ِ َت ْذك َِر ًة ُأِلولِى ْالقُلُ ْو، ْ ُم َكوِّ ِر اللَّي ِْل َع َلى ال َّن َهار، ْ اَ ْل َع ِزي ِْز ْال َغ َّفار، ْ ْال َوا ِح ِد ْال َقهَّار هلل
ب ِ اَ ْل َحمْ ُد
كَ َأ ْش َه ُد َأنْ الَ ِإ َل َه ِإالَّ هَّللا ُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري . ْب َوااْل ِعْ ِت َبار ِ َو َت ْبصِ َر ًة لِّ َذ ِوي اَأْل ْل َبا، ْْصارَ َواَأْلب
اركْ َع َلى َن ِب ِّي َنا م َُح َّم ٍد َو َع َلىِ ص ِّل َو َسلِّ ْم َو َب َ اَللَّ ُه َّم .َُل ُه َوَأ ْش َه ُد َأنَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُه
َف َقا َلى هللاُ َتعاَلى ِفيْ ِك َتا ِب ِه ْال َك ِري ِْم َيا٠ْن ٍ َألِ ِه َوَأصْ َح ِاب ِه َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإحْ َس
ِ ان ِإ َلى َي ْو ِم ال ِّدي
َف َقال ايضا٠ُون َ ِين َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َح َّق ُت َقا ِت ِه َواَل َتمُو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم مُسْ لِم
َ َأ ُّي َها الَّذ
ِين َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َوقُولُوا َق ْواًل َسدِي ًدا يُصْ لِحْ َل ُك ْم َأعْ َما َل ُك ْم َو َي ْغ ِفرْ َل ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم
َ َيا َأ ُّي َها الَّذ
َ َو َمنْ يُطِ ِع هَّللا َ َو َرسُو َل ُه َف َق ْد َف
از َف ْو ًزا عَظِ يمًا
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Segala puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah
Subhanahu wa Ta’ala, hari ini kita masih dipertemukan dengan hari yang mulia,
yaitu hari Jumat, tempat yang mulia, yaitu tempat shalat, dan waktu yang mulia
yakni waktu yang sangat baik untuk bermunajad.
Mudah-mudahan dengan syukur dan ketaqwaan yang kita terus pelihara dan kita
tingkatkan, kita semua menjadi orang-orang yang dimuliakan oleh Allah, menjadi
muttaqin dan syakirin, orang orang yang bertaqwa dan orang-orang yang
bersyukur.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Pada kesempatan khutbah Jumat ini, marilah kita merenungkan nasihat yang
disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam
yang pada hakikatnya adalah kepada kita semua, umat Rasulullah:
Yang pertama:
ٌ ك َمي
ِّت َ َيا م َُح َّم ُد عِ شْ َما شِ ْئ
َ ت َفِإ َّن
“Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu, tetapi ketahuilah, sesungguhnya
Engkau akan mati.”
Artinya, bahwa kematian adalah suatu kepastian yang akan dialami oleh semua
makhluk yang hidup, siapapun dia. Baik raja maupun rakyat jelata, pasti semua
akan mati. Baik yang kaya, hidup di dalam istana, maupun yang miskin papa,
hidup di gubug derita, semua akan mati. Yang dimuliakan maupun yang
dihinakan, keduanya pasti akan berakhir dengan kematian.
Dengan datangnya kematian, maka manusia tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi.
Jangankan berbuat, berpikir saja manusia sudah tidak bisa lagi karena tubuh
sudah ditinggalkan oleh rohnya. Kematian ini, akan datang dan menghampiri
setiap manusia, hanya soal waktu dan bagaimana keadaan saat ia mati saja yang
membedakannya. Dengan mengingat kematian, diharapkan setiap mukmin dapat
menghilangkan ketergantungan dan ketamakan hati terhadap kehidupan dunia
dan kesenangan-kesenangannya.
Dengan mengingat kematian, sudah seharusnya manusia memendekkan angan-
angan untuk mencintai dunia dan hanya mengharapkan kehidupan yang kekal
abadi di akhirat nanti.
Dalam Al-Quran Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
َ ار اآْل خ َِر َة َل ِه َي ْال َح َي َوانُ ۚ َل ْو َكا ُنوا َيعْ َلم
ُون َ َو َما ٰه ِذ ِه ْال َح َياةُ ال ُّد ْن َيا ِإاَّل َلهْوٌ َو َل ِعبٌ ۚ َوِإنَّ ال َّد
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui.” (Q.S. Al-‘Ankabut/29 : 64)
Dengan demikian, hendaklah setiap hamba mempersiapkan diri untuk
menyambut datangnya kematian, dengan cara menyiapkan diri dengan ibadah
dan amal shaleh sebagai bekal yang abadi.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Yang kedua:
)٨( ُ) َو َمن َيعْ َم ْل م ِْث َقا َل َذرَّ ٍة َش ًّرا َي َره٧( َُف َمن َيعْ َم ْل م ِْث َقا َل َذرَّ ٍة َخيْرً ا َي َره
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya ia akan
melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat
dzarrahpun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya pula.” (Q.S. Az-Zalzalah 99 : 7-8).
Perlu diingat bahwa tidak ada perbuatan yang sirna begitu saja tanpa
perhitungan. Walaupun hanya menyingkirkan batu di jalan, pasti akan mendapat
ganjaran. Atau hanya sekadar kepulan asap rokok yang dihirup orang lain. Itu
semua pasti akan ada balasannya. Semuanya akan ada perhitungannya.
Jadi, alangkah baiknya jika akan melakukan sesuatu, terlebih dahulu dipikirkan
dan dipertimbangkan dampaknya. Berdampak positif atau malah berdampak
negatif.
Jangan sampai di akhirat nanti kita menjadi orang yang bangkrut, yaitu datang
menghadap Allah dengan banyak amal kebaikan, tapi semua itu tidak bisa
menutupi tuntutan dari orang-orang yang kita sakiti, kita dzalimi, hingga pahala
kita habis, dan bahkan kita menanggung dosa-dosa dari orang yang kita sakiti,
hingga akhirnya masuk neraka, Na’udzubillah min dzalika.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Ketahuilah, bahwa kemuliaan seorang mukmin terletak pada akhlaknya.
Kemuliaan seorang Muslim adalah pada seberapa dekat ia dengan penciptanya.
Maka, janganlah sandarkan kemuliaan kita kepada harta benda, pangkat dan
jabatan, dan segala hal yang berbau materi duniawi.
Marilah kita sandarkanlah kemuliaan kita melalui taqarrub kepada Dzat Yang
Maha Mulia, mendekatkan diri dengan ibadah dan amal shalih ikhlas hanya untuk
Allah semata, karena hanya Allah lah pemilik kemuliaan sejati. Allah akan
memuliakan siapa saja yang Dia kehendaki dan Allah akan menghinkan siapa saja
yang Dia kehendaki.
Kehormatan manusia tidak terletak pada aksesoris dunia. Kehormatan manusia
tidak berdasar kepada banyak sedikitnya harta, tetapi manusia terhormat adalah
mereka yang mampu melepaskan diri dari segala jerat dunia, Kehormatan
seorang hamba adalah Ketika ia bersandar sepenuhnya kepada Allah Yang Maha
memiliki segalanya.
Semoga kita menjadi hamba-hamba yang selamat hidup di duia dan akhirat. Dan
Allah masukkan kita menjadi hamba-hamba-Nya yang bersedah diri hanya
kepada-Nya.
َو َن َف َعنِي َوِإيَّا ُك ْم ِب َما ِف ْي ِه مِن اآل َي ِة َوذ ِْك ِر ْال َح ِكي ِْم،لعظِ ي ِْم
َ آن ْا ِ ْك هللا لِي َو َل ُك ْم فِى ْالقُر َ ار َ َب
َ َوَأقُ ْو ُل َق ْولِي َه َذا َفأسْ َت ْغ ِف ُر،العلِ ْي ُم
هللا َ َو َت َق َّب َل هللاُ ِم َّنا َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َو َت ُه َوِإ َّن ُه ه َُو ال َّس ِم ْي ُع
العظِ ْي َم ِإ َّن ُه ه َُو ال َغفُ ْو ُر الرَّ ِحيْم َ