Anda di halaman 1dari 50

Makalah tentang Piutang

BAB I
PENDAHULUAN
Piutang menunjukkan adanya klaim perusahaan kepada pihak (perusahaan) lain
dalam bentuk uang, barang, jasa atau dalam bentuk aktiva non kas lainnya yang
harus dilakukan penagihan pada tanggal jatuh temponya. Piutang usaha dapat
berupa tagihan yang timbul karena penjualan barang dagangan dan jasa atau
penjualan aktiva lainnya yang dilakukan secar kredit dan transaksi transaksi lain.
Piutang yang timbul dari penjualan barang dagangan, jasa atau aktiva lainnya dapat
berupa piutang dagang (Account receivable) dan piutang wesel (Notes receivable),
sedangkan piutang yang timbul dari transaksi transaksi lain, misalnya: piutang
pajak, piutang pemesanan saham, piutang pemesanan obligasi, pendapatan
pendapatan yang masih harus diterima dan beban beban dibayar di muka.

BAB II
PIUTANG
1. Definisi Piutang
Piutang dagang merupakan jumlah yang terutang oleh pembeli yang timbul karena
penjualan kepadanya barang dagangan atau jasa atau aktiva lainnya yang dilakukan
secara kredit. Piutang dagang biasanya berupa suatu tagihan kepada pembeli yang
tidak disertai dengan dokumen yang mempunyai kekuatan hokum yang dapt
memaksa debitur untuk melakukan pembayaran. Oleh karena itu piutang ini sangatt
riskan terhadap kemungkinan tidak terbayar dikarenakan berbagai hal. Oleh
karenanya dalam melakukan penjualan secara kredit perusahaan harus yang harus
dilakukan antara lain:
1. Character, karakter merupakan sifat dasar atau tabiat dari seseorang yang sangat
menentukan pola piker dan pola tindakannya. Karakter pelanggan yang akan
melakukan pembelian kredit harus betul betul dijadikan referensi.
2. Criterion, criteria lebih sebagai ukuran/skala/golongan pelanggan apakah dia
termasuk pelanggan tetap atau bukan, apakah dia termasuk pelanggan kecil,
menengah atau besar. Termasuk apakah perusahaan pelanggan dalam keadaan sehat
atau tidak.
3. Commitment, komitmen menyangkut tanggungjawab seseorang terhadap setiap
apa yang telah disepakati, pernah tidaknya seorang pelanggan mengingkari suatu
kesepakatan merupakan ukuran penting tingkat komitmen pelanggan yang
bersangkutan.
4. Credibility, kredibilitas menunjukkkan tingkat kepercayaan terhadap seseorang.
Kepercayaan ini dapat terbentuk dari pengetahuan tentang Capital (modal) dan
Capacity (kemampuan) pelanggan untuk memenuhi kewajibannya
5. Credit amount, pemberian kredit kepada seorang pelanggan perlu ditetapkan
batas maksimumnya, pemberian kredit kepadanya tidak diperbolehkan melebihi
batas maksimumnya yang dihitung dengan memperhatikan keempat karakteristik
sebelumnya.

2. Klasifikasi Piutang
Tagihan bisa timbul dari berbagai macam sumber, tetapi jumlah yang terbesar
biasanya timbul dari penjualan barang atau jasa. Tagihan-tagihan yang dimiliki
perusahaan dapat dibaagi dalam dua kelompok yaitu :
1. Tagihan-tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis disebut piutang.
2. Tagihan-tagihan yang didukung dengan janji tertulis disebut piutang wesel.
Piutang diklasifikasikan lagi dalam beberapa judul sebagai berikut :
Piutang dagang (usaha)
Piutang bukan dagang
Piutang penghasilan.

3. Metode Penghapusan Langsung


Metode penghapusan langsung umumnya di gunakan oleh perusahan yang relative
baru berdiri, yang belum mempunyai cukup data-data historis tentang piutang-
piutangnya, atau perusahaan yang sebagian kecil saja dari penjualannya yang
dilakukan secara kredit. Pada perusahaan-perusahaan besar atau perusahaan yang
sebagian besar penjualannya dilakukan secara kredit, yang sudah memiliki data-data
historis tentang piutang-piutangnya, penggunaan metode ini dirasa kurang dapat
memberikan informasi yang tepat bagi pengguna laporan keuangan.
Penghapusan secara langsung tidak memerlukan dilakukannya estimasi kerugian
penghapusan piutang pada setiap akhir periode, pencatatan terhadap piutang yang
dihapuskan dilakukan langsung pada saat dinyatakan suatu piutang harus
dihapuskan karena suatu hal. Jurnal yang terkait dengan penghapusan piutang
menurut metode ini antara lain :
1. Jurnal saat dinyatakan suatu piutang harus dihapuskan :
Kerugian Penghapusan Piutang Rp. XXX,00
Piutang dagang Rp. XXX,00
2. Bila suatu piutang yang telah dihapuskan dinyatakan kembali sebagai piutang
yang akan dibayar oleh debiturnya (piutang diketemukan kembali), maka :
a. Bila dinyatakan dapat ditagih kembali pada periode yang sama dengan saat
dihapuskannya (sebelum tutup buku), maka jumlahnya adalah :
Piutang dagang Rp XXX,00
Kerugian penghapusan piutang Rp XXX,00
b. Bila dinyatakan dapat ditagih kembali setelah tutup buku, maka jurnalnya adalah
:
Piutang dagang Rp XXX,00
Laba dari piutang diketemukan kembali Rp XXX,00

Metode Penghapusan Tidak Langsung


Metode ini lebih sesuai digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar atau yang
sebagian besar penjualannya dilakukan secara kredit, yang mempunyai data-data
historis tentang piutangnya. Pemakaian metode ini mengharuskan dilakukannya
estimasi pada setiap akhir periode akuntansi terhadap kemungkinan piutang-piutang
yang tidak dapat ditagih dalam periode akuntansiyang akan datang. Sebesar nilai
piutang yang diestimasi tidak dapat ditagih tersebut sudah boleh dianggap sebagai
kerugian. Jurnal-jurnal yang terkait dengan penghapusan piutang menurut metode
ini antara lain :
1. Jurnal saat dilakukan estimasi adanya piutang yang mungkin tidak dapat ditagih.
Kerugian penghapusan piutang Rp XXX,00
Cadangan penghapusan piutang Rp XXX,00
2. Saat dinyatakan suatu piutang harus dihapuskan karena suatu hal :
Cadangan penghapusan piutang Rp XXX,00
Piutang dagang Rp XXX,00
3. Bila suatu piutang yang telah dihapuskan dinyatakan kembali sebagai piutang
yang akan dibayar oleh debiturnya (piutang diketemukan kembali), maka jurnalnya
adanya :
Piutang dagang Rp XXX,00
Cadangan penghapusan piutang Rp XXX,00

4. Cadangan Penghapusan Piutang


Perkiraaan cadangan penghapusan piutang merupakan perkiraan tandingan atau
perkiraan penilai (contra account or valuation account) perkiraan kontrolnya yaitu
perkiraan piutang dagang. Di neraca saldo perkiraan ini dilaporkan sebagai
pengurang dari saldo perkiraan piutang dagang, dengan begitu maka piutang dagang
dilaporkan dalam neraca menurut nilai historis dan nilai wajarnya.
a. Cadangan penghapusan piutang dinaikkan sampai dengan /hingga sebesar persen
tertentu dari saldo piutang.
Menurut teknik estimasi ini perushaan terlebih dulu menetapkan tingkat persentase
yang akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan besarnya saldo perkiraan
cadangan penghapusan piutang. Besarnya persentase ini hanyalah suatu estimasi
yang dapat ditentukan begitu saja atau berdasarkan persentase rata-rata
penghapusan piutang dari saldo piutang selama periode tertentu. Missal, selama 5
tahun terakhir total penghapusan piutang Rp. 4.500.000,00 dan total saldo piutang
selama periode yang sama Rp. 45.000.000,00 maka besarnya estimasi cadangan
penghapusan piutang adalah 10 % dari saldo piutang.
b. Cadangan Penghapusan piutang dinaikkan dengan sebesar pesen tertentu dari
saldo piutang.
Menurut teknik estimasi ini saldo perkiraan cadangan penghapusan piutang tidak
diperhitungkan dalam melakukan estimasi kerugian penghapusan piutang.
c. Cadangan penghapusan piutang dinaikkan sampai dengan/hingga sebesar tertentu
berdasarkan analisis umur piutang.
Pada teknik ini besarnya piutang dagang yang diperkirakan tidak dapat ditagih
ditentukan secara lebih realistis, sebab tingkat penghapusannya disesuaikan dengan
umur kadaluarsa piutang yang bersangkutan dari tanggal jatuh temponya. Semakin
lama umur kadaluarsa suatu piutang semakin besar kemungkinan tidak dapat ditagih
kembali. Untuk dapat menentukan umur kadaluarsa suatu piutang, maka setiap
lembar faktur harus tertera syarat pembayaran yang dgunakan.

5.Piutang Wesel
Piutang wesel atau wesel tagih merupakan tagihan atau piutang yang dinyatakan
secara tertulis dalam bentuk surat perintah membayar (wesel) atau surat
kesanggupan membayar (promes). Wesel merupakan surat perintah tidak bersyarat
yang dibuat oleh kreditur debitur untuk membayar sejumlah uang tertentu pada
tanggal tertentu di masa yang akan datang kepada pihak pembuat wesel.
Wesel tagih dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis wesel, yaitu :
1. Berdasarkan masa jatuh temponya, wesel tagih diklasifikasikan dalam dia jenis
1). Wesel tagih jangka pendek, dan 2). Wesel tagih jangka panjang.
2. Berdasarkan ada tidaknya pembebanan bunga, maka wesel tagih diklasifikaskan
dalam dua jenis, yaitu 1). Wesel tagih tanpa bunga, dan 2). Wesel tagih berbunga.
3. Berdasarkan bisa tidaknya didiskontikan, wesel tagih diklasifikasikan dalam dua
jenis, yaitu: 1). Wesel tagih yang tidak dapat didiskontokan, dan 2). Wesel tagih
yang dapat didiskontokan.
Wesel tagih/piutang wesel dapat timbul bersamaan dengan terjadinya penjualan
barang/jasa atau mutasi piutang usaha menjadi wesel tagih dengan cara membuat
wesel atau diterimanya promes.
Ilustrasi : tanggal 4 April 2009 dijual barang dagangan kepada Tn. KaLnadi seharga
Rp. 7.500.000,00 dengan diaskep sebuah wesel 60 harian. Maka jurnal untuk
mencatat penjualan tersebut adalah :
Wesel Tagih Rp. 7.500.000,00
Penjualan Rp. 7.500.000,00

BAB III
DAFTAR PUSTAKA

SyafiI Syakur, Ahmad (2009), Intermediate Accounting, Cetakan pertama, AV


Publisher, Jakarta.

Baridwan, Zaki, (2004), Intermediate Accounting, edisi ke delapan, BPFE,


Yogyakarta.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penjualan barang atau jasa adalah merupakan sumber pendapatan perusahaan.


Dalam melaksanakan penjualan kepada para konsumen,perusahaan dapat
melakukannya secara tunai atau secara kredit. Sudah barang tentu perusahaan akan
lebih menyukai jika transaksi penjualan dapat dilakukan secara tunai, karena
perusahaan akan segera menerima kas dan kas tersebut dapat segera digunakan
kembali untuk mendatangkan pendapatan selanjutnya. Di pihak lain para konsumen
umumnya lebih menyukai bila perusahaan dapat melakukan penjualan secara
kredit, karena pembayaran dapat ditunda. Dalam kenyataannya, penjualan kredit
pada kebanyakan menimbulkan adanya piutang atau tagihan. Transaksi kreditpaling
sedikit melibatkan dua pihak kreditur, yaitu pihak yang menjualbarang atau jasa dan
memperoleh piutang, dan debitur yaitu pihak yang melakukan pembelian dan
menjadikan utang.
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dirumuskanlah beberapa masalah dibawah ini :

1) Apa yang dimaksud dengan piutang?

2) Apa saja ruang lingkup manajemen piutang?

3) Apa saja jenis piutang?

1.3 Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1) Untuk mengetahui pengertian piutang

2) Untuk mengetahui ruang lingkup manajemen piutang

3) Untuk mengetahui jenis piutang

1.4 Manfaat

1) Memahami lebih dalam mengenai piutang dan berbagai konsep didalamnya

2) Mendapatkan panduan dalam pengaplikasian cara pengendalian piutang

3) Menjadi bahan referensi dalam tulisan yang berkaitan dengan manajemen


piutang

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Piutang


Piutang merupakan salah satu unsur dari aktiva lancar dalam neraca perusahaan
yang timbul akibat adanya penjualan barang dan jasa atau pemberian kredit
terhadap debitur yang pembayaran pada umumnya diberikan dalam tempo 30 hari
(tiga puluh hari) sampai dengan 90 hari (sembilan puluh hari). Dalam arti luas,
piutang merupakan tuntutan terhadap pihak lain yang berupa uang, barang-barang
atau jasa-jasa yang dijual secara kredit. Piutang bagi kegunaan akuntansi lebih
sempit pengertiannya yaitu untuk menunjukkan tuntutan-tuntutan pada pihak luar
perusahaan yang diharapkan akan diselesaikan dengan penerimaan jumlah uang
tunai.

Pada umumnya piutang timbul akibat dari transaksi penjualan barang dan jasa
perusahaan, dimana pembayaran oleh pihak yang bersangkutan baru akan dilakukan
setelah tanggal transaksi jual beli. Mengingat piutang merupakan harta perusahaan
yang sangat likuid maka harus dilakukan prosedur yang wajar dan cara-cara yang
memuaskan dengan para debitur sehingga perlu disusun suatu prosedur yang baik
demi kemajuan perusahaan.

Piutang dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang
lain-lain.

Menurut Soemarso piutang usaha adalah atau penyerahan aktiva atau jasa lain
kepada pihak dengan siapa ia berpiutang:Perusahaan mempunyai hak klaim
terhadap seseorang atau perusahaan lain dengan adanya hak klaim ini perusahaan
dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang.

Piutang usaha menunjukkan klaim yang akan dilunasi dengan uang yang tidak
didukung dengan janji tertulis yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-
jasa yang dihasilkan perusahaan. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena
penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal
perusahaan. Piutang usaha adalah tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis
yang hanya dilengkapi oleh surat jalan, faktur/tanda terima lainnya yang telah
ditandatangani oleh debitur sehingga pernyataan telah menerima barang ada
didalam surat-surat tersebut.

Selain itu pengertian piutang yang pada umumnya digolongkan dalam aktiva lancar
yang berarti bahwa tagihan-tagihan pada pihak lain yang nantinya akan diminta
pembayarannya dalam jangka waktu yang tidak lama (kurang dari satu tahun) yang
biasanya digolongkan dalam piutang jangka pendek.

Piutang usaha jangka pendek dapat dibagi atas dua yaitu:

1) Piutang usaha/piutang terhadap langganan

Piutang usaha/piutang terhadap langganan dalam perkiraan piutang usaha dicatat


sebagai tagihan yang timbul dari penjualan barang atau jasa yang merupakan usaha
perusahaan yang normal/kurang dari 1 tahun, disajikan dalam neraca sebagai aktiva
lancar, tetapi apabila telah lebih dari jangka waktu 1 tahun maka akan dilaporkan
sebagai aktiva tidak lancar. Jadi tagihan kepada langganan yang biasanya disebut
piutang dagang adalah tuntutan keuangan terhadap pihak lain baik perorangan
maupun organisasi-organisasi atau debitur-debitur lainnya.

2) Piutang yang akan diterima

Piutang yang akan diterima merupakan kontrak prestasi yang sebenarnya sudah
menjadi hak perusahaan, akan tetapi belum/tidak saatnya untuk diterima, piutang ini
timbul pada suatu akhir periode dimana sebenarnya tagihan tersebut akan diterima
pada periode yang akan datang.

Adapun hal-hal yang termasuk dalam piutang yang akan diterima adalah:

1. a) Bunga yang masih harus diterima yang timbul dari aktiva yang
dimiliki perusahaan, seperti wesel tagih dan bon.
2. b) Piutang sewa yang masih harus diterima yang timbul dari hasil
penyewaan, seperti gedung, mobil dan alat-alat besar lainnya.
3. c) Pendapatan piutang merupakan pendapatan yang akan diterima sebagai
hasil investasi dalam perusahaan.

Penggolongan piutang dan umur piutang dapat digolongkan ke dalam 4 jenis, yaitu:

1. a) Piutang lancar adalah piutang yang diharapkan tertagihnya dalam 1


tahun atau siklus usaha normal
2. b) Piutang tidak lancar adalah tagihan/piutang yang tidak dapat ditagih
dalam jangka waktu 1 tahun
3. c) Piutang yang dihapuskan adalah suatu tagihan yang tidak dapat ditagih
lagi dikarenakan pelanggan mengalami kerugian/bangkrut (tidak tertagih)
4. d) Piutang dicadangkan adalah tagihan yang disisihkan sebelumnya untuk
menghindari piutang tidak tertagih

2.2 Ruang Lingkup Manajemen Piutang

Piutang merupakan aktiva lancar yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas
dalam waktu satu tahun atau dalam satu periode akuntansi. Piutang pada umumnya
timbul dari hasil usaha pokok perusahaan. Namun selain itu, piutang juga dapat
ditimbulkan dari adanya usaha dari luar kegiatan pokok perusahaan.

Warren Reeve dan Fess mengklasifikasikan piutang kedalam tiga kategori yaitu
piutang usaha, wesel, tagih, dan piutang lain-lain

sebagai berikut :
1. Piutang Usaha

Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak
produk atau jasa kepada pelanggan. Transaksi paling umum yang menciptakan
piutang usaha adalah penjualan barang dan jasa secara kredit. Piutang tersebut
dicatat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang usaha semacam ini normalnya
diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relative pendek, seperti 30
atau 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar.

1. Wesel Tagih

Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah
menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih
dalam setahun. Maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar.
Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. Wesel bisa
digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan
piutang usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu kadang-kadang disebut
piutang dagang

1. Piutang lain-lain

Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini
diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan
sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun maka piutang ini
diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi.
Piutang lain-lain meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat
atau karyawan perusahaan.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Piutang Usaha

Menurut Bambang Riyanto, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi piutang usaha


adalah sebagai berikut:

1. a) Volume Penjualan Kredit

Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjualan maka jumlah investasi
dalam piutang juga demikian. Artinya, perusahaan harus menyediakan investasi
yang lebih besar dalam piutang dan meski berisiko semakin besar, profitabilitasnya
juga akan meningkat

1. b) Syarat Pembayaran Penjualan Kredit

Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila
perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat artinya keselamatan kredit
lebih diutamakan dari profitabilitasnya. Syarat pembayaran yang ketat antara lain
tampak dari batas waktu pembayaran yang pendek atau pembebanan bunga yang
berat untuk pembayaran piutang terlambat. Umumnya, syarat pembayaran penjualan
kredit dinyatakan dengan term tertentu, misalnya 2/10 net 30. Ini berarti apabila
pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan barang, si
pembeli akan mendapatkan potongan tunai sebesar 2% dari harga penjualan, dan
pembayaran selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu 30 hari sesudah waktu
penyerahan barang.

1. c) Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit

Dalam penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas maksimal bagi
kredit yang diberikan kepada para pelanggan. Makin tinggi batas waktu yang
diberikan kepada pelanggan, makin besar pula dana yang diinvestasikan kedalam
piutang.

1. d) Kebijakan dalam Penagihan Piutang

Kebijakan dalam menagih piutang, secara aktif ataupun pasif, dapat dilakukan oleh
perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif dalam menagih piutang
akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih besar untuk membiayai aktivitas ini,
namun dapat memperkecil resiko tidak tertagihnya piutang. Perusahaan juga
berharap agar pelanggan menyetor pembayaran hutang tepat waktu. Kebijakan ini
ditempuh dengan cara:

1. Memungut secara langsung


2. Memberi peringatan dengan mengirim surat kepada pelanggan.

1. e) Kebiasaan Pembayaran Pelanggan

Sebagian pelanggan mempunyai kebiasaan membayar dengan menggunakan


kesempatan mendapatkan cash discount, sedang sebagian lagi tidak demikian.
Setelah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi piutang usaha, alangkah lebih
baik perusahaan memperhatikan faktor-faktor tesebut dengan mengelola piutang
usaha secara efektif dan efisien.

4. Manajemen Piutang Usaha

Piutang yang diberikan perusahaan kepada para langganannya diharapkan dapat


tertagih tepat pada waktunya, akan tetapi ada kalanya piutang tidak dapat ditagih
kembali. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, perusahaan perlu mengelola
piutang.

Menurut Ridwan S.Sunjaya pada umumnya manajer keuangan langsung mengawasi


piutang usaha melalui keterlibatannya dalam pengelolaan:
1. a) Kebijakan kredit

1) Seleksi dalam pemberian kredit

Seleksi dalam pemberiaan kredit adalah suatu keputusan dimana


seseorang/perusahaan akan memberikan kredit kepada pelanggannya dan berapa
besar kredit yang akan diberikan.

5-K dalam kredit

Lima dimensi utama yang sering digunakan oleh analis kredit perusahaan untuk
menganalisa kemampuan pemohon kredit

yaitu:

* Karakater

Meneliti dan memperhatikan sifat pribadi, cara hidup dan status sosial. Hal ini
penting karena berkaitan dengan kemauan untuk membayar.

* Kemampuan

Meneliti kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya dalam meraih penjualan


ataupun pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu.
Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk membayar.

* Kapital

Mengukur posisi keuangan secara umum dengan memperhatikan kapital/modal


yang dimiliki perusahaan juga perbandingan hutang dan capital.

* Kolateral

Mengukur besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai kolateral atas kredit.

* Kondisi

Memperhatikan kondisi perekonomian serta kecenderungan perekonomian yang


akan mempengaruhi terhadap jalannya usaha perusahaan.

> Memperoleh informasi kredit

Jika pelanggan ingin mengetahui persyaratan kredit, biasanya bagian kredit akan
memberikan formuilir yang harus diisi tentang keuangan, informasi kredit dan
referensi. Melalui permohonan tersebut, perusahaan memperoleh informasi
tambahan dari sumber lain. Jika perusahaan sudah pernah memberikan kredit
kepada pemohon maka perusahaan mempunyai sejarah dari informasi
pembayarannya.

> Menganalisa informasi kredit

Perusahaan menyusun prosedur khusu untuk digunakan dalam analisa


kredit/evaluasi pemohon kredit. Seringkali perusahaan tidak hanya harus menetukan
kemampuan kredit dari pelanggan, tetapi juga harus memperkirakan jumlah
maksimum kredit yang akan diberikan.

1) Standar kredit

Standar kredit adalah persyaratan minimum untuk memberikan kredit kepada


pelanggan. Hal-hal lain seperti nama baik langganan sehubungan dengan kredit atau
pembayaran utang-utang dagangnya baik kepada perusahaan sendiri maupun kepada
perusahaan lain, referensi kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran utang dagang
dan beberapa ratio financial tertentu dari perusahaan langganan akan dapat
memberikan suatu dasar penilaian bagi perusahaan sebelum memberikan atau
melakuakn penjualan kredit

2) Persyaratan kredit

Persyaratan kredit adalah syarat pembayaran yang dibutuhkan bagi pelanggan.


Misalnya, syarat kredit dinyatakan seperti 2/10 net 30 artinya pembeli menerima
potongan sebesar 2% bila pembayaran paling lambat dilakukan dalam waktu 30 hari
setelah awal periode kredit. Tetapi jika pelanggan tidak mengambil diskon tunai
maka keseluruhan pembayaran harus dilakukan dalam waktu 30 hari setelah awal
periode kredit.

1. b) Kebijakan penagihan piutang

Kebijakan penagihan piutang adalah sekumpulan prosedur penagihan suatu piutang


dagang pada saat jatuh tempo. Perusahaan harus berhati-hati untuk tidak terlalu
agresif dalam usaha-usaha mengumpulkan piutang dari para langganannya.
Bilamana langganan tidak dapat membayar tepat pada waktunya maka sebaiknya
perusahaan menunggu sampai suatu jangka waktu tertentu dianggap wajar sebelum
menerapkan prosedur-prosedur pengumpulan piutang. Sejumlah teknik
pengumpulan piutang yang biasanya dilakukan oleh perusahaan bilamana langganan
atau pembeli belum membayar sampai dengan waktu yang telah ditentukan adalah
sebagai berikut:

1. Melalui surat
2. Melalui telepon
3. Melalui kunjungan personal
4. Tindakan yuridis.
Berdasarkan uraian di atas diharapkan perusahaan dapat meminimumkan jumlah
piutang yang tidak tertagih sehingga menuntut perusahaan untuk memiliki
manajemen piutang yang baik. Manajemen piutang tersebut diharapkan dapat
menetapkan kebijakan-kebijakan yang dapat dijadikan pedoman dalam
pengendalian piutang.

1. Perputaran Piutang

Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat
dengan volume penjualan kredit, karena timbulnya piutang disebabkan oleh
penjualan barang-barang secara kredit dan hasil dari penjualan secara kredit netto
dibagi dengan piutang rata-rata merupakan perputaran piutang.

Nilai dari perputaran piutang tergantung dari syarat pembayaran piutang tersebut.
Makin lunak atau makin lama syarat pembayaran yang ditetapkan berarti makin
lama modal terikat dalam piutang. Mengenai perputaran piutang.

Pendapat mengenai perputaran piutang menurut Drs. Munawir mengatakan bahwa:


Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan
menghitung tingkat perputaran piutang turn over receivable yaitu, dengan
membagi total penjualan kredit neto dengan piutang rata-rata.

Menurut Warren Reeve perputaran piutang adalah Usaha (account receivable


turn over) untuk mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas
dalam setahun.

Dari dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang itu
ditentukan dua faktor utama, yaitu penjualan kredit dan rata-rata piutang. Rata-rata
piutang dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan piutang awal periode dengan
piutang akhir periode dibagi dua. Adakalanya angka penjualan kredit untuk suatu
periode tertentu tidak dapat diperoleh sehingga yang digunakan sebagai penjualan
kredit adalah angka total penjualan.

Dari uraian di atas maka perputaran piutang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dari definisi dapat diketahui bahwa rasio perputaran yang tinggi mencerminkan
kualitas piutang yang semakin baik. Tinggi rendahnya perputaran piutang
tergantung pada besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin
cepat perputaran piutang berarti semakin cepat modal kembali. Tingkat perputaran
piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi modal perusahaan
yang ditanamkan dalam piutang, sehingga makin tinggi perputaran piutang berarti
makin efisien modal yang digunakan.

Selain perputaran piutang yang digunakan sebagai indikator terhadap efisien atau
tidaknya piutang, ada indikator lain yang cukup penting yaitu jika waktu rata-rata
pengumpulan piutang (average collection periode). Jangka waktu pengumpulan
piutang adalah angka yang menunjukkan waktu rata-rata yang diperlukan untuk
menagih piutang.

Perumusan dari uraian di atas adalah sebagai berikut:

Jumlah hari penjualan dalam piutang memberi tolak ukur mengenai lamanya waktu
piutang dagang yang beredar. Semakin besar rasio umur piutang, semakin besar
kemungkinan rasio tidak tertagihnya piutang.

Perubahan rasio antara penjualan kredit dan rata-rata piutang disebabkan oleh
banyak hal. Munawir mengemukakan bahwa faktor-faktor penyebabnya adalah
sebagai berikut:

1. Turunnya penjualan dan naiknya piutang


2. Turunnya piutang dan diikuti turunnya penjualan dalam jumlah yang lebih
besar
3. Naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yang lebih besar
4. Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap
5. Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah.

Terlepas dari hal-hal tersebut diatas, dalam piutang, resiko kerugian akibat piutang
yang tidak dapat diterima pembayarannya selalu ada. Ada dua metode penyisihan
piutang yaitu :

1. a) Metode penghapusan langsung

Dalam metode ini kerugian piutang yang tidak bisa ditagih, dicatat langsung pada
periode saat terjadinya penghapusan piutang dengan perkiraan debet beban
penghapusan piutang dan kredit perkiraan piutang dagang.

1. b) Metode Penyisihan/cadangan.

Ada metode ini, setiap akhir periode dilakukan penaksiran terhadap piutang yang
dimiliki perusahaan, sehingga diperoleh taksiran dari piutang yang disangsikan
dapat diterima pembayarannya. Taksiran ini dicatat pada perkiraan debet beban
piutang dan kredit pada perkiraan penyisihan piutang.

Jumlah taksiran kerugian piutang dapat ditetapkan atas dasar :

1) Atas dasar jumlah penjualan

Piutang terjadi karana akibat dari penjualan kredit maka taksiran menhunakan
jumlah penjualan selama periode bersangkutan. Yaitu dengan membandingkan
kerugian piutang yang sebenarnya terjadi dengan total pejualan kemudian
dilakukan perubahan-perubahan atas kemungkinan yang akan datang. Biasanya
dalam bentuk persentase.
2) Atas dasar saldo piutang

Jumlah ini dihitung dengan cara mengalikan suatu persentase tertentu dengan saldo
piutang pada akhir periode. Dengan demikian yang dijadikan dasar adalah jumlah
piutang dagang yang dimiliki perusahaan pada akhir periode.

3) Atas dasar analisis usia piutang

Penerapan metode ini pada dasarnya sama dengan penentuan taksiran kerugian
piutang atas dasar saldo piutang, metode ini dikelompokan menjadi kelompok
piutang yang belum jatuh tempo, dan kelompok yang telah jatuh tempo. Sedangkan
kelompok yang telah jatuh tempo dikelompokkan atas dasar lamanya jatuh tempo.
Lamanya tunggakan, dihitung dari tanggal jatuh tempo piutang sampai tanggal 31
Desember.

1. Resiko Kerugian Piutang

Setiap usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan akan mengandung resiko
yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini resiko hanya bisa dikendalikan agar
berada dalam batas yang wajar. Resiko yang timbul karena transaksi penjualan
secara kredit disebut resiko kerugian piutang.

Menurut S.Munawir berpendapat bahwa : Semakin besar suatu perusahaan semakin


besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Dan kalau perusahaan
tidak membuat cadangan terhadap kemungkinan kerugian yang timbul karena tidak
tertagihnya piutang berarti perusahaan telah memperhitungkan labanya terlalu
besar.

Resiko kerugian piutang terdiri dari beberapa macam yaitu :

1. a) Resiko tidak dibayarnya seluruh tagihan (Piutang)

Resiko ini terjadi jika jumlah piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali. Hal ini
bisa disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya karena seleksi yang kurang baik
dalam memilih langganan sehingga perusahaan memberikan kredit kepada
langganan yang tidak potensial dalam membayar tagihan, juga dapat terjadi adanya
stabilitas ekonomi dan kondisi negara yang tidak menentu sehingga piutang tidak
dapat dikembalikan.

1. b) Resiko tidak dibayarnya sebagian piutang

Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan, bahkan bisa menimbulkan


kerugian bila jumlah piutang yang diterima kurang dari harga pokok barang yang
dijual secara kredit.

1. c) Resiko keterlambatan pelunasan piutang


Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan dana atau untuk biaya penagihan.
Tambahan dana ini akan menimbulkan biaya yang lebih besar apabila harus
dibelanjai oleh pinjaman.

1. d) Resiko tidak tertanamnya modal dalam piutang

Resiko ini terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah sehingga
akan mengakibatkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam piutang semkin besar
dan hal ini bisa mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif.

2.3 Jenis Piutang

1. Piutang Dagang adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang
dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal.
Piutang dagang biasanya yang paling signifikan yang dimiliki perusahaan.
Piutang dagang dapat digolongkan sebagai berikut :
2. Piutang Usaha merupakan jumlah yang dibayarkan oleh pelanggan atas
penjualan barang dan jasa dalam kegiatan usaha normal. Waktu pembayaran
piutang usaha pada umumnya antara 30-60 hari. Pemberian kredit ini
dilakukan dengan perjanjian informal antara penjual dan pembeli yang
didukung oleh dokumen-dokumen perusahaan, seperti faktur pesanan
penjualan dan kontrak penyerahan. Biasanya piutang dagang dikenakan
biaya, walaupun ada kemungkinan bunga ataupun beban ditambahkan jika
pembayaran tidak dilakukan dalam satu periode yang telah ditentukan yaitu
periode dimana debitur wajib melunasi hutangnya, b. Wesel Tagih (Notes
Receivable) adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu
pada tanggal tertentu di masa depan. Wesel tagih dapat berasal dari
penjualan, pembiayaan ataupun transaksi lainnya. Tetapi wesel tagih
kebanyakan berasal dari transaksi peminjaman uang yaitu dengan
diberikannya trade receivable dengan disertai wesel. Wesel tagih bisa
bersifat jangka panjang.
3. Piutang Non Dagang adalah semua piutang yang timbul dari transaksi-
transaksi yang secara tidak langsung berhubungan dengan penjualan barang
atau penyerahan jasa yang dilakukan oleh perusahaan, termasuk diantaranya
:
4. Piutang yang timbul dari transaksi pinjaman, seperti piutang kepada
perusahaan afiliasi, piutang karyawan,
5. Piutang kepada perusahaan asuransi, atas kerugian-kerugian yang
dipertanggungjawabkan.
6. Piutang pajak yang disetor.

d.Piutang yang timbul dari pesanan atas penjualan atau penerbitan surat-surat
berharga atau sekuritas seperti piutang saham, piutang pemesa surat utang obligasi.

1. Piutang yang timbul dan merupakan fungsi waktu dan piutang pendapatan
seperti piutang bunga, sewa, dividen, royalitas.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Piutang adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang karena
terjadinya transaksi dimasa lalu. Piutang, salah satu jenis transaksi akutansi yang
mengurusi penagihan konsumen yang berhutang pada seseorang, suatu perusahaan,
atau suatu organisasi untuk barang dan layanan yang telah diberikan pada konsumen
tersebut. Kebijaksanaan kredit (standar kredit/kualitas rekening yang diterima,
jangka waktu/periode kredit yang diberikan, discount/potongan tunai yang diberikan
untuk pembayaran yang lebih awal.

Piutang usaha jangka pendek dapat dibagi atas dua yaitu:

1. a) Piutang usaha/piutang terhadap langganan


2. b) Piutang yang akan diterima

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi piutang usaha adalah sebagai berikut:


1. a) Volume Penjualan Kredit
2. b) Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
3. c) Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
4. d) Kebijakan dalam Penagihan Piutang
5. e) Kebiasaan Pembayaran Pelanggan

Resiko kerugian piutang terdiri dari beberapa macam

yaitu :

1. Resiko tidak dibayarnya seluruh tagihan (Piutang)


2. Resiko tidak dibayarnya sebagian piutang
3. Resiko keterlambatan pelunasan piutang
4. Resiko tidak tertanamnya modal dalam piutang

3.2 Saran

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas
partisipasi pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis
adalah manusia yang pasti nya mmiliki kesalahan. Oleh karena itu, dengan adanya
kritik dan saran dari pembaca, penulis bisa mengkoreksi diri dan menjadikan
makalah kedepan menjadimakalahyang lebih baik lagi dan dapat memberikan
manfaat yang lebih bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2061522-pengertian-
piutang/

http://www.getbookee.org/ruang-lingkup-manajemen-piutang/
http://id.shvoong.com/business-management/accounting/2174446-definisi-
pengertian-piutang-dan-jenis/

anjak piutang
Selasa, 26 Februari 2013
Makalah Factoring aLa DeChis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Menghadapi era globalisasi dan perkembangan perekonomian suatu bangsa,


peran masyarakat dibidang ekonomi dan pembangunan sangat diharapkan
dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan bangsa. Terutama bagi
para pengusaha baik pengusaha besar, kecil, maupun menengah (UKM).
Untuk menjadi pengusaha yang sukses dan mampu bertahan dalam setiap
permasalahan atau resiko yang dihadapi, mereka senantiasa dituntut untuk
mampu mengelola usahanya baik dilihat dari asset maupun liabillity
perusahaannya.

Pada umumnya, setiap perusahaan mempunyai berbagai macam aktivitas


usaha seperti aktivitas oprasional perusahaan dan aktivitas diluar
oprasionalnya. Perusahaan harus mampu mengelola aktivitas tersebut dengan
baik agar tidak menghambat aktivitas kegiatan yang lain. Aktivitas oprasional
perusahaan misalnya, melakukan penjualan barang atau jasa baik dilakukan
secara tunai maupun kredit sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Apabila transaksi pembayaran dilakukan secara tunai perusahaan akan
langsung menerima keuntungan yang didapatkan, akan tetapi bila transaksi
dilakukan secara kredit maka perusahaan akan mempunyai piutang atau
tagihan yang harus mempunyai pengelolaan yang baik agar piutang atau
tagihan tersebut dapat diterima sesuai dengan yang diharapkan. Pengelolaan
piutang harus dilakukan dengan baik mengingat piutang juga merupakan
sumber pendapatan perusahaan yang belum terbayar. Apabila dalam
penagihan piutang dagang perusahaan mengalami kemacetan, perusahaan
secara otomatis akan mengalami kerugian bahkan menghadapi permasalahan
besar yang pada akhirnya nanti perusahaan mengalami kebangkrutan. Itu
semua dikarenakan perputaran produk yang dihasilkan dan perputaran
keuangan yang tidak setabil atau terganggu. Dan apabila terjadi seperti itu,
apa yang seharusnya dilakukan perusahaan apabila perusahaan
membutuhkan perputaran modal yang cepat untuk memenuhi perputaran
aktivitas selanjutnya? Salah satu solusi yang harus dilakukan adalah dengan
cara pengalihan atau penjualan piutang kepada pihak lain. Oleh karena itu
Bank, Lembaga Keuangan non Bank, dan Perusahaan Multifinance yang
berbentuk PerseroanTerbatas atau Koperasi memberikan Jasa Anjak Piutang
atau yang lebih dikenal dengan Factoring yang bertujuan untuk
memperlancar kegiatan penyelesaian utang atau piutang dan membantu
perusahaan dalam mengelola transaksi penjualan secara kreditnya agar
terhindar dari resiko yang tidak diharapkan perusahaan. Pengelolaan yang
secara efektif dan efesien inilah yang harus dibutuhkan dan dikembangkan
oleh perusahaan untuk meningkatkan fungsi dan kredibilitasnya di dunia
usaha yang sejalan dengan perkembangan perekonomian yang terus maju.

Untuk menggunakan jasa Anjak Piutang (Factoring) tidak terlepas dari


peraturan yang diberlakukan pemerintah, seperti Peraturan Menteri
Keuangan dan Undang-Undang Perbankan.

Usaha Anjak Piutang (Factoring) mulai diperkenalkan di Amerika bagian


Utara yang terfokus pada sektor industri tekstil yang sampai saat ini masih
merupakan salah satu bidang kegiatan usaha utama anjak piutang. Akan
tetapi seiring dengan perkembangan perekonomian di dunia, selanjutnya
Anjak Piutang (Factoring) pada saat ini telah memasuki berbagai jenis segmen
produk dan jasa. Kegiatan anjak piutang pada dasarnya merupakan bidang
usaha yang relative baru di Indonesia. Eksistensi kelembagaan Anjak Piutang
di mulai sejak ditetapkannya Paket Kebijaksanaan 20 Desember 1988, yang di
atur dengan Kappres No. 61 tahun 1988 dan Keputusan Menteri Keuangan
No. 1251/KMK.13/1988 tanggal 20 Desember 1988. Pengenalan usaha Anjak
Piutang ditujukan untuk memperoleh sumber pembiayaan alternative di luar
sektor perbankan. Perusahaan Anjak Piutang biasa didirikan secara
independen atau dapat dilakukan oleh Multifinance Company yaitu lembaga
pembiayaan yang dapat melakukan usaha secara sekaligus dibidang Anjak
Piutang (Factoring), Sewa Guna (Leasing), Modal Ventura (Joint Venture),
Kartu Kredit (Credit Card), dan Pembiayaan Konsumen. Bank pada
prinsipnya dapat memberikan jasa Anjak Piutang sebagai bagian dari
produknya tanpa perlu membentuk badan usaha baru. Tetapi bank juga bisa
melakukan usaha Anjak Putang dengan membentuk badan hukum tersendiri
contohnya Bank BNI mendirikan PT. BNI Multifinance, BCA mendirikan PT
BCA Finance dan seterusnya.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Dalam melihat Anjak Piutang (Factoring) sebagai salah satu alternatif
pembiayaan dalam perusahaan, maka adapun perumusan masalah yang
terdapat dalam tulisan ini yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan Anjak Piutang?


2. Bagaimana peran Anjak Piutang bagi kehidupan ekonomi?
3. Bagaimana perkembangan Anjak Piutang di Indonesia.
4. Hambatan-hambatan apa saja yang dapat menghambat perkembangan
Anjak Piutang di Indonesia?
5. Studi Kasus : PT IFS Capital Indonesia (IFSI) yang berfokus kepada
UKM.Bagaimana Anjak Piutang (Factoring) yang diberikan PT. IFSI
kepada Usaha Kecil Menengah di Indonesia?

1.3. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan yang dapat diperoleh dalam tulisan ini yaitu:

1. Mengetahui lebih jelas apa itu Anjak Piutang (Factoring), jenis-jenis


jasa yang ditawarkan, mekanisme pembiayaan, manfaat anjak piutang,
perbedaan antara anjak piutang dengan kredit bank, dan anjak
piutang secara syariah.
2. Mengetahui Peran Anjak Piutang (Factoring) di dalam kegiatan
Ekonomi
3. Mengetahui perkembangan Anjak Piutang (Factoring) di Indonesia.
4. Mengidentifikasi hambatan-hambatan perkembangan Anjak Piutang
(Factoring) di Indonesia.
5. Mengenal dan Mengetahui Anjak Piutang (Factoring) yang diberikan
PT. IFS Capital Indonesia (IFSI) yang berfokus kepada Usaha Kecil
Menengah di Indonesia.
1.4. METODE PENELITIAN

Pengumpulan data merupakan suatu prosedur yang sistematik dan standar


untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 1988:211). Pengumpulan data
primer merupakan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti secara
langsung kepada objek penelitian di lapangan, sedangkan pengumpulan data
sekunder dilakukan peneliti dengan cara tidak langsung ke objek studi tetapi
melalui penelitian terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan dengan objek
studi (Singarimbun, 1989)

Dalam penyusunan makalah ini, perlu sekali pengumpulan data serta


sejumlah informasi aktual yang sesuai dengan permasalahan yang akan
dibahas. Sehubungan dengan masalah tersebut dalam penyusunan makalah
ini, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, dengan
membaca buku sumber dan browsing dari Internet.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI ANJAK PIUTANG

Definisi Anjak Piutang tidak terlepas dari beberapa pendapat, berikut adalah
definisi atau pengertian anjak piutang yang diambil dari beberapa sumber
yaitu:

1. Pengertian Anjak Piutang menurut PSAK No.43 tahun 1998 Jenis


pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengaliahan piutang
atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan yang berasal dari
transaksi usaha.
2. Pengertian Anjak Piutang menurut Keputusan Menteri Keuangan
No.1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 adalah: Usaha
yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan
atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek
suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
3. Kegiatan anjak piutang menurut Budi Rachmat (2004:2) Pada
prinsipnya merupakan pemberian kredit kepada supplier dengan cara
membeli piutang atau tagihannya kepada nasabahnya atau customer-
nya.
4. Menurut Kasmir,S.E.,M.M. dalam bukunya Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya. Menyatakan bahwa Perusahaan Anjak Piutang
atau Factoring adalah perusahaan yang kegiatannya adalah melakukan
penagihan atau pembelian, atau pengambil alihan atau pengelolaan
utang piutang suatu perusahaan dengan imbalan atau pembayaran
tertentu milik perusahaan. Jadi Anjak Piutang adalah suatu transaksi
keuangan sewaktu suatu perusahaan menjual piutangnya (misalnya
tagihan) dengan memberikan suatu diskon. Ada tiga perbedaan antara
Anjak Piutang dan Pinjaman Bank. Pertama, penekanan Anjak
Piutang adalah pada nilai piutang, bukan kelayakan kredit perusahaan.
Kedua, Anjak Piutang bukanlah suatu pinjaman, melainkan pembelian
suatu asset (piutang). Ketiga, Pinjaman Bank melibatkan dua belah
pihak, sedangkan Anjak Piutang melibatkan tiga pihak.

Agar dapat lebih memahami tentang perjanjian anjak piutang ini maka dapat
dilihat dari tiga serangkai hukum yaitu:

1. Subyek hukum dari perjanjian anjak piutang itu tentu saja adalah
Penjual, Pembeli dan Perusahaan anjak piutang. Namun penamaan
tersebut dirubah disesuaikan dengan hakekat anjak piutang.
Perusahaan anjak piutang atau dikenal sebagai factor adalah badan
usaha yang menawarkan anjak piutang lihat pengertian di atas. Klien
adalah pihak yang menggunakan jasa dari anjak piutang (mudahnya
adalah pihak yang menjual piutang kepada factor). Penjual atau
supplier masuk dalam pengeritan klien. Sementara nasabah atau
konsumen merupakan pihak yang mengadakan transaksi dengan klien.
2. Obyek hukum dalam perjanjian ini jelas adalah piutang itu sendiri.
Baik itu dijual atau dialihkan atau di urus oleh pihak lain.
3. Peristiwa hukum atau hubungan hukumnya adalah perjanjian anjak
piutang, yaitu perjanjian antara perusahaan anjak piutang dengan
klien.

Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Anjak Piutang. Dalam, kegiatan anjak


piutang terdapat tiga pelaku utama yang terlibat yaitu:

1. Perusahaan anjak piutang (factor), Factor adalah perusahaan atau


pihak yang menawarkan jasa anjak piutang.
2. Klien (supplier) dan Klien adalah pihak yang menggunakan jasa
perusahaan anjak piutang.
3. Nasabah (customer) atau disebut debitor. Nasabah adalah pihak-pihak
yang mengadakan transaksi dengan klien.

Istilah klien (client) dan nasabah (customer) dalam mekanisme anjak piutang
memiliki pengertian yang sangat berbeda. Lain halnya dengan bank yang
memiliki nasabah atau customer, sedangkan perusahaan anjak piutang hanya
memiliki klien dalam hal ini supplier. Selanjutnya, klien yang memiliki
nasabah atau customer. Mekanisme anjak piutang ini sebenamya diawali dari
adanya transaksi jual beli barang atau jasa yang pembayarannya secara
kredit.

Selanjutnya, apabila suatu transaksi penjualan melibatkan jasa jasa


perusahaan anjak piutang, maka secara diagram dapat dijelaskan mengenai
pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan anjak piutang. sebagaimana
dijelaskan pada Gambar berikut.

Gambar 1.1 Siklus penjualan tradisional

Penggunaan jasa perusahaan anjak piutang sangat membantu perusahaan


dalam kondisi antara lain sebagai berikut:

1) Perusahaan yang sedang melakukan ekspansi pemasaran. Perusahaan


anjak piutang dapat memberikan informasi mengenai keadaan pasar yang
akan dimasuki oleh perusahaan yang bersangkutan (klien).

2) Perusahan baru yang berkembang pesat, sementara bagian kreditnya


kurang mampu mengimbangi ekspansi perusahaan. Dengan jasa factoring,
pihak klien diharapkan dapat menyusun rencana ekspansi secara lebih leluasa,
clan fimgsi pengelolaan kredit diambil alih oleh perusahaan anjak piutang.

3) Perusahaan klien akan dapat beroperasi lebih efisien dengan


menyerahkan pengelolaan kreditnya kepada perusahaan anjak piutang karena
tidak perlu lagi membentuk unit organisasi yang berfungsi sebagai bagian
kredit yang tentunya akan menambah biaya operasi.

4) Perusahaan dapat memperoleh pembiayaan siap pakai (stand by facility)


yang disediakan oleh perusahaan anjak piutang.

Istilah dalam mekanisme anjak piutang perlu dipahami antara lain sebagai
berikut:

Disclosed.

Fasilitas disclosed adalah penjualan atau penyerahan piutang kepada


perusahaan anjak piutang dengan sepengetahuan pihak debitor atau customer.
Pada saat utang tersebut jatuh tempo perusahaan anjak piutang, atau disebut
factor memiliki hak tagih pada nasabah yang bersangkutan. Oleh karena itu
biasanya di atas faktur dicantumkan pernyataan bahwa piutang yang timbul
dari faktur ini telah diserahkan atau dijual kepada perusahaan anjak piutang.
Gambar 1.2 Pihak-pihak yang terlibat dalam Factoring (Anjak Piutang)

2.1.1. JENIS-JENIS ANJAK PIUTANG

Transaksi anjak piutang berkembang sejalan dengan meningkatnya berbagai


kebutuhan supplier. Perusahaan anjak piutang menawarkan berbagai jenis
fasilitas anjak piutang, namun biasanya supplier melakukan negosiasi lebih
dari satu perusahaan anjak piutang yang disesuaikan dengan kebutuhan
supplier tersebut dengan fasilitas yang disediakan perusahaan anjak piutang.
Apabila supplier atau klien telah mengetahui persis sejak awal kebutuhannya,
akan mempermudah dan mempercepat menemukan perusahaan anjak
piutang mana yang menyediakan fasilitas sesuai dengan yang dibutuhkan.

Fasilitas anjak piutang yang ditawarkan oleh perusahaan anjak piutang dapat
dibedakan dalam berbagai jenis sebagai berikut:

1. Berdasarkan Pemberitahuan

Disclosed / notification. Disclosed factoring atau juga disebut dengan


notification factoring adalah pengalihan piutang kepada perusahaan anjak
piutang dengan sepengetahuan pihak debitor (customer). Oleh karena itu pada
saat piutang tersebut jatuh tempo perusahaan anjak piutang memiliki hak
tagih pada debitor yang bersangkutan. Untuk dapat melakukan hal tersebut di
dalam faktur dicantumkan pernyataan bahwa piutang yang timbul dari faktur
ini telah dialihkan kepada perusahaan anjak piutang. Notifikasi setiap
transaksi anjak piutang kepada pihak customer dimaksudkan antara lain:

1. a) untuk menjamin pembayaran langsung kepada perusahaan anjak


piutang.
2. b) untuk mencegah pihak customer melakukan perbuatan yang
merugikan pihak perusahaan anjak piutang misalnya, pengurangan
jumlah piutang sesuai dengan kontrak klien sebagai penjual.
3. c) mencegah perubahan-perubahan yang ada dalam kontrak yang
dapat mempengaruhi perusahaan anjak piutang.
4. d) memungkinkan perusahaan anjak piutang untuk menuntut atas
namanya apabila terjadi perselisihan.

Mekanisme anjak piutang dengan fasilitas disclosed dapat diikuti pada


Gambar dibawah ini.
Gambar 1.3 Mekanisme Disclosed Factoring

Keterangan:

1) Penjualan secara kredit kepada customer (debitor).

2) Kontrak factoring antara supplier (klien) dengan perusahaan factoring


(factor) disertai dengan penyerahan faktur-faktur dan dokumen terkait
lainnya.

3) Pemberitahuan kepada customer mengenai kontrak factoring.

4) Pembayaran oleh perusahaan factoring yang dapat dilakukan dalam


waktu 24 jam. Pembayaran tersebut berjumlah sampai 80% dari total nilai
faktur. Sisanya 20% akan dibayar apabila telah dilakukan pelunasan penuh
oleh customer atau debitor.

5) Penagihan oleh perusahaan factoring yang disertai dengan bukti-bukti


pendukung.

6) Pelunasan utang customer kepada perusahaan factoring.

Undisclosed/non notification & Undisclosed atau juga disebut dengan non-


notification factoring adalah transaksi penjualan atau pengalihan piutang
kepada perusahaan anjak piutang oleh klien tanpa pemberitahuan kepada
debitor kecuali bila ada pelanggaran atas kesepakatan pada pihak klien; atau
secara sepihak perusahaan anjak piutang menganggap akan menghadapi
risiko. Transaksi disclosed atau undisclosed factoring terhadap pengalihan
piutang klien kepada perusahaan anjak piutang akan memiliki dampak
hukum pada masing-masing pihak yang terkait. Mekanisme undisclosed
factoring adalah seperti gambar sbb :

Gambar 1.4 Mekanisme Undisclosed factoring

Keterangan:

1) Penjualan secara kredit oleh klien (supplier) kepada nasabahnya


(customer).

2) Penyerahan faktur dan bukti-bukti pendukung lainnya tanpa ada


pemberitahuan mengenai kontrak anjak piutang.

3) Tembusan atau copy faktur diserahkan kepada perusahaan anjak piutang.


4) Pembayaran kepada klien sampai 80% dari total nilai faktur. Sisanya
20% akan dibayar pada saat pelunasan utang oleh debitor (customer).

5) Pada saat jatuh tempo, debitor akan melunasi utangnya langsung kepada
supplier atau klien.

6) Klien kemudian meneruskan pelunasan tersebut (No.5) kepada


perusahaan anjak piutang. Perusahaan anjak piutang selanjutnya melunasi
sisa pembayaran 20% kepada klien.

2. 2. Berdasarkan Penanggungan Risiko

Recourse factoring

Anjak piutang dengan cara recourse atau disebut juga with recourse factoring
berkaitan dengan risiko debitor yang tidak mampu memenuhi kewajibannya.
Keadaan ini bagi perusahaan anjak piutang merupakan ancaman risiko.
Dalam perjanjian with recourse, klien akan menanggung risiko kredit
terhadap piutang yang dialihkan kepada perusahaan anjak piutang. Oleh
karena itu, perusahaan anjak piutang akan mengembalikan tanggung jawab
(recourse) pembayaran piutang kepada klien atas piutang yang tidak tertagih
dari customer.

Without recourse factoring

Anjak piutang ini juga disebut non-recourse factoring, yaitu perusahaan anjak
piutang menanggung risiko atas tidak tertagihnya piutang yang telah
dialihkan oleh klien. Namun, dalam perjanjian anjak piutang dapat
dicantumkan bahwa di luar keadaan macetnya tagihan dapat diberlakukan
bentuk recourse. Ini untuk menghindarkan tagihan yang tidak dibayar karena
pihak klien ternyata mengirimkan barang yang cacat atau tidak sesuai dengan
perjanjian kepada nasabahnya. Dengan demikian customer berhak untuk
mengembalikan barang yang telah diserahkan tersebut dan terlepas dari
kewajiban pembayaran utang. Dalam hal terjadi kasus demikian, perusahaan
factoring dapat mengembalikan tagihan tersebut kepada klien.

3. Berdasarkan Pelayanan
Full service factoring, yaitu perjanjian anjak piutang yang meliputi semua
jenis jasa anjak piutang baik dalam bentuk jasa pembiayaan maupun jasa
non-pembiayaan, misalnya urusan administrasi penjualan (sale ledger
administration), tagihan dan penagihan piutang termasuk menanggung risiko
terhadap piutang yang macet.

Finance factoring, yaitu perusahaan anjak piutang yang hanya menyediakan


fasilitas pembiayaan saja tanpa ikut menanggung risiko atas piutang tak
tertagih. Penyediaan pembiayaan dana tunai pada saat penyerahan faktur
kepada perusahaan factoring sampai sejumlah 80% dari nilai seluruh faktur
sesuai dengan besarnya plafon pembiayaan (limit kredit). Klien tetap
bertanggungjawab terhadap pembukuan piutang dan penagihannya,termasuk
menanggung risiko tidak tertagihnya piutang tersebut.

Bulk factoring. Jasa factoring ini juga disebut dengan agency factoring yaitu
transaksi yang mengaitkan perusahaan factoring sebagai agen dari klien.
Bentuk fasilitas factoring ini pada dasarnya hampir sama dengan full service
factoring, namun penagihan piutang tetap dilakukan oleh klien dan proteksi
risiko kredit tidak dijamin perusahaan factoring.

Maturity factoring. Dalam maturity factoring, pembiayaan pada dasarnya


tidak diperlukan oleh klien tetapi oleh pengurusan penjualan dan penagihan
piutang serta proteksi atas tagihan. Fasilitas anjak piutang maturity
memberikan kredit perdagangan kepada customer atau nasabah dengan
pembayaran segera. Misalnya, 2% 10 hari, net 30, artinya apabila debitor
membayar dalam jangka waktu 10 hari pertama, ia memperoleh potongan
sebesar 2%. Apabila tidak, pembayaran penuh harus dilakukan dalam waktu
30 hari. Dalam perjanjian anjak piutang ini perusahaan factoring akan
membayar kliennya tidak lebih dari 10 hari setelah faktur jatuh tempo. Oleh
karena itu tidak ada beban bunga yang diperhitungkan. Pembayaran atas
piutang yang dialihkan dapat dilakukan berdasarkan periode tertentu yang
didasarkan atas perkiraan rata-rata jatuh tempo faktur atau penyerahan copy
faktur.

4. 4. Berdasarkan Lingkup Kegiatan

Domestic factoring, yaitu kegiatan transaksi anjak piutang dengan melibatkan


perusahaan anjak piutang, klien dan debitor yang semuanya berdomisili di
dalam negeri.

International factoring. Anjak piutang ini juga sering disebut export factoring,
yaitu adalah kegiatan anjak piutang untuk transaksi ekspor impor barang
yang melibatkan dua perusahaan factoring di masing-masing negara sebagai
export factor dan import factor.

5. Berdasarkan Pembayaran kepada Klien


Advanced payment, yaitu transaksi anjak piutang dengan memberikan
pembayaran di muka (prepayment financing) oleh perusahaan anjak piutang
kepada klien berdasarkan penyerahan faktur yang besarnya berkisar 80%
dari nilai faktur.

Maturity, transaksi pengalihan piutang yang pembayarannya dilakukan


perusahaan anjak piutang pada saat piutang tersebut jatuh tempo.
Pembayaran tagihan tersebut biasanya dilakukan berdasarkan rata-rata jatuh
tempo tagihan (faktur). Untuk lebih jelasnya lihat kembali maturity factoring
yang telah dibahas terdahulu.

Collection, yaitu transaksi pengalihan piutang yang pembayarannya akan


dilakukan apabila perusahaan anjak piutang berhasil melakukan penagihan
terhadap debitor.

2.1.2. PROSES ANJAK PIUTANG UNTUK TAGIHAN DAN PROMES

Pada umumnya kegiatan usaha anjak piutang sering dilakukan dalam bentuk
pembelian tagihan milik klien (supplier). Selanjutnya, proses kegiatan anjak
piutang ini dapat dibedakan dalam bentuk transaksi untuk tagihan atau
account receivable dan promes atau promissorynotes.

Proses Anjak Piutang untuk Tagihan

Kegiatan anjak piutang untuk tagihan ini atau disebut juga account receivable
factoring didasarkan pada suatu transaksi jual beli secara kredit jangka
pendek dan menengah yang dijual kepada perusahaan anjak piutang dengan
kontrak pengambil alihan tagihan dari penjual atau supplier kepada
perusahaan anjak piutang. Pengalihan tagihan tersebut atas persetujuan atau
pengetahuan pembeli (customer).

Gambar 1.5 Proses Anjak Piutang untuk Tagihan

Keterangan:
1) Supplier (klien) menjual barang atau jasa kepada pembeli (customer).
Penyerahan barang dengan D/0 yang ditandatangani pembeli. Asli D/0
kembali kepada supplier.

2) Karena alasan cash flow, supplier atau klien kemudian menjual


tagihannya kepada perusahaan anjak piutang atas persetujuan pembeli
(customer).

3) Klien menyerahkan data tagihan, termasuk faktur-faktur atau D/0 kepada


perusahaan anjak piutang.

4) Kontrak persetujuan dan pengambil alihan tagihan antara klien dengan


perusahaan anjak piutang.

5) Pembayaran kepada klien atas penjualan tagihan.

6) Pada saat jatuh tempo perusahaan anjak piutang melakukan penagihan


kepada pembeli (customer).

7) Pelunasan utang oleh pembeli.

Proses Anjak Piutang untuk Promes

Anjak piutang untuk promes melibatkan pihak lain, biasanya bank, dalam
proses penagihan piutang. Mekanismenya menjadi sedikit lebih panjang
karena bukti piutang dikonversikan menjadi promes untuk kemudian di
diskontokan ke pihak lain (bank).

Peny

Gambar 1.6 Proses anjak piutang untuk promes

Keterangan:

1) Penjualan barang atau jasa kepada pembeli secara kredit.

2) Sebagai bukti utang atas transaksi jual beli, pembeli mengeluarkan


promes kemudian diserahkan kepada supplier.

3) Supplier kemudian meng-endors promes tersebut kemudian dijual kepada


perusahaan anjak piutang secara diskonto.
4) Perusahaan anjak piutang membayar promes atas dasar diskonto.

5) Setelah jatuh tempo, perusahaan anjak piutang menyerahkan promes


tersebut kepada bank untuk ditagihkan pembayarannya dari pembeli.

6) Pembayaran diteruskan oleh bank kepada perusahaan anjak piutang


setelah dilakukan penagihan.

2.1.3. JASA-JASA ANJAK PIUTANG

Jasa jasa anjak piutang dapat dibedakan dalam 2 (dua) jenis, yaitu:

1. Jasa Pembiayaan (financing services)

Perusahaan anjak piutang memberikan pembiayaan yang besarnya berkisar


antara 60%-80% dari total piutang setelah dilakukan kontrak anjak piutang
dan penyerahan bukti-bukti penjualan barang. Kontrak atau transaksi ini
dapat dilakukan atas dasar with recourse atau without recourse. Dalam
pengambilan keputusan mengenai dasar transaksi anjak piutang yang mana
yang akan dilakukan, perusahaan anjak piutang akan memperhatikan dan
mempertimbangkan besarnya risiko terjadinya kemacetan yang mungkin
dihadapi oleh pihak nasabah (customer).

2. Jasa Non-pembiayaan (non financing services)

Persediaan jasa non pembiayaan oleh perusahaan anjak piutang pada


dasarnya merupakan jasa untuk melayani kepentingan pengelolaan kredit
klien (supplier). Produk jasa jasa non pembiayaan yang ditawarkan oleh
perusahaan anjak piutang antara lain sebagai berikut:

1. Investigasi kredit (credit investigation) atau analisis kredit.


2. Sales ledger administration atatt sales accounting.
3. Pengawasan kredit dan penagihannya. Perusahaan anjak piutang dapat
memberikan jasa pengawasan atau monitoring terhadap penjualan
yang dilakukan klien termasuk pula menetapkan prosedur
penagihannya.
4. Perlindungan terhadap risiko kredit. Perusahaan anjak piutang dapat
mengusahakan cara-cara pengamanan terhadap risiko piutang
khususnya dalam hal export financing. Untuk tujuan ini perusahaan
dapat pula memberikan jasa perlindungan terhadap risiko terjadinya
fluktuasi kurs valuta asing. Jasa-jasa non pembiayaan yang diberikan
oleh perusahaan anjak piutang sebagaimana dijelaskan di atas pada
prinsipnya merupakan fungsi credit department bagi perusahaan klien.

Perusahaan anjak piutang menyampaikan laporan kepada kliennya yang


menyangkut antara lain hal-hal sebagai berikut:

1. a) Credit standing para nasabah (customer).


2. b) Posisi piutang klien termasuk tanggal jatuh temponya yang bagi
klien berguna untuk perencanaan penjualan kredit pada periode
berikutnya.
3. c) Statement of account kepada nasabah. Dokumen ini sangat perlu
bagi pihak nasabahyang bersangkutan dalam melakukan rekonsiliasi
atas pembayaran-pembayaran yang telah dilakukannya, di samping
sebagai informasi mengenai posisi utang dan tanggal jatuh temponya.
4. d) Kegiatan penagihan yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang
telah ditentukan. Dalam proses penagihan ini, perusahaan factoring
berusaha sebaik-baiknya untuk tidak merusak hubungan klien dengan
nasabah.

2.1.4. BIAYA ANJAK PIUTANG

Biaya biaya yang dibebankan oleh perusahaan anjak piutang antara lain
terdiri atas service charge dan initial payment charge atau juga disebut
discount charge (biaya bunga). Besamya service charge anjak piutang untuk
jasa non pembiayaan untuk anjak piutang domestik berkisar antara 0,5%-
1.5% dari jumlah tagihan. Sedangkan untuk anjak piutang internasional
antara 1,0%-2,5%. Pembayaran service charge tersebut biasanya dipotong
dari pembayaran pre financing yang diberikan oleh perusahaan anjak
piutang. Sedangkan biaya bunga atau discount charge sehubungan dengan
pembayaran di muka (initial payment), perusahaan anjak piutang
mengenakan biaya antara 2%-3% p.a. di atas prime rate. Biaya yang terdiri
atas 2 (dua) macam biaya :

1. Service charge.

Service charge atau fee berkaitan dengan fungsi perusahaan factoring dalam
melakukan pembukuan penjualan (sales ledger) terhadap transaksi penjualan
oleh klien. Besarnya biaya tersebut sangat tergantung dalam, perjanjian atau
persetujuan kedua belah pihak antara perusahaan anjak piutang dengan klien
sebelum kontrak anjak piutang dilaksanakan dan biasanya dinyatakan dalam
suatu persentase tertentu dari nilai faktur.

2. Discount Charge.
Biaya ini secara langsung berhubungan dengan pembayaran di muka yang
diberikan oleh perusahaan anjak piutang kepada klien setelah penyerahan
faktur dilakukan. Besarnya biaya tersebut juga dinyatakan dalam suatu
persentase secara tahunan (annual basis). Seperti halnya dengan service
charge, biaya ini juga ditetapkan berdasarkan negosiasi antara pihak
perusahaan anjak piutang dengan klien sebelum kontrak anjak piutang
dilakukan.

2.1.5. MANFAAT ANJAK PIUTANG

Manfaat anjak piutang bagi klien dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut:

1. Membantu administrasi penjualan dan penagihan (sales ledgering and


collection services)

Perusahaan anjak piutang memperoleh fee atau komisi sebesar persentase


tertentu dari jumlah piutang yang dianjak-piutangkan atas jasa jasa
administrasi yang diberikan sebagai bagian dari perjanjian anjak piutang.
Jasa jasa tersebut meliputi administrasi piutang yang dianjak-piutangkan dan
membantu penagihannya. Dengan mengalihkan tugas pembukuan kepada
perusahaan anjak piutang akan timbul beban biaya atas klien.

1. Membantu beban risiko (credit inscrrance)

Kadang-kadang klien (supplier) membatasi penjualannya hanya kepada


nasabah lama saja karena alasan risiko kredit. Sehingga kemungkinan mereka
menolak menjual kredit kepada nasabah baru. Hal tersebut berarti suatu
kerugian, bukan saja semata-mata rugi materi yaitu akibat batalnya
memperoleh keuntungan yang sudah di depan mata tetapi juga rugi secara
immateriel dalam hal goodwill. Sekiranya risiko dapat dibagi dengan
perusahaan anjak piutang berarti akan meningkatkan keuntungan karena
pesanan barang dari nasabah baru tidak perlu lagi ditolak.

1. Memperbaiki sistem penagihan

Keuntungan lain perusahaan anjak piutang adalah memperbaiki sistem


penagihan. Apabila suatu perusahaan anjak piutang membeli suatu tagihan,
tentu perusahaan tersebut mengharapkan untuk, dibayar pada saat jatuh
temponya. Hat tersebut berarti perusahaan anjak piutang akan memantau
pembayarannya dan memberitahukan kepada klien tagihan-tagihan yang
telah jatuh tempo. Klien biasanya melakukan revisi posisi tagihan yang
dianjak-piutangkan. Dalam melakukan penagihan, perusahaan anjak piutang
sedapat mungkin tidak memperburuk hubungan antara kliennya dengan
nasabah atau customer.

1. Membantu memperlancar modal kerja


Dengan anjak piutang, setiap penjualan praktis berarti penjualan tunai dan ini
berarti terlepas dari masalah kredit. Di samping itu, klien dapat menawarkan
penjualan kredit untuk jangka waktu yang sedikit lebih panjang untuk
menarik lebih banyak nasabah. Hal tersebut akan lebih kompetitif karena
klien akan dapat meningkatkan pangsa pasarnya.

1. Meningkatkan kepercayaan

Karena arus dana bukan lagi suatu masalah maka setiap tagihan dapat
dibayar tepat waktu yang pada gilirannya akan meningkatkan kepercayaan
pihak klien. Reputasi yang baik akan mengakibatkan mudahnya melakukan
pembelian misalnya barang-barang mentah secara kredit dengan harga yang
lebih baik. Sedangkan dalam hal penjualan tunai klien dapat memberikan
discount yang lebih menarik.

1. Kesempatan untuk mengembangkan usaha

Manfaat lain anjak piutang yang cukup menarik adalah kesempatan untuk
tumbuh dan berkembang khususnya bagi usaha kecil. Sekiranya ada
permintaan atas produk atau jasa jasa dan apabila mereka menjual kepada
nasabah besar dengan reputasi baik.

2.1.6. RUANG LINGKUP OPERASI ANJAK PIUTANG

Dilihat dari ruang lingkup operasi, kegiatan transaksi anjak piutang dapat
dibedakan dalam bentuk:

1. Transaksi dalam negeri (domestic factoring)


2. Transaksi internasional (international factoring)

Pada dasarnya kedua bentuk transaksi anjak piutang tersebut dapat


dilakukan dengan fasilitas disclosed (with recourse) ataupun confidential
(without recourse). Untuk jelasnya dapat diikuti ilustrasi sbb :

1. Anjak Piutang Domestik

Mekanisme perdagangan tanpa melibatkan jasa anjak piutang akan


menyebabkan kurang lancarnya cash flow perusahaan. Jangka waktu piutang
dagang umumnya berkisar antara 30-90 hari. Bagi perusahaan yang memiliki
modal kerja yang terbatas penjualan kredit akan sangat mengganggu arus kas
yang pada gilirannya akan mempengaruhi kelancaran usaha atau produksi
bagi perusahaan manufaktur. Penggunaan anjak piutang memungkinkan
penjual untuk mengubah penjualan kreditnya tersebut ke dalam bentuk tunai.
Ilustrasinya dapat diikuti pada Gambar berikut.

Gambar 1.7 Anjak Piutang domestik

Mekanisme transaksi dalam negeri dengan menggunakan jasa anjak piutang


tersebut biasanya dilakukan dengan fasilitas disclosed factoring. Proses anjak
piutang dalam negeri sebagaimana digambarkan pada Gambar diatas dapat
dijelaskan berdasarkan tahap tahap berikut: transaksi jual beli barang diikuti
dengan penyerahan barang dan faktur (1) dan (2). Kemudian klien
menyerahkan pula kopi faktur kepada perusahaan anjak piutang
(3).Berdasarkan kopi faktur tersebut dan sesuai dengan persetujuan,
perusahaan anjak piutang segera membayar klien maksimum 80% dari nilai
faktur (4). Perusahaan anjak piutang secara aktif melakukan penagihan sesuai
dengan syarat pembayaran yang telah disetujui (5).Pihak customer
selanjutnya membayar kepada perusahaan anjak piutang sesuai dengan
besarnya kontrak (6). Setelah selesai seluruh pembayaran perusahaan anjak
piutang melunasi sisa pembayaran (refirnd) kepada klien sebesar 20% dari
nilai faktur dikurangi biaya anjak piutang yang besarnya telah disepakati
dalam kontrak (7).

2.1.7. ANJAK PIUTANG INTERNASIONAL

Anjak piutang internasional atau sering juga disebut export factoring


merupakan fasilitas untuk membantu mempercepat proses pembayaran tunai
atas transaksi antar penjual di suatu negara (eksportir) dengan pembeli dari
negara lain (importir). Dengan memanfaatkan jasa anjak piutang maka
perdagangan ekspor impor barang memungkinkan eksportir dapat segera
menerima tunai hasil penjualannya. Dalam anjak piutang internasional
terdapat 4 (empat) pihak yang terlibat, yaitu :

1. Eksportir
2. Importir
3. Perusahaan anjak piutang eksportir (export factor) dan
4. Perusahaan anjak piutang importir (import factor).

Dalam transaksi factoring internasional, biasanya perusahaan anjak piutang


menjamin 100%atas kemungkinan tidak dibayarnya utang pihak importir.
Mekanisme anjak piutang internasional dapat diikuti pada Gambar dibawah :
Gambar 1.8 Mekanisme Anjak Piutang Internasional

Transaksi tersebut dimulai dengan pihak eksportir membuat kontrak


factoring dengan perusahaan anjak piutang yang selanjutnya disebut export
factor. Pihak eksportir mengajukan permohonan credit limit kepada export
factor sehubungan dengan rencana ekspornya. Export factor selanjutnya
menghubungi pihak korespondennya di negara di mana customer (importir)
tersebut berkedudukan dalam hal ini di Jepang. Corespondent factor ini akan
menjadi import factor. Pihak import factor melakukan investigasi kredit
untuk mengetahui kondisi atau credit standing importir. Apabila import factor
menyetujui permohonan pihak importir, maka import factor akan memberi
jaminan untuk membayar berdasarkan jumlah tagihan (faktur) yang di
factoring-kan sampai jumlah credit limit yang disetujui oleh import factor.
Apabila segala persyaratan dan semua ketentuan telah disepakati oleh pihak
pihak terkait, maka proses anjak piutang akan terjadi dengan mekanisme
berikut:

Eksportir mengapalkan barangnya untuk dikirimkan kepada importir. Pada


waktu yang sama, eksportir mengirimkan fakturnya dengan memberitahukan
agar importir melakukan pembayaran kepada import factor pada saat
penjualan kredit tersebut jatuh tempo (1). Setelah barang dikapalkan,
eksportir menyampaikan copy faktur dan dokumen dokumen pengapalan
kepada export factor (2). Selanjutnya export factor membayar sampai
maksimum 80% daritotal nilai faktur sesuai dengan kontrak kepada eksportir
(3). Oleh export factor, copy faktur dan dokumen pengapalan dikirirnkan
kepada import factor (4). Import factor menyiapkan sales ledger dan
melakukan penagihan kepada importir berdasarkan faktur dan dokumen
pengapalan yang diterima dari export factor pada saat penjualan kredit
tersebut jatuh tempo(5). Import factor kemudian melakukan pembayaran
kepada export factor sebesar 100% dari total nilai faktur setelah dikurangi
persentase tertentu yang telah disepakati selambat-lambatnya 90 hari setelah
tanggal pengiriman barang. Pembayaran tersebut harus dilakukan tanpa
memperhatikan apakah import factor telah menerima pembayaran dari
importir atau belum (6) dan (7). Selanjutnya, export factor melunasi sisa
pembayaran (20%) kepada eksportir setelah dikurangi biaya biaya factoring.

Jasa-jasa Anjak Piutang Internasional


Jasa jasa yang ditawarkan anjak piutang internasional pada prinsipnya sama
dengan jasa- jasayang disediakan oleh anjak piutang domestik. Namun dalam
hal anjak piutang internasional,pihak eksportir dan importir dapat
memperoleh manfaat atas jasa jasa yang disediakan oleh anjak piutang
internasional.

Eksportir.

Manfaat yang dapat diperoleh pihak eksportir yang tidak disediakan oleh
anjak piutang dornestik adalah sebagai berikut:

1. Export on open account. Klien dapat mengekspor atas dasar open


account basis tanpa perlu ada L/C atau kekhawatiran terhadap
ketidakmampuan customer membayar akibat kesulitan keuangan. Hal
tersebut memungkinkan klien untuk melakukan kompetisi yang lebih
efektif dengan penjual-penjual luar negeri.
2. Penagihan di luar negeri yang lebih baik. Banyak perusahaan
mengalami masalah dalam penagihan customer lokal. Masalah tersebut
akan lebih besar dalam bisnis perdagangan internasional. Dengan
demikian bukan saja akan lebih mempermudah penyelesaian apabila
terjadi perselisihan bisnis tetapi juga akan mempermudah dan
mempercepat periode penagihan.

Importir.

Manfaat yang dapat diperoleh dari anjak piutang internasional adalah:

1. Fasilitas kredit dari bank vaitu importir dapat menggunakan fasilitas


kredit (credit line) dari bank dengan lebih bebas.
2. Penghematan biaya yaitu fasilitas L/C yang disediakan bank yang tidak
digunakan akan dapat lebih menghemat biaya.

Biaya Anjak Piutang Internasional

Sebagaimana halnya dalam factoring domestic, maka biaya dalam factoring


internasional (export factoring) meliputi:

Service fee; dihitung sebagai suatu persentase dan nilai kotor faktur yang
dianjak-piutangkan. Service fee dikenakan untuk tugas-tugas yang berkaitan
dengan pengadministrasian penjualan eksportir dan proteksi kredit. Biaya
tersebut berkisar antara0,75%-2,50%. Service fee untuk export factoring
biasanya lebih tinggi daripada domesticfactoring. Persentase service fee
tersebut dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan tugas-tugas
administrasi dan risiko dalam anjak piutang ekspor.

Interest charge; kadang-kadang juga disebut discount charge dikenakan


kepada klien atasuang muka (advanced payment) dari pelunasan factoring.
Bunga tersebut dihitung atas dasar harian dari total sisa penarikan uang
muka. Sedangkan tingkat bunga dikaitkan berdasarkan prime rate plus basis.

2.1.8. PERBEDAAN ANJAK PIUTANG DENGAN KREDIT BANK

Perbedaan anjak piutang dengan kredit bank antara lain sebagai berikut:

1. Kredit bank melibatkan praktik-praktik dalam perkreditan umum


termasuk mengenai jaminan. Sedangkan anjak piutang pada
prinsipnya merupakan transaksi jual beli piutang.
2. Kredit bank dimulai dari timbulnya utang melalui mobilisasi dana
kemudian dialihkan menjadi aktiva produktif. Sementara anjak
piutang berkaitan dengan pengalihan dari suatu aktiva produktif, yaitu
tagihan menjadi kas pada saat jatuh tempo.
3. Kredit bank memberikan tambahan aktiva dalam bentuk kas pada
debitor. Anjak piutang tidak memberikan tambahan kas akan tetapi
hanya memperlancar arus kas dengan menggunakan piutang yang
belum jatuh tempo.
4. Kredit bank biasanya dalam jumlah tetap clan memiliki syarat
pelunasan tetap.Sedangkan fasilitas anjak piutang mengubah penjualan
kredit menjadi uang tunai.
5. Kredit bank hampir selalu dikaitkan dengan agunan. Sementara bagi
anjak piutang agunan bukan merupakan hal mutlak.
6. Keahlian penisahaan anjak piutang dalam memelihara atau mengurus
pembukuan penjualan klien dan penyediaan informasi manajemen
menjadikan anjak piutang lebih sebagai mitra usaha.

Perbedaan antara Bank dan Factoring

Perbedaan antara anjak piutang dengan bank dapat dilihat : Tabel.1

Bank Factoring
Transaksi Utang piutang penjualan barang secara
Utang ke aktiva aktiva produktif beralih ke kas lebih
Proses
produktif memakan waktu cepat
Aktiva passiva Kas dan utang bertambah Piutang berubah kas
Analisis kredit 1 pihak aja (nasabah) 2 pihak(supplier dan pembeli)
Agunan Wajib Tidak mutlak
Lebih tinggi (resiko klien dan
Tingkat resiko Tinggi (resiko nasabah)
nasabah)
Biaya Bunga dan provisi Service dan discount charge
Bantuan jasa Pembiayaan Pembiayaan dan non pembiayaan
Penanggungan resiko Bank Supplier/factor

2.1.9. Anjak Hutang Syariah (Hawalah bil Ujrah)

Anjak Hutang Syariah Hawalah bil Ujrah (Hutang Importir) adalah


pengalihan hutang dari pihak yang berhutang kepada pihak lain yang wajib
menanggung (membayarnya). Dalam produk ini, Nasabah Eksportir dalam
kedudukannya selaku Importir mempunyai hutang pada Issuing Bank, dan
kemudian Nasabah Eksportir memindahkan hutang tersebut kepada Divisi
Syariah Indonesia Eximbank. Divisi Syariah Indonesia Eximbank kemudian
membayar hutang itu kepada negotiating/Paying Bank dan selanjutnya Divisi
Syariah Indonesia Eximbank menagih hutang kepada Nasabah Eksportir.

Anjak Piutang Syariah Wakalah bil Ujrah dan Qardh (Piutang Eksportir)
adalah pengalihan hutang dari pihak yang berhutang kepada pihak lain yang
wajib menanggung (membayarnya). Dalam produk ini, Nasabah dalam
kedudukannya selaku Eksportir mempunyai piutang pada Bank Syariah X,
dan kemudian Nasabah Eksportir memindahkan piutang tersebut kepada
Divisi Syariah Indonesia Eximbank. Divisi Syariah Indonesia Eximbank
kemudian membayar piutang itu kepada Nasabah Eksportir dan selanjutnya
Indonesia Eximbank menagih hutang kepada Issuing Bank.

MANFAAT
Membantu kelancaran usaha Nasabah Eksportir dalam rangka pengadaan
barang atau jasa dengan memberikan pembayaran segera atas tagihan ekspor
yang belum jatuh tempo.

KARAKTERISTIK
Anjak Hutang Syariah Hawalah bil Ujrah (Hutang Importir) Prinsip yang
digunakan dalam produk ini adalah Prinsip Hawalah bil Ujrah. Prinsip
Hawalah yaitu pengalihan hutang dari satu pihak yang berhutang kepada
pihak lain yang wajib menanggung (membayar)-nya. Dalam hal ini Nasabah
Eksportir sebagai pihak yang berhutang dan Divisi Syariah Indonesia
Eximbank sebagai pihak yang menanggung (membayar) hutangnya. Ujrah
yaitu pembayaran atas jasa yang diberikan oleh Divisi Syariah Indonesia
Eximbank (sebagai muhil) kepada Nasabah Eksportir dalam kedudukannya
selaku Importir (sebagai muhal alaih) atas ketersediaan dan komitmennya
untuk membayar utang Nasabah Eksportir.
Anjak Piutang Syariah Wakalah bil Ujrah dan Qardh (Piutang Eksportir)
Prinsip yang digunakan dalam produk ini adalah Prinsip Wakalah bil Ujrah
dan Qardh. Prinsip Wakalah yaitu pemberi kuasa kepada pihak lain sebagai
wakil untuk melakukan suatu pekerjaan, dalam hal ini Divisi Syariah
Indonesia Eximbank sebagai penerima kuasa (yang menjadi wakil) dan
Nasabah Eksportir dalam kedudukannya selaku Eksportir sebagai pemberi
kuasa (yang diwakilkan). Pekerjaan yang dikuasakan kepada Divisi Syariah
Indonesia Eximbank adalah pengurusan dokumen dan melakukan penagihan
pembayaran.

SYARAT & KETENTUAN

Anjak Hutang Syariah Hawalah bil Ujrah (Hutang Importir) Tujuan


Pembiayaan adalah pembelian persediaan bahan baku, barang setengah jadi
dan barang jadi (ready stock) yang akan digunakan untuk proses produksi
atau pembelian barang untuk proses produksi dalam rangka kegiatan ekspor.
Syarat Pembiayaan:

1. Usaha Nasabah Eksportir bukan termasuk jenis usaha terlarang, tidak


melanggar prinsip syariah seperti minuman keras, rokok dan tidak
melanggar ketentuan hukum Indonesia, seperti: narkoba,
penyelundupan, dan lain-lain.
2. Nasabah Eksportir adalah Importir atau Issuing Bank. Valuta
Pembiayaan Modal Kerja adalah
dalam Rupiah atau dalam Valuta Asing yang disetujui oleh Indonesia
Eximbank. Pada Prinsipnya, jangka waktu pembiayaan disesuaikan
dengan jangka waktu satu trade cycle, dengan maksimal 270 (dua ratus
tujuh puluh) hari termasuk tenor deferred payment atau usance draft.
Maksimum Pembiayaan adalah maksimal 85% dari nilai hutang impor.

Imbalan (Ujrah)

1. Divisi Syariah Indonesia Eximbank memperoleh ujrah atas jasa yang


diberikan oleh Divisi Syariah Indonesia Eximbank (sebagai muhil)
kepada Nasabah dalam kedudukannya selaku Importir (sebagai muhal
alaih) atas ketersediaan dan komitmennya untuk membayar utang
Nasabah.
2. Maksimum ujrah dikenakan sesuai dengan ketentuan tarif yang
berlaku di Divisi Syariah Indonesia Eximbank.
3. Pembayaran Ujrah dilakukan secara periodik maupun secara
bersamaan saat Nasabah melakukan pembayaran hutang kepada Divisi
Syariah Indonesia Eximbank, sesuai kesepakatan.
Anjak Piutang Syariah Wakalah bil Ujrah dan Qardh (Piutang Eksportir)

Tujuan Pembiayaan adalah pembelian persediaan bahan baku, barang


setengah jadi dan barang jadi (ready stock) yang akan digunakan untuk proses
produksi atau pembelian barang untuk dijual kembali dalam rangka kegiatan
ekspor.

Syarat Pembiayaan

Usaha Nasabah Eksportir bukan termasuk jenis usaha terlarang, tidak


melanggar prinsip syariah seperti minuman keras, rokok dan tidak
melanggar ketentuan hukum Indonesia, seperti: narkoba,
penyelundupan, dan lain-lain.
Nasabah Eksportir adalah Eksportir atau Paying Bank
Divisi Syariah Indonesia Eximbank menyediakan dana (pembiayaan)
berdasarkan perjanjian jual beli barang dengan prinsip Qardh.
Realisasi Qardh dilakukan segera setelah barang dikirim.

Valuta Pembiayaan Modal Kerja adalah dalam Rupiah atau dalam Valuta
Asing yang disetujui oleh Indonesia Eximbank.

Pada prinsipnya, jangka waktu pembiayaan disesuaikan dengan jangka waktu


satu trade cycle, dengan maksimal 270 (dua ratus tujuh puluh) hari termasuk
tenor deferred payment atau usance draft.

Maksimum Pembiayaan adalah maksimal 85% dari nilai tagihan ekspor atau
tagihan dalam rangka kegiatan ekspor.

Imbalan (Ujrah)

Divisi Syariah Indonesia Eximbank memperoleh ujrah atas jasa


pengurusan dokumen dan penagihan pembayaran.
Maksimum ujrah dikenakan sesuai dengan ketentuan tarif yang
berlaku di Divisi Syariah Indonesia Eximbank.
Pembayaran Ujrah dilakukan secara periodik maupun secara
bersamaan saat Divisi Syariah Indonesia Eximbank menerima
pembayaran dari Issuing Bank, sesuai kesepakatan.
Untuk syarat dan ketentuan lainnya mengacu kepada pedoman operasional
fasilitas pembiayaan Letter of Credit yang berlaku di Indonesia Eximbank
serta Perjanjian Pembiayaan yang telah ditandatangani antara Eksportir dan
Indonesia Eximbank.

2.2. PERAN LEMBAGA KEUANGAN ANJAK PIUTANG DALAM


EKONOMI

Kenyataan selama ini banyak sektor usaha yang menghadapi berbagai


masalah dalam menjalankan kegiatan usahanya. Masalah masalah tersebut
pada prinsipnya berkaitan antara lain: kurang kemampuan dan terbatasnya
sumber-sumber permodalan, lemahnya pemasaran sehingga target penjualan
tidak tercapai. Disamping itu perusahaan hanya terkonsentrasi pada usaha
peningkatan produksi dan penjualan sedangkan administrasi penjualan
termasuk penjualan secara kredit (Piutang) masih terabaikan. Kelemahan
dibidang manajemen/ pengelolaan piutang menyebabkan semakin
meningkatnya kredit macet. Kondisi seperti ini mengancam kontinuitas usaha
yang pada gilirannya akan menyulitkan perusahaan dalam memperoleh
sumber pembiayaan dari lembaga keuangan. Beberapa manfaat yang dapat
diberikan lembaga anjak piutang dalam rangka mengatasi masalah dunia
usaha adalah sebagai berikut:

Penggunaan jasa anjak piutang akan menurunkan biaya produksi dan


biaya penjualan.
Anjak piutang dapat memberikan fasilitas pembiayaan dalam bentuk
pembayaran dimuka (Advanced Payment) sehingga akan
meningkatkan Crediet standing perusahaan.
Kegiatan anjak piutang dapat meningkatkan kemampuan bersaing
perusahaan klienkarena klien dapat mengadakan transaksi
perdagangan secara bebas baik perdagangan dalam negeri maupun
perdagangan internasional.
Meningkatkan kemampuan klien dalam memperoleh laba melalui
peningkatan perputaran modal kerja.
Menghilangkan risiko kerugian akibat terjadinya kredit macet karena
resiko kredit macet ini dapat diambil alih oleh lembaga anjak piutang.
Kegiatan anjak piutang dapat mempercepat proses ekonomi dan
meningkatkan pendapatan nasional.

2.3. PERKEMBANGAN ANJAK PIUTANG DI INDONESIA


Walaupun telah lama dikenal sebagai salah satu jenis kegiatan pembiayaan,
namun perkembangan usaha Anjak Piutang di Indonesia belum menunjukan
respon yang positif, baik dari perusahaan pembiayaan maupun para
pengusaha sebagai target dari kegiatan Anjak Piutang.

Berdasarkan data statistik Posisi Pembiayaan Rupiah dan Valuta Asing


Perusahaan Pembiayaan Menurut Jenis Pembiayaan Anjak Putang
(Factoring), kegiatan Anjak Piutang mulai berkembang pada akhir tahun 1996
dengan jumlah nilai transaksi pembiayaan Rp.8,035 triliun rupiah dan
mengalami puncak kejayaan pada pertengahan tahun 1997, yaitu Rp.10,097
triliun rupiah. Pada bulan Juli 2004, kegiatan Anjak Piutang menurun drastis
hingga kejumlah pembiayaan hanya sebesar Rp. 2,855 triliun rupiah. Fakta
tersebut sangat disayangkan, karena seharusnya usaha anjak piutang
berpotensi untuk membantu perkembangan ekonomi melalui pembiayaan
usaha kecil dan menengah (UKM) yang tengahberkembang saat ini.
Perkembangan anjak piutang di Indonesia dapat dilihat dari nilai
pertumbuhan unit usaha UKM yang merupakan target dari kegiatan Anjak
Piutang. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2000,
99,85% dari seluruh perusahaan yang ada di indonesia, atau 39 juta unit
usaha adalah perusahaan mikro dan kecil, yaitu perusahaan yang mempunyai
omset kurang dari 1milyar rupiah. Sedangkan untuk usaha dengan omset
antara Rp 1 milyar rupiah hingga Rp. 50 milyar rupiah, terdapat sekitar
55.000 unit usaha atau 0.14% dari jumlah seluruh perusahaan di Indonesia.

2.4. HAMBATAN-HAMBATAN PERKEMBANGAN ANJAK PIUTANG


DIINDONESIA

Usaha Anjak Piutang mempunyai prospek yang cerah untuk berkembang di


Indonesia,hal tersebut didukung antara lain:

Kehadiran lembaga Anjak Piutang yang dapat memberikan manfaat


bagi perkembangan dunia usaha dengan jasa-jasa yang ditawarkan,
antara lain melalui penyediaan fasilitas advance payment, credit
management, dan proteksi resiko baddebts menuju efisiensi kegiatan
dunia usaha.
Pembelian barang oleh konsumen Indonesia secara kredit yang sudah
meluas di Indonesia. Sehingga jasa Anjak Piutang dapat digunakan
untuk mengurus penagihan-penagihan piutang.
potensi UKM di Indonesia yang besar. Sebagaimana diuraikan
sebelumnya, unit usaha UKM dengan kendala-kendala yang dihadapi,
justru memberikan peluang besar untuk berkembangnya jasa Anjak
Piutang. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat kendala-
kendala yang dapat menghambat dalam proses perkembangan Anjak
Piutang di Indonesia, antara lain:
1. Tidak adanya ketentuan peraturan perundang-undangan yang secara
khusus yang mengatur tentang kegiatan Anjak Piutang.
2. Keunggulan Anjak Piutang dengan kegiatan pembiayaan lain adalah
bahwa pada umumnya tidak memakai sistem jaminan, namun pada
perkembangannya di Indonesia, ada juga perusahaan Anjak Piutang
yang mensyaratkan adanya jaminan tambahan sehingga hal tersebut
dirasa memberatkan Klien yang mengakibatkan penggunaan jasa
Anjak Piutang kurang diminati.
3. Bagi negara-negara dimana Anjak Piutang (salah satunya Indonesia)
belum berkembang, ada kecenderungan pendapat bahwa Factor hanya
dapat bertindak sebagai debt collector, sehingga Klien akan
menyerahkan bad debts atau piutang-piutang yang sulit tertagih
kepada Factor. Akibatnya, jasa Anjak Piutang mendapat reputasi yang
kurang baik dan menjadi kurang diminati sebagai salah satu
alternatif pembiayaan.
4. Kurang professionalnya perusahaan pembiayaan yang menjalankan
usaha Anjak Piutang tersebut menyebabkan timbul penyimpangan
tujuan sebenarnya dari kegiatan Anjak Piutang.
5. Biaya yang mahal. Secara keseluruhan kegiatan Anjak Piutang
memerlukan biaya yang agak besar, apabila dibandingkan dengan
kegiatan peminjaman ke Bank. Hal ini juga menjadi pertimbangan bagi
Klien untuk menjual piutangnya kepada Factor.

2.5. ANJAK PIUTANG (FACTORING) PT. IFS CAPITAL INDONESIA


(IFSI)

1. IFS Capital Indonesia (IFSI) mulai berdiri di Jakarta pada tahun 1990
dengan nama PT. Niaga Factoring Corporation, yang merupakan
perusahaan joint venture antara PT. Bank Niaga Tbk, PT. Usaha
Sarana Sejati dan IFS Capital limited. Sejak November 2005 IFS
Capital Limited menjadi pemegang saham mayoritas dengan porsi
kepemilikan sebesar 85%.

IFSI adalah perusahaan pembiayaan yang mempunyai spesialisasi dalam


pembiayaan Anjak Piutang (Factoring) dan Sewa Guna Usaha (Leasing)
untuk perusahaan kecil dan menengah di Indonesia. Pembiayaan Anjak
Piutang yang diberikan meliputi : anjak piutang domestik dan anjak piutang
ekspor. IFSI melayani transaksi anjak piutang with recoursedan juga
transaksi anjak piutang without recourse.

IFSI anggota dari IF Group yang berpusat di Brussel, yang merupakan


asosiasi dari 75 perusahaan anjak piutang dari seluruh dunia. Sebagai anggota
dari International FactorsGroup transaksi ekspor dan impor yang dilakukan
oleh klien IFSI dari Indonesia menjadi lebih mudah dan efisien. Selain itu IFSI
juga menjadi anggota dari Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI)
dan juga anggota dari Asian Leasing and Finance Association (ALFA).

IFSI saat ini siap mendukung perusahaan di Indonesia untuk meningkatkan


investasi-nya di berbagi sector industri seperti : manufacture, electronic,
tekstil, telekomunikasi, printing dsb. Dan juga siap untuk membiayai
pengadaan peralatan berat untuk sector industri: perkebunan, pertambangan,
transportasi dan sumber daya energi.

Pada tanggal 14 Juni 2007 nama perusahaan di ganti dari PT. International
Factors Indonesia menjadi PT. IFS Capital Indonesia. Dengan struktur
organisasi dan kebijakan perusahaan yang baru, PT. IFS Capital Indonesia
siap melayani kebutuhan pembiayaan perusahaan Indonesia baik untuk jasa
Anjak Piutang dan Sewa Guna Usaha.

1. IFS Capital Indonesia (IFSI) merupakan perusahaan anjak piutang


yang merupakan berbentuk multi financial company berfokus pada
usaha kecil dan menengah di Indonesia. Persyaratan yang harus
dipenuhi UKM untuk menjadi client dari alternative pembiayaan pada
fasilitas anjak piutang di PT. IFSI ialah telah memiliki usaha yang baik
dan menguntungkan. Hal awal yang dilakukan yaitu mengisi formulir
permohonan fasilitas yang terdiri bagian Aidentitas pemohon client dan
bagian B pernyataan pemohon. Pada bagian B pernyataan pemohonan
berisi tentang pernyataan yang akan menunjang terciptanya transaksi
anjak piutang secara lancar, dalam hal ini UKM berperan sebagai
klien.

Mekanisme transaksi anjak piutang pada PT. International Factors Indonesia

Mekanisme transaksi anjak piutang pada PT. International Factors Indonesia


adalah :

Gambar 1.9 Mekanisme Transaksi yang dilakukan PT. IFI Capital Indonesia

Transaksi Anjak Piutang membantu perusahaan / klien dalam meningkatkan


modal kerja.Klien mengalihkan/menjual tagihan/piutang kepada kami (PT.
IFS Capital Indonesia/ IFSI), dan IFSI akan memberikan dana tunai sampai
dengan 90% dari nilai tagihan/piutang. Selanjutnya kegiatan penagihan dan
pencatatan tagihan klien akan menjadi tanggung jawab IFSI. Secara berkala
IFSI akan memberikan laporan atas tagihan/piutang klien yg telah di-anjak-
piutang-kan kepada IFSI.

Jenis-jenis transaksi Anjak Piutang yang dapat dilakukan oleh IFSI :

Anjak Piutang Domestik / Lokal: Transaksi Anjak Piutang terhadap


tagihan antar perusahaandomestik.
Anjak Piutang Ekspor : Transaksi anjak piutang terhadap tagihan
antar negara.
Anjak Piutang NonRecourse:Transaksi anjak piutang yang dilindungi
dengan asuransi kredit.
Anjak Piutang WithRecourse:Transaksi anjak piutang yang dilakukan
tanpa menggunakanasuransi kredit.

1. IFS Capital Indonesia (IFSI) berfokus pada UKM di Indonesia, karena


keinginannya untuk turut serta mengembangkan pertumbuhan
ekonomi karena usaha yang paling banyak terdapat di Indonesia
dengan latar belakang unit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sulit
mendapatkan permodalan yang berasal dari bank karena pencairan
modal dari bank melalui berbagai persyaratan berbelit-belit dan
jaminan agunan serta bunga yang tinggi pula, membuat pengusaha
tidak dapat berkonsentrasi terhadap kemajuan dan perkembangan
usahanya. Sehingga sering terjadi kebangkrutan/pailit yang
menyebabkan pengusaha tidak dapat mengembalikan pinjaman
terhadap bank. Pemberian modal terhadap UKM kini tidak hanya
monopoli dunia perbankan saja, tetapi dapat juga melalui lembaga
pembiayaan. Banyak hal yang membuat salah satu perusahaan
pembiayaan yang dapat menjadi alternatif sumber permodalan jangka
pendek UKM yaitu anjak piutang. Sekarang yang dibutuhkan UKM
bukan hanya pengucuran dana tetapi yang lebih penting lagi
membimbingan secaraintensif bagaimana memanajemen usahanya.
Disinilah peran perusahaan anjak piutang yangmenjadikan UKM
sebagai rekanan/partner, terutama dalam memelihara pembukuan
penjualan.

Kelebihan PT.IFS Capital Indonesia (IFSI) bagi UKM antara lain;

1. Manfaat yang dapat diperoleh PT. IFSI bagi UKM yang telah
memanfaatkan jasanya yaitu dengan menjaminkan atau menjual
piutang usaha (account receivables) untuk memperoleh fasilitas
pembiayaan dari anjak piutang, dimana dana yang diperoleh dapat
berguna untuk mengatasi Cashflow Mismatch karena membesarnya
kebutuhan modal kerja.
2. Permodalan dengan Anjak Piutang dapat meningkatkan efesiensi
dalam penagihandan administrasi piutang karena anjak piutang juga
menangani credit management.
3. Dengan Anjak Piutang UKM tidak hanya mendapat permodalan dari
penjualan piutangnya, tetapi juga factoring dapat diterapkan untuk
transaksi ekspor-impor tanpa menggunakan L/C. Sehingga UKM dapat
meluaskan pangsa pasar hingga ke luar negeri.

Namun disamping itu adapun kekurangan PT.IFSI yaitu;

Kekurangan PT IFSI :

1. Perusahaan ini kurang berkembang di Indonesia karena Bad Debt,


sehingga benar-benar perusahaan financial yang besar dan berkuasa
yang dapat melakukannya.
2. Biaya yang ditanggung cukup tinggi yaitu;

Service Charge yaitu biaya yang dikeluarkan karena klien


menggunakan jasa untuk pengelolaan/pembukuan penjualan (sales
ledger) dari transaksi penjualan yang dilakukan klien. Besarnya biaya
berkisar antara 0,5%-2,5% tergantung kesepakatan antara anjak
piutang dan klien.
Discount Charge yaitu biaya yang dikeluarkan karena klien
memperoleh pembiayaan (dana tunai) dari lembaga anjak piutang.
Besarnya biaya discount charge antara 2%-3%. Biaya ini juga
ditetapkan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
BAB III

KESIMPULAN

Anjak Piutang (factoring) adalah suatu transaksi keuangan sewaktu suatu


perusahaan menjual piutangnya (misalnya tagihan) dengan memberikan suatu
diskon. Ada pun pihak-pihak yang terkait dalam Anjak Piutang yaitu factor,
client, customer. Istilah klien (client) dan nasabah(customer) dalam
mekanisme anjak piutang memiliki pengertian yang sangat berbeda. Lain
halnya dengan bank yang memiliki nasabah atau customer, sedangkan
perusahaan anjak piutang hanya memiliki klien dalam hal ini supplier.
Selanjutnya, klien yang memiliki nasabah atau customer. Mekanisme anjak
piutang ini sebenamya diawali dari adanya transaksi jual beli barang atau jasa
yang pembayarannya secara kredit.

Dari contoh perusahaan PT IFI Capital Indonesia (IFSI) kita dapat


mengetahui persyaratan pengajuan Anjak Piutang yaitu calon client harus
mengisi formulir permohonan fasilitas yang terdiri dari bagian identitas
pemohon client, menyetujui dan memenuhi bagian pernyataan pemohon serta
melampirkan persyaratan lampiran sebagai bukti penunjang.

Manfaat mekanisme anjak piutang dapat memanfaatkan piutang usaha


(accountreceivables) untuk memperoleh fasilitas pembiayaan dari anjak
piutang, dimana dana yang diperoleh dapat berguna untuk mengatasi
cashflow mismatch karena membesarnya kebutuhan modal kerja. Selain itu
pula permodalan dengan Anjak piutang dapat meningkatkan efisiensi dalam
penagihan dan administrasi piutang karena anjak piutang juga menangani
credit management. Dengan anjak piutang UKM tidak hanya mendapat
permodalan dari penjualan piutangnya, tetapi juga factoring dapat diterapkan
untuk transaksi ekspor-impor (export factoring dan import factoring) tanpa
menggunakan L/C. Sehingga UKM dapat meluaskan pangsa pasar hingga ke
keluar negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Sigit Triandaru,Totok Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.


Salemba Empat. Yogyakarta

Ismawati Linna. 2002. Anjak Piutang Sebagai Alternatif Pembiyaan


Untuk Memperlancar Arus Kas. Makalah. Bandung.

Siamat, D.2002. Menejemen Lembaga Keuangan.FE Universitas Indonesia.


Jakarta.

Teddy Pesat. 2009. Anjak Piutang sebagai Alternatif Permodalan Usaha


kecil Menengah (UKM) dengan Penetapan Dua Metode Biaya Bunga.Paper.
Jakarta

http://www.baharandpartners.com/news_detail.php?nID=352

http://anamencoba.blogspot.com/2011/04/perkembangan-anjak-piutang-di-
indonesia.html

http://www.ifscapital.co.id http://www.bps.co.id http://ifsa.or.id

http://www.sylabus.web44.net/blk2file/kuliah6.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/Anjak_piutang

http://www.lppm.undip.ac.id/abstrak/content/view/262/336/

http://queenchib.blogspot.com/2010/02/anjak-piutang.html

http://www.slideshare.net/ryandsaputri/anjak-piutang

http://www.perfspot.com/docs/doc.asp?id=84709

http://www.smecda.com/Files/Dep_Pembiayaan/Informasi/07_10_Anjak%20Piutan
g.pdf

http://www.scribd.com/doc/91625608/makalah-anjak-piutang
http://www.indonesiaeximbank.go.id/anjak-hutang-syariah-hawalah-bil-ujrah

Anda mungkin juga menyukai