12018003752/2018-0102-0261
SOAL ESSAY
3. Apa yang dimaksud dengan Asset Misappropriation? Dan jelaskan jenis fraud apa saja yang
termasuk didalam klasifikasi Theft Of Cash Receipt!
Asset Misappropriation adalah suatu bentuk penyelewengan / pengambilan aktiva secara
illegal atau dapat disebut juga sebagai tindakan pencurian dan dilakukan oleh orang yang
memiliki wewenang untuk mengelola atau mengawasi aktiva tersebut.
Jenis Fraud yang termasuk Theft of Cash Receipt :
❖ Skimming adalah pencurian uang sebelum fisik uang tunai tersebut masuk ke
perusahaan/ tercatat di sistem perusahaan (Off Book Record).
o Sales Skimming yaitu fisik uang tunai yang dicuri dari hasil penjualan yang bersifat
abnormal.
o Receivables Skimming yaitu pencurian fisik uang tunai dari hasil pembayaran atau
penagihan piutang. Berikut adalah beberapa contoh Receivable Skimming :
▪ Write-Off (Discount) Fraud Scheme :
Mengambil hasil penagihan atau pelunasan piutang dan mengategorikannya
sebagai piutang tak tertagih yang akan dihapus dalam pencatatan akuntansi
perusahaan.
▪ Lapping Fraud Scheme :
Gali lubang tutup lubang terhadap pencurian hasil penagihan piutang dimana
ketika ada pelunasan piutang dan hasilnya diambil namun piutang dianggap
terbayar ketika ada pelunasan piutang yang lain yang masuk ke perusahaan.
o Refunds Skimming adalah modus pengembalian barang oleh pelaku dengan tujuan
untuk mendapatkan uang tunai dari hasil pengembalian tersebut.
❖ Cash Larceny adalah pencurian fisik uang tunai setelah dilakukan pencatatan dalam
buku perusahaan dan termasuk on book record. Namun, perbedaaan antara cash larceny
dengan fraudulent disbursement adalah kalua cash larceny pencurian dilakukan secara
langsung tanpa memanipulasi pencatatan yang sudah dilakukan.
4. Jelaskan bagaimana cara pendeteksian fraud berdasarkan Strategi Anti Fraud Pilar ke II.
Berdasarkan Strategi Anti Fraud Pilar ke II, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mengidentifikasi dan menemukan kejadian fraud sebagai berikut :
a. Kebijakan dan Mekanisme Whistleblowing
Whistleblowing adalah tindakan pelaporan yang dilakukan oleh karyawan ketika
menemukan tindakan fraud yang terjadi sehingga tindakan fraud dapat terungkap dan
dilakukan penindakan secara tegas bagi pelaku fraud. Kebijakan tersebut dilakukan
untuk meningkatkan efektivitas serta efisiensi kinerja perusahaan dimana ketika
terdapat kebijakan whistleblowing, tindakan fraud akan lebih mudah terungkap dan
karyawan menjadi lebih segan untuk melakukan tindakan fraud. Dalam rangka mitigasi
dan pencegahan Fraud secara efektif, perlu ditingkatkan efektivitas penerapan
kebijakan whistleblowing di Bank yang paling kurang mencakup:
1) Melakukan perlindungan kepada whistleblower dimana pengadu atau pelapor
dapat melaporkan temuan yang didapatkan secara anonim sehingga pelaku fraud
tidak mengetahui siapa yang melaporkannya dan tidak bisa mengancam
whistleblower. Selain itu, dengan perlindungan anonym whistleblower
memungkinkan untuk mengungkapkan kegiatan fraud yang dilakukan oleh
karyawan lain karena para karyawan tidak mengetahui siapa karyawan yang
biasanya melakukan whistleblowing.
2) Regulasi berkaitan dengan Pengaduan Fraud memerlukan penyusunan kebijakan
internal terkait pengaduan Fraud dengan mengacu pada ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
3) Perusahaan perlu untuk memperjelas mekanisme pelaporan jika whistleblower
ingin melakukan pengaduan seperti media yang digunakan apakah melalui email,
secara langsung, atau dapat dilakukan keduanya lalu bukti apa yang perlu untuk
diberikan oleh whistleblower untuk memastikan bahwa whistleblower benar-benar
menemukan fraud bukan hanya melakukan pengaduan karena motif lain seperti
tidak suka dengan karyawan tertentu sehingga melakukan pengaduan fraud yang
sebenarnya tidak terjadi.
b. Pemeriksaan dadakan (Surprise Audit) dapat diimplementasikan untuk perusahaan
yang memiliki risiko tinggi tindakan fraud karena dengan adanya surprise audit,
karyawan akan lebih berhati-hati dalam bekerja dan segan untuk melakukan tindakan
fraud.
c. Sistem pengawasan (Surveillance System) adalah pemeriksaan diam-diam tanpa
diketahui oleh target yang ingin diperiksa sehingga target yang ingin diperiksa tetap
menjalankan aktivitasnya seperti biasa dan ketika melakukan fraud dapat langsung
terungkap dan ditindak lebih lanjut.
5. Bagaimanakah penanganan untuk auditor internal jika melakukan fraud ? dan apakah sama
dengan penanganan jika karyawan biasa melakukan fraud? Uraikan jawaban anda
Auditor internal yang melakukan fraud berarti telah melanggar Standar Profesional Audit
Internal dan Kode Etik profesi, dimana pada kode etik auditor internal diharapkan
menerapkan prinsip integritas, objektivitas, kerahasiaan, dan kompetensi. Dengan demikian,
cara penanganan untuk auditor internal yang melakukan fraud dengan karyawan biasa
berbeda. Jika karyawan biasa melakukan tindakan fraud, sanksi yang diberikan dapat berupa
denda dan diberhentikan dari perusahaan terkait. Sedangkan, cara penanganan untuk auditor
internal jika melakukan fraud selain dengan memberikan sanksi berupa denda dengan
jumlah sesuai dengan kerugian yang dialami perusahaan akibat fraud yang dilakukan oleh
auditor internal tersebut dan pemberhentian auditor internal, juga perlu dilakukan larangan
izin untuk melakukan praktik pengawasan selama jangka waktu tertentu agar tindakan fraud
yang dilakukan oleh auditor internal tersebut tidak terjadi lagi baik di perusahaan yang sama
maupun di perusahaan yang berbeda. Selain itu, ketika auditor internal melakukan fraud,
diperlukan juga pemeriksaan kepada divisi ataupun karyawan lain di perusahaan tersebut
karena dalam melakukan praktik pengawasan auditor internal seringkali berinteraksi dengan
karyawan atau divisi lain yang terdapat di perusahaan untuk mengumpulkan bukti dalam
proses audit. Ketika auditor internal melakukan fraud, bisa saja auditor internal tersebut
bersekongkol dengan karyawan lain agar fraud yang dilakukan tidak terdeteksi.
SOAL KASUS
Pada tanggal 4 Januari 2020, nasabah a.n. Innocent, komplain ke Manajemen Bank Tugu atas
pencairan cek tunai yang tidak diakuinya sebesar Rp 150 juta (3 kali transaksi dengan
menggunakan 3 lembar Cek masing2 sebesar Rp 50 juta) yang dilakukan pada bulan Oktober
2019 di Cabang ABC. Ybs mengatakan sudah lama tidak meminta buku Cek ke Bank Tugu
Cabang ABC.Atas kejadian tersebut nasabah Innocent meminta ganti rugi ke Bank Tugu
karena dananya telah hilang. Informasi mengenai keluhan nasabah Innocent ini pertama kali
diterima oleh Pak Justice (Direktur Bank Tugu). Innocent membawa ketiga cek yang telah
dicairkan tersebut, dan setelah dilihat oleh Pak Justice, memang terdapat kemiripan antara
tanda tangan nasabah di cek dengan tanda tangan asli milik Innocent. Atas keluhan dari nasabah
Innocent ini, Pak Justice berjanji untuk menyelesaikan permasalahannya, dan apabila memang
terjadi kesalahan prosedur karena adanya oknum internal di Bank Tugu cabang ABC, maka
uang Innocent sepenuhnya akan dikembalikan oleh Bank Tugu.
Informasi Tambahan :
➢ Buku Cek di Bank Tugu cabang ABC disimpan oleh staf Back Office (BO).
➢ Agar Buku Cek tersebut dapat dipergunakan, maka harus terlebih dahulu diaktifkan oleh
staf Customer Service Officer (CSO), tanpa pengaktifan ini Cek tidak dapat
dipergunakan/dicairkan.
➢ Pencairan Cek hanya dapat dilakukan oleh staf Teller.
➢ 1 buku berisi 25 lembar Cek.
➢ Bank Tugu cabang ABC hanya memiliki satu orang pejabat yaitu Ibu Fraudstee, ia baru
menjabat di Bank Tugu Cabang ABC pada bulan Desember 2019. selama ini tugas dari Ibu
Fraudstee cukup banyak, yaitu ia harus keluar kantor melakukan tugas marketing (mencari
dana kredit dan simpanan) serta harus memeriksa pekerjaan staf BO, CSO dan Teller. Hal ini
membuat Ibu Fraudstee menjadi tidak fokus terhadap salah satu pekerjaannya yaitu memeriksa
pekerjaan staf.
Berikut adalah aturan/ prosedur yang berlaku di Bank Tugu terkait pencairan
Cek :
1. Cek terlebih dahulu harus diaktifkan oleh staf CSO.
2. Sebelum diproses, Cek terlebih dahulu harus diacc oleh pejabat dengan membubuhkan paraf
pada Cek tersebut.
3. Apabila staf Teller ingin mencairkan Cek, ia harus memastikan bahwa Cek sudah ada
tandatangan asli dari nasabah pemilik Cek dan sudah ada paraf asli dari pejabat Bank. Tanpa
kedua hal ini staf Teller tidak diperkenankan untuk mencairkan Cek.
Pak Justice curiga bahwa ada peran oknum internal Bank Tugu cabang ABC di dalam kasus
Innocent ini, karena menurutnya hal ini seharusnya tidak terjadi apabila aturan/prosedur sudah
dijalankan dengan baik. Oleh sebab itu Pak Justice menugaskan anda, sebagai tim investigasi
Bank Tugu untuk mengusut kasus ini, dan anda diminta untuk :
Pertanyaan :
1. Mengidentifikasi siapa pelaku yang terlibat dalam pencairan cek milik Innocent tersebut?
Pelaku yang mungkin terlibat pada tindakan fraud ini adalah :
Back Office : Sebagai karyawan yang menyimpan buku cek, staff
Back Office memberikan lembar cek kepada Customer
Service Officer (CSO) untuk membuat cek palsu
Customer Service Officer (CSO) : Sebagai karyawan yang melakukan pengaktifan cek,
staff Customer Service Officer (CSO) dapat
mengaktifkan cek dan berpura-pura untuk memberikan
cek kepada nasabah Innocent, padahal sebenarnya cek
tersebut diberikan langsung kepada Teller Bank untuk
dicairkan
Teller Bank : Sebagai karyawan yang melakukan pencairan cek,
Teller Bank tentunya sering menerima cek dan
mengetahui tanda tangan dari nasabah sehingga Teller
Bank dapat memanipulasi tanda tangan dari nasabah
untuk melakukan tindakan pencairan cek.
4. Apa yang harus diperbaiki oleh Bank Tugu cabang ABC agar fraud tersebut tidak terjadi
lagi di kemudian hari?
Bank Tugu sebaiknya mengurangi tugas dari Ibu Fraudstee selaku pejabat bank yang
terlalu banyak dimana Ybs harus melakukan tugas marketing dan pengawasan sekaligus
dalam menjalankan jobdesc-nya selaku pejabat bank. Hal tersebut mengakibatkan tugas
tidak dapat dilakukan secara maksimal sehingga kegiatan fraud dapat terjadi. Pejabat bank
dapat lebih difokuskan untuk berada di dalam bank agar dapat melakukan pengawasan
kepada pekerjaan karyawan dan untuk marketing dapat dilakukan oleh karyawan atau
divisi lain, pejabat bank melakukan marketing jika memang target nasabah yang dituju
berpotensi untuk melakukan transaksi dalam jumlah yang besar. Selain itu, Bank Tugu
juga dapat menerapkan kebijakan untuk meminta data lengkap dari pencair cek sehingga
jika di kemudian hari terdapat cek yang tidak diakui oleh nasabah, Bank Tugu dapat
melacak oknum pelaku baik dari internal maupun eksternal perusahaan.