tujuan menyamarkan penyalahgunaan dana, pada umumnya dana yang dibayarkan klien /
nasabah perusahaan terkait. Penyamaran dilakukan dengan menutup kekurangan dana pada
account nasabah pertama dengan menggunakan dana dari nasabah lain yang melakukan
pembayaran tepat setelah nasabah pertama. Akibatnya pada laporan akunting terlihat adanya
kekurangan pada account nasabah kedua (padahal semestinya sudah dilakukan pembayaran
penuh).
Pada sistem baru, kecurangan seperti itu dapat terjadi karena pada awal pembuatan
sistem baru tersebut terjadi kesalahan pada saat memasukkan data piutang dagangnya. Selain
itu dalam sistem baru tersebut perusahaa tidak memberikan laporan terhadap pelanggan.
Sehingga lapping rentan terjadi. Selain itu dikatakan bahwa dalam perusahaan tersebut
keterlambatan pembayaran piutang biasa terjadi dan hal tersebut tidak benar-benar didalami
oleh perusahaan. Walaupun dalam sistem baru tersebut peusahaan sudah melakukan
pemeriksaan terhadap pengendalian internalnya terkait pengamanan untuk akses yang tidak
diotorisasi dan tindakan curang, namun seseorang yang mengoperasikan sistem tersebut dapat
melakukan pencatatatn sesuai keinginan mereka, tidak terkecuali dalam pencatatan piutang.
Terlebih jika dalam transaksi yang dilakukan tidak menyertakan bukti transaksi seperti
memberikan laporan terhadap pelanggan.
Monthly Statement
Salah satu cara untuk mendeteksi lapping yang cukup ampuh adalah Mengirimkan
Monthly Statement ke konsumen yang berpiutang. Monthly Statement adalah laporan saldo
piutang per konsumen. Dalam monthly statement akan tertera berapa piutang yang masih ada.
Bagaimana mekanisme Monthly Statement bisa mendeteksi Lapping. Karyawan perusahaan,
anggap saja namanya Curanga bertanggung jawab untuk menerima pelunasan kas dari
piutang pelanggan dan mencatat pelunasan tersebut ke dalam kartu piutang. Konsumen
perusahaan, CV ABC melakukan pembayaran piutang sebesar Rp20.000.000 pada tanggal 28
Maret 2014. Curanga mengambil uang tersebut dan menunda pencatatan pelunasan CV ABC.
Jadi, jika kita melihat kartu piutang CV ABC akan terbaca CV ABC belum membayar.
Berikutnya, konsumen perusahaan, CV GHI melakukan pembayaran sebesar Rp21.000.000
pada tanggal 30 Maret 2014. Curanga akan mencatat pelunasan GHIU tersebut sebagai
pelunasan CV ABC. Sisa uang sebesar Rp1.000.000 akan dikantongi lagi oleh Curanga.
Perusahaan mulai Bulan April, per awal bulan mengirimkan laporan piutang (monthly
statement) ke konsumen yang memiliki saldo piutang. Dengan skema lapping Curanga, maka
CV GHI juga akan dikirimi Monthly Statement, yang memuat informasi bahwa CV GHI
belum membayar piutang sebesar Rp21.000.000. Dapat dibayangkan apa yang terjadi
berkutnya? Jika CV GHI teliti, maka CV GHI akan telpon ke perusahaan dan komplain,
mengatakan bahwa CV GHI sudah membayar per 29 Maret, mengapa dalam laporan per 1
April, masih tertulis ada piutang yang belum dibayar. Jadi, monthly statement bisa berguna
untuk mendeteksi lapping. Konsumen dapat dimanfaatkan untuk membantu perusahaan
mencegah dan mendeteksi lapping.
Wajib Cuti
Ada kalanya perusahaan merasa senang jika memiliki karyawan yang rajin bekerja.
Bahkan ada kebijakan, jika bersedia bekerja pada musim liburan (misalnya lebaran),
karyawan akan mendapat gaji dua kali lipat. Kebijakan "jangan liburan" seperti ini, tidak
cocok diterapkan untuk karyawan bagian Akuntansi. khususnya bagian pencatata piutang.
Karyawan pelaku lapping, lumrahnya memang tidak ingin libur, karena jika mereka libur,
maka karyawan lain (sebagai pengganti sementara) dapat mencium adanya lapping
Contoh, karyawan pengganti bisa saja tidak sengaja menelpon konsumen yang dikira belum
membayar piutang (padahal konsumen tersebut sudah membayar, hanya saja, uangnya baru
dipinjam oleh si pelaku lapping). Jika ini terjadi, tentu saja konsumen akan complain
Oleh karena itu, kewajiban untuk mengambil cuti dapat menjadi ancaman bagi pelaku
lapping untuk segera menghentikan lapping pada saat dia wajib mengambil cuti.
Dalam proses pembayaran baik tunai maupun non tunai hendaknya konsumen
maupun produsennya selalu menyertakan bukti dalam setap transaksinya, sehingga
jika terjadi komplain atau sebuah kejanggalan semuanya dapat diselesaikan dengan
mudah dengan adanya bukti-bukti pembayaran dari transaksi yang telah dilakukan.
Dengan adanya bukti, seseorang akan sulit untuk melakukan lapping, karena bukti
nyata sudah jelas ada.
3. mewajibkan karyawan terkait untuk mengambil cuti.