Anda di halaman 1dari 10

PPN ATAS USAHA DI BIDANG EMAS

Dasar Hukum
Pengenaan pajak pertambahan nilai atas emas mengacu pada keputusan menteri keuangan
nomor 83/kmk.03/2002 tentang pajak pertambahan nilai atas penyerahan emas perhiasan
pengusaha toko emas perhiasan (telah diralat pada tanggal 28 maret 2002) dan keputusan
direktur jenderal pajak nomor kep-168/pj/2002 tentang pajak pertambahan nilai atas penyerahan
emas perhiasan oleh pengusaha toko emas perhiasan. Aturan terbaru dengan peraturan menteri 
keuangan nomor 79/pmk.03/2010 tentang pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan
bagi pengusaha kena pajak yang melakukan kegiatan usaha tertentu. 

Pendahuluan
Pengaturan pengenaan PPN atas Penyerahan Emas Perhiasan oleh Pengusaha Toko Emas
Perhiasan tentang PPN sebenarnya telah lama diatur dengan keputusan Menteri Keuangan,
tetapi diperlukan pembaruan sesuai dengan perkembangan dan memberikan kepastian hukum
dan kemudahan bagi orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha di bidang emas perhiasan.
Pengertian Pengusaha toko emas adalah orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha di
bidang penjualan emas perhiasan berdasarkan pesanan maupun penjualan langsung, baik hasil
produksi sendiri maupun pihak lain yang memiliki karakteristik pedagang eceran. 
Emas perhiasan yang diserahkan terseut dimaksudkan adalah perhiasan dalam bentuk
apapun yang bahannya sebagian atau seluruhnya dari emas dan/atau logam mulia lainnya,
termasuk yang dilengkapi dengan batu permata dan/atau bahan lain yang melekat atau
terkandung dalam emas perhiasan tersebut. Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku
tanggal 1 April 2002.

Pengusaha toko emas melakukan kegiatan usaha yang meliputi :


1. Membuat dan/atau menjual emas perhiasan
2. Membuat emas perhiasan berdasarkan pesanan
3. Menyuruh orang lain untuk membuat emas perhiasan yang akan dijual
4. Jual beli emas perhiasan
5. Jual beli emas perhiasan dengan batu permata
6. Memperbaiki dan memodifikasi emas perhiasan
7. Jasa-jasa lain yang berkaitan dengan emas perhiasan

Pengenalan ppn atas penyerahan emas perhiasan :


Penyerahan emas perhiasan yang dilakukan oleh pengusaha toko emas perhiasan terutang
PPN sebesar 10% dari harga jual emas perhiasan.
Harga jual emas perhiasan adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh pengusaha toko emas perhiasan karena penyerahan emas perhiasan,
tidak termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalm faktur pajak.
Dalam penghitungan PPN yang terutang pengusaha toko emas perhiasan dapat memilih,
yaitu “Nilai Lain” sebagai Dasar Pengenaan Pajak (DPP) untuk PPN dengan cara :
1. Pajak pertambahan nilai yang terutang atas penyerahan emas perhiasan oleh pengusaha
toko emas perhiasan sebesar 10% x harga jual emas perhiasan
2. Jumlah pajak pertambahan nilai yang harus dibayar oleh pengusaha toko emas perhiasan
sebesar 10% x 20% x jumlah seluruh penyerahan emas perhiasan.

Terhadap Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan emas perhiasan yang
dilakukan oleh pengusaha toko emas perhiasan yang menggunakan nilai lain sebagai DPP tidak
dapat dikreditkan. Dengan alasan perhitungan PPN yang harus dibayar telah dierhitungkan
sebagai Pajak Masukan atas perolehan barang kena pajak dan/atau jasa kena pajak, pemanfaatan
barang kena pajak tidak berwujud dan/atau jasa kena pajak dari luar daerah pabean dalam rangka
kegiatan usaha tersebut.
Pengusaha toko emas yang memiliki lebih dari satu tempat penjualan dan salah satu
tempat penjualan tersebut menggunakan Nilai Lain sebagai DPP, maka semua tepat penjualan
yang lain wajib menggunakan Nilai Lain sebagai DPP.
Apabila terjadi penyerahan emas perhiasan antartempat penjualan seperti dijelaskan
diatas tidaklah merupakan penyerahan maka tidak terutang PPN. Sebagai kewajiban pengusaha
toko emas yang menggunakan nilai lain sebagai dasar pengenaan pajak, yaitu :
1. Kewajiban memungut pajak pertambahan nilai yang terutang sebesar 10% x harga jual
emas perhiasan atas penyerahan emas perhiasan yang dilakukan oleh pengusaha toko
emas perhiasan
2. Kewajiban menyetor pajak pertambahan nilai yang harus dibayar oleh pengusaha toko
emas perhiasan sebesar 10% x 20% x jumlah seluruh penyerahan emas perhiasan.
3. Kewajiban melaporkan dalam surat pemberitahuan masa pajak pertambahan nilai
pedagang eceran.

Pengusaha toko emas perhiasan yang tidak menggunakan nilai lain


Bagi pengusaha toko emas perhiasan yang tidak menggunakan nilai lain sebagai dasar
pengenaan pajak mempunyai kewajiban untuk memberitahukan kepada kantor pelayanan pajak
tempat pengusaha toko emas perhiasan dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak. Pengusaha
tersebut dalam hal pajak pertambahan nilai memilih menggunakan mekanisme pengkreditan
pajak masukan yang diatur dalam pasal 9 ayat (2) undang-undang nomor 42 tahun 2010 tentang
ppn dan ppnbm yang menyatakan “pajak masukan dalam suatu masa pajak dikreditkan dengan
pajak keluaran untuk masa pajak yang sama”.

Pengusaha kena pajak yang melakukan kegiatan usaha tertentu


Pasal 9 ayat (7B) Undang-Undang PPN dan PPnBM Tahun 2010 memberikan
kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk menetapkan pedoman Penghitungan Pengkreditan
Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan usahan tertentu. Sesuai
peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2010 memberikan pedoman khususnya kepada
pengusaha kena pajak yang melakukan kegiatan penyerahan emas perhiasan secara eceran.
Peraturan Menteri Keuangan dimaksud yang perlu dipedomani yatu :
1. Kegiatan usaha tertentu adalah kegiatan usaha yang semata-mata melakukan penyerahan
emas perhiasan secara eceran
2. Besarnya pajak masukan yang dapat dikreditkan yang dihitung menggunakan pedoman
penghitungan perkreditan pajak masukan, yaitu sebesar 80% (delapan puluh persen) dari
pajak keluaran, dalam hal pengusaha kena pajak melakukan penyerahan emas perhiasan
secara eceran
3. Pajak keluaran pada butir 2 dihitung dengan cara mengalikan tarif 10% (sepuluh persen)
dengan dasar pengenaan pajak, yaitu peredaran usaha
4. Pajak pertambahan nilai yang wajib disetor pengusaha kena pajak yang melakukan
penyerahan emas perhiasan secara eceran, yaitu sama dengan 2% (dua persen) dari dasar
pengenaan pajak (peredaran usaha)
5. Pengusaha kena pajak yang menggunakan pedoman penghitungan sesuai peraturan
menteri keuangan tersebut tidak dapat membebankan pajak pertambahan nilai atas
perolehan barang kena pajak dan/atau jasa kena pajak sebagai beban (dibiayakan) untuk
penghitungan pajak penghasilan.
6. Apabila pada suatu masa pajak ternyata pengusaha kena pajak yang melakukan kegiatan
usaha tertentu beralih usaha di luar kegiatan usaha tertentu, maka pengusaha kena pajak
dimaksud wajib menggunakan mekanisme pengkreditan pajak masukan dengan syarat
peredaran usahanya dalam 1 (satu) tahun buku di atas rp1.800.000.000,00 (satu miliar
delapan ratus juta rupiah) hal tersebut terhitung sejak masa pajak saat pengusaha kena
pajak tidak melakukan kegiatan usaha tertentu
7. Dalam hal terjadi retur, akan mengurangi pajak pertambahan nilai yang terhutang dengan
syarat faktur pajak atas penyerahan barang kena pajak dan/atau jasa kena pajak tersebut
telah dilaporkan dalam spt masa ppn.
PERLAKUAN PPN DAN PPnBM PROYEK PEMERINTAH YANG DIBIAYAI
DENGAN HIBAH ATAU DANA PINJAMAN LUAR NEGERI
Dasar Hukum
Dasar hukum yang digunakan untuk mengatur perlakuan PPN dan PPnBM pajak
pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar negeri, yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun 1995 Jo. KMK Nomor 239/KMK.01/1996 dan SE-19/Pj.53/1996
tanggal 4 Juni 1996. Tentu saja saling berkaitan antara pajak penghasilan dan PPN dan PPnBM
yang dibiayai dengan hibah atau Dana pinjaman luar negeri sebagaimana telah diubah terakhir
dengan keputusan Menteri Keuangan Nomor 486/KMK.04/2000 dan dalam keputusan direktur
jenderal pajak nomor Kep-526/Pj/2000 Tanggal 7 Desember 2000.

Pendahuluan
Fasilitas PPN dan PPnBM tidak dipungut untuk proyek pemerintah yang dibiayai dengan
hibah/dana pinjaman luar negeri, pada prinsipnya diberikan untuk :
1. pemasukan barang/jasa dari luar daerah pabean oleh kontraktor utama yang meliputi :
a) impor barang kena pajak (BKP)
b) Pemanfaatan jasa kena pajak (JKP) dari luar daerah pabean
c) Pemanfaatan Barang Kena Pajak (BKP) tidak berwujud dari luar daerah pabean
2. Penyerahan barang kena pajak/jasa pajak oleh kontraktor utama kepada pemilik proyek
Perolehan barang kena pajak atau jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan
oleh kontraktor utama dan subkontraktor atau pihak lain, tetap terutang ppn yang bagi kontraktor
utama merupakan pajak masukan yang dapat dikreditkan, sepanjang barang kena pajak atau jasa
kena pajak tersebut digunakan untuk mengerjakan proyek tersebut.
PPN dan PPnBM yang terutang sehubungan dengan proyek pemerintah yang dibiayai
dengan hibah atau dana pinjaman luar negeri yang sudah terlanjur dipungut atau disetor sejak
tanggal 1 april 1995, daoat diminta pengembaliannya pada kantor pelayanan pajak dimana
kontraktor utama terdekat.

Pengertian
1. proyek pemerintah adalah proyek-proyek yang tercantum dalam daftar isian proyek (DIP)
atau dokumen yang dipersamakan dengan DIP, termasuk proyek yang dibiayai dengan
perjanjian penerusan pinjaman (PPP)/subsidiary loan aggreement (SLA)
2. pinjaman luar negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan/atau
devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan/atau dalam bentuk jasa yang
diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan
pernyataan tertentu
3. hibah luar negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan/atau
devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan
yang diperoleh dari pembeli hibah luar negeri yang tidak perlu dibayar kembali.
4. dokumen lain yang dipersamakan denfgan dip adalah dokumen rencana anggaran tahun
proyek, yang ditampung dalam daftar isian pembiayaan proyek (DIP), surat pengesahan
anggaran biaya proyek (SPABP), rencana pembiayaan tahunan (RPT), surat rincian
pembiayaan proyek perkebunan (SRP3), rencana anggaran biaya (RAB), daftar isian
penerusan pinjaman luar negeri (DIPPLN), surat keputusan otorisasi (SKO), dan
dokumen lain yang ditetapkan oleh menteri keuangan.
5. perjanjian penerusan pinjaman (PPP) atau subsidiary loan aggrement (SLA) adalah
perjanjian pinjaman antara pemerintah ri c.q.. departemen keuangan dengan
BUMN/BUMD/PEMDA sehubungan dengan proyek yang dilaksanakan oleh
BUMN/BUMD/PEMDA dan dibiayai dengan dana pinjaman luar negeri yang
diteruspinjamkan (two step on)
6. kontraktor utama adalah kontraktor, konsultan, dan pemasok (supplier) yang berdasarkan
kontrak melaksanakan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana
pinjaman luar negeri, termasuk tenaga ahli dan tenaga pelatih yang dibiayai dengan hibah
luar negeri
7. kontrak adalah suatu perjanjian pengadaan barang dan jasa (KPBJ) atau naskah lainnya
yang dapat disamakan, yang dtandatangani oleh pemimpin proyek atau pejabat yang
berwenang dan kontraktor utama.

Pelaksanaan poyek pemerintah yang seluruh dananya dibiayai dari hibah/dana pinjaman
luar negeri
1. PPN dan PPnBM yang terutang sehubungan dengan pelaksanaan proyek pemerintah yang
seluruh dananya dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar neger atas impor barang
kena pajak (BKP), pemanfaatan jasa kena pajak (JKP) dari luar daerah pabean,
pemanfaatan BKP dari tidak berwujud dari luar daerah pabean, penyerahan BKP dan/atau
JKP oleh kontraktor utama kepada pemilik proyek, tidak dipungut
2. Atas impor BKP sebagaimana dimaksud pada angka 1, tidak perlu dibuatkan SSP,
pemberitahuan impor untuk dipakai (PIUD) atas barang tersebut yang telah dibubuhi cap
“bebas bea masuk dan bea masuk tambahan, tidak dipungut PPN dan PPnBM, PPh
ditanggung oleh pemerintah”, diberlakukan sebagai bukti pemungutan pajak-pajak yang
terutang.
3. Atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang tidak dipungut PPN dan PPnBM sebagaiman
dimaksud pada angka 1, kontraktor utama wajib membuat Faktur pajak yang dibubuhi
cap “PPN dan PPnBM tidak dipungut”

Pelaksanaan proyek pemerintah yang sebagian dananya dibiayai dari hibah/dana


pinjaman luar negeri
PPN dan PPnBM yang terutang atas impor BKP, pemanfaatan JKP dari uar daerah
pabean, pemanfaatan BKP dari tidak berwujud dari luar daerah pabean, penyerahan BKP
dan/atau JKP oleh kontraktor utama sehubungan dengan pelaksanaan proyek pemerintah yang
sebagian dananya dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar negeri, tidak dipungut hanya
atas bagian dari proyek pemerintah yang dananya dibiayai dengan hibah atau pinjaman luar
negeri tersebut.
Kontraktor utama yang melaksanakan proyek pemerintah yang sebagian dananya dibiayai
dari hibah atau dana pinjaman luar negeri, wajib menyetor PPN dan PPnBM dari pembiayaan
yang berasal dari sumber dana selain hibah atau dana pinjaman luar negeri, sesuai dengan
ketentuan perundang0undangan yang berlaku.
Bila kontraktor utama melaksanakan proyek pemerintah yang sebagian dananya dibiayai
dari hibah/dana pinjaman luar negeri dan sebagian lainnya dari APBN/APBD /dana lain selain
hibah/dana pinjaman luar negeri, maka berlaku ketentuan :
1. Atas penyerahan/penerimaan termin proyek yang dibiayai dari hibah /dana pinjaman luar
negeri :
a) Tidak dipungt PPN dan PPnBM
b) Faktur pajak tetap dbuat dengan diberi cap “PPN dan PPnBM tidak dipungut”
c) SSP tidak dipungut
2. Atas penyerahan/penerimaan termin proyek yang dibiayai dengan dana
APBN/APBD/dana lain selain hibah/dana pinjaman luar negeri:
a) Terutang PPN
b) Faktur pajak harus dibayar
c) SSP harus dibuat

Kontrak dan masterlist


Ketentuan kontrak dan masterlist meliputi :
1. Daftar barang yang akan diimpor (masterlist) dibuat oleh pemimpin proyek (pimpro)
sesuai dengan kontrak dan disahkan oleh pejabat eselon I atau pejabat yang ditunjuk yang
membawahi proyek bersangkutan
2. Satu eksemplar kontrak beserta masterlist sebagaimana dimaksud pada butir 1
disampaikan oleh pimpro kepada menteri keuangan c.q. direktur jenderal bea dan cukai
3. Satu eksemplar konrak harus disampaikan kepada kantor pelayanan pajak setempat
dimana kontraktor utama terdaftar sebagai wajib pajak, apabila belum memiliki NPWP,
maka kontrak utama tersebut disampaikan kepada kantor pelayanan pajak badan dan
orang asing.

Perlakuan atas pajak masukan


Masalah perlakuan atas pajak masukan :
1. Atas perolehan barang kena pajak dan/atau jasa kena pajak oleh kontraktor utama yang
melaksanakan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar
negeri tetap dikenakan PPN dan PPnBM oleh pengusaha kena pajak yang menyerahkan
BKP dan/atau JKP tersebut
2. PPN yang telah dibayar oleh kontraktor utama sehubungan dengan perolehan BKP
dan/atau JKP sebagaimana dimaksud pada butir 1 merupakan pajak masukan yang dapat
dikreditkan dengan pajak keluaran.
Kontraktor utama adalah joint operaton
Jika proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah/dana pinjaman luar negeri dikerjakan
oleh kontraktor utama yang merupakan kerja sama operasi (joint operation-jo), maka berlaku
ketentuan sebagai berikut :
1. JO dan anggota JO harus terdaftar sebagai pengusaha kena pajak
2. Atas penyerahan barang kena pajak atau jaksa kena pajak dari jo kepada pemilik proyek
tidak dipungut ppn, namun faktur pajak tetap harus dibuat oleh jo dengan diberi cap “ppn
dan ppnbm tidak dipungut”
3. Atas penyerahan barang kena pajak atau jasa kena dari anggota jo kepda jo terutang ppn
dan anggota jo harus membuat faktur pajak kepada jo. Bagi anggota jo, ppn dalam faktur
pajak itu merupakan pajak keluaran dan bagi jo, ppn tersebut merupakan pajak masukan
4. Atas perolehan barang kena pajak atau jasa kena pajak oleh anggota jo tetap terutang ppn
yang dapat merupakan pajak masukan bagi anggota jo tersebut.

Kontraktor utama melaksanakan proyek atas dasar turn key


Dalam hal kontraktor utama melaksanakan proyek atas dasar “turn key”, tetapi barang-
barang yang tercantum dalam daftar barang yang akan diimpor (masterlist), diimpor oleh dan
atas nama pemilik proyek. Maka dasar pengenaan pajak yang tercantum dalam faktur pajak
dibuat atas dasar nilai kontrak dikurangi dengan nilai impor atas baranf-barang yang
pemberitahuan impor untuk dipakai (PIUD)-nya atas nama pemilik proyek tersebut.

Ppn/ppnbm yang terlanjur dipungut


Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atasbarang mewah yang tertuang
sehubungan dengan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar
negeri yang dituangkan dalam daftar isian proyek (dip) atau dokumen yang dipersamakan
dengan daftar isian proyek, maupun yang diteruspinjamkan (subsidiary loan agreement) yang
sudah terlanjur dipungut atau disetor, dapat diminta pengembaliannya pada kantor pelayanan
pajak di tempat kontraktor utama terdaftar sebagai pengusaha kena pajak, dengan dilampiri :
1. Faktur pajak
2. Surat setoran pajak (ssp)
3. Kantor pengadaan barang dan jasa (kpbj)
4. Surat pernyataan bahwa ppn tersebut belum dikreditkan sebagai pajak masukan atau
dibebankan sebagai biaya

Anda mungkin juga menyukai