Anda di halaman 1dari 10

PIUTANG USAHA

Mata kuliah : Dasar Akuntansi 2

Kode Matakuliah : MCKK 30

Semester : II (Dua )

SKS dan Jumlah Jam : 3 ( Tiga), 4 Jam ( 180 menit )

Matakuliah Pendukung : Pengantar Akuntansi 1

Pendukung Matakuliah : Semua Matakuliah

Minggu : 8 (Delapan) sd 11 ( Sebelas )

1.Unit Kompetensi : Memahami tentang AKUN Piutang Usaha dalam neraca

2.Elemen Kompetensi : a. Pengertian Piutang


b. Klasifikasi Piutang
c. Metode Pencatatan Kerugian dan Penghapusan Piutang
d. Metode Penghapusan Piutang Tak Tertagih
e. Pencatatan Penerimaan Piutang yang sudah dihapuskan
f. Umur Piutang
g. Pengertian Piutang Wesel
h. Klasifikasi Piutang Wesel
Pengertian

Piutang adalah tagihan perusahaan kepada langganan yang timbul karena adanya penjualan
barang / jasa secara kredit kepada para langganannya. Adalah merupakan kebiasaan bagi
perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada pelanggan pada waktu melakukan penjualan.
Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan biasanya dalam bentuk memperbolehkan para
pelanggan membayar di kemudian hari atas penjualan barang atau jasa yang diberikan.
Kebijaksanaan pemberian kredit kepada para langganan adalah merupakan kebijakan yang baik
bagi perusahaan, sehingga dapat menambah langganan baru dan akan menambah omset
penjualan bagi perusahaan.

Namun demikian dalam pemberian kredit kepada langganan harus hati-hati, melalui penilaian
bagi bagian penjualan dan bagian kredit. Penilaian ini sangat diperlukan untuk mencegah adanya
debitur yang tidak membayar utangnya.

Klasifikasi Piutang
Piutang dapat diklasifikasikan atas :

1.Piutang Usaha, yaitu piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan berdasarkan
usaha/operasi normal dalam perusahaan tersebut.

2. Piutang non usaha, adalah piutang yang terdapat dalam suatu perusahaan yang bukan
berasal dari usaha/operasi normal perusahaan.

Metode Pencatatan Kerugian dan Penghapusan Piutang

Piutang-piutang perusahaan kepada para langganan yang jumlahnya cukup banyak, adakalanya
terdapat langganan yang sulit ditagih atau tidak tepat janjinya untuk membayar bahkan ada yang
tidak dapat ditagih karena mungkin jatuh pailit. Bila terdapat langganan perusahaan yang benar-
benar tidak dapat membayar, maka bagi perusahaan merupakan kerugian piutang.

Sebenarnya pengakuan adanya kerugian piutang ada dua kemungkinan yaitu, pertama kerugian
piutang bisa terjadi bila terdapat debitur perusahaan yang melampaui batas termin pembayaran
sehingga timbul adanya keragu-raguan untuk melunasinya yang sering disebut piutang ragu-
ragu. Kedua kerugian piutang bisa terjadi kalau ada terdapat debitur yang benar-benar tidak
dapat membayar atau melunasinya. Untuk pencatatan kerugian piutang mana yang akan dipakai
itu tergantung pada perusahaan. Yang jelas pencatatan diatas hanya dapat dipakai salah satu
saja. Dalam hal ini, maka metode pencatatan kerugian ada dua macam, yaitu :

1. Metode langsung ( Direct Method )


2. Metode cadangan ( Allowance Method )

Pencatatan Kerugian dan Penghapusan Piutang Pada Metode Langsung

Metode ini untuk mencatat kerugian piutang, bila benar-benar terjadi adanya piutang kepada
seorang debitur yang dinyatakan tidak dapat ditagih. Pencatatan bila benar-benar terjadi adanya
piutang kepada seorang debitur yang dinyatakan tidak dapat ditagih adalah :

Kerugian Piutang Rp xx
Piutang Dagang Rp xx

Jadi pencatatan kerugian piutang dengan metode langsung tidak diadakan penaksiran kerugian
piutang lagi, tetapi besarnya langsung dicatat sebesar piutang yang tidak dapat ditagih.
Kemudian pada akhir periode akuntansi, dalam penyusunan laporan keuangan, beban kerugian
piutang dilaporkan dalam laporan perhitungan laba rugi kelompok beban administrasi dan
umum, sedangkan piutang dagang dilaporkan dalam neraca.
Pencatatan Penerimaan Piutang Yang Telah Dihapuskan Pada Metode Langsung
Piutang usaha yang telah dihapus oleh perusahaan yang pencatatannya menggunakan metode
langsung, dikemudian hari mungkin saja debitur yang bersangkutan tiba-tiba dapat membayar.
Pencatatan kasus demikian tergantung apakah penerimaan diterima pada tahun (periode) yang
sama ataukah pada periode berikutnya. Bila penerimaan terjadi pada periode yang sama, maka
pencatatannya dengan cara : pertama mengembalikan pencatatan penghapusan piutang yang
telah dilakukan. Kedua, mencatat penerimaan piutang tersebut.

Bila penerimaan terjadi pada periode berikutnya, dan pada periode yang bersangkutan terdapat
perkiraan beban piutang bersaldo debet, maka pencatatannya sama seperti diatas. Tetapi bila
pada periode berikutnya tidak terdapat saldo beban kerugian piutang, maka pencatatannya :
pertama piutang dagang (debet) dan perkiraan yang dikredit penerimaan piutang yang telah
dihapus atau pada perkiraan pendapatan lain-lain. Kedua, kas didebet dan piutang dagang
dikredit. Jadi pencatatannya dilakukan dua kali, yaitu :

Penerimaan masih pada periode yang sama :

Piutang dagang Rp xx
Beban Kerugian Piutang Rp xx

Penerimaan pada periode berikutnya :

Piutang dagang Rp xx
Pendapatan lain-lain Rp xx

Kas Rp xx
Piutang dagang Rp xx

Perkiraan penerimaan piutang yang telah dihapus atau perkiraan pendapatan lain-lain dalam
laporan keuangan dilaporkan dalam laporan perhitungan laba rugi kedalam pendapatan non
usaha.

Metode Cadangan
Untuk pencatatan kerugian piutang dalam metode cadangan tidak dilakukan pada saat benar-
benar ada debitur yang tidak dapat membayar, tetapi pencatatan kerugian piutang diadakan setiap
akhir periode dengan menaksir kerugian piutang yang mungkin tidak tertagih. Pada metode ini
anggapannya adalah bahwa piutang-piutang kepada para debitur yang sudah lewat batas waktu
pembayaran atau debitur-debitur yang sudah melewati batas waktunya cukup lama sehingga
muncul kemungkinan piutang tersebut tidak dapat ditagih.
Dikarenakan hal tersebut diatas maka dalam metode ini dalam setiap akhir periode akuntansi
perlu mencadangkan piutang yang mungkin tidak tertagih dengan cara membuat jurnal
penyesuaian pada akhir periode akuntansi. Tetapi dalam hal ini tidak berarti jumlah piutang
kepada debitur berkurang dan harus dihapus, karena belum ada debitur yang dinyatakan tidak
dapat membayar dan piutang belum dihapus. Jurnal penyesuaian yang dibuat adalah :

Beban kerugian piutang Rp xx


Cadangan piutang tak tertagih Rp xx

Kemudian dari hasil penyesuaian tersebut, dalam penyusunan laporan keuangan, rekening
kerugian piutang masuk dalam laporan perhitungan laba rugi kelompok beban administrasi dan
umum, sedangkan rekening cadangan piutang sebagai rekening kontra piutang dagang yang
masuk dalam neraca. Dengan demikian saldo rekening cadangan piutang setelah penyesuaian
akan selalu menunjukkan saldo normalnya dikredit. Rekening cadangan piutang merupakan
perkiraan lawan dari aktiva (contra asset account). Perhatikan contoh dibawah ini :

PT SANTIKA
Neraca,
per 31 Desember 2015

Aktiva Lancar :

Kas Rp 2.350.000
Bank Rp 7.450.000
Piutang Dagang Rp 8.750.000
Cadangan Piutang Tak Tertagih(Rp 250.000)
Rp 8.500.000

Kemudian dalam metode cadangan, bila benar-benar terjadi ada seorang debitur yang tidak dapat
ditagih dan harus segera dihapus piutang perusahaan kepadanya, maka jurnal untuk penghapusan
piutangnya adalah sebagai berikut :

Cadangan piutang tak tertagih Rp xx


Piutang dagang Rp xx

Pencatatan Penerimaan Piutang Yang Telah Dihapuskan Pada Metode Cadangan


Piutang usaha yang telah dihapus oleh perusahaan yang pencatatannya menggunakan metode
cadangan, dikemudian hari mungkin saja debitur yang bersangkutan tiba-tiba dapat membayar.
Pencatatan kasus demikian tergantung apakah penerimaan diterima pada tahun (periode) yang
sama ataukah pada periode berikutnya.
Bila penerimaan terjadi pada periode yang sama, maka pencatatannya dengan cara pertama
mengembalikan pencatatan penghapusan piutang yang telah dilakukan. Kedua adalah mencatat
penerimaan piutang tersebut.

Jurnal yang dibuat untuk kedua kondisi diatas adalah sebagai berikut :
1. Penerimaan masih pada periode yang sama :
Piutang dagang Rp xx
Cadangan piutang tak tertagih Rp xx

2. Penerimaan pada periode berikutnya :


Piutang dagang Rp xx
Cadangan piutang tak tertagih Rp xx

Kas Rp xx
Piutang dagang Rp xx

Penaksiran Besarnya Kerugian Piutang


Dalam metode cadangan pencatatan kerugian piutang diadakan setiap akhir periode akuntansi
dengan menaksir kerugian piutang yang mungkin tidak tertagih, dengan membuat ayat jurnal
penyesuaian. Pencatatan jurnal penyesuaian kerugian piutang yang dilakukan setiap akhir
periode akuntansi seperti berikut ini :

Kerugian piutang tak tertagih Rp xx


Cadangan piutang tak tertagih Rp xx

Dalam menentukan besarnya taksiran kerugian piutang yang mungkin tidak tertagih, terdapat
beberapa cara :
1. Sebesar persentase tertentu dari penjualan
2. Sebesar persentase tertentu dari saldo piutang
3. Sebesar persentase tertentu dari saldo umur piutang
Untuk cara kedua ini ada 2 kemungkinan :
a. Jumlah cadangan piutang dijadikan atau ditentukan sebesar persentase tertentu dari saldo
piutang. Cara ini harus memperhatikan saldo perkiraan cadangan piutang
b. Jumlah cadangan piutang dijadikan atau ditentukan sejumlah tertentu dalam rupiah yang
sudah ditetapkan berdasarkan daftar umur piutang. Cara ini harus memperhatikan saldo
perkiraan cadangan piutang
Umur Piutang
Salah satu cara untuk menghitung penyisihan piutang tak tertagih adalah dengan menerapkan
persentase berbeda terhadap kelompok umur piutang tertentu. Oleh karenanya, setiap akhir
periode akuntansi, dibuat daftar piutang. Ini adalah rincian saldo piutang menurut nama
pelanggan pada suatu saat tertentu..

Agar dapat diketahui berapa lama piutang suatu pelanggan telah berlalu, daftar piutang biasanya
dikelompokkan menurut umur. Umur piutang adalah jangka waktu sejak dicatatnya transaksi
penjualan sampai dengan saat dibuatnya daftar piutang. Biasanya umur piutang dikelompokkan
menurut jumlah hari tertentu. Misalnya : 1-30 hari, 31-60 hari, 61-90 hari, 91-120 hari, >120
hari. Saldo piutang untuk satu pelanggan mungkin termasuk dalam satu atau lebih kelompok
umur piutang. Perhatikan contoh berikut :

Nama : Toko Melati file :M


Alamat : Jl. W.R Supratman 12 Medan Nomer : 05
Tanggal Nomor Keterangan Debet Kredit Saldo
Bukti
2015
Sept 1 - Saldo awal - - -
5 580 Penjualan Kredit 600.000 - 600.000
15 323 Penagihan - 600.000 -
20 607 Penjualan Kredit 400.000 - 400.000
Des 2 720 Penjualan Kredit 250.000 - 650.000

Perhitungan umur piutang kepada Toko Melati yang pada tanggal 31 Desember 2015 bersaldo
Rp 650.000 adalah sebagai berikut :

Tanggal Transaksi Nomer Bukti Jumlah Umur Piutang

20 September 2015 627 Rp 400.000 102 hari


2 Desember 2015 720 Rp 250.000 29 hari

Anggaplah bahwa pengelompokan umur dilakukan menurut golongan seperti yang telah disebut
diatas. Dalam daftar piutang per 31 Desember 2015, piutang kepada Toko Melati dicantumkan
sebagai berikut :

Nama Total Umur Piutang (hari)


Langganan

1-30 31-60 61-90 91-120 >120

Toko 650.000 250.000 - - 400.000 -


Melati

Cara menghitung umur piutang yang berasal dari transaksi tanggal 20 September 2015 adalah
sebagai berikut :
Bulan Jumlah Hari
Desember 2015 31
November 2015 30
Oktober 2015 31
September 2015 ( 30 – 20) 10
102

Berdasarkan taksiran dari pengalaman Toko Melati didapatkan taksiran persentase kerugian
piutang sebagai berikut :
1-30 hari 1%
31-60 hari 3%
61-90 hari 10%
91-120 hari 20%
>120 hari 50%

Berdasarkan persentase tersebut, maka didapat besar taksiran piutang tak tertagih Toko Melati
adalah : 1% x Rp 250.000 = Rp 2.500
20% x Rp 400.000 = Rp 80.000
Jadi taksiran piutang tak tertagih sebesar Rp 2.500 + Rp 80.000 = Rp 82.500

Adakalanya uang dari penagihan piutang tidak diterima menurut jumlah yang tertera dalam
faktur. Bisa jadi, jumlah uang yang diterima, pada suatu saat tertentu, lebih kecil dari jumlah
yang tercantum dalam faktur. Saat berikutnya, jumlah itu lebih besar, begitu seterusnya. Dalam
hal demikian maka umur piutang dihitung dengan menelusuri debit (penjualan kredit) dan kredit
(penagihan) dalam kartu piutang dan menentukan penagihan-penagihan mana yang digunakan
untuk mengurangi piutang tertentu. Aturan yang dapat digunakan adalah bahwa penjualan yang
lebih awal akan dilunasi lebih dahulu.

Pengertian Wesel Tagih dan Wesel Bayar (Promes)


Dalam dunia perniagaan kita mengenal bentuk lain dari piutang, yaitu apa yang dikenal dengan
sebutan wesel dan promes. Wesel adalah surat berharga yang berisi perintah dari si penarik
kepada si wajib bayar untuk membayar sejumlah uang tertentu yang disebut pada surat itu
kepada orang yang ditunjuk atau ordernya. Dengan perkataan lain wesel adalah surat yang
ditulis oleh seorang yang mempunyai tagihan, dialamatkan kepada orang yang berhutang,
meminta agar jumlah uang yang tertulis dalam surat itu dibayar pada tanggal yang telah
ditetapkan kepada orang yang namanya tersebut dalam surat itu.

Promes adalah surat berjanji untuk membayar utang yang dibuat oleh debitur yang disampaikan
kepada kreditur, yang berisi kesanggupan untuk membayar sejumlah uang pada tanggal tertentu.

Wesel maupun promes dapat dibedakan atas wesel berbunga dan wesel yang tidak
berbunga.Suatu wesel disebut berbunga apabila dalam surat tersebut disebutkan suatu tingkat
bunga tertentu, sedangkan wesel tidak berbunga tidak menyebutkan suatu tingkat bunga tertentu.
Jika suatu wesel menyebutkan suatu tingkat bunga tertentu, maka disamping nilai nominal wesel
harus dibayar juga sejumlah bunga yang dihitung atas dasar persentase bunga yang tertulis dalam
surat wesel tersebut.

Perhitungan bunga
Bunga adalah merupakan harga yang dibayar atau diterima untuk penggunaan dana. Ditinjau dari
pemegang wesel, maka bunga wesel adalah merupakan penghasilan, sedangkan ditinjau dari
pihak yang tarik maka bunga wesel merupakan biaya.

Bunga untuk masa antara tanggal penarikan wesel dengan tanggal jatuh temponya dapat dihitung
dengan cara sebagai berikut :
1. Dihitung berdasarkan jumlah hari sesungguhnya
Jika jangka waktu dinyatakan dalam hari, maka bunga dihitung menurut jumlah hari
sesungguhnya atas dasar perhitungan 360 hari per tahun.
2. Dihitung berdasarkan jumlah bulan ditambah dengan tambahan hari
Jika jangka waktu dinyatakan dalam bulan, maka bunga dihitung atas dasar bulan

Mendiskontokan Wesel dan Promes

Apabila pemegang wesel atau promes membutuhkan uang sebelum saat jatuh tempo wesel atau
promes tersebut, maka surat-surat berharga ini dapat dipindahtangankan (dijual) kepada orang
lain atau bank. Proses pengalihan wesel atau promes disebut mendiskontokan. Dengan adanya
pengalihan ini maka pemegang wesel atau promes akan menerima uang tunai yang jumlahnya
lebih kecil jika dibandingkan dengan penerimaan uang pada saat jatuh temponya. Potongan atas
jumlah yang seharusnya diterima pada saat jatuh tempo ini disebut diskonto.

Dalam hal suatu wesel atau promes merupakan surat berharga yang berbunga, maka diskonto
merupakan pengurang atas bunga, sedangkan jika wesel atau promes tidak berbunga, maka
diskonto merupakan pengurang atas nilai nominal yang seharusnya diterima pada tanggal jatuh
tempo.

Contoh 1:
Sebuah wesel ditarik pada tanggal 1 April 2018 untuk jangka waktu 3 bulan dengan nilai
nominal Rp 1.000.000,-. Ini berarti bahwa wesel itu akan dibayar pada tanggal 1 Juli 2018 oleh
pihak yang tertarik sebesar Rp 1.000.000,-. Wesel ini dapat didiskontokan antara tanggal 1 April
2018 sampai 1 Juli 2018. Seandainya wesel didiskontokan 6% pada tanggal 1 Juni 2018, maka
diskonto dapat dihitung sebagai berikut :
= 1 x 6 x Rp 1.000.000 = Rp 5.000
12 100
(angka 1/12 adalah 1/12 tahun atau 1 bulan, yaitu masa diskonto antara 1 Juni 2018 sampai 1 Juli
2018)
Berarti, wesel tersebut dijual pada harga : Rp 1.000.000 – Rp 5.000 = Rp 995.000,-

Contoh 2:
Sebuah wesel dengan nilai nominal Rp 5.000.000,- ditarik pada tanggal 1 Mei 2018 dengan
bunga 6% dan jatuh tempo pada tanggal 1 Agustus 2018. Pada tanggal 1 Juni 2018 wesel tadi
didiskontokan 6%. Hitunglah pada harga berapa wesel tersebut dijual
Jawab ;
Pertama sekali kita harus menghitung nilai jatuh tempo wesel tersebut, yaitu :
Rp 5.000.000 + ( 6/100 x 3/12 xRp 5.000.000) = Rp 5.075.000,-
Setelah ini, maka kita menghitung diskonto sebagai berikut :

2 x 6 x Rp 5.075.000 = Rp 50.750
12 100
Maka, wesel tersebut dijual pada harga :
Rp 5.075.000 – Rp 50.750 = Rp 5.024.250

Jurnal-jurnal yang harus dibuat untuk mencatat transaksi diatas adalah :


Pada saat wesel didiskontokan :

Kas Rp 5.024.250
Pendapatan bunga Rp 24.250
Wesel yang didiskontokan Rp 5.000.000

Pada tanggal jatuh tempo :

Wesel yang didiskontokan Rp 5.000.000


Piutang wesel Rp 5.000.000

Jika ternyata wesel tadi pada saat jatuh tempo tidak bisa dilunasi, maka pihak yang memilki surat
wesel pertama kali wajib membayar sejumlah nilai jatuh tempo kepada pihak yang membeli
wesel tersebut darinya. Pihak yang berkewajiban untuk menutupi kegagalan pembayaran wesel
ini akan melakukan pencatatan sebagai berikut :

Piutang dagang Rp 5.000.000


Kas Rp 5.000.000

Anda mungkin juga menyukai