Anda di halaman 1dari 8

Khutbah Jum'at

Tafsir Surat At-Takatsur: Berlomba Dalam Kemewahan

Kaum muslimin ibadallah,

Di dalam Alquran, Allah Ta’ala telah menjelaskan tentang hakikat


kehidupan dunia. Penjelasan tersebut Allah ulang-ulang dalam
beberapa ayat. Tujuannya agar manusia tahu, kemudian sadar, dan
muncul keyakinan bahwa kehidupan dunia ini bukanlah kehidupan yang
hakiki. Di antara kita, hanya sebatas tahu bahwa kehidupan duia ini
bukanlah kehidupan yang hakiki, tapi rasa sadar dan yakin belum masuk
ke dalam hati kita.

Dari beberapa ayat yang Allah sebutkan tentang sifat kehidupan dunia,
tidak satu pun ayat yang menyebutnya dengan bentuk pujian.
Sebagaimana firman-Nya,

‫ب لوللعهبِوُ لوعزيِنلةبِ لوتللفاَمخبِر بلعينلمكعم لوتللكاَثمبِر عفيِ اعللعملوُاعل لواعللعوللعد ۖ لكلمثلعل لغعي ث‬
‫ث‬ ِ‫اععللمموُا ألننلماَ اعللحلياَةم الددعنلياَ للعع ب‬
‫ب لشعديِبِد لولمعغفعلرةبِ عملن‬ ِ‫طاَرماَ ۖ لوعفيِ اعلعخلرعة لعلذا ب‬ ‫ب اعلمكنفاَلر نللباَتمهم ثمنم يِلعهيمج فلتللراهم مم ع‬
‫صفل ررا ثمنم يِلمكوُمن مح ل‬ ‫ألععلج ل‬
‫ع اعلمغمروعر‬ ‫ضلوُابِن ۚ لولماَ اعللحلياَةم الددعنلياَ إعنل لملتاَ م‬ ‫ن‬
‫اع لوعر ع‬

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah


permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-
megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya
harta dan anak. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan
para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat
warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada
azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan
kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS.
Al-Hadid: 20).
Di antara tipuan kehidupan dunia adalah seseorang suka saling bersaing
dalam kemegahan dan kemewahan hidup. Sebagaimana firman Allah
dalam Alquran dalam surat At-Takatsur.
‫ُ لكنل للعوُ تلععللمموُلن عععللم‬.‫ف تلععللمموُلن‬ ‫ُ ثمنم لكنل لسعوُ ل‬.‫ف تلععللمموُلن‬ ‫ُ لكنل لسعوُ ل‬.‫ُ لحتنىى مزعرتممم اعللملقاَبعلر‬.‫ألعللهاَمكمم التنلكاَثممر‬
‫ُ ثمنم للتمعسأ للمنن يِلعوُلمئعثذ لععن الننععيعم‬.‫ُ ثمنم للتللرموننلهاَ لععيلن اعليلعقيعن‬.‫ُ للتللرمونن اعللجعحيلم‬.‫اعليلعقيعن‬.

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke


dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat
perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan
mengetahui.Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan
pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat
neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya
dengan ´ainul yaqin. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu
tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS.
At-Takatsur: 1-8).

Surat ini adalah surat Makiyah, yakni surat yang Allah Ta’ala turunkan
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum beliau hijrah ke
Madinah.

Di awal ayat, Allah Ta’ala berfirman


‫ألعللهاَمكمم التنلكاَثممر‬
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.” (QS. At-Takatsur: 1).

“alhaakum” (Arab: ‫ )ألعللهاَمكمم‬maknanya adalah telah membuat kalian lupa.


Apa yang membuat manusia lupa? Yaitu “at-takaastur” (Arab: ‫)التنلكاَثممر‬
artinya bermegahan-megahan dan saling memperbanyak.

Kita lihat kondisi pribadi kita pada saat ini dan orang-orang secara
umum. Kita menampakkan siapa yang memiliki perhiasan terbaik,
kendaraan paling bagus, rumah paling besar dan megah, gadget paling
baru, dll. Untuk berlomba-lomba tersebut kita pun membutuhkan
modal dan modal itu akan didapatkan dengan kerja keras dan
mencurahkan waktu yang tidak sedikit. Sehingga waktu dan umur kita
pun habis. Oleh karena itu, Allah berfirman tentang perlombaan ini,
‫لحتنىى مزعرتممم اعللملقاَبعلر‬
“sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (QS. At-Takatsur: 2).

Dalam ayat yang kedua, Allah Ta’ala memilih kata “zurtum” (Arab: ‫)مزعرتممم‬
“kalian berziarah” untuk mengungkapkan kondisi mayat yang masuk ke
dalam kubur. Allah umpamakan, masuknya jasad manusia ke dalam
kubur sebagai ziarah atau kunjungan. Artinya kuburan hanyalah tempat
singgah. Tidak selamanya manusia berada di alam kubur. Hal ini sebagai
sanggahan kepada orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan atau
mereka yang memiliki keyakinan re-inkarnasi.

Kemudian kata Allah,

‫لكنل لسعوُ ل‬
‫ف تلععللمموُلن‬
“Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.” (QS. At-Takatsur: 3).

Manusia akan sadar dan teringat dari kelalaiannya ketika kematian


datang menjemputnya. Barulah ia sadar bahwa apa yang ia lakukan
adalah kesia-siaan. Barulah ia paham, harta yang ia kumpulkan ia
tinggalkan untuk dibagi-bagi ahli warisnya. Barulah ia ingat bahwa dunia
itu amatlah singkat dan perjalanan akhirat butuh perbekalan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


َ‫طى لفاَعقتللنى لولماَ عسلوُى‬ ‫س فلأ لعبللى ألعو ألعع ل‬
‫ث لماَ أللكلل فلأ لعفلنى ألعو للبع ل‬
ِ‫يِلمقوُمل اعللععبمد لماَعلى لماَعلى إعننلماَ للهم عمعن لماَلععه ثللل ب‬
‫ب لولتاَعرمكهم عللنناَ ع‬
‫س‬ ِ‫ك فلهملوُ لذاعه ب‬
‫لذلع ل‬
“Seorang hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu
hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan
usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta
selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan.”
(HR. Muslim).

Dari Anas bin Malik, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,
، ‫ فليلعرعجمع ألعهلمهم لولماَلمهم‬، ‫ يِلعتبلمعهم ألعهلمهم لولماَلمهم لولعلملمهم‬، ‫ فليلعرعجمع اعثلناَعن لويِلعبلقى لملعهم لواعحبِد‬، ِ‫ت ثلللثلةب‬
‫يِلعتبلمع اعللميي ل‬
‫لويِلعبلقى لعلملمهم‬
“Yang akan mengiringi mayit (hingga ke kubur) ada tiga. Yang dua akan
kembali, sedangkan yang satu akan menemaninya. Yang mengiringinya
tadi adalah keluarga, harta dan amalnya. Keluarga dan hartanya akan
kembali. Sedangkan yang tetap menemani hanyalah amalnya.” (HR.
Bukhari dan Muslim).

Di ayat berikutnya, Allah Ta’ala berfirman,

‫ثمنم لكنل لسعوُ ل‬


‫ف تلععللمموُلن‬
“dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.” (QS. At-Takatsur:
4).

Manusia semakin sadar dan mengetahui, ketika ia telah masuk ke dalam


kubur. Ia tidak lagi bisa kembali ke dunia yang ada hanyalah
pertanggung-jawaban. Sementara yang ia kumpulkan di dunia sedang
dibagi, dan ia akan mempertanggung-jawabkan hasil jerih payahnya.
Yang halal akan dihisab dan dari yang haram akan mendapat adzab.
‫لكنل للعوُ تلععللمموُلن عععللم اعليلعقيعن‬
“Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang
yakin (‘ilmu al-yaqin).” (QS. At-Takatsur: 5).

Ibadallah,

Di dalam kehidupan dunia ini, Allah ingatkan manusia. Dan ini adalah
bentuk kasih sayang Allah kepada para hamba-Nya. Allah ingatkan,
janganlah kalian para hamba-Ku disibukkan dengan perlombaan seperti
itu, jika kalian sudah mengetahui dan meyakini kematian itu pasti akan
terjadi. Dan tidak ada seorang pun yang meragukan jika ia akan
meninggal dunia.
‫للتللرمونن اعللجعحيلم‬
“niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim.” (QS. At-
Takatsur: 6).

Jahim adalah nama dari nama-nama neraka. Ayat ini mempertegas


firman Allah sebelumnya bahwa alam kubur bagaikan sebuah
kunjungan saja. Manusia tidak kekal di sana. Mereka akan dibangkitkan
pada hari kiamat.

Dan saat dibangkitkan itulah pengetahuan manusia yang sebelumnya


sebatas keyakinan (‘ilmu al-yaqin) berganti menjadi penginderaan (‘ainu
al-yaqin).
‫ثمنم للتللرموننلهاَ لععيلن اعليلعقيعن‬
“dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ´ainul
yaqin.” (QS. At-Takatsur: 7).

Pengetahuan akan hari kebangkitan yang sebatas keyakinan di dalam


hati semakin dibuktikan dengan indera penglihatan. Semakin
menyesallah orang-orang yang menyesal dan selamatlah orang-orang
yang berbekal.

Sebagaimana orang-orang pada hari ini yang belum pernah datang ke


Masjid al-Haram. Pengetahuan mereka terhadap keberadaan Ka’bah
hanya sebatas ilmu al-yaqin. Apabila mereka telah datang ke Masjid al-
Haram, lalu melihat Ka’bah dengan mata kepala mereka, pengetahuan
mereka berubah menjadi ‘ainu al-yaqin. Semakin yakinlah mereka
bahwa Ka’bah itu benar-benar ada. Ketika mereka thawaf, kemudian
memegang Ka’bah, maka bertambah lagi pengetahuan dan keyakinan
tersebut menjadi haqqu al-yaqin.

Ibadallah,

Serupa dengan hal ini adalah perminataan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam


kepada Allah Ta’ala,
‫ف تمعحعييِ اعللمعوُتلىى ۖ لقاَلل أللوللعم تمعؤعمعن ۖ لقاَلل بلللىى لو ىللعكعن لعيل ع‬
ِ‫طلمئعنن قلعلعبي‬ ‫ب ألعرعنيِ لكعي ل‬
‫لوإععذ لقاَلل إععبلراعهيمم لر ي‬
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah
kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati”. Allah
berfirman: “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab: “Aku telah
meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)
(QS. Al-Baqarah: 260).

Beliau ‘alaihisshalatu wa salam ingin agar ilmu al-yaqin yang beliau


dapati berganti menjadi ‘ainu al-yaqin. Beliau tidak membantah dan
ragu akan ketetapan Allah Ta’ala. Dan Allah pun tidak meragukan
keimanan Nabi Ibrahim dengan mengabulkan permintaan beliau
sebagai keutamaan yang Dia berikan kepada kekasih-Nya ini. Allah
melanjutkan firman-Nya,
ۚ َ‫ك لسععريا‬‫ك ثمنم اعجلععل لعللىى مكيل لجبلثل عمعنهمنن مجعزرءا ثمنم اعدمعهمنن يِلأععتينل ل‬ ‫لقاَلل فلمخعذ ألعربللعةر عملن الطنعيعر فل م‬
‫صعرهمنن إعللعي ل‬
‫ال لععزيِبِز لحعكيبِم‬ ‫لواععللعم ألنن ن‬

Allah berfirman: “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu


cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): “Lalu letakkan diatas
tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian
panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera”.
Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-
Baqarah: 260).

Beliau yang meminta agar ilmu beliau berpindah menjadi ainu al-yaqin
tapi Allah berikan kepada beliau haqqu al-yaqin dengan cara terlibat
mencincang-cincang burung tersebut.

Segala puji bagi Allah yang dengan hikmah-Nya membagi-bagi


pengetahuan manusia sesuai dengan kadarnya. Dan segala puji bagi
Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah
mengingatkan para hamba-Nya agar tidak lalai dalam perlomabaan
yang melelahkan dan sia-sia ini.

Surat At-Takatsur ini Allah tutup dengan firman-Nya,


‫ثمنم للتمعسأ للمنن يِلعوُلمئعثذ لععن الننععيعم‬
“kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan
(yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. At-Takatsur: 6).

Semua manusia, baik mukmin maupun kafir akan ditanya tentang


kenikmatan-kenikmatan dunia yang mereka kecap.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


، ‫ت لعللى لمعن لكاَلن قلعبللمكعم‬ ‫ لولعكينيِ أعخلشى أعن تمعبلسطَ الددعنلياَ لعللعيمكعم لكلماَ بمعسطل ع‬، ‫لفوُا لماَ الفلعقلر أعخلشى لعللعيمكعم‬
‫ فلتمعهلعلكمكعم لكلماَ أعهلللكعتهمعم‬، َ‫فلتللناَفلمسوُلهاَ لكلماَ تللناَفلمسوُلها‬
“Demi Allah. Bukanlah kemiskinan yang aku khawatirkan menimpa
kalian. Akan tetapi aku khawatir ketika dibukakan kepada kalian dunia
sebagaimana telah dibukakan bagi orang-orang sebelum kalian.
Kemudian kalian pun berlomba-lomba dalam mendapatkannya
sebagaimana orang-orang yang terdahulu itu. Sehingga hal itu
membuat kalian menjadi binasa sebagaimana mereka dibinasakan
olehnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Khotib tutup khotbah pada kesempatan kali dengan sebuah syair:


‫لوللعوُ ألنناَ إعلذا عمعتلناَ تمعرعكلناَ ***** لللكاَلن اللمعوُ م‬
ِ‫ت لرالحةر مكيل لحيي‬
‫لوللعكنناَ إعلذا عمعتلناَ بمعععثلناَ ***** لونلعسأ لمل بلععلدلهاَ لععن مكيل لشعيِثء‬
Sekiranya ketika mati, kita dibiarkan begitu saja. Tentu kematian adalah
peristirahatan bagi setiap orang yang pernah hidup.

Namun, setelah mati kita akan dibangkitkan kembali. Dan akan ditanya
tentang segala yang kita nikmati.

Anda mungkin juga menyukai