Anda di halaman 1dari 122

BAB 1

PENGENDALIAN INTERNAL DAN KAS


PENGERTIAN PENGENDALIAN INTERN

Pengendalian Intern terdiri dari semua metode


dan tindakan yang saling berkaitan yang
diterapkan dalm suatu organisasidengan tujuan
untuk mengamankan aset, peningkatan
keandalan catatan akuntansi , peningkatan
efisiensi operasi dan menjamin kesesuaian
dengan ketentuan yang berlaku.
Komponen Pengendalian Intern
• Lingkungan Pengendalian
Merupakan tugas manajemen untuk menegaskan bahwa
integritas merupakan nilai organisasi dan aktivitas tidak etis
tidak dapat ditoleransi serta menciptakan iklim yg kondusif.
• Penilaian Risiko
perusahaan harus dapat mengidentifikasi & menganalisis
faktor yg dpt menimbulkan risiko.
• Aktivitas Pengendalian
Untuk mengurangi terjadinya penyelewengan, manajemen
harus merancang kebijakan dan prosedur untuk menghadapi
risiko yang dihadapi perusahaan.
Komponen Pengendalian Intern
• Informasi dan Komunikasi
sistem pengendalian intern harus mengkomunikasikan
semua informasi kepada semua pihak ang
membutuhkan, baik internal maupun eksternal.
• Monitoring
sistem Pengendalian intern harus memonitor secara
periodik dengan memadai. Jika terdapat penyimpangan
yang signifikan harus dilaporkan kepada manajemen
puncak dan/atau dewan komisaris.
Prinsip Aktivitas Pengendalian
• Penetapan Tanggung Jawab
Perusahaan harus menetapkan penanggung jawab untuk setiap
kegiatan operasional an dilakukan oleh perusahaan.
• Pemisahan Tugas
Ada 2 hal penting dalam pemisahan tugas :
1) Pisahkan bagian yang mengurusi operasi dengan bagian akuntansi.
2) Pisahkan bagian yang menyimpan aset dengan bagian akuntansi.
• Prosedur Dokumentasi
Dokumentasi berguna untuk lebih meningkatan keandalan dari
informasi yang dihasilkan. Dokumentasi dapat memperjelas siapa yang
bertanggung jawab atas sebuah informasi.
contoh: penggunaan dokumen dengan nomor urut tercetak.
• Pengawasan Fisik
Pengawasan fisik berkaitan dengan pengamanan atas aset dan dapat
meningkatkan ketelitian serta dapat dipercayainya catatan akuntansi.
• Verifikasi Internal Secara Independen
Pengendalian Intern mensyaratkan adanya verifikasi internal secara
independen. Prinsip ini dilakukan dengan dengan mereview (mengkaji
ulang) data yg telah dihasilkan oleh pegawai.
• Pengendalian Sumberdaya Manusia
1. Mempertanggungkan pegawai2 yang menangani Kas
2. Merotasi tugas karyawan
3. Mewajibkan karyawan mengambil cuti
4. Memeriksa latar belakang calon pegawai.
Manfaat Pengendalian Intern Bagi
Perusahaan
1. Menjamin bahwa semua transaksi dicatat secara lengkap
dan akurat
2. Memastikan bahwa hanya transaksi yang telah diotorisasi
yang dapat dilaksankan
3. Menjamin bahwa semua transaksi didukung dengan
dokumen yang memadai
4. Menjamin baha aset dan keajiban perusahaan telah
ditetapkan dengan benar, sehingga dapat diandalkan untuk
pngambilan keputusan
5. Meminimalkan risiko terjadinya kecurangan dan
penyalahgunaan aset perusahaan.
Kelemahan Pengendalian Intern
• Pengendalian Intern rentan terhadap kelemahan2
manusiawi spt kelelahan fisik maupun mental pegawai
• Kolusi atau kerjasama antar pegawai yang tidak jujur.
• Pengendalian hanya diterapkan untuk transaksi harian.
• Faktor biaya sering menjadi kendala sehingga tidak semua
tujuan pengendalian dapat dicapai
• Pengendalian Intern perusahaan sering tidak diselaraskan
dengan perkembangan yang terjadi diperusahaan.
Pengendalian Penerimaan Kas
Prosedur pengendalian Intern yang baik terhadap kas
memerlukan prosedur yang memadai untuk melindungi
penerimaan dan pengeluaran Kas. Prinsip Pokok
Pengendalian Intern :
1. Terdapat pemisahan tugas dengan tepat, sehingga
petugas yang bertanggung jawab menangani transaksi kas
dan penyimpan kas tidak merangkap sebagai petugas
yang mencatat transaksi kas.
2. Penerimaan Kas harus disetorkan seluruhnya ke Bank
setiap harinya.
3. Semua pengeluaran harus dilakukan menggunakan cek.
Pengendalian Penerimaan Kas
• Penerimaan Kas dari penjualan Tunai di Kasa.
Perusahaan perlu merancang sebuah alat sedemikian rupa,
sehingga memungkinkan untuk melakukan pengendalian atas
penerimaan kas melalui kasa. Contoh: penggunaan register yang
berbunyi setiap petugas mencatat transaksi dialat tersebut.
• Penerimaan Kas melalui Pos
Penerimaan Kas melalui pos dapat berupa wesel pos ataupun cek
yang dikirim melalui pos. Pengendalian yang mungkin dilakukan
adalah dengan membuat daftar cek dengan rangkap tiga. Lembar
pertama beserta cek yng diterima dikirimkan kepada kasir, lembar
kedua untuk bagian akuntansi dan lembar ketiga untuk arsip.
Pengendalian Pengeluaran Kas
• Sistem Voucher.
Sistem voucher dirancang untuk membantu dalam
pelaksanaan pengawasan terhadap pengeluaran kas.
• Dana Kas Kecil
Salah satu prinsip pokok dalam pengendalian
pengeluaran kas adalah bahwa semua pengeluaran kas
hendaknya dilakukan menggunakan check. Sedangkan
untuk pengeluaran kecil dan mendadak yang tidak
efisien dilakukan menggunakan check, maka dilakukan
dengan menggunakan dana kas kecil.
BAB 2

AKUNTANSI UNTUK
PIUTANG
Definisi Jenis Piutang
• Piutang Usaha
adalah tagihan perusahaan kepada konsumen yang
melakukan transaksi secara kredit.
• Piutang Wesel
adalah tagihan perusahaan yang didukung dengan
instrumen formal sebagai bukti tagihan yang disebut
dengan surat wesel.
• Piutang Lain – lain
Piutang lain – lain mencakup semua tagihan yang bukan
piutang usaha.
Pengakuan Piutang Usaha
Contoh :
1 April 2011, PT. Merdeka menjual barang secara
kredit kepada CV. Mulai sebesar Rp.1.000.000,00
dengan syarat penjualan 2/10,n/30. Pada tgl 5
April 2011, CV. Mulia mengembalikan barang
yang dibeli sebesar Rp100.000,00 kepada PT.
Merdeka Karena rusak. Pada tgl 11 April 2011 PT.
Merdeka menerima pelunasan dari CV. Mulia
sebesar saldo tagihannya.
TGL KETERANGAN DEBIT KREDIT
April 1 Piutang Usaha 1.000.000
Penjualan 1.000.00
0
(mencatat transaksi penjualan kredit)

April 5 Retur & Potongan Penjualan 100.000


Piutang Usaha 100.000
(mencatat retur penjualan)

April 11 Kas 882.000


Potongan Penjualan 18.000
Piutang Usaha 900.000
(mencatat penerimaan piutang)
Piutang Usaha
April 1.000.000 April 5 100.000
1
April 900.000
11
Pengendalian Intern Penerimaan
Piutang
Penjualan kredit mengandung risiko bagi perusahaan yang berupa
kerugian yang diderita apabila debitur tidak membayar
keajibannya. Risiko lain bisa terjadi dalam penerimaan piutang
dari debitur, lebih2 jika perusahaan menerima pelunasan piutang
dalam bentuk check melalui kiriman pos atau weselpos. Oleh
karenanya pengendalian intern atas piutang sangatlah penting.
Salah satu elemen pengendalian yang sangat penting adalah
pemisahaan tugas antara yang menangani kas dengan tugas
akuntansi.
Agar tercipta pengendalian intern yang baik dari penerimaan
piutang, bagian kredit tidak boleh merangkap sebagai penerima
pelunasan piutang. Dan sebaliknya, petugas penerimaan kas tidak
berwenang untuk memberi persetujuan kredit. Jika hal tersebut
terjadi, maka peluang penyelewengan menjadi sangat terbuka.
Penilaian Piutang Usaha
Apabila piutang usaha telah dicatat dalam
pembukuan, persoalan selanjutnya adalah
bagaimana melaporkan jumlah piutang usaha
dalam laporan keuangan. Sesuai dengan prinsip
akuntansi, perusahaan harus melaporkan piutang
usaha sebagai aset. Kesulitan sering dijumpai dalam
menentukan jumlah rupiah yang akan dilaporkan
dalam laporan keuangan, karena sebagian piutang
kadang – kadang pada akhirnya tidak tertagih.
Kerugian Piutang
Penjualan kredit dianggap memberikan keuntungan dengan
bertambahnya penjualan karena dapat dilakukan secara kredit.
Namun seringkali penjualan kredit juga dapat mendatangkan
kerugian, apabila debitur tidak mau atau tidak mampu
melunasi kewajibannya. Kerugian ini diakuntansi dikenal
dengan berbagai nama spt kerugian piutang, beban piutang tak
tertagih dan beban piutang ragu2.
Dalam akuntansi, kerugian piutang dicatat dengan mendebet
akun kerugian piutang.
Pencatatan kerugian piutang dapat dilakukan dengan 2
metode:
1. Metode penghapusan langsung
2. Metode cadangan.
Metode Penghapusan Langsung
Dalam metode ini, kerugian piutang akan dicatat pada
saat perusahaan mendapatkan kepastian bahwa suatu
piutang kepada debitur tertentu tidak akan dapat ditagih.
Keyakinan tersebut muncul misalnya karena perusahaan
mendapat informasi bahwa perusahaan debitur
dinyatakan bangkrut oleh pengadilan. Atau ketika seorang
debitur tidak melaksanakan kewajibannya setelah ditagih
berulang – ulang dalam jangka aktu yang cukup lama dan
keberadaannya sudah tidak diketahui lagi.
Apabila suatu piutang diyakini tidak akan dapat ditagih
lagi, maka kerugian akibat tidak dapat ditagihnya piutang
tersebut langsung didebetkan ke dalam akun kerugian
piutang dan mengkredit akun piutang usaha.
Contoh:
CV. Serayu memiliki piutang usaha kepada CV. Cimanuk sebesar
RP.2.000.000,00. Pada tanggal 12 Desember, manajer kredit CV. Serayu
memutuskan menghapus piutang CV. Cimanuk karena sudah tidak
mungkin ditagih.

TANGGAL KETERANGAN DEBIT KREDIT


Des. Kerugian Piutang 2.000.00
12 0
Piutang Usaha 2.000.00
0
(mencatat penghapusan
piutang pada
CV. Cimanuk )
Metode penghapusan langsung tidak diakui dalam pelaporan
keuangan, kecuaii bila kerugian piutang kecil sekali
jumlahnya.
Metode Cadangan
Dalam metode cadangan untuk akuntansi atas piutang tak tertagih,
perusahaan harus menaksir besarnya piutang yang diperkirakan tak
tertagih, pada setupa akhir tahun. Dengan cara ini akan diperoleh
penandingan (matching) antara pendapatan dan beban yang lebih
tepat. Selain itu dalam laporan posisi keuangan, piutang dapat
disajikan sebesar nilai bersih piutang yang dapat direalisasikan.
Ada 3 hal penting dalam metode cadangan:
1. Perusahaan menaksir jumlah piutang yang diperkirakan tidak
tertagih.
2. Perusahaan mendebit taksiran kerugian kedalam akun Kerugian
Piutang dan mengkredit akun Cadangan Kerugian Piutang
(sebuah akun kontra aset), melalui jurnal penyesuaian yang
dibuat pada akhir periode.
3. Apabila perusahaan akan menghapus piutang tertentu yang sdh
tidak dapat ditagih, jumlah sesungguhnya yang tidak dapat
ditagih tersebut didebitkan ke akun Cadangan Kerugian Piutang
dan jumlah yang sama dikreditkan ke akun Piutang Usaha.
Pencatatan Taksiran Kerugian Piutang
Contoh:
Tahun 2011, PT. Harapan Kita melakukan penjualan kredit sebesar
Rp120.000.000,00. Dari jumlah tersebut, piutang sebesar Rp20.000.000,00
belum dapat ditagih sampai dengan tgl 31 Desember. Manajer kredit
memperkirakan baha dari piutang yang belum tertagih tersebut, sebesar
Rp.1.200.000.00 diantaranya tidak mungkin dapat diterima.

Jurnal penyesuaian yang dibuat:

TANGGAL KETERANGAN DEBIT KREDIT


Des. 31 Kerugian Piutang 1.200.000
Cadangan Kerugian Piutang 1.200.000
(mencatat taksiran kerugian
piutang )
PT. HARAPAN KITA
NERACA (Sebagian)
Aset Lancar
Kas 1.480.000
Persediaan Barang Dagang 31.000.000
Piutang Usaha 20.000.000
Kurangi: Cadangan Kerugaian Piutang 1.200.000 18.800.000
Asuransi dibayar dimuka 2.500.000
53.780.000
Pencatatan Penghapusan Piutang Tak Tertagih

Penghapusan piutang dilakukan apabila upaya penagihan yg


ditempuh tidak mendatangkan hasil. Untuk mencegah
penghapusan terlalu dini atau pengapusan tidak sah, maka
manajemen harus membuat otorisasi secara formal (tertulis)
untuk setiap penghapusan piutang. Agar tercipta sistem
pengendalian intern yang baik, perusahaan jangan memberi
otorisasi untuk menghapus piutang kepada seseorang yang
juga terlibat dalam urusan kas dan piutang.
Contoh:
Pada tgl 1 Maret 2012, direktur keuangan PT. Harapan Kita
mengotorisasi penghapusan piutang kepada CV. Mandiri
sebesar Rp50.000,00.
TANGGAL KETERANGAN DEBIT KREDIT
Maret 1 Cadangan Kerugian Piutang 50.000
Piutang Usaha 50.000
(mencatat penghapusan piutang CV,
Mandiri )
Piutang Usaha

Januari 1 Saldo 20.000.000 Maret 1 50,000

Maret 1 Saldo 19.950.000

Cadangan Kerugian Piutang


Maret 50.000 Januari 1 Saldo 1.200,000
1

Maret 1 Saldo 1.150.000


Suatu penghapusan piutang hanya berpengaruh terhadap
akun neraca, tidak berpengaruh pada akun laba rugi.
Penghapusan piutang akan mengurangi akun Piutang Usaha
maupun akun Cadangan Kerugian Piutang, tetapi nilai Tunai
yang bisa direalisasi dari piutang adalah tetap tidak berubah,
sebagai berikut:

Sebelum Penghapusan Sesudah Penghapusan

Piutang 20.000.000 19.950.000


Usaha ..............................

Cadangan Kerugaian 1.200.000 1.150.000


Piutang ...

Nilai Bersih Bisa Direalisasi 18.800.000 18.800.000


.....
Penerimaan Kembali Piutang yang Telah Dihapus
1 Juli 2012, CV. Mandiri melunasi kewajibannya kepada PT
Harapan Kita, maka jurnal yang dibuat adalah sbb:

TANGGAL KETERANGAN DEBIT KREDIT


Juli 1 Piutang Usaha 50.000
Cadangan Kerugian Piutang 50.000
(mencatat penerimaan kembali
piutang CV. Mandiri )

TANGGAL KETERANGAN DEBIT KREDIT


Juli 1 Kas 50.000
Piutang Usaha 50.000
(mencatat penerimaan piutang
CV. Mandiri )
Dasar Yang digunakan Dalam Metode Cadangan
Ada 2 metode yang lazim digunakan dalam akuntansi, untuk
menaksir jumlah piutang yang harus dicadangkan:
1. Persentase Penjualan
Dengan cara ini, manajemen menetapkan suatu hubungan
persentase antara jumlah penjualan kredit dengan taksiran
kerugianyang mungkin diderita karena adanya piutang tak
tertagih. Persentase diambil dari pengalaman tahun2
sebelumnya.
contoh :
PT. Mulia memilih dasar persentase dari penjualan dan
memperkirakan bahwa piutang sebesar 1% dari penjualan
kredit bersih akan tidak tertagih. Apabila penjualan bersih
tahun 2012 adalah Rp80.000.000,00, maka cadangan kerugian
piutangnya sebesar Rp800.000,00.
TANGGAL KETERANGAN DEBIT KREDIT
Des. 31 Kerugian Piutang 800.000
Cadangan Kerugian 800.000
Piutang
(mencatat taksiran kerugian
piutang )
Kerugian Piutang
Des. Saldo 800.000
31

Cadangan Kerugian Piutang


Des 31 Saldo 150,000
31 Penyesuaian 800.000

Des 31 Saldo 950.000


( Asumsi yang digunakan bahwa sebelum disesuaikan saldo Cadangan kaerugian
piutang adalah Rp150.000)
2. Persentase Piutang
Dalam dasar persentase piutang, manajemen menetapkan
suatu hubungan persentase antara jumlah piutang dengan
jumlah kerugian akibat adanya piutang tak tertagih. Pada
umumnya menggunakan Analisis Umur Piutang. Dengan cara
ini, debitur dikelompokan berdasarkan masa lewat waktu,
yaitu jangka waktu sejak piutang tersebut diterima hingga
tanggal pembuatan daftar piutang.
Belum Jatuh Jumlah Hari Lewat Waktu
Nama Debitur Total Tempo
1 - 30 31 - 60 61 - 90 lbh 90

Amir Hamzah 60.000 30.000 20.000 10.000

Budi Purnomo 30.000 30.000

Cahyo Kusumo 45.000 20.000 25.000

Darmawan 70.000 50.000 20.000

Entung Wijaya 60.000 30.000 30.000

Lain - lain 3.695.000 2.620.000 520.000 245.000 160.000 150.000

3.960.000 2.700.000 570.000 300.000 200.000 190.000


Taksiran
persntase tak 2% 4% 10% 20% 40%
tertagih
Total taksiran 222.800 54.000 22.800 30.000 40.000 76.000
Kerugaian
Piutang
Dari tabel diatas, nampak bahwa angka Rp222.800 merupakan
jumlah tagihan kepada debitur yang diperkirakan tidak tertagih.
Angka inilah yang harus nampak pada saldo Cadangan Kerugian
Piutang pada tanggal neraca. Oleh karenanya, jumlah kerugian
piutang pada jurnal penyesuian adalah selisih antara jumlah saldo
yang harus nampak dengan saldo yang ada dalam akun cadangan.
Seandainya Neraca Saldo menunjukkan akun Cadangan Kerugian
Piutang dengan saldo kredit Rp52.800,00 maka jurnal penyesuaian
yang diperlukan adalah sebesar Rp170.000,00 (222.800 – 52.800).

TANGGAL KETERANGAN DEBIT KREDIT

Des. 31 Kerugian Piutang 170.000


Cadangan Kerugian 170.000
Piutang
(Penyesuiaan cadangan
kerugian piutang )
Kerugian Piutang
Des. Saldo 170.000
31

Cadangan Kerugian Piutang


Des 31 Saldo 52.800
31 Penyesuaian 170.000

Des 31 Saldo 222,800


PIUTANG
WESEL &
promes
SURAT WESEL
Wesel adalah surat berharga yang berisi perintah dari si
penarik (pembuat surat) kepada si wajib bayar untuk
membayar sejumlah uang tertentu yang disebut pada surat
tersebut atau orang lain yang ditunjuk.
Dengan kata lain, wesel dapat diartikan sebagai surat
perintah yang ditulis oleh orang yang mempunyai tagihan,
dialamatkan kepada orang yang berutang, meminta agar uang
yang tertulis dalam surat tersebut dibayar kepada tanggal
yang telah ditetapkan.
Yogyakarta, 1 Juni 2010

Rp10.000.000,00

Sembilan puluh hari sesudah tanggal tersebut diatas, harap saudara bayar atas
penyerahan surat wesel ini kepada Bank Nusantara Cabang Yogyakarta atau atas
order, uang sejumlah:

========== sepuluh juta rupiah =====================

Kepada Yth,
Tuan Bambang
Jalan Kota Baru 15 Meterai (tanda tangan)
Yogyakarta Sunarto
Ketentuan surat wesel (kuhd pasal 100)

1. Terdapat tulisan “surat wesel”


2. Surat wesel adalah perintah tak bersyarat untuk
membayar uang dengan jumlah tertentu.
3. Disebut nama yang harus membayar
4. Disebutkan hari jatuh tempo atau hari pembayarannya
5. Disebutkan tempat pembayarannya
6. Disebutkan nama orang yang ditunjuk
7. Dicantumkan tanggal dan tempat penarikan (pembuatan)
surat wesel
8. Dibubuhi tanda tangan orang yang menarik wesel
Beberapa hal yang harus dipahami

1. Tanggal 1 Juni 2010 disebut tanggal penarikan


2. Sembulan puluh hari menunjukkan jangka waktu wesel.
Artinya tanggal jatuh tempo wesel 90 hari sesudah
tanggal 1 Juni 2010
3. Sunarto disebut penarik wesel, sedangkan Tuan Bambang
disebut tertarik.
4. Bank Nusantara Cabang Yogyakarta adalah pemegang
wesel
5. Sepuluh juta rupiah disebut nominal wesel
6. Kata2 “atas order” berarti bahwa Bank Nusantara Cabang
Yogyakarta dapat menunjuk pihak lain untuk melakukan
penagihan pada saat jatuh tempo
7. Kata “harap” mengandung arti bahwa surat wesel adalah
Surat Perintah.
Surat promes

Promes adalah surat janji untuk membayar sejumlah uang pada


tanggal tertentu. Menurut KUHD bahwa promes harus memuat hal –
hal sebagi berikut:
1. Order Clausule atau Promesse an Order
2. Kesanggupan untuk membayar dengan tiada syarat jumlah yang
tercantum didalamnya.
3. Hari jatuh atau hari pembayarannya
4. Tempat pembayarannya
5. Nama pemegang promes atau orang yang ditunjuknya
6. Tanggal dan tempat pembuatan promes
7. Tanda tangan penarik (pembuat) promes.
Yogyakarta, 5 Januari 2010

Rp.5.000.000,00

Enam puluh hari setelah tanggal diatas, yang bertanda tangan dibawah ini saya,
Sutrisno - Direktur PT. Caraka Jalan Kapuas 15 Yogyakarta, sanggup membayar
kepada CV. Permata – Jalan Serayu Yogyakarta, atau orang yang ditunjuknya, uang
sejumlah:

========== lima juta rupiah =====================

Kepada Yth,
CV. Permata
Jalan Serayu (tanda tangan)
Yogyakarta meterai
Sutrisno
Perbedaan wesel dan promes

WESEL PROMES
a. Wesel adalah surat perintah a. Promes adalah surat janji
untuk membayar untuk membayar
b. Penarik dan yang b. Penarik dan yang
berkepentingan terdiri atas berkepentingan berada
2 pihak disuatu tangan
c. Yang membuat adalah yang c. Yang membuat adalah yang
mempunyai piutang berutang
d. Memerlukan akseptasi d. Tidak memerlukan
akseptasi
Wesel berbunga & tak berbunga

Suatu wesel disebut wesel berbunga apabila dalam wesel


disebutkan suatu tingkat bunga tertentu, sedangkan wesel tak
berbunga adalah wesel yang tidak menyebutkan suatu tingkat
bunga tertentu.
Jika wesel menyebutkan tingkat bunga tertentu, maka
tertarik pada saat tanggal jatuh temponya harus membayar
sebesar nilai nominal wesel ditambah sejumlah bunga yang
dinyatakan dalam persentase bunga sebagaimana yang
tertulis dalam surat wesel tersebut.
Perhitungan bunga

Nilai Tingkat Jangka


Nominal X Bunga X Waktu Per = Bunga
Wesel per tahun
tahun
Keterangan:
Tingkat Bunga yang tertulis adalah tingkat Bunga setahun
1 Tahun = 12 Bulan
1 Tahun = 360 Hari.

Data Dalam Wesel Tingkat Bunga


Nominal X Bunga X Waktu = Bunga
Rp 730,18%,120 hari 730 X 18% X 120/360 = 43,80
Rp 1.000, 15%, 6 bulan 1.000 X 15% X 6/12 = 75,00
Rp 2.000, 12%, 1 Tahun 2.000 X 12% X 1/1 = 240,00
Pengakuan piutang wesel
• Piutang Wesel dari Penjualan Kredit
Tanggal Keterangan Debit Kredit
Juni 1 Piutang Wesel 1.000.000
Penjualan 1.000.000
(Mencatat pengakuan Piutang Wesel dari
Penjualan Kredit)

• Piutang Wesel dari Pemberian Pinjaman


Tanggal Keterangan Debit Kredit
Mei 1 Piutang Wesel 5.000.000
Kas 5.000.000
(Mencatat pengakuan Piutang Wesel dari pemberian
pinjaman)

• Piutang Wesel dari Perubahan Piutang


Usaha
Tanggal Keterangan Debit Kredit
Juli 1 Piutang Wesel 10.000.000
Piutang Usaha 10.000.000
(mencatat pengakuan piutang wesel dari piutang
usaha)
Penilaian piutang wesel

Seperti halnya piutang usaha, piutang wesel


juga harus dilaporkan menurut nilai kas
(netto) yang bisa direalisasi. Akun cadangan
untuk piutang wesel adalah akun kerugian
piutang. Penaksiran dan perhitungan
kerugian piutang wesel dan pencatatan
kerugian piutang beserta cadangan
kerugian piutang untuk wesel persis sama
dengan piutang usaha. Jumlah piutang
wesel yang ditaksir tidak dapat diterima
pelunasannya dapat ditaksir dengan
menggunakan metode persenase dari
penjualan maupun metode umur piutang.
Penyelesaian & pengalihan piutang wesel

• Penerimaan Piutang Wesel


PT. Galunggung pada 1 juni 2011, menerima selembar promes dari
PT. Sumbing yang bernilai nominal Rp1.000.000,00, bunga 9%,
jangka waktu 5 Bulan. Apabila pada tanggal 1 November PT.
Sumbing menyelesaiakan kewajibannya, maka jurnal yang dibuat
oleh PT. Galunggung adalah sbb:

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Nov. Kas 1.037.500
1
Piutang Wesel 1.000.000
Pendapatan Bunga 37.500
(Mencatat pelunasan Piutang Wesel
dari PT. Sumbing)
Seandainya PT. Galunggung menyusun neraca setiap tanggal 30
September, maka pada tanggal tersebut PT. Galunggung harus
membuat penyesuaian untuk mengakui bunga (4 bulan) yang telah
menjadi haknya sampai dengan tanggal tersebut.

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Sept. 1 Piutang Bunga 30.000
Pendapatan
Apabila 1 November Bunga melakukan pelunasan weselnya,30.000
PT. Sumbing maka
jurnal yang(Mencatat
dibuat adalah sbb: 4 bulan , yang
bunga Wesel
akan diterima dari PT. Sumbing)

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Nov. Kas 1.037.500
1
Piutang Wesel 1.000.000
Piutang Bunga 30.000
Pendapatan Bunga 7.500
(Mencatat pelunasan Piutang Wesel
dari PT. Sumbing)
Piutang wesel tak dapat ditagih

Suatu wesel tak dapat ditagih apabila wesel tersebut


tidak dibayar dalam jumlah penuh pada tanggal
jatuhnya. Wesel yang tidak dapat ditagih tidak dapat
dialihkan dan oleh karenanya harus diubah menjadi
piutang usaha.
Sebagai contoh, pada tanggal 1 November PT. Sumbing
tidak menyelesaikan kewajibannya. Maka jurnal yang
dibuat oleh PT. Galunggung adalah sbb :
• apabila masih ada harapan untuk dapat dibayar.
• Apabila masih ada harapan untuk bisa ditagih:
Tanggal Keterangan Debit Kredit
Nov. 1 Piutang Usaha 1.037.500
Piutang Wesel 1.000.000
Pendapatan Bunga 37.500
(Mencatat Piutang Wesel dari PT.
Sumbing yang tidak dapat ditagih)
• Apabila tidak ada harapan untuk dapat dibayar:

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Nov. 1 Cadangan Kerugian Piutang 1.000.000
Piutang Wesel 1.000.000
(Mencatat penghapusan Piutang
Wesel dari PT. Sumbing yang tidak
dapat ditagih)
Pengalihan piutang wesel
Surat wesel adalah surat berharga yang dapat
dipindahtangankan, artinya wesel bisa dialihkan dari suatu
perusahaan atau seseorang kepada perusahaan atau
orang lainnya, dan dengan demikian bisa dijual untuk
mendapatkan kas. Untuk mendapatkan mendapatkan
uang dengan cepat , pemegang wesel kadang – kadang
menjual wesel kepada pihak lain sebelaum tanggal jatuh
temponya. Pemegang wesel mengalihkan wesel dan
menyerahkan kepada pembeli (biasanya sebuah bank)
yang selanjutnya akan menerima pelunasan wesel sebesar
nilai jatuh temponya pada tanggal jatuh tempo.
Penjualan wesel sebelum tanggal jatuh nya disebut
pendiskontoan piutang wesel karena pemegang wesel
akan menerima pembayaran yang jumlahnya lebih kecil
daripada nilai jatuh tempo wesel. Harga jual wesel yang
lebih rendah akan menyebabkan pendapatan bunga yang
diterima pemegang wesel menjadi berkurang.
PT. Singkarak memiliki piutang wesel kepada PT. Maninjau yang ditarik
pada tanggal 20 Oktober 2011. Nilai nominal wesel Rp1.500.000,00,
bungan 10%, jangka waktu 90 hari. Ini berarti wesel akan jatuh pada 18
Januari 2012. Pada tanggal 9 Desember 2011, PT. Singkarak
mendiskontokan wesel tersebut kepada kepada Bank Nirwana dengan
diskonto 12%, karena perusahaan menginginkan kas yang lebih cepat.
Jurnal yang dibuat oleh PT. Singkarak sbb:

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Des. 9 Kas 1.517.000
Piutang Wesel 1.500.000
Pendapatan Bunga 17.000
(Mencatat pendiskontoan wesel)
Contoh soal:

CV. Kencana memiliki selembar piutang wesel kepada Firma


Dahlia. Wesel tersebut bernilai nominal Rp3.400.000,00.
Jangka waktu 90 hari, bunga 12% tertanggal 10 Mei 2015.
Diminta :
1. Tanggal jatuh tempo wesel tersebut.
2. Buatlah jurnal untuk mencatat pelunasan wesel tersebut,
dengan asumsi Firma Dahlia melunasi wesel tersebut pada
tanggal jatuh temponya.
Penyelesaian :
• Tanggal jatuh tempo 8 Agustus 2015.
• Bunga wesel :
12% x 90/360 x Rp3.400.000,00 =
Rp102.000,00
Jurnal yang dibuat oleh PT. Singkarak sbb :
Tanggal Keterangan Debit Kredit
Agts 8 Kas 3.502.000
Piutang Wesel 3.400.000
Pendapatan Bunga 102.000
(Mencatat pelunasan wesel Firma Dahlia)
AKUNTANSI UNTUK ASET TETAP
Karakteristik Aset Tetap

• Berujud atau memiliki ujud


• Digunakan dalam operasi perusahaan
• Memiliki masa manfaat jangka panjang
• Tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan.

Karakteristik yang membedakan aset tetap


dengan barang dagangan adalah bahwa aset
tetap dimiliki perusahaan untuk digunakan,
sedangkan barang dagangan tidak untuk
digunakan melainkan untuk dijual.
Penggolongan aset tetap
• Tanah
Meliputi tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung –
gedung perusahaan, dan fasilatas perusahaan lainnya
• Perbaikan Tanah
meliputi jalan2 yang dibangun diseputar lokasi perusahaan, tempat
parkir, pagar dan saluran air bawah tanah.
• Gedung
meliputi gedung yang digunakan untuik kantor, toko, pabrik, gudang
dan bangunan lainnya.
• Peralatan
meliputi peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin2, kendaraan dam
meubel.
Penentuan harga perolehan
Sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim, aset tetap
dicatat sebesar Biaya perolehannya. Biaya perolehan
meliputi semua pengeluaran yang diperlukan untuk
mendapatkan aset, dan pengeluaran – pengeluaran lain
hingga aset siap digunakan.
Biaya perolehan diukur dengan kas yang dibayarkan
pada suatu transaksi tunai. Dalam hal aset tidak dibayar
dengan kas, maka biaya perolehan ditetapkan sebesar nilai
wajar dari aset yang diperoleh atau aset yang diserahkan,
mana yang lebih layak berdasarkan bukti atau data yang
tersedia. Harga perolehan ini akan menjadi dasar untuk
akuntans selama masa pemakaian aset yang bersangkutan.
Akuntansi tidak mengakui pemakaian harga pasar atau
harga pengganti selama pemakaian suatu aset tetap.
• Tanah
perusahaan membeli tanah yang akan digunakan untuk
membangun pabrik atau kantor dan keperluan perusahaan
lainnya. Biaya perolehan tanah meliputi:
1) Harga beli tunai tanah
2) Biaya balik nama
3) Komisi perantara
4) Pajak atau pungutan lainnya yg harus dibayar.
Contoh:
Sebuah perusahaan membeli sebidang tanah dengan harga
tunai Rp100.000.000,00. diatas tanah tersebut terdapat
sebuah gudang tua yang harus dibongkar Rp7.500.000,00.
Sisa hasil bongkaran dijual dengan harga 1.500.000,00.
Biaya balik nama Rp1.000.000,00 dan komisi perantara
Rp8.000.000.
Tanggal Keterangan Debit Kredit
Agts 1 Tanah 115.000.000
Kas 115.000.000
(Mencatat pembelian tanah
secara tunai)

Dengan membuat jurnal di atas, dalam istilah akuntansi, kita


mengatakan bahwa perusahaan mengkapitalisasi biaya perolehan
tanah sebesar Rp115.000.000,00. Kapitalisasi berati bahwa akun aset
didebet ( bertambah) karena ada pembelian aset.
• Perbaikan Tanah
Perbaikan tanah adalah tambahan struktural yang
dilakukan atas tanah.
contoh :
Perusahaan menyelesaikan pembuatan pagar,
pemasangan paving dan penerengan diseputar halaman
perusahaanpada tanggal 15 agustus 2011. untuk semua
kegiatan tersebut perusahaan mengeluarkan biaya
sebesar Rp20.000.000,00.
Tanggal Keterangan Debit Kredit
Agts 15 Perbaikan Tanah 20.000.000
Kas 20.000.000
(Mencatat pembelian tanah secara
tunai)
• Gedung
Gedung adalah Fasilitas bangunan yang digunakan
dalam operasi perusahaan.semua pengeluaran yang
berhubungan dengan pembelian gedung atau
pembangunan gedung harus dibebankan pada akun
gedung.
Apabila gedung dimiliki melalui pembelian, maka
biaya perolehannya meliputi harga beli, biaya notaris
dan komisi perantara. Namun seandainya gedung
diangun sendiri, maka biaya perolehannya meliputi
semua pengeluaran untuk membuat gedung,
termasuk pebuatan saluran listrik dan air.
Apabila perusahaan membuat bangunan yang
membutuhkan fasilitas tertentu, maka biaya
perolehan gedung meliputi harga kontrak bangunan,
ditambah biaya perencanaan, biaya IMB dan biaya
lain yang dikeluarkan dalam kegiatan tersebut.
• Peralatan
Peralatan meliputi semua peralatan yang digunakan
dalam operasi perusahaan, seperti mesin pabrik,
peralatan kantor, kendaraan bermotor, mebel dan
sebagainya. Biaya perolehan peralatahan meliputi : harga
beli, biaya angkut dan biaya asuransi yang dikeluarkan
oleh pembeli. Termasuk pula biaya perakitan,
pemasangan dan pengujian peralatan yang dibeli.
Contoh:
Pada Januari 2010, PT. Sindoro membeli sebuah truk
dengan harga tunai sebesar Rp120.000.000,00.
Pengeluaran lain yang bersangkutan dengan pembelian
truk tsb adalah PPN Rp12.000.000,00, biaya penulisan
dan pengecatan truk Rp5.000.000,00, biaya balik nama
kendaraan (BBN) Rp12.000.000,00,biaya pengurusan
STNK Rp2.500.000,00 dan premi asuransi kecelakaan
yang dibayar dimuka untuk 3 tahun RP6.000.000,00.
Biaya Perolehan Truk
Harga Tunai Rp120.000.000,00
PPN 10 % 12.000.000,00
Pengecatan dan Merek 5.000.000,00
Bea Balik Nama 12.000.000,00
Biaya Perolehan Truk Rp149.000.000,00

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Januari Truk 149.000.000
Pajak Kendaraan 2.500.000
Asuransi dibayar dimuka 6.000.000
Kas 157.500.000
(mencatat pembelian truk)
Contoh Lain:
PT. Guntuk membeli mesin pabrik dengan harga tunai Rp500.000.000,00.
pengeluaran lain yang berhubungan dengan pembelian :
-PPN Rp30.000.000,00
-Asuransi pengangkutan Rp5.000.000,00
-Pemasangan dan pengujian Rp10.000.000,00
-Biaya reparasi karena kesalahan dalam pemasangan Rp4.000.000,00

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Januari Mesin Pabrik 545.000.000
Kerugian Pemasangan Mesin 4.000.000
Kas 549.000.00
0
(mencatat pembelian Mesin)
Pembelian menggunakan wesel berbunga
Pembelian aset tetap yang mencakup jumlah rupiah yang
besar, kadangkala perusahaan membayar dengan
menggunakan wesel berbunga. Cara seperti ini banyak
dijumpai dalam pembelian rumah, kendaraan dan mesin2
pabrik. Biasanya pembeli diwajibkan membayar down
paymentsejumlah tertentu dan sisanya dibayar dengan
wesel dengan bunga tertentu. Bunga wesel dibayar pada
saat jatuhwesel.
Contoh :
CV. Serayu membeli peralatan pabrik yang harga tunainya
Rp10.000.000,00. Untuk pembelian tersebut CV. Serayu
membayar uang muka Rp2.000.000,00, dan sisanya dibayar
dengan menggunakan wesel yang nilai nominalnya
Rp8.000.000,00, jangka waktu 1 tahun, dengan bunga 10%.
Diminta :
Catatlah transaksi tersebut kedalam jurnal.
Tanggal Keterangan Debit Kredit
Peralatan Pabrik 10.000.000
Kas 2.000.000
Utang Wesel 8.000.000
(mencatat pembelian Peralatan
Pabrik )

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Utang Wesel 8.000.000
Beban Bunga Wesel 800.000
Kas 8.800.000
(mencatat pelunasan wesel
pada saat jatuh tempo)
Pembelian dalam satu paket
Pembelian dalam satu paket (lumpsum) terjadi jika
beberapa jenis aset dibeli secara bersama dalam
satu transaksi. Apabila terjadi pembelian dalam
satu paket, maka harga beli borongan (paket)
harus dialokasikan ke berbagai jenis aset. Cara
yang paling umum untuk mengalokasikan harga
borongan adalah dengan mendasarkan pada harga
pasar masing2 golongan aset yang tercakup dalam
pembelian tersebut. Contoh :
15 Mei 2010, PT. Lawu membeli sebuah hotel dari
perusahaan lain dengan harga
Rp120.000.000.000,00. pengalokasian harga beli
dengan menggunakan harga pasar masing2
golongan aset sbb:
Alokasi Biaya Perolehan Bersama
(Dalam ribuan rupiah)
Golongan Harga Pasar % dari Total Perhitungan % dari Biaya Alokasi Biaya
Aset Harga Pasar Perolehan Perolehan Per
Golongan Aset
Tanah 30.000.000 20% 20% X Rp120.000.000 24.000.000
Gedung 105.000.000 70% 70% X Rp120.000.000 84.000.000
Peralatan 15.000.000 10% 10% X Rp120.000.000 12.000.000
150.000.000 100% 120.000.000

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Mei Tanah 24.000.000
15
Gedung 84.000.000
Peralatan 12.000.000
Kas 120.000.000
(mencatat alokasi biaya perolehan
pembelian hotel)
Perolehan dengan membangun sendiri
Harga perolehan dari membangun sendiri :
1. Harga material dan tenaga kerja
2. Biaya listrik, bahan bakar dll yang digunakan
pembangunan.
3. Biaya bunga (jika dana berasal dari pihak luar)

Jika perolehan aset dengan membangun sendiri


lebih rendah dari harga pasar, maka harga
perolehan yang dicantumkan sesuai dengan
jumlah biaya yang dikeluarkan. Dalam akuntansi
tidak diperkenankan untuk mengakui
keuntungan dari pembangunan yang dilakukan
sendiri.
depresiasi
Depresiasi adalah proses pengalokasian biaya perolehan
aset tetap menjadi beban selama masa manfaatnya
dengan cara yang rasional dan sistematis.
Depresiasi adalah proses pengalokasianbiaya perolehan
aset, bukan proses penilaian aset.
Pengakuan depresiasi aset tetap tidak berakibat
terkumpulnya kas untuk mengganti aset lama dengan
aset baru. Saldo akumulasi depresiasi menggambarkan
jumlah depresiasi yang yang telah dibebankan pada
periode2 lau , bukan menggambarkan dana yang telah
dihimpun.
Faktor yang berpengaruh dalam perhitungan depresiasi :
1. Biaya Perolehan
2. Masa Manfaat atau umur aset.
3. Nilai Residu
Metode depresiasi
bebera[pa metode depresiasi :
1. Garis lurus
2. Saldo menurun
3. Angka – angka tahun
4. Satuan kegiatan.

Untuk membandingkan metode2 tersebut kita


menggunakan data sebagai berikut:
PT. Bromo membeli sebuah truk pada tanggal 1 Januari
2011 dengan harga perolehan sbb:
Biaya perolehan truk Rp. 130.000.000,00
Taksiran Nilai Residu 10.000.000,00
Taksiran Masa Manfaat 5 tahun
Taksiran satuan hasil 100.000 km
• metode garis lurus
Biaya Perolehan – Nilai Residu = Biaya Perolehan didepriasiasi
Rp130.000.000,00 – Rp10.000.000,00 = Rp120.000.000,00

By. Perolehan dideprisiasi : Masa Manfaat = Beban Deprisiasi /tahun


Rp120.000.000,00 : 5 = Rp24.000.000,00
TABEL DEPRESIASI - METODE GARIS LURUS
Perhitungan   Beban Akhir Tahun
Biaya Perolehan Tarif Depresiasi Per Akumulasi
Tahun X = Nilai Buku
didepresiasi Depresiasi Tahun Depresiasi
               

2011 120.000.000   20%   24.000.000 24.000.000 106.000.000

2012 120.000.000   20%   24.000.000 48.000.000 82.000.000

2013 120.000.000   20%   24.000.000 72.000.000 58.000.000

2014 120.000.000   20%   24.000.000 96.000.000 34.000.000

2015   20%  
120.000.000 24.000.000 120.000.000 10.000.000
Metode saldo menurun
Pada metode saldo menurun, depresiasi dari tahun ke tahun semakin
menurun. Hal ini terjadi karena perhitungan biaya depresiasi periodik
didasarkan pada nilai buku aset yang semakin menurun. Biaya depresiasi
pertahun dihitung dengan cara mengalikan Nilai Buku aset pada awal
tahun dengan tari depresiasi. Dalam hal ini, tari depresiasi tetap sama
pada setiap tahun, akan tetapi nilai buku setiap tahun akan semakin
menurun.

Nilai Buku pada Awal X Tarif Saldo = Beban Depresiasi


Tahun Menurun Setahun
Rp130.000.000,00 X 40% = Rp52.000.000,00
TABEL DEPRESIASI - METODE SALDO MENURUN

Perhitungan   Beban Akhir Tahun


Biaya Perolehan Tarif Depresiasi Per Akumulasi
Tahun X = Nilai Buku
didepresiasi Depresiasi Tahun Depresiasi
               

2011   40%  
130.000.000 52.000.000 52.000.000 78.000.000

2012   40%  
78.000.000 31.200.000 83.200.000 46.800.000
2013 46.800.000   40%   18.720.000 101.920.000 28.080.000
2014   40%  
28.080.000 11.230.000 113.150.000 16.850.000
2015   40%  
16.850.000 6.850.000 120.000.000 10.000.000
METODE SATUAN HASIL
Dalam metode satuan hasil, masa manaat tidak dinyatakan dalam satuan waktu, melainkan
pada satuan hasil produksi. Atau pemakaian yang diharapkan dari aset.metode satuan hasil
sangat ideal untuk mesin pabrik. Untuk menerapkan metode ini, perusahaan harus menaksir
total satuan hasil selama masa manfaat aset, dan selanjutnya membagikan biaya perolehan
aset pada satuan2 hasil tersebut. Hasil yang diperoleh merupakan beban depresiasi per satuan
hasil. Tahap selanjutnya, beban depresiasi persatuan hasil dikalikan dengan hasil produksi
pertahun yang bersangkutan, sehingga dapat ditentukan besarnya beban depresiasi untuk
tahun tersebut.

Biaya Perolehan didepresiasi : Total satuan hasil = Beban depriasiasi /satuan Hasil
Rp120.000.000,00 : 100.000 KM = Rp1.200,00

Beban Dep. /Satuan Hasil X Hasil Produksi /Tahun = Beban Dep. Tahun Bersangkutan
Rp1.200,00 X 15.000 KM = Rp18.000.000,00
TABEL DEPRESIASI - METODE SATUAN HASIL
Perhitungan   Beban Akhir Tahun

Satuan Hasil Depresiasi Depresiasi Akumulasi


Tahun X = Nilai Buku
Produksi Per satuan Per Tahun Depresiasi

               

2011   1200  
15.000 18.000.000 18.000.000 112.000.000

2012   1200  
30.000 36.000.000 54.000.000 76.000.000

2013   1200  
20.000 24.000.000 78.000.000 52.000.000

2014   1200   30.000.000


25.000 108.000.000 22.000.000

2015   1200  
10.000 12.000.000 120.000.000 10.000.000
Perbandingan antar metode

TAHUN GARIS LURUS SATUAN HASIL SALDO MENURUN


       
2011 52.000.000
24.000.000 18.000.000
2012 24.000.000 36.000.000 31.200.000

2013 18.720.000
24.000.000 24.000.000
2014 24.000.000 30.000.000 11.230.000

2015 6.850.000
24.000.000 12.000.000
  120.000.000 120.000.000 120.000.000
       
DEPRESIASI PER KOMPONEN
International Financial Reporting Standards (IFRS) menghendaki
depresiasi perkomponen aset tetap. Depresiasi per komponen
mengandung arti bahwa setiap bagian yang signifikan dari aset tetap yang
memiliki taksiran masa manfaat berbeda secara signifikan harus
didepresiasi secara terpisah.
Contoh :
PT. Sinar Mas membangun sebuah gedung kantor dengan harga
perolehan Rp4.000.000.000,00 (tidak termasuk harga perolehan tanah).
Taksiran masa manfaat adalah 40 tahun. Apabila perusahaan
menggunakan metode garis lurus maka perusahaan akan melaporkan
beban depresiasi sebesar Rp100.000.000,00 per tahun. Misalkan bahwa
dari harga perolehan gedung tersebut Rp320.000.000,00 untuk
membangun perumahan dinas dengan umur manfaat 5 tahun dan
Rp600.000.000,00 untuk perbaikan tanah dengan umur manfaat 10 tahun.
Dengan kondisi tersebut maka perusahan harus melakukan penggolongan
kembali dengan perhitungan sbb:
     

Biaya perolehan gedung disesuaikan:    

(4.000.000.000 - 320.000.000 - 600.000.000) Rp


3.080.000.000
     
Depresiasi gedung per tahun (3.080.000.000: 40) Rp
77.000.000
Depresiasi perumahan dinas per tahun
(320.000.000: 5) Rp 64.000.000
Depresiasi perbaikan tanah per tahun (600.000.000: Rp
10) 60.000.00
     
Total depresiasi per komponen tahun pertama Rp 201.000.000
     
AKUNTANSI KEWAJIBAN
LANCAR
DEFINISI

Kewajiban lancar adalah utang yang diharapkan akan


dibayar dalam jangka waktu satu tahun atau satu
siklus operasi normal perusahaan, dengan
menggunakan aset lancar yang ada atau hasil dari
pembentukan kewajiban lancar yang lain.
Macam – macam kewajiban lancar :
• Utang Wesel
• Utang Dagang
• Pendapatan Diterima dimuka
• Beban yang masih harus dibayar, spt. Utang gaji,
utang pajak dll.
UTANG WESEL

Wesel adalah surat berharga yang berisi perintah


dari si penarik (pembuat surat) kepada si wajib
bayar untuk membayar sejumlah uang tertentu
yang disebut pada surat tersebut atau orang lain
yang ditunjuk.
Utang wesel biasanya mengharuskan fihak yang
berhutang untuk membayar bunga, dan utang
semacam ini biasanya diambil untuk memenuhi
kebutuhan dana jangka pendek. Namun
kadangkala wesel juga bisa tidak berbunga.
Wesel dibuat dengan jangka waktu yang berbeda –
beda. Apabila jangka waktu wesel kurang dari satu
tahun, maka wesel tersebut digolongkan sebagai
keajiban jangka pendek.
Wesel Berbunga
CV. Progo membutuhkan pinjaman sebesar
Rp10.000.000,00 selama 4 bulan. Pada tanggal 1
Oktober 2012 Bank Duta Pertiwi menyetujui
permohonan pinjaman CV. Progo, dengan
menandatangi sebuah promes dengan bunga 12%
dalam jangka waktu 4 bulan. Berikut jurnal yang dibuat
berkaitan dengan transaksi tersebut:

2012
Okt 1 Kas 10.000.000
Utang Wesel 10.000.000
(Mencatat penerimaan kas dari penarikan wesel,
12%, 4 bulan)
2012
Des 31 Beban Bunga 300.000
Utang Bunga 300.000
(Mencatat beban bunga wesel selama 3 bulan)

2013
Feb 1 Utang Wesel 10.000.000
Utang Bunga 300.000
Beban Bunga 100.000
Kas 10.400.000
(Mencatat Pelunasan wesel beserta bunga nya )
Wesel Tak Berbunga
Wesel tidak berbunga adalah wesel yang tidak secara eksplisit
menyebutkan tingkat bungatertentu dalam surat wesel yang berangkutan.
Sebenarnya wesel tersebut tetap mengandung bunga, karena peminjam
diwajibkan membayar yang lebih besar pada tanggal jatuh dibandingkan
dengan jumlah pinjaman yang diterimanya. Dalam hal ini, bunga wesel
adalah selisih antara jumlah yang dibayar pada saat jatuh tempo dengan
pinjaman yang diterima pada saat wesel ditandatangani. Dengan kata lain,
peminjam menerima kas sebesar nilai tunai atau nilai wesel pada saat ini
(presen value).
Nilai tunai adalah sama dengan nilai nominal wesel pada tanggal
jatuh dikurangi bunga atau diskonto yang dibebankan oleh pihak pemberi
pinjaman selama jangka waktu wesel.
Contoh :
1 Oktober 2012 CV. Progo menandatangi wesel tak berbunga dengan nilai
nominal Rp10.400.000,00, jangka waktu wesel 4 bulan pada Bank Duta
Pertiwi. Nilai tunai wesel adalah Rp10.000.000,00. Jurnal untuk mencatat
transaksi tersebut adalah sbb:
2012
Okt 1 Kas 10.000.000
Diskonto Wesel 400.000
Utang Wesel 10.400.00
0
(Mencatat penerimaan kas dari penarikan wesel,
4 bulan, tanpa bunga)

2012
Des Beban Bunga 300.000
31
Diskonto Wesel 300.000
(Mencatat beban bunga wesel selama 3 bulan)

Dengan adanya jurnal penyesuaian diatas maka saldo diskonto Utang Wesel
tinggal Rp100.000 (Rp400.000 – Rp300.000). Penyajian Akun Utang Wesel
pada 31 Desember 2012 adalah sbb:

Utang Wesel ............................................................... Rp10.400.000


Dikurangi: Diskonto Utang Wesel ............................ 100.000

Rp10.300.000
2013
Feb 1 Utang Wesel 10.400.000
Beban Bunga 100.000
Diskonto Utang Wesel 100.000
Kas 10.400.000
(Mencatat Pelunasan wesel beserta bunga nya )
Utang Pajak
Sebagai konsumen, kita sering dikenai pajak atas barang atau jasa yang
kita beli dengan tarif tertentu dari harga jual. Pajak ini disebut dengan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau pajak penjualan. Penjual memungut
pajak tersebut pada saat penjualan terjadi, dan secara periodik disetorkan
ke Kas Negara. Dengan demikian, pajak yang dipungut dari pembeli dan
belum disetorkan ke Kas Negara Negara menjadi Utang Pajak.
Contoh :
25 Maret 2012, PT. Kelud menjual barang seharga Rp10.000.000,00. Atas
penjualan tersebutPT. Kelud memungut PPN 10%, sehingga uang yang
diterima dari pembeli adalah Rp11.000.000,00.

2012
Mar Kas 11.000.000
25
Penjualan 10.000.000

Utang PPN 1.000.000


(Mencatat Penjualan dan utang PPN)
Pendapatan Diterima Dimuka

Perusahaan kadang2 menerima pembayaran di muka atas barang atau


jasa yang penyerahannya akan dilakukan diwaktu yang akan datang.
Penerimaan kas yang terjadi sebelum barang atau jasa diserahkan kepada
pembeli, harus diberlakukan sebagai utang. Pencatatan atas penerimaan
pendapatan dimuka dan penyelesaiannya adalah sebagai berikut:
1. Apabila perusahaan menerima pembayaran di muka dari pembeli,
maka akun Kas didebet dan akun utang yang disebut Pendapatan
Diterima dimuka dikredit.
2. Apabila barang telah dikirimkan atau jasa telah diberikan, maka akun
Pendapatan Diterima Dimuka didebet dan akun pendapatan dikredit.
Contoh :
1 Desember 2012, CV. Serayu menerima pesanan 400 buah kursi dari PT.
Merbabu dengan harga Rp100.000,00 per buah. Pada tanggal tersebut PT.
Merbabu membayar uang muka sebesar Rp25.000.000,00. Jurnal yang
dibuat oleh CV. Serayu untuk mencatat transaksi tersebut adalah sbb:
2012
Des 1 Kas 25.000.000
Pendapatan Diterima dimuka 25.000.000
(Mencatat penerimaan uang atas pesanan 400 buah
kursi)

31 Desember 2012, CV. Serayu mengirimkan 100 buah kursi sebagai


penyerahan tahap pertama. Jurnal yang harus dibuat untuk
mencatat transaksi ini adalah sbb:

2012
Des 31 Pendapatan Diterima Dimuka 10.000.000
Penjualan 10.000.000
(Mencatat pendapatan atas penyerahan 100 buah
kursi)
AKUNTANSI PENGGAJIAN

Kewajiban perusahaan kepada karyawan dalam bentuk gaji dan upah yang belum
dibayar terkadang cukup besar jumlahnya. Terutama pada perusahaan yang
memiliki tenaga kerja yang banyak jumlahnya. Apalagi umumnya disamping gaji
perusahaan juga memberikan berbagai kompensasi berupa tunjangan, seperti
tunjangan kesehatan, asuransi dll. Oleh karenanya persoalan penggajian ini perlu
mendapat perhatian yang serius. Untuk itu diperlukan pengendalian internal yang
memadai. Pengendalian internal penggajian bertujuan untuk:
1.Untuk mengamankan kekayaan perusahaan dari pembayaran gaji yang tidak sah.
2. Untuk menjamin ketelitian dan dapat dipercayanya catatan akuntansi tentang
penggajian.
Secara umum kegiatan penggajian meliputi 4 fungsi yaitu :
• Pengangkatan pegawai
• Pembuatan waktu kerja pegawai
• Pembuatan daftar
• Pembayaran gaji.
Gaji dan Upah
Total upah pegawai dihitung dengan mengalikan tarif upah per
jam dengan jumlah jam kerja pegawai yang bersangkutan.
Selain upah yang dibayar unuk jam kerja biasa, pegawai
mungkin masih menerima upah lembur yang tarifnya lebih
tinggi daripada tarif biasa. Berikut adalah contoh perhitungan
upah kotor seorang pegawai:

Jenis Pembayaran Jam Tarif Penghasilan Kotor


Biasa 40 Rp10.000.00 Rp400.000,00
Lembur 4 12.000,00 48.000,00
Total Upah Rp448.000,00
Bonus
Perusahaan terkadang memiliki perjanjian bonus dengan karyawannya.
Perjanjian bonus bisa berdasarkan beberapa faktor, misalnya kelebihan
penjualan ataupun jumlah laba bersih.
Contoh:
PT. Lawu memberi bonus kepada karyawannya sebesar 10% dari
penjualan. Sendainya jumlah penjualan dalam 1 tahun adalah
Rp200.000.000,00, maka bonus yang diberikan kepada karyawan adalah
sebesar Rp20.000.000,00. jurnal untuk mencatat perhitungan bonus tsb
adalah:

2012
Des 31 Beban Bonus 20.000.000
Utang Bonus 20.000.000
(Mencatat bonus untuk tahun 2012)
Pajak Penghasilan
Berdasarkan UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan beserta perubahannya, perusahaan
wajib melakukan pemotongan pajak atas
penghasilan para karyawannya yang memenuhi
ketentuan sebagaimana diatur dalam undang2
tersebut. Pajak penghasilan bagi karyawan yang
bekerja pada suatu perusahaan digolongkan sebagai
PPh pasal 21. Wajib pajak PPh ps 21 adalah wajaib
pajak dalam negeri yang meliputi:
a. Pegawai, karyawan atau karyawati tetap;
b.Pegawai, karyawan atau karyawati lepas;
c. Penerima honorarium
d.Penerima upah, baik harian, borongon maupun
upah satuan.
Obyek PPh Pasal 21
Obyek PPh pasal 21 adalah penghasilan. Adapun
penghasilan yang dikenakan pemotongan PPh pasal
21 adalah:
1. Penghasilan rutin bulanan, berupa penghasilan
pokok maupun tunjangan2 rutin bulanan
2. Penghasilan tidak rutin bulanan yang diberikan
hanya sekali dalam setahun
3. Upah harian, mingguan, dan upah satuan atau
borongan
4. Uang pensiun, tebusan pensiun, tabungan hari
tua dan pembayaran lain yang sejenis
5. Honorarium, komisi atau pembayaran lain sebagai
imbalan atas jasa yang dilakukan di Indonesia.
Tarif Pajak Penghasilan
Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
• Sampai dengan Rp 50.000.000,00 lima 5%
puluh juta rupiah)
• Diatas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan Rp250.000.000,00 15%
(dua ratus lima puluh juta rupiah)
• Diatas Rp250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah) sampai dengan 25%
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
• Diatas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta 30%
rupiah)
Penghasilan Tidak Kena Pajak Jumlah

• Wajib Pajak orang pribumi Lajang Rp.54.000.000.00

• Istri yang penghasilanya digabung Rp54.000.000,00


dengan suami

• Wajib Pajak yang kawin mendapatkan Rp4.500.000,00


tambahan

• Tambahan untuk setiap anggota


keluarga sedarah dan keluarga Rp4.500.000,00

semenda dalam garis keturunan lurus


serta anak angkat yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak
3 orang
Kewajiban Jangka
Panjang
Pengertian
Kewajiban Jangka Panjang adalah kewajiban yang diperkirakan
secara memadai tidak akan lunasi dalam siklus operasi
normal, melainkan akan dibayar diluar tanggal waktu tersebut.
Jenis kewajiban jangka panjang :
1. Yang berasal dari operasi normal perusahaan, spt hutang
pensiun dan hutang pajak penghasilan yang dutangguhkan.
2. Kewajiban yang berasal dari situasi pembiayaan khusus
seperti hutang wesel dan hutang penerbitan obligasi
3. Kewajiban bersyarat (contingent liabilities) seperti
kewajiban garansi.
Wesel Jangka Panjang
Apabila wesel jangka panjang dikeluarkan untuk
memperoleh pinjamanuang, maka peminjam akan
mencatat penarikan wesel tersebut seperti halnya
pada wesel jangka pendek.
Contoh :
31 Desember 2010, PT. Fujiyama meminjam uang
sebesar Rp60.000.000,00 dengan menarik promes
dengan bunga 12%. Promes tersebut akan dilunasi
dengan enam kali angsuran tahunan. Jurnal yang
dibuat PT. Fujiyama adalah sbb:
Tanggal Keterangan Debit Kredit

Des. 31 Kas 60.000.000

Utang Wesel 60.000.000

(Mencatat penarikan pinjaman promes


)
Jumlah Angsuran Tidak sama besar
Dengan cara ini angsuran satu dengan yang lain
tidak sama besar. Angsuran terdiri dari bunga
yang sudah menjadi beban sampai saat angsuran
dilakukan, ditambah angsuran pokok pinjaman.
Jumlah angsuran pokok sama besarnya akan
tetapi bunga yang harus dibayar pada setiap
angsuran berbeda satu dengan yang lainnya. Hal
ini terjadi karena pokok pinjaman yang semakin
lama semakin menurun, sehingga bunga yang
harus dibayarkan juga semakin menurun.
Dari contoh dimuka, buatlah jurnal untuk
mencatat angsuran pertama dan kedua.
Tanggal Keterangan Debit Kredit
31 Des 2011 Utang Wesel 10.000.000

Beban Bunga 7.200.000

Kas 17.200.000

(Mencatat angsuran promes


termasuk bunga 12% tahun I)

Tanggal Keterangan Debit Kredit


31 Des 2012 Utang Wesel 10.000.000

Beban Bunga 6.000.000

Kas 16.000.000

(Mencatat angsuran promes


termasuk bunga 12% tahun II)
Jumlah Angsuran Sama Besar
Cara pembayaran yang tidak sama besar sebagaimana
contoh dimuka, kadang – kadang dirasakan kurang
menyenangkan bagi peminjam dalam merencanakan
keuangannya, karena pengeluaran kas untuk setiap
angsuran besarnya jumlahnya berbeda beda. Oleh
karenanya dalam praktik kita banyak mengenal cara lain
yaitu berupa angsuran yang sama besarnya.
Walaupun jumlah angsuran yang sama besarnya namun
komposisi angsuran pokok pinjaman dan jumlah bunga
yang dibayar selalu berubah untuk setiap periode.
Penetapan angsuran dengan cara ini didasarkan pada
konsep nilai sekarang (presen velue). Penetapan konsep
ini dapat dilakukan dengan mudah, karena telah tersedia
rumus2 dan tabel yang siap digunakan.
Contoh:
31 Desember 2010, PT. Fujiyama meminjam uang
sebesar Rp60.000.000,00 dengan menarik
promes dengan bunga 12%. Promes tersebut
akan dilunasi dengan enam kali angsuran
tahunan.
Dengan menggunakan tabel present value, pada
kolom 12% dan baris 6 dapat ditentukan faktor
diskontonya yaitu 4.1114. Dengan demikian
angsuran yang harus dilakukan adalah sebesar
Rp60.000.000,00 : 4.1114 = Rp14.594.000,00 per
tahun (dibulatkan). Pembagian angsuran menjadi
bunga dan pokok dapat kita lihat pada tabel
berikut:
TABEL PEMBAGIAN BUNGA DAN POKOK PINJAMAN
DALAM TIAP ANGSURAN

Saldo Akhir
Saldo Awal Pokok Angsuran Periodik Beban Bunga Bagian Pokok
Akhir Periode Pokok Pinjaman
Pinjaman (Rp) (Rp) Periode Ini (Rp) Pinjaman (Rp)
(Rp)

1 2 3 4 = (1 x 12%) 5 = (3 - 4) 6 = ( 2 - 3)
31/12/2011 60.000.000 14.594.000 7.200.000 7.394.000 52.606.000
31/12/2012 52.606.000 14.594.000 6.313.000 8.281.000 44.325.000
31/12/2013 44.325.000 14.594.000 5.319.000 9.275.000 35.050.000
31/12/2014 35.050.000 14.594.000 4.206.000 10.388.000 24.662.000
31/12/2015 24.662.000 14.594.000 2.959.440 11.635.000 13.027.000
31/12/2016 13.027.000 14.594.000 1.563.000 13.027.000 -
Tanggal Keterangan Debit Kredit
31 Des 2011 Utang Wesel 7.394.000

Beban Bunga 7.200.000

Kas 14.594.000

(Mencatat angsuran pertama Utang


Wesel))

Tanggal Keterangan Debit Kredit


31 Des 2012 Utang Wesel 8.281.000

Beban Bunga 6.313.000

Kas 14.54.000

(Mencatat angsuran kedua Utang


Wesel)
Utang Obligasi
Obligasi merupakan sebuah istilah yang dipakai
dalam dunia keuangan, yang mana obligasi ini
adalah pernyataan utang kepada pemegang
obligasi serta emiten berjanji akan membayar
kembali modal dan bunga kupon di masa yang
akan datang pada saat tanggal jatuh tempo
pembayaran.
Kesepakatan lain bisa juga dicantumkan kedalam
obligasi seperti pemegang obligasi, atau
pembatasan tindakan hukum yang diambil oleh
penerbit. Obligasi umumnya diterbitkan pada
jangka waktu tertentu dari 10 tahun.
Jenis – Jenis Obligasi
• Obligasi berseri adalah obligasi yang terdiri dari beberapa
seri dengan tanggal jatuh tempo yang berbeda.
• Obligasi Sinking Fund adalah obligasi yang memiliki tanggal
jatuh tempo yang sama. Dalam obligasi jenis ini
perusahaan yang mengeluarkan obligasi disyaratkan untuk
menyisihkan sejumlah kekayaan perusahaan (sinking fund)
yang diinvestasikan sedemikian rupa sehingga pada saat
jatuh tempo obligasi perusahaan memiliki kas yang cukup.
• Obligasi Atas Nama dan Atas Unjuk.
• Obligasi dengan Jaminan dan Obligasi tanpa Jaminan.
Akuntansi Untuk Penerbitan Obligasi
Untuk memahami akuntansi tentang obligasi, perlu
difahami beberapa istilah sbb:
1. Nilai Nominal Obligasi yaitu nilai yang tercantum
pada surat obligasi.
2. Tanggal Jatuh adalah tanggal obligasi yang
bersangkutan akan dilunasi
3. Bunga Obligasi adalah bunga pertahun yang akan
dibayar kepada pemegang obligasi
4. Tanggal bunga adalah tanggal pembayaran bunga
obligasi. Pada umumnya bunga obligasi dibayarkan
setiap enam bulan sekali.
Penerbitan Obligasi
Penerbitan obligasi diawali dengan pencetakan dan
penandatanganan perjanjian obligasi oleh penerbit
obligasi dan menyerahkannya kepada trustee dari
para pemegang obligasi. Pada saat itu perusahaan
membuat memo penerbitan obligasi yang isinya
berupa persetujuan penerbitan obligasi senilai Rp
8.000.000.000,00 bunga 9%, jangka waktu 20 tahun
tertanggal 1 Januari 2012, dengan pembayara bunga
setiap tanggal 1 Juli dan 1 Januari. Setelah perjanjian
obligasi diserahkan kepada trustee, maka obligasi
sudah dapat dijual.
Seandainya pada tanggal diterbitkan semua obligasi terjual maka
jurnal yang dibuat adalah sbb:

Tanggal Keterangan Debit Kredit

Des. 31 Kas 8.000.000.000

Utang Obligasi 8.000.000.000

(Mencatat penerbitan obligasi, 9%, 20


tahun )
• Pembayaran bunga
Tanggal Keterangan Debit Kredit
1 Juli 2012 Beban Bunga 360.000.000
Kas 360.000.000
(Mencatat pembayaran bunga 6
bulan)

• Jatuh Tempo
Tanggal Keterangan Debit Kredit
1 Jan. 2032 Utang Obligasi 8.000.000.000
Kas 8.000.000.000
(Mencatat pelunasan obligasi pada
saat jatuh empo)
Obligasi dijual diantara dua tanggal bunga
Penjualan obligasi tidak selalu bersamaan dengan
tanggal penerbitan, namun berada diantara 2
tanggal bunga. Dalam kondisi yang seperti ini
maka kita kenal sebagai bunga berjalan. Bunga
berjalan atas obligasi dibebankan kepada pembeli.
Namun pada saat tanggal bunga pembeli
menerima bunga penuh.
Sebagai contoh :
Perusahaan X menjual obligasi pada tanggal 1
Maret, dengan nilai nominal 100.000.000,00.
Bunga obligasi adalah 9%, dengan tanggal bunga 1
Januari dan 1 Juli. Buatlah jurnal untuk mencatat
transaksi tersebut.
Tanggal Keterangan Debit Kredit
Maret 1 Kas 101.5000.000
Utang Bunga 1.500.000
Utang Obligasi 100.000.000
(Mencatat penjualan Obligasi,
100.000.000, 9 %, bunga berjalan 2
bulan)

Tanggal Keterangan Debit Kredit


1 Juli Utang Bunga 1.500.000
Beban Bunga 3.000.000
Kas 4.500.000
(Mencatat pembayaran bunga
obligasi 6 bulan)
Penjualan Obligasi dengan Diskonto
1 Januari 2010 PT. X mengeluarkan obligasi bernilai nominal
Rp100.000.000.000,00, bunga 8%, dengan jangka waktu 10 Tahun.
Pada saat obligasi diterbitkan bunga pasar yang berlaku adalah 9%.
Obligasi dijual dengan harga Rp93.492.000.000,00.

Tanggal Keterangan Debit Kredit


2010 Kas 93.492.000.000
Jan 1 Diskonto Obligasi 6.508.000.000
Utang Obligasi 100.000.000.000
(Mencatat penjualan Obligasi,
100.000.000.000, 8 %, 10 Tahun)
Amortisasi Diskonto
• Metode Garis Lurus
Tanggal Keterangan Debit Kredit
2010 Beban Bunga 4.325.000.000
July 1 Diskonto Obligasi 325.000.000
Kas 4.000.000.000
(Mencatat pembayaran bunga dan
amortisasi diskonto)
PERHITUNGAN BUNGA DAN AMORTISASI DISKONTO OBLIGASI
DENGAN METODE GARIS LURUS
(Dalam Jutaan Rupiah)
Diskonto Yang Nilai Buku
Nilai Buku Awal Beban Bunga Bunga Yang
Periode Amortisasi belum Akhir
Periode Yang dicatat dibayarkan
diamortisasi Periode
6.508
1 93.492 4.325 4.000 325 6.183 93.817
2 93.817 4.325 4.000 325 5.858 94.142
3 94.142 4.325 4.000 325 5.533 94.467
4 94.467 4.325 4.000 325 5.208 94.792
5 94.792 4.325 4.000 325 4.883 95.117
6 95.117 4.325 4.000 325 4.558 95.442
7 95.442 4.325 4.000 325 4.233 95.767
8 95.767 4.325 4.000 325 3.908 96.092
9 96.092 4.325 4.000 325 3.583 96.417
10 96.417 4.325 4.000 325 3.258 96.742
11 96.742 4.325 4.000 325 2.933 97.067
12 97.067 4.325 4.000 325 2.608 97.392
13 97.392 4.325 4.000 325 2.283 97.717
14 97.717 4.325 4.000 325 1.958 98.042
15 98.042 4.325 4.000 325 1.633 98.367
16 98.367 4.325 4.000 325 1.308 98.692
17 98.692 4.325 4.000 325 983 99.017
18 99.017 4.325 4.000 325 658 99.342
19 99.342 4.325 4.000 325 333 99.667
20 99.667 4.325 4.000 333 - 100.000
• Metode Tarif Bunga Efektif
Apabila perusahaan menggunakan metode tari bunga
efektif, maka jumlah beban bunga berubah – ubah untuk
setiap periode. Untuk menghitung jumlah beban bunga
setiap periode, kita harus mengalikan nilai buku obligasi
dengan sutu tingkat bunga konstan, yaitu tingkat bunga
pada saat obligasi diterbitkan.

Tanggal Keterangan Debit Kredit


2010 Beban Bunga 4.207.000.000
July 1 Diskonto Obligasi 207.000.000
Kas 4.000.000.000
(Mencatat pembayaran bunga dan
amortisasi diskonto)
PERHITUNGAN BUNGA DAN AMORTISASI DISKONTO OBLIGASI
DENGAN METODE BUNGA EFEKTIF
(Dalam Jutaan Rupiah)
Diskonto Yang Nilai Buku
Nilai Buku Awal Beban Bunga Bunga Yang
Periode Amortisasi belum Akhir
Periode Yang dicatat dibayarkan
diamortisasi Periode
6.508
1 93.492 4.207 4.000 207 6.301 93.699
2 93.699 4.216 4.000 216 6.084 93.916
3 93.916 4.226 4.000 226 5.858 94.142
4 94.142 4.236 4.000 236 5.622 94.378
5 94.378 4.247 4.000 247 5.375 94.625
6 94.625 4.258 4.000 258 5.117 94.883
7 94.883 4.270 4.000 270 4.847 95.153
8 95.153 4.282 4.000 282 4.565 95.435
9 95.435 4.295 4.000 295 4.270 95.730
10 95.730 4.308 4.000 308 3.963 96.037
11 96.037 4.322 4.000 322 3.641 96.359
12 96.359 4.336 4.000 336 3.305 96.695
13 96.695 4.351 4.000 351 2.953 97.047
14 97.047 4.367 4.000 367 2.586 97.414
15 97.414 4.384 4.000 384 2.203 97.797
16 97.797 4.401 4.000 401 1.802 98.198
17 98.198 4.419 4.000 419 1.383 98.617
18 98.617 4.438 4.000 438 945 99.055
19 99.055 4.457 4.000 457 488 99.512
20 99.512 4.488 4.000 488 (0) 100.000

Anda mungkin juga menyukai