BAB I
PENDAHULUAN
Piutang menunjukkan adanya klaim perusahaan kepada pihak (perusahaan) lain
dalam bentuk uang, barang, jasa atau dalam bentuk aktiva non kas lainnya yang
harus dilakukan penagihan pada tanggal jatuh temponya. Piutang usaha dapat
berupa tagihan yang timbul karena penjualan barang dagangan dan jasa atau
penjualan aktiva lainnya yang dilakukan secar kredit dan transaksi transaksi lain.
Piutang yang timbul dari penjualan barang dagangan, jasa atau aktiva lainnya dapat
berupa piutang dagang (Account receivable) dan piutang wesel (Notes receivable),
sedangkan piutang yang timbul dari transaksi transaksi lain, misalnya: piutang
pajak, piutang pemesanan saham, piutang pemesanan obligasi, pendapatan
pendapatan yang masih harus diterima dan beban beban dibayar di muka.
BAB II
PIUTANG
1. Definisi Piutang
Piutang dagang merupakan jumlah yang terutang oleh pembeli yang timbul karena
penjualan kepadanya barang dagangan atau jasa atau aktiva lainnya yang dilakukan
secara kredit. Piutang dagang biasanya berupa suatu tagihan kepada pembeli yang
tidak disertai dengan dokumen yang mempunyai kekuatan hokum yang dapt
memaksa debitur untuk melakukan pembayaran. Oleh karena itu piutang ini sangatt
riskan terhadap kemungkinan tidak terbayar dikarenakan berbagai hal. Oleh
karenanya dalam melakukan penjualan secara kredit perusahaan harus yang harus
dilakukan antara lain:
1. Character, karakter merupakan sifat dasar atau tabiat dari seseorang yang sangat
menentukan pola piker dan pola tindakannya. Karakter pelanggan yang akan
melakukan pembelian kredit harus betul betul dijadikan referensi.
2. Criterion, criteria lebih sebagai ukuran/skala/golongan pelanggan apakah dia
termasuk pelanggan tetap atau bukan, apakah dia termasuk pelanggan kecil,
menengah atau besar. Termasuk apakah perusahaan pelanggan dalam keadaan sehat
atau tidak.
3. Commitment, komitmen menyangkut tanggungjawab seseorang terhadap setiap
apa yang telah disepakati, pernah tidaknya seorang pelanggan mengingkari suatu
kesepakatan merupakan ukuran penting tingkat komitmen pelanggan yang
bersangkutan.
4. Credibility, kredibilitas menunjukkkan tingkat kepercayaan terhadap seseorang.
Kepercayaan ini dapat terbentuk dari pengetahuan tentang Capital (modal) dan
Capacity (kemampuan) pelanggan untuk memenuhi kewajibannya
5. Credit amount, pemberian kredit kepada seorang pelanggan perlu ditetapkan
batas maksimumnya, pemberian kredit kepadanya tidak diperbolehkan melebihi
batas maksimumnya yang dihitung dengan memperhatikan keempat karakteristik
sebelumnya.
2. Klasifikasi Piutang
Tagihan bisa timbul dari berbagai macam sumber, tetapi jumlah yang terbesar
biasanya timbul dari penjualan barang atau jasa. Tagihan-tagihan yang dimiliki
perusahaan dapat dibaagi dalam dua kelompok yaitu :
1. Tagihan-tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis disebut piutang.
2. Tagihan-tagihan yang didukung dengan janji tertulis disebut piutang wesel.
Piutang diklasifikasikan lagi dalam beberapa judul sebagai berikut :
Piutang dagang (usaha)
Piutang bukan dagang
Piutang penghasilan.
5.Piutang Wesel
Piutang wesel atau wesel tagih merupakan tagihan atau piutang yang dinyatakan
secara tertulis dalam bentuk surat perintah membayar (wesel) atau surat
kesanggupan membayar (promes). Wesel merupakan surat perintah tidak bersyarat
yang dibuat oleh kreditur debitur untuk membayar sejumlah uang tertentu pada
tanggal tertentu di masa yang akan datang kepada pihak pembuat wesel.
Wesel tagih dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis wesel, yaitu :
1. Berdasarkan masa jatuh temponya, wesel tagih diklasifikasikan dalam dia jenis
1). Wesel tagih jangka pendek, dan 2). Wesel tagih jangka panjang.
2. Berdasarkan ada tidaknya pembebanan bunga, maka wesel tagih diklasifikaskan
dalam dua jenis, yaitu 1). Wesel tagih tanpa bunga, dan 2). Wesel tagih berbunga.
3. Berdasarkan bisa tidaknya didiskontikan, wesel tagih diklasifikasikan dalam dua
jenis, yaitu: 1). Wesel tagih yang tidak dapat didiskontokan, dan 2). Wesel tagih
yang dapat didiskontokan.
Wesel tagih/piutang wesel dapat timbul bersamaan dengan terjadinya penjualan
barang/jasa atau mutasi piutang usaha menjadi wesel tagih dengan cara membuat
wesel atau diterimanya promes.
Ilustrasi : tanggal 4 April 2009 dijual barang dagangan kepada Tn. KaLnadi seharga
Rp. 7.500.000,00 dengan diaskep sebuah wesel 60 harian. Maka jurnal untuk
mencatat penjualan tersebut adalah :
Wesel Tagih Rp. 7.500.000,00
Penjualan Rp. 7.500.000,00
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Dari latar belakang diatas maka dirumuskanlah beberapa masalah dibawah ini :
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
Pada umumnya piutang timbul akibat dari transaksi penjualan barang dan jasa
perusahaan, dimana pembayaran oleh pihak yang bersangkutan baru akan dilakukan
setelah tanggal transaksi jual beli. Mengingat piutang merupakan harta perusahaan
yang sangat likuid maka harus dilakukan prosedur yang wajar dan cara-cara yang
memuaskan dengan para debitur sehingga perlu disusun suatu prosedur yang baik
demi kemajuan perusahaan.
Piutang dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang
lain-lain.
Menurut Soemarso piutang usaha adalah atau penyerahan aktiva atau jasa lain
kepada pihak dengan siapa ia berpiutang:Perusahaan mempunyai hak klaim
terhadap seseorang atau perusahaan lain dengan adanya hak klaim ini perusahaan
dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang.
Piutang usaha menunjukkan klaim yang akan dilunasi dengan uang yang tidak
didukung dengan janji tertulis yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-
jasa yang dihasilkan perusahaan. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena
penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal
perusahaan. Piutang usaha adalah tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis
yang hanya dilengkapi oleh surat jalan, faktur/tanda terima lainnya yang telah
ditandatangani oleh debitur sehingga pernyataan telah menerima barang ada
didalam surat-surat tersebut.
Selain itu pengertian piutang yang pada umumnya digolongkan dalam aktiva lancar
yang berarti bahwa tagihan-tagihan pada pihak lain yang nantinya akan diminta
pembayarannya dalam jangka waktu yang tidak lama (kurang dari satu tahun) yang
biasanya digolongkan dalam piutang jangka pendek.
Piutang yang akan diterima merupakan kontrak prestasi yang sebenarnya sudah
menjadi hak perusahaan, akan tetapi belum/tidak saatnya untuk diterima, piutang ini
timbul pada suatu akhir periode dimana sebenarnya tagihan tersebut akan diterima
pada periode yang akan datang.
Adapun hal-hal yang termasuk dalam piutang yang akan diterima adalah:
1. a) Bunga yang masih harus diterima yang timbul dari aktiva yang
dimiliki perusahaan, seperti wesel tagih dan bon.
2. b) Piutang sewa yang masih harus diterima yang timbul dari hasil
penyewaan, seperti gedung, mobil dan alat-alat besar lainnya.
3. c) Pendapatan piutang merupakan pendapatan yang akan diterima sebagai
hasil investasi dalam perusahaan.
Penggolongan piutang dan umur piutang dapat digolongkan ke dalam 4 jenis, yaitu:
Piutang merupakan aktiva lancar yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas
dalam waktu satu tahun atau dalam satu periode akuntansi. Piutang pada umumnya
timbul dari hasil usaha pokok perusahaan. Namun selain itu, piutang juga dapat
ditimbulkan dari adanya usaha dari luar kegiatan pokok perusahaan.
Warren Reeve dan Fess mengklasifikasikan piutang kedalam tiga kategori yaitu
piutang usaha, wesel, tagih, dan piutang lain-lain
sebagai berikut :
1. Piutang Usaha
Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak
produk atau jasa kepada pelanggan. Transaksi paling umum yang menciptakan
piutang usaha adalah penjualan barang dan jasa secara kredit. Piutang tersebut
dicatat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang usaha semacam ini normalnya
diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relative pendek, seperti 30
atau 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar.
1. Wesel Tagih
Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah
menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih
dalam setahun. Maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar.
Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. Wesel bisa
digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan
piutang usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu kadang-kadang disebut
piutang dagang
1. Piutang lain-lain
Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini
diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan
sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun maka piutang ini
diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi.
Piutang lain-lain meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat
atau karyawan perusahaan.
Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjualan maka jumlah investasi
dalam piutang juga demikian. Artinya, perusahaan harus menyediakan investasi
yang lebih besar dalam piutang dan meski berisiko semakin besar, profitabilitasnya
juga akan meningkat
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila
perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat artinya keselamatan kredit
lebih diutamakan dari profitabilitasnya. Syarat pembayaran yang ketat antara lain
tampak dari batas waktu pembayaran yang pendek atau pembebanan bunga yang
berat untuk pembayaran piutang terlambat. Umumnya, syarat pembayaran penjualan
kredit dinyatakan dengan term tertentu, misalnya 2/10 net 30. Ini berarti apabila
pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan barang, si
pembeli akan mendapatkan potongan tunai sebesar 2% dari harga penjualan, dan
pembayaran selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu 30 hari sesudah waktu
penyerahan barang.
Dalam penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas maksimal bagi
kredit yang diberikan kepada para pelanggan. Makin tinggi batas waktu yang
diberikan kepada pelanggan, makin besar pula dana yang diinvestasikan kedalam
piutang.
Kebijakan dalam menagih piutang, secara aktif ataupun pasif, dapat dilakukan oleh
perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif dalam menagih piutang
akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih besar untuk membiayai aktivitas ini,
namun dapat memperkecil resiko tidak tertagihnya piutang. Perusahaan juga
berharap agar pelanggan menyetor pembayaran hutang tepat waktu. Kebijakan ini
ditempuh dengan cara:
Lima dimensi utama yang sering digunakan oleh analis kredit perusahaan untuk
menganalisa kemampuan pemohon kredit
yaitu:
* Karakater
Meneliti dan memperhatikan sifat pribadi, cara hidup dan status sosial. Hal ini
penting karena berkaitan dengan kemauan untuk membayar.
* Kemampuan
* Kapital
* Kolateral
Mengukur besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai kolateral atas kredit.
* Kondisi
Jika pelanggan ingin mengetahui persyaratan kredit, biasanya bagian kredit akan
memberikan formuilir yang harus diisi tentang keuangan, informasi kredit dan
referensi. Melalui permohonan tersebut, perusahaan memperoleh informasi
tambahan dari sumber lain. Jika perusahaan sudah pernah memberikan kredit
kepada pemohon maka perusahaan mempunyai sejarah dari informasi
pembayarannya.
1) Standar kredit
2) Persyaratan kredit
1. Melalui surat
2. Melalui telepon
3. Melalui kunjungan personal
4. Tindakan yuridis.
Berdasarkan uraian di atas diharapkan perusahaan dapat meminimumkan jumlah
piutang yang tidak tertagih sehingga menuntut perusahaan untuk memiliki
manajemen piutang yang baik. Manajemen piutang tersebut diharapkan dapat
menetapkan kebijakan-kebijakan yang dapat dijadikan pedoman dalam
pengendalian piutang.
1. Perputaran Piutang
Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat
dengan volume penjualan kredit, karena timbulnya piutang disebabkan oleh
penjualan barang-barang secara kredit dan hasil dari penjualan secara kredit netto
dibagi dengan piutang rata-rata merupakan perputaran piutang.
Nilai dari perputaran piutang tergantung dari syarat pembayaran piutang tersebut.
Makin lunak atau makin lama syarat pembayaran yang ditetapkan berarti makin
lama modal terikat dalam piutang. Mengenai perputaran piutang.
Dari dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang itu
ditentukan dua faktor utama, yaitu penjualan kredit dan rata-rata piutang. Rata-rata
piutang dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan piutang awal periode dengan
piutang akhir periode dibagi dua. Adakalanya angka penjualan kredit untuk suatu
periode tertentu tidak dapat diperoleh sehingga yang digunakan sebagai penjualan
kredit adalah angka total penjualan.
Dari uraian di atas maka perputaran piutang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dari definisi dapat diketahui bahwa rasio perputaran yang tinggi mencerminkan
kualitas piutang yang semakin baik. Tinggi rendahnya perputaran piutang
tergantung pada besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin
cepat perputaran piutang berarti semakin cepat modal kembali. Tingkat perputaran
piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi modal perusahaan
yang ditanamkan dalam piutang, sehingga makin tinggi perputaran piutang berarti
makin efisien modal yang digunakan.
Selain perputaran piutang yang digunakan sebagai indikator terhadap efisien atau
tidaknya piutang, ada indikator lain yang cukup penting yaitu jika waktu rata-rata
pengumpulan piutang (average collection periode). Jangka waktu pengumpulan
piutang adalah angka yang menunjukkan waktu rata-rata yang diperlukan untuk
menagih piutang.
Jumlah hari penjualan dalam piutang memberi tolak ukur mengenai lamanya waktu
piutang dagang yang beredar. Semakin besar rasio umur piutang, semakin besar
kemungkinan rasio tidak tertagihnya piutang.
Perubahan rasio antara penjualan kredit dan rata-rata piutang disebabkan oleh
banyak hal. Munawir mengemukakan bahwa faktor-faktor penyebabnya adalah
sebagai berikut:
Terlepas dari hal-hal tersebut diatas, dalam piutang, resiko kerugian akibat piutang
yang tidak dapat diterima pembayarannya selalu ada. Ada dua metode penyisihan
piutang yaitu :
Dalam metode ini kerugian piutang yang tidak bisa ditagih, dicatat langsung pada
periode saat terjadinya penghapusan piutang dengan perkiraan debet beban
penghapusan piutang dan kredit perkiraan piutang dagang.
1. b) Metode Penyisihan/cadangan.
Ada metode ini, setiap akhir periode dilakukan penaksiran terhadap piutang yang
dimiliki perusahaan, sehingga diperoleh taksiran dari piutang yang disangsikan
dapat diterima pembayarannya. Taksiran ini dicatat pada perkiraan debet beban
piutang dan kredit pada perkiraan penyisihan piutang.
Piutang terjadi karana akibat dari penjualan kredit maka taksiran menhunakan
jumlah penjualan selama periode bersangkutan. Yaitu dengan membandingkan
kerugian piutang yang sebenarnya terjadi dengan total pejualan kemudian
dilakukan perubahan-perubahan atas kemungkinan yang akan datang. Biasanya
dalam bentuk persentase.
2) Atas dasar saldo piutang
Jumlah ini dihitung dengan cara mengalikan suatu persentase tertentu dengan saldo
piutang pada akhir periode. Dengan demikian yang dijadikan dasar adalah jumlah
piutang dagang yang dimiliki perusahaan pada akhir periode.
Penerapan metode ini pada dasarnya sama dengan penentuan taksiran kerugian
piutang atas dasar saldo piutang, metode ini dikelompokan menjadi kelompok
piutang yang belum jatuh tempo, dan kelompok yang telah jatuh tempo. Sedangkan
kelompok yang telah jatuh tempo dikelompokkan atas dasar lamanya jatuh tempo.
Lamanya tunggakan, dihitung dari tanggal jatuh tempo piutang sampai tanggal 31
Desember.
Setiap usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan akan mengandung resiko
yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini resiko hanya bisa dikendalikan agar
berada dalam batas yang wajar. Resiko yang timbul karena transaksi penjualan
secara kredit disebut resiko kerugian piutang.
Resiko ini terjadi jika jumlah piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali. Hal ini
bisa disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya karena seleksi yang kurang baik
dalam memilih langganan sehingga perusahaan memberikan kredit kepada
langganan yang tidak potensial dalam membayar tagihan, juga dapat terjadi adanya
stabilitas ekonomi dan kondisi negara yang tidak menentu sehingga piutang tidak
dapat dikembalikan.
Resiko ini terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah sehingga
akan mengakibatkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam piutang semkin besar
dan hal ini bisa mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif.
1. Piutang Dagang adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang
dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal.
Piutang dagang biasanya yang paling signifikan yang dimiliki perusahaan.
Piutang dagang dapat digolongkan sebagai berikut :
2. Piutang Usaha merupakan jumlah yang dibayarkan oleh pelanggan atas
penjualan barang dan jasa dalam kegiatan usaha normal. Waktu pembayaran
piutang usaha pada umumnya antara 30-60 hari. Pemberian kredit ini
dilakukan dengan perjanjian informal antara penjual dan pembeli yang
didukung oleh dokumen-dokumen perusahaan, seperti faktur pesanan
penjualan dan kontrak penyerahan. Biasanya piutang dagang dikenakan
biaya, walaupun ada kemungkinan bunga ataupun beban ditambahkan jika
pembayaran tidak dilakukan dalam satu periode yang telah ditentukan yaitu
periode dimana debitur wajib melunasi hutangnya, b. Wesel Tagih (Notes
Receivable) adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu
pada tanggal tertentu di masa depan. Wesel tagih dapat berasal dari
penjualan, pembiayaan ataupun transaksi lainnya. Tetapi wesel tagih
kebanyakan berasal dari transaksi peminjaman uang yaitu dengan
diberikannya trade receivable dengan disertai wesel. Wesel tagih bisa
bersifat jangka panjang.
3. Piutang Non Dagang adalah semua piutang yang timbul dari transaksi-
transaksi yang secara tidak langsung berhubungan dengan penjualan barang
atau penyerahan jasa yang dilakukan oleh perusahaan, termasuk diantaranya
:
4. Piutang yang timbul dari transaksi pinjaman, seperti piutang kepada
perusahaan afiliasi, piutang karyawan,
5. Piutang kepada perusahaan asuransi, atas kerugian-kerugian yang
dipertanggungjawabkan.
6. Piutang pajak yang disetor.
d.Piutang yang timbul dari pesanan atas penjualan atau penerbitan surat-surat
berharga atau sekuritas seperti piutang saham, piutang pemesa surat utang obligasi.
1. Piutang yang timbul dan merupakan fungsi waktu dan piutang pendapatan
seperti piutang bunga, sewa, dividen, royalitas.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Piutang adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang karena
terjadinya transaksi dimasa lalu. Piutang, salah satu jenis transaksi akutansi yang
mengurusi penagihan konsumen yang berhutang pada seseorang, suatu perusahaan,
atau suatu organisasi untuk barang dan layanan yang telah diberikan pada konsumen
tersebut. Kebijaksanaan kredit (standar kredit/kualitas rekening yang diterima,
jangka waktu/periode kredit yang diberikan, discount/potongan tunai yang diberikan
untuk pembayaran yang lebih awal.
yaitu :
3.2 Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas
partisipasi pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis
adalah manusia yang pasti nya mmiliki kesalahan. Oleh karena itu, dengan adanya
kritik dan saran dari pembaca, penulis bisa mengkoreksi diri dan menjadikan
makalah kedepan menjadimakalahyang lebih baik lagi dan dapat memberikan
manfaat yang lebih bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2061522-pengertian-
piutang/
http://www.getbookee.org/ruang-lingkup-manajemen-piutang/
http://id.shvoong.com/business-management/accounting/2174446-definisi-
pengertian-piutang-dan-jenis/
anjak piutang
Selasa, 26 Februari 2013
Makalah Factoring aLa DeChis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Anjak Piutang tidak terlepas dari beberapa pendapat, berikut adalah
definisi atau pengertian anjak piutang yang diambil dari beberapa sumber
yaitu:
Agar dapat lebih memahami tentang perjanjian anjak piutang ini maka dapat
dilihat dari tiga serangkai hukum yaitu:
1. Subyek hukum dari perjanjian anjak piutang itu tentu saja adalah
Penjual, Pembeli dan Perusahaan anjak piutang. Namun penamaan
tersebut dirubah disesuaikan dengan hakekat anjak piutang.
Perusahaan anjak piutang atau dikenal sebagai factor adalah badan
usaha yang menawarkan anjak piutang lihat pengertian di atas. Klien
adalah pihak yang menggunakan jasa dari anjak piutang (mudahnya
adalah pihak yang menjual piutang kepada factor). Penjual atau
supplier masuk dalam pengeritan klien. Sementara nasabah atau
konsumen merupakan pihak yang mengadakan transaksi dengan klien.
2. Obyek hukum dalam perjanjian ini jelas adalah piutang itu sendiri.
Baik itu dijual atau dialihkan atau di urus oleh pihak lain.
3. Peristiwa hukum atau hubungan hukumnya adalah perjanjian anjak
piutang, yaitu perjanjian antara perusahaan anjak piutang dengan
klien.
Istilah klien (client) dan nasabah (customer) dalam mekanisme anjak piutang
memiliki pengertian yang sangat berbeda. Lain halnya dengan bank yang
memiliki nasabah atau customer, sedangkan perusahaan anjak piutang hanya
memiliki klien dalam hal ini supplier. Selanjutnya, klien yang memiliki
nasabah atau customer. Mekanisme anjak piutang ini sebenamya diawali dari
adanya transaksi jual beli barang atau jasa yang pembayarannya secara
kredit.
Istilah dalam mekanisme anjak piutang perlu dipahami antara lain sebagai
berikut:
Disclosed.
Fasilitas anjak piutang yang ditawarkan oleh perusahaan anjak piutang dapat
dibedakan dalam berbagai jenis sebagai berikut:
1. Berdasarkan Pemberitahuan
Keterangan:
Keterangan:
5) Pada saat jatuh tempo, debitor akan melunasi utangnya langsung kepada
supplier atau klien.
Recourse factoring
Anjak piutang dengan cara recourse atau disebut juga with recourse factoring
berkaitan dengan risiko debitor yang tidak mampu memenuhi kewajibannya.
Keadaan ini bagi perusahaan anjak piutang merupakan ancaman risiko.
Dalam perjanjian with recourse, klien akan menanggung risiko kredit
terhadap piutang yang dialihkan kepada perusahaan anjak piutang. Oleh
karena itu, perusahaan anjak piutang akan mengembalikan tanggung jawab
(recourse) pembayaran piutang kepada klien atas piutang yang tidak tertagih
dari customer.
Anjak piutang ini juga disebut non-recourse factoring, yaitu perusahaan anjak
piutang menanggung risiko atas tidak tertagihnya piutang yang telah
dialihkan oleh klien. Namun, dalam perjanjian anjak piutang dapat
dicantumkan bahwa di luar keadaan macetnya tagihan dapat diberlakukan
bentuk recourse. Ini untuk menghindarkan tagihan yang tidak dibayar karena
pihak klien ternyata mengirimkan barang yang cacat atau tidak sesuai dengan
perjanjian kepada nasabahnya. Dengan demikian customer berhak untuk
mengembalikan barang yang telah diserahkan tersebut dan terlepas dari
kewajiban pembayaran utang. Dalam hal terjadi kasus demikian, perusahaan
factoring dapat mengembalikan tagihan tersebut kepada klien.
3. Berdasarkan Pelayanan
Full service factoring, yaitu perjanjian anjak piutang yang meliputi semua
jenis jasa anjak piutang baik dalam bentuk jasa pembiayaan maupun jasa
non-pembiayaan, misalnya urusan administrasi penjualan (sale ledger
administration), tagihan dan penagihan piutang termasuk menanggung risiko
terhadap piutang yang macet.
Bulk factoring. Jasa factoring ini juga disebut dengan agency factoring yaitu
transaksi yang mengaitkan perusahaan factoring sebagai agen dari klien.
Bentuk fasilitas factoring ini pada dasarnya hampir sama dengan full service
factoring, namun penagihan piutang tetap dilakukan oleh klien dan proteksi
risiko kredit tidak dijamin perusahaan factoring.
International factoring. Anjak piutang ini juga sering disebut export factoring,
yaitu adalah kegiatan anjak piutang untuk transaksi ekspor impor barang
yang melibatkan dua perusahaan factoring di masing-masing negara sebagai
export factor dan import factor.
Pada umumnya kegiatan usaha anjak piutang sering dilakukan dalam bentuk
pembelian tagihan milik klien (supplier). Selanjutnya, proses kegiatan anjak
piutang ini dapat dibedakan dalam bentuk transaksi untuk tagihan atau
account receivable dan promes atau promissorynotes.
Kegiatan anjak piutang untuk tagihan ini atau disebut juga account receivable
factoring didasarkan pada suatu transaksi jual beli secara kredit jangka
pendek dan menengah yang dijual kepada perusahaan anjak piutang dengan
kontrak pengambil alihan tagihan dari penjual atau supplier kepada
perusahaan anjak piutang. Pengalihan tagihan tersebut atas persetujuan atau
pengetahuan pembeli (customer).
Keterangan:
1) Supplier (klien) menjual barang atau jasa kepada pembeli (customer).
Penyerahan barang dengan D/0 yang ditandatangani pembeli. Asli D/0
kembali kepada supplier.
Anjak piutang untuk promes melibatkan pihak lain, biasanya bank, dalam
proses penagihan piutang. Mekanismenya menjadi sedikit lebih panjang
karena bukti piutang dikonversikan menjadi promes untuk kemudian di
diskontokan ke pihak lain (bank).
Peny
Keterangan:
Jasa jasa anjak piutang dapat dibedakan dalam 2 (dua) jenis, yaitu:
Biaya biaya yang dibebankan oleh perusahaan anjak piutang antara lain
terdiri atas service charge dan initial payment charge atau juga disebut
discount charge (biaya bunga). Besamya service charge anjak piutang untuk
jasa non pembiayaan untuk anjak piutang domestik berkisar antara 0,5%-
1.5% dari jumlah tagihan. Sedangkan untuk anjak piutang internasional
antara 1,0%-2,5%. Pembayaran service charge tersebut biasanya dipotong
dari pembayaran pre financing yang diberikan oleh perusahaan anjak
piutang. Sedangkan biaya bunga atau discount charge sehubungan dengan
pembayaran di muka (initial payment), perusahaan anjak piutang
mengenakan biaya antara 2%-3% p.a. di atas prime rate. Biaya yang terdiri
atas 2 (dua) macam biaya :
1. Service charge.
Service charge atau fee berkaitan dengan fungsi perusahaan factoring dalam
melakukan pembukuan penjualan (sales ledger) terhadap transaksi penjualan
oleh klien. Besarnya biaya tersebut sangat tergantung dalam, perjanjian atau
persetujuan kedua belah pihak antara perusahaan anjak piutang dengan klien
sebelum kontrak anjak piutang dilaksanakan dan biasanya dinyatakan dalam
suatu persentase tertentu dari nilai faktur.
2. Discount Charge.
Biaya ini secara langsung berhubungan dengan pembayaran di muka yang
diberikan oleh perusahaan anjak piutang kepada klien setelah penyerahan
faktur dilakukan. Besarnya biaya tersebut juga dinyatakan dalam suatu
persentase secara tahunan (annual basis). Seperti halnya dengan service
charge, biaya ini juga ditetapkan berdasarkan negosiasi antara pihak
perusahaan anjak piutang dengan klien sebelum kontrak anjak piutang
dilakukan.
Manfaat anjak piutang bagi klien dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut:
1. Meningkatkan kepercayaan
Karena arus dana bukan lagi suatu masalah maka setiap tagihan dapat
dibayar tepat waktu yang pada gilirannya akan meningkatkan kepercayaan
pihak klien. Reputasi yang baik akan mengakibatkan mudahnya melakukan
pembelian misalnya barang-barang mentah secara kredit dengan harga yang
lebih baik. Sedangkan dalam hal penjualan tunai klien dapat memberikan
discount yang lebih menarik.
Manfaat lain anjak piutang yang cukup menarik adalah kesempatan untuk
tumbuh dan berkembang khususnya bagi usaha kecil. Sekiranya ada
permintaan atas produk atau jasa jasa dan apabila mereka menjual kepada
nasabah besar dengan reputasi baik.
Dilihat dari ruang lingkup operasi, kegiatan transaksi anjak piutang dapat
dibedakan dalam bentuk:
1. Eksportir
2. Importir
3. Perusahaan anjak piutang eksportir (export factor) dan
4. Perusahaan anjak piutang importir (import factor).
Eksportir.
Manfaat yang dapat diperoleh pihak eksportir yang tidak disediakan oleh
anjak piutang dornestik adalah sebagai berikut:
Importir.
Service fee; dihitung sebagai suatu persentase dan nilai kotor faktur yang
dianjak-piutangkan. Service fee dikenakan untuk tugas-tugas yang berkaitan
dengan pengadministrasian penjualan eksportir dan proteksi kredit. Biaya
tersebut berkisar antara0,75%-2,50%. Service fee untuk export factoring
biasanya lebih tinggi daripada domesticfactoring. Persentase service fee
tersebut dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan tugas-tugas
administrasi dan risiko dalam anjak piutang ekspor.
Perbedaan anjak piutang dengan kredit bank antara lain sebagai berikut:
Bank Factoring
Transaksi Utang piutang penjualan barang secara
Utang ke aktiva aktiva produktif beralih ke kas lebih
Proses
produktif memakan waktu cepat
Aktiva passiva Kas dan utang bertambah Piutang berubah kas
Analisis kredit 1 pihak aja (nasabah) 2 pihak(supplier dan pembeli)
Agunan Wajib Tidak mutlak
Lebih tinggi (resiko klien dan
Tingkat resiko Tinggi (resiko nasabah)
nasabah)
Biaya Bunga dan provisi Service dan discount charge
Bantuan jasa Pembiayaan Pembiayaan dan non pembiayaan
Penanggungan resiko Bank Supplier/factor
Anjak Piutang Syariah Wakalah bil Ujrah dan Qardh (Piutang Eksportir)
adalah pengalihan hutang dari pihak yang berhutang kepada pihak lain yang
wajib menanggung (membayarnya). Dalam produk ini, Nasabah dalam
kedudukannya selaku Eksportir mempunyai piutang pada Bank Syariah X,
dan kemudian Nasabah Eksportir memindahkan piutang tersebut kepada
Divisi Syariah Indonesia Eximbank. Divisi Syariah Indonesia Eximbank
kemudian membayar piutang itu kepada Nasabah Eksportir dan selanjutnya
Indonesia Eximbank menagih hutang kepada Issuing Bank.
MANFAAT
Membantu kelancaran usaha Nasabah Eksportir dalam rangka pengadaan
barang atau jasa dengan memberikan pembayaran segera atas tagihan ekspor
yang belum jatuh tempo.
KARAKTERISTIK
Anjak Hutang Syariah Hawalah bil Ujrah (Hutang Importir) Prinsip yang
digunakan dalam produk ini adalah Prinsip Hawalah bil Ujrah. Prinsip
Hawalah yaitu pengalihan hutang dari satu pihak yang berhutang kepada
pihak lain yang wajib menanggung (membayar)-nya. Dalam hal ini Nasabah
Eksportir sebagai pihak yang berhutang dan Divisi Syariah Indonesia
Eximbank sebagai pihak yang menanggung (membayar) hutangnya. Ujrah
yaitu pembayaran atas jasa yang diberikan oleh Divisi Syariah Indonesia
Eximbank (sebagai muhil) kepada Nasabah Eksportir dalam kedudukannya
selaku Importir (sebagai muhal alaih) atas ketersediaan dan komitmennya
untuk membayar utang Nasabah Eksportir.
Anjak Piutang Syariah Wakalah bil Ujrah dan Qardh (Piutang Eksportir)
Prinsip yang digunakan dalam produk ini adalah Prinsip Wakalah bil Ujrah
dan Qardh. Prinsip Wakalah yaitu pemberi kuasa kepada pihak lain sebagai
wakil untuk melakukan suatu pekerjaan, dalam hal ini Divisi Syariah
Indonesia Eximbank sebagai penerima kuasa (yang menjadi wakil) dan
Nasabah Eksportir dalam kedudukannya selaku Eksportir sebagai pemberi
kuasa (yang diwakilkan). Pekerjaan yang dikuasakan kepada Divisi Syariah
Indonesia Eximbank adalah pengurusan dokumen dan melakukan penagihan
pembayaran.
Imbalan (Ujrah)
Syarat Pembiayaan
Valuta Pembiayaan Modal Kerja adalah dalam Rupiah atau dalam Valuta
Asing yang disetujui oleh Indonesia Eximbank.
Maksimum Pembiayaan adalah maksimal 85% dari nilai tagihan ekspor atau
tagihan dalam rangka kegiatan ekspor.
Imbalan (Ujrah)
1. IFS Capital Indonesia (IFSI) mulai berdiri di Jakarta pada tahun 1990
dengan nama PT. Niaga Factoring Corporation, yang merupakan
perusahaan joint venture antara PT. Bank Niaga Tbk, PT. Usaha
Sarana Sejati dan IFS Capital limited. Sejak November 2005 IFS
Capital Limited menjadi pemegang saham mayoritas dengan porsi
kepemilikan sebesar 85%.
Pada tanggal 14 Juni 2007 nama perusahaan di ganti dari PT. International
Factors Indonesia menjadi PT. IFS Capital Indonesia. Dengan struktur
organisasi dan kebijakan perusahaan yang baru, PT. IFS Capital Indonesia
siap melayani kebutuhan pembiayaan perusahaan Indonesia baik untuk jasa
Anjak Piutang dan Sewa Guna Usaha.
Gambar 1.9 Mekanisme Transaksi yang dilakukan PT. IFI Capital Indonesia
1. Manfaat yang dapat diperoleh PT. IFSI bagi UKM yang telah
memanfaatkan jasanya yaitu dengan menjaminkan atau menjual
piutang usaha (account receivables) untuk memperoleh fasilitas
pembiayaan dari anjak piutang, dimana dana yang diperoleh dapat
berguna untuk mengatasi Cashflow Mismatch karena membesarnya
kebutuhan modal kerja.
2. Permodalan dengan Anjak Piutang dapat meningkatkan efesiensi
dalam penagihandan administrasi piutang karena anjak piutang juga
menangani credit management.
3. Dengan Anjak Piutang UKM tidak hanya mendapat permodalan dari
penjualan piutangnya, tetapi juga factoring dapat diterapkan untuk
transaksi ekspor-impor tanpa menggunakan L/C. Sehingga UKM dapat
meluaskan pangsa pasar hingga ke luar negeri.
Kekurangan PT IFSI :
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://www.baharandpartners.com/news_detail.php?nID=352
http://anamencoba.blogspot.com/2011/04/perkembangan-anjak-piutang-di-
indonesia.html
http://www.sylabus.web44.net/blk2file/kuliah6.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Anjak_piutang
http://www.lppm.undip.ac.id/abstrak/content/view/262/336/
http://queenchib.blogspot.com/2010/02/anjak-piutang.html
http://www.slideshare.net/ryandsaputri/anjak-piutang
http://www.perfspot.com/docs/doc.asp?id=84709
http://www.smecda.com/Files/Dep_Pembiayaan/Informasi/07_10_Anjak%20Piutan
g.pdf
http://www.scribd.com/doc/91625608/makalah-anjak-piutang
http://www.indonesiaeximbank.go.id/anjak-hutang-syariah-hawalah-bil-ujrah