Anda di halaman 1dari 6

‫َألَّس َالَم َع َلْي ُك ْم َو َر ْح َم ُة ِِهللا َو َبَر اَك اُته‬

‫َاْلَح ْم ُد اِ ِهلل َن ْح َم ُد ُه َو َن ْس َت ِعْي ُنُه َو َن ْس َتْغ ِفُر ُه َو َن ُعْو ُذ ِبِه ِمْن ُشُرْو ِر َأْنُفِس َن ا َو ِمْن َس ِّي َئ اِت َأْع َم اِلَن ا َم ْن َيْهِدِه ُهَّللا‬
‫َفَالُمِض َل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْل ُه َفَال َه اِدَي َلُه‬.

‫ ُاْو ِص يُك ْم ِع َب اَد ِهللا‬.‫َأْش َه ُد َأْن آل ِإَلَه ِاّآل ُهللَا َو ْح َد ُه َالَش ِر ْي َك َلُه َو َأْش َه ُد َأَّن ُم َه َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُسْو ُلُه َو آلَن ِبَى َب ْع َد ُه‬
‫ َاَم ا َب ْع ُد‬. ‫َو ِايآَي ِبَت ْق َو ي ِهللا َفَقْد َف اَز اْلُم َّت ُقْو َن‬

‫ ُهللَا َاْك َب ُر ُهللَا‬. َ‫ ُهللَا َاْك َب ُر َك ِبْي َر ا َو اْل َح ْم ُد ِ ِهلل َك ِثْي َر ا َو ُسْب َح اِن ِهلل ُبْك َر َة َو َاِص ْيال‬.‫َاْك َب ُر هللَا ُ َاْك َب ُر‬ ‫هللَا ُ َاْك َب ُر هللَا‬
‫َاْك َب ُر َو ِهلل اْلَح ْم ُد‬.

Jamaah Idul Fitri yang Dimuliakan Allah

Hari ini 1 Syawwal telah dijadikan oleh Allah sebagai hari suka cita bagi
kita, bagi kaum muslimin seluruhnya. Kita baru saja menempuh proses
penyadaran kembali arti pentingnya hidup kerohanian yang
transendental, yang selama ini terbelenggu oleh tuntutan hidup fisikal
material fenomenal yang profan. Suatu proses penyadaran pentingnya
arti langit, dan rendahnya kehidupan bumi dengan segala implikasinya.

Oleh karena di dalam sunnatullah telah digariskan bahwa manusia harus


tinggal sementara di bumi ini, maka tak terhindarkan hukum gravitasi
bumi menarik tubuh fisik manusia demikian kuatnya, bahkan kemudian
ruh yang ditiupkan ke dalam tubuh kasar manusia, tak kalah kuatnya
ikut-ikutan tertarik ke dalam lumpur debunya, sehingga ruh lupa akan
asal usulnya sendiri yang habatat min al-mahall al-arfa yang memancar
dari singgasana langit yang tertinggi, min qibalillah, min ruhih, dari sisi
Allah, dari ruh-Nya. Puasa sebagai kewajiban bagi seluruh umat
beriman, kalian dan sebelum kalian dimaksudkan agar ruh kalian, agar
mental kalian melawan gravitasi bumi dan beranjak sedikit demi sedikit
mendekati langit, kemudian menerobosnya dalam konsentrasi meditasi
khusyuk ketakwaan mengarahkan mata rohani ke Dzat Yang Maha
Besar, ke Dzat Yang bumi dan langit tak berdaya dalam genggaman-
Nya.

‫ُهللَا َاْك َب ُر ُهللَا َاْك َب ُر َو ِهلل اْلَح ْم ُد‬

Jamaah Idul Fitri yang Dimuliakan Allah

Di hari suka cita, di hari ‘Id al-Fithr ini, rasa-rasanya kita telah mendapat
rahmat Allah, mendapatkan ampunan-Nya, dan dibebaskan dari api
neraka, seakan-akan kaki rohani kita telah sampai ke pintu gerbang
singgasana langit tertinggi, ke surga yang dijanjikan, ke kebahagiaan
yang tak terkirakan. Namun tiba-tiba terdengar seruan yang sangat
keras ke telinga rohani kita, membuyarkan lamunan transendental kita:
Apakah kalian sangka kalian akan masuk surga padahal Allah belum
menyaksikan kalian berjihad, belum juga melihat kalian bersabar.(Qs Al-
Imron ayat 142)

‫َأۡم َح ِس ۡب ُتۡم َأن َت ۡد ُخ ُلوْا ٱۡل َج َّنَة َو َلَّما َي ۡع َلِم ٱُهَّلل ٱَّلِذيَن َٰج َه ُد وْا ِمنُك ۡم َو َي ۡع َلَم ٱلَّٰص ِبِر يَن‬

Apakah kalian kira kalian akan masuk surga, padahal kalian belum
ditimpa seperti orang-orang dahulu yang ditimpa kepedihan,
penderitaan, bahkan kegoncangan, sampai-sampai Rasul dan orang-
orang yang beriman yang menyertainya, berseru kapan akan datang
pertolongan Allah, lalu dijawab bahwa sesungguhnya pertolongan Allah
itu sudah dekat.(Qs Al-Baqarah ayat 214)

‫َأۡم َح ِس ۡب ُتۡم َأن َت ۡد ُخ ُلوْا ٱۡل َج َّنَة َو َلَّما َي ۡأ ِتُك م َّم َث ُل ٱَّلِذيَن َخ َلۡو ْا ِمن َق ۡب ِلُك ۖم َّمَّس ۡت ُهُم ٱۡل َب ۡأ َس ٓاُء َو ٱلَّضَّر ٓاُء َو ُز ۡل ِز ُلوْا َح َّت ٰى‬
‫ب‬ٞ‫َي ُقوَل ٱلَّر ُسوُل َو ٱَّلِذيَن َء اَم ُنوْا َمَع ُهۥ َم َتٰى َنۡص ُر ٱِۗهَّلل َأٓاَل ِإَّن َنۡص َر ٱِهَّلل َقِر ي‬

Jihad di jalan Allah adalah suatu wilayah yang sangat luas. Salah satu
misi jihad Islam adalah mengatasi terjadinya krisis nilai keadaban yang
semakin terasa nyaris di semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara
di republik ini. Penguatan terhadap nilai-nilai keadaban yang berupa
keadilan, amanah, kejujuran, sopan santun, keberpihakan kepada yang
lemah dan yang dilemahkan, adalah beberapa contoh wilayah jihad
yang nyata-nyata harus diperjuangkan.

‫ُهللَا َاْك َب ُر ُهللَا َاْك َب ُر َو ِهلل اْلَح ْم ُد‬

Jamaah Idul Fitri yang Dimuliakan Allah

Puasa Ramadhan dengan segala rangkaian ibadah di dalamnya, telah


mengajarkan proses penguatan terhadap nilai-nilai keadaban. Nilai-nilai
ini dibangun di atas prinsip: keimanan, menahan diri, serta kehati-hatian
dalam seluruh prilaku dan tindakan. Puasa menuntut manusia agar bisa
menahan diri, bahkan dari hal-hal yang sebenarnya dibolehkan: makan
minum, dan menyalurkan libido seksual suami istri sejak terbit fajar
sampai terbenam matahari selama sebulan penuh.

Pembiasaan menahan diri dari yang dibolehkan, agar lebih dapat


menahan diri dari yang diharamkan, dari bertindak zalim, korup, tidak
jujur, tidak sopan, tidak amanah, mengabaikan pihak yang lemah dan
yang dilemahkan, dan lain lain. Semua tindakan seperti itu jelas akan
meruntuhkan martabat manusia, martabat bangsa, bahkan akan
meluluhlantakkan peradaban itu sendiri.
Dengan prinsip iman, menahan diri, dan kehati-hatian yang merupakan
esensi bangunan puasa yang sesungguh-sungguhnya, telah
menguatkan nilai-nilai keadaban ummat, keadaban bangsa, seharusnya
begitu. Puasa mengasuh dan mensucikan jiwa, meninggikannya di atas
dimensi ketubuhan, dimensi kematrialan manusia. Buahnya antara lain,
tidak melakukan korupsi!

Bukankah tindakan korup pasti menegasikan iman, pasti merusak


kesucian jiwa, pasti menzalimi, pasti merusak peradaban, pasti
berorentasi kejasadan, materialistik! Dan pasti dibenci Tuhan, dimurkai
Allah! Begitu Allah selesai memaparkan ayat-ayat-Nya tentang puasa
ramadhan, langsung Allah sambung dengan peringatanNya:

‫َو اَل َت ۡأ ُك ُلٓو ْا َأۡم َٰو َلُك م َب ۡي َن ُك م ِبٱۡل َٰب ِط ِل َو ُتۡد ُلوْا ِبَه ٓا ِإَلى ٱۡل ُح َّك اِم ِلَت ۡأ ُك ُلوْا َفِر يٗق ا ِّم ۡن َأۡم َٰو ِل ٱلَّن اِس ِبٱِإۡلۡث ِم َو َأنُتۡم َتۡع َلُموَن‬

Dan janganlah kalian makan harta di antara kalian dengan jalan yang
batil, dan (janganlah) kalian menyuap dengan harta itu kepada para
hakim dengan maksud agar kalian dapat memakan sebagian harta
orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kalian mengetahui (al-Baqarah
188).

‫ُهللَا َاْك َب ُر ُهللَا َاْك َب ُر َو ِهلل اْلَح ْم ُد‬

Jamaah Idul Fitri yang Dimuliakan Allah

Puasa juga mengajarkan kepada kita, untuk merasakan lapar dan


dahaga, yang biasa dirasakan oleh mereka yang papa, mereka yang tak
berpunya. Menghadirkan empati, setidak-tidaknya simpati kepada the
have not, sehingga bermurah hati menyantuni dan turut mengentas
derita mereka.

Agar harta tidak sepenuhnya berada di genggaman para the have! Agar
keadaban kemanusian menjadi bagian penting tarikan nafas kehidupan
bangsa! Dahulukan mereka yang lemah, mereka yang dilemahkan!
Keberpihakan kepada mereka, berbuah keberpihakan Allah kepada
bangsa ini:

‫َو ُهللا فِى َع ْو ِن ْالَع ْبِد َم ا َك اَن ْالَع ْب ُد فِى َع ْو ِن َأِخْيِه‬

Allah menolong hamba-Nya, jika hamba-Nya menolong sesama! Jika


bangsa ini mendahulukan dan berpihak kepada mereka yang lemah dan
yang dilemahkan, tentulah Allah akan menolong bangsa ini!

‫َاْك َب ُر آل ِإَلَه ِاّآل ُهللَا َو ُهلل َاْك َب ُر َو ِهلل اْلَح ْم ُد‬ ‫هللَا ُ َاْك َب ُر هللَا‬
Jamaah Idul Fitri yang Dimuliakan Allah

Puasa juga mendidik kita untuk memiliki kelembutan hati, buah dari
pensucian jiwa selama ditempa di bulan Ramadhan ini. Jadikanlah
sebagai kekuatan untuk memperkokoh nilai-nilai keadaban, membangun
kebersamaan, membina hubungan dengan sesama, dengan seluruh
anak bangsa! Jangan saling menzalimi satu sama lain, jangan saling
menggunting dalam lipatan! Bangsa ini akan menjadi tinggi
kedudukannya jika seluruh potensi digunakan untuk membangun masa
depan yang gemilang, yang berkeadaban!Semoga Allah menolong kita,
menolong bangsa ini!

Akhirnya marilah kita memohon kepada Allah, kebaukan untuk kita


semua baik di dunia dan di akhirat. Amin Ya Rabb. Saya akhiri
WassalamuallaikumWarrahmatullahi Wabarakatu
TATA CARA SHOLAT IDUL FITRI

1. Membaca Niat Salat Idul Fitri

‫ِإَم اًما) ِهّٰلِل َت َع ــاَلى‬/‫ُأَص ِّلي ُس َّن ًة لِعْيِد ْالِفْط ِر َر ْك َع َت ْي ِن (َم ْأُمْو ًما‬

Arab-Latin: Ushallî sunnatan li 'îdil fithri rak'ataini (imâman/ma'mûman)


lillahi ta'ala
Artinya: "Saya niat shalat sunnah Idul Fitri dua rakaat (menjadi
makmum/imam) karena Allah ta'ala"

Apabila menjadi imam, detikers melafalkan "imâman" dalam niat dan


"ma'mûman" jika menjadi makmum.

2. Melakukan Takbiratul Ihram


3. Membaca Doa Iftitah
4. Takbir Sebanyak 7 kali (Rakaat Pertama)

Setelah takbiratul ihram dan membaca doa iftitah, selanjutnya


melakukan takbir sebanyak tujuh kali. Di sela-sela setiap takbir
dianjurkan untuk membaca:

‫ َو ُسْب َح اَن ِهللا ُبْك َر ًة َو َأِص ياًل‬،‫ َو اْلَح ْم ُد ِهّٰلِل َك ِثيًر ا‬،‫ُهللا َأْك َب ُر َك ِبيًر ا‬

Arab-Latin: Allaahu akbar kabiraa walhamdulillaahi katsiiraa, wa


subhaanallaahi bukratan wa'ashiilaa"
Artinya: "Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi
Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan
petang"

Atau bisa juga membaca tasbih berikut ini:

‫ُسْب َح اَن ِهللا َو اْل َح ْم ُد ِهّٰلِل َو َال ِإٰل َه ِإَّال ُهللا َو ُهللا َأْك َب ُر‬

Arab-Latin: Subhanallah walhamdulillah wala ilaaha illallahu wallahu


akbar wala haulawala quwwata illa billahil 'aliyyil 'adzim
Artinya: "Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain
Allah, Allah maha besar."
5. Membaca Al-Fatihah dan Surat Pendek
Setelah takbir sebanyak tujuh kali, rukun selanjutnya adalah membaca
Al-Fatihah dilanjutkan dengan bacaan surat pendek seperti salat fardhu
dan sunah umumnya. Pada solat Id rakaat pertama dianjurkan untuk
membaca Surat Al-A'la.

6. Ruku' Hingga Berdiri Lagi


Rukun selanjutnya setelah selesai membaca surat pendek sama seperti
pelaksanaan salat fardhu dan sunah lainnya. Salat dilanjutkan dengan
ruku', sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri
untuk rakaat kedua. Untuk bacaannya pun sama seperti bacaan salat
biasanya.

7. Takbir Lima Kali (Rakaat Kedua)


Pada rakaat kedua, melakukan takbir sebanyak lima kali. Bacaan yang
dilafalkan di sela-sela takbir sama seperti pada rakaat pertama.

8. Mengulangi Rukun Seperti Rakaat Pertama


Setelah melakukan takbir sebanyak lima kali, rukun salat Id selanjutnya
sama seperti pada rakaat pertama mulai dari membaca al-Fatihah, ruku',
sujud, hingga salam. Pada rakaat kedua, disarankan untuk membaca
Surat Al-Ghâsyiyah.

Anda mungkin juga menyukai