapal itu telah dipenuhi oleh air di lautan, ia
akan karam dan tenggelam. Demikian pula hati ketika telah dipenuhi
dengan cinta dunia, ia akan tenggelam dan karam.
Maka dari itulah saudara-saudaraku sekalian..

Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu mengingatkan dalam Al-Qur’an


tentang hakikat dunia. Allah berfirman:

ِ ‫ع ْال ُغر‬
‫ُور‬ ُ ‫َو َما ْال َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا ِإاَّل َمتَا‬

“Tidaklah kehidupan dunia kecuali kesenangan yang menipu.” (QS.


Al-Hadid[57]: 20)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun mengingatkan dalam


hadits-haditsnya yang shahih tentang hakikat dunia. Dan bahwasanya
dunia itu sesuatu yang hina dimata Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Semua itu adalah agar kita tidak tertipu dengan dunia, tidak tertipu
dari perjalanan kita menuju kehidupan akhirat. Karena seseorang
ketika hatinya hanya mengharapkan dunia dan dunia, maka akhiratnya
pun hancur lebur, yang ia harapkan dari ibadah hanya dunia, yang ia
harapkan dari ibadah hanya harta, sehingga Allah berfirman yang
artinya:

“Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia dan


perhiasannya, Kami akan berikan dari apa yang ia inginkan dari
amalannya tersebut tanpa dikurangi. Tapi mereka di akhirat tidak
mendapatkan apapun kecuali api neraka, batal amalannya dan sia-
sia perbuatannya tersebut.” (QS. Hud[11]: 16)

Subhanallah, saudaraku..

Maka dari itulah saudaraku.. Jangan sampai keinginan kita terbesar


adalah kehidupan dunia.Karena seseorang ketika hanya harapannya
dunia dan harapan dan keinginan terbesarnya dunia, yang dia
harapkan hanya dunia, maka dia akan sulit untuk ikhlas
mengharapkan wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia mau ibadah
ketika ada keuntungan dunianya. Adapun ketika tidak ada keuntungan
dunianya ia malas untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.

Orang yang berharap dunia sangat besar di hatinya, ia hanya


memandang sesuatu yang terhormat itu dengan dunia, bukan dengan
amalan shalih, tidak pula dengan ketakwaan kepada Allah Jalla
Jalaluhu. Sehingga akhirnya hatinya terbelit dengan kekikiran,
hatinya pun terbelit dengan ketamakan terhadap kehidupan dunia.
Sehingga akhirnya bagi dia dunia segalanya. Bahkan ia berani untuk
memutuskan silaturrahimnya karena dunia, ia berani untuk
menumpahkan darah seseorang karena dunia, ia berani bahkan
memusuhi kebenaran pun karena dunia. Lihatlah Fir’aun yang
memusuhi Nabi Musa karena dunia, lihatlah Namrud yang memusuhi
Nabi Ibrahim karena dunia, lihatlah Heraklius yang mengetahui
dengan yakin akan kebenaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam, Heraklius yakin bahwasanya Nabi Muhammad itu Nabi
terakhir, tapi masalahnya Heraklius takut kehilangan dunia. Itulah
yang menghalangi Heraklius untuk masuk ke dalam Islam, untuk
masuk kedalam agama Allah Subhanahu wa Ta’ala karena dunia.

Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:


“Bukan kefaqiran yang aku khawatirkan atas kalian.”
“Yang aku khawatirkan atas kalian dibukakan kepada kalian pintu
kesenangan dunia.”
“Kalian pun akan berlomba-lomba mencari dunia sebagaimana orang-
orang sebelum kalian berlomba-lomba mencari dunia.”
“Lantas dunia pun membinasakan kalian sebagaimana dunia
membinasakan orang-orang sebelum kalian.”

Ummatal Islam,
Maka sadarilah bahwa kita hidup di dunia sementara, kita akan
kembali kepada Allah.

ِ ‫س َذاِئقَةُ ْال َم ْو‬


‫ت‬ ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬

“Setiap jiwa pasti merasakan kematian.” (QS. Ali-Imran[3]: 185)

Siapapun dia, apakah ia seorang pemimpin ataukah rakyat jelata,


apakah ia orang kaya atau orang yang tak mempunyai harta.
Semuanya akan kembali kepada Allah, semua akan meninggal dunia,
semua akan dikafankan, semua akan ditanya oleh Malaikat Munkar
dan Nakir. Untuk itulah kita berpikir.
‫‪Demikian khutbah pertama ini.‬‬

‫َأقُ ْو ُل قَ ْولِي هَ َذا َ َوا ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِي َولَ ُكم‬
‫ِإنَّهُ هُ َو ال َس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم‬

‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫ِإ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ‪َ p‬ونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن‬
‫ت َأ ْع َمالِنَا‬
‫ُشر ُْو ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا ِ‬
‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن‬
‫َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي َ‬
‫ُم َح َّم ًدا‪َ p‬ع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ‬
‫ْت‬‫صلَّي َ‬ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫ار ْك َعلَى‬ ‫آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم ‪َ .‬وبَ ِ‬ ‫َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫ت َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم‬ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْك َ‬
‫ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ‫آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّ َ‬
‫َو َعلَى ِ‬

‫‪Amma Ba’du‬‬
‫‪Kaum muslimin rahimakumullah‬‬
‫‪Demikian khutbah yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan‬‬
‫‪bermanfaat, terutama bagi diri kami dan jama’ah sekalian‬‬

‫ت َوالمْؤ ِمنِي َْن َوالمْؤ ِمنَا ِ‬


‫ت‬ ‫للهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َوالم ْسلِ َما ِ‬
‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِج ْيبُ ال َّد ْع َو ِة‬ ‫اَألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأل ْم َوا ِ‬
‫ت ِإنَّ َ‬

‫اللَّهُ َّم ِإنَّا نَ ْسَألُ َ‬


‫ك الهُ َدى َوالتُّقَى َوال َعفَ َ‬
‫اف َوال ِغنَى‬
‫ك ِع ْلما ً نَافِعاً‪َ ،‬و ِر ْزقا ً طَيِّباً‪َ ،‬و َع َمالً ُمتَقَبَّالً‬
‫اللَّهُ َّم إنِّي َأ ْسَألُ َ‬

‫ك َرحْ َمةً‬ ‫ا َربَّنَا اَل تُ ِز ْغ قُلُوبَنَا بَ ْع َد ِإ ْذ هَ َد ْيتَنَا َوهَبْ لَنَا ِم ْن لَ ُد ْن َ‬


‫ت ْال َوهَّابُ‬ ‫ك َأ ْن َ‬ ‫ِإنَّ َ‬
‫ربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬

‫آخ ُر َد ْع َوانَا َأ ِن ْال َح ْم ُد هلل َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن‬


‫َو ِ‬
‫‪Aqiimis sholaah‬‬

Anda mungkin juga menyukai