Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

PERTEMUAN 6
KAS DAN PIUTANG

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:


6.1 Melakukan pencatatan transaksi kas dan piutang

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 6.1:
Melakukan pencatatan transaksi kas dan piutang

6.1.1 Kas

Kas adalah aset keuangan yang digunakan untuk kegiatan


operasional perusahaan. Kas merupakan aset yang paling likuid karena
dapat digunakan untuk membayar kewajiban perusahaan. Kas yang
meliputi uang tunai, simpanan di bank yang setiap saat dapat diambil
(giro) dan kertas berharga lainnya yang dapat diuangkan pada bank atau
lembaga keuangan lain sebesar nilai nominalnya, harus diawasi dengan
baik. Salah satu cara pengawasan agar likuiditas perusahaan terjamin maka
harus disusun anggaran kas. Untuk menyusun anggaran maka diperlukan
kemampuan memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas di masa
yang akan datang. Pengeluaran kas sebaiknya digunakan check, sedangkan
untuk pengeluaran yang berjumlah relatif kecil sebaiknya disediakan dana
tertentu yang dinamakan “Dana Kas Kecil” Ada dua cara pencatatan kas
kecil yaitu sistem dana tetap dan sistem dana berfluktuasi. Perbedaan
pokok dari kedua sistem tersebut, yaitu pada sistem dana tetap,

AKUNTANSI KEUANGAN 1 Page 1


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

pengeluaran dari dana kas kecil tidak perlu di jurnal, seperti pada sistem
dana berfluktuasi.

Perlindungan terhadap kas dapat berupa fisik maupun perlindungan


untuk menjaga kas agar tidak diperginakan untuk kepentingan yang tidak
seharusnya. Beberapa bentuk pengendalian terhadap kas misalnya sebagai
berikut:

1. Terdapat pemisahan tugas antara pihak yang melakukan otorisasi


dengan pembayaran, pihak yang melakukan pengelolaan kas dan
pencatatan, pihak pengguna dan pihak pembayar.
2. Penggunaan lemari besi (brankas) untuk menyimpan kas atau diruang
tertutup dengan akses terbatas.
3. Penerimaan dan pengeluaran kas menggunakan rekening yang
berbeda.
4. Pengeluaran uang melalui bank (menggunakan cek)
5. Penerimaan kas melalui bank
6. Rekonsiliasi antar pencatatan perusahaan dengan rekening koran bank

Untuk keperluan pengeluaran dalam jumlah kecil , entitas tidak


melakukan denga menggunakan cek karena tidak efisien. Terdapat dua
sistem kas kecil yaitu:
a. Sistem imprest kecil adalah mekanisme kas kecil dimana
dana dipertahankan tetap, dimana pada awalnya
dibentuk dana kas kecil dalam jumlah tertentu.
b. Fluctuating sistem adalah dalam sistem ini dana kas
kecil tidak ditetapkan sejumlah tertentu sehingga
saldonya bervariasi dari waktu ke waktu. Dalam rangka
pengendalian, sistem imprest lebih baik, karena jumlah
dana kas kecil akan terkontrol dan tidak akan terjadi
penumpukkan kas kecil dalam unit pembayar (kasir).
Sedangkan untuk fluctuating system, jumlah dana di

AKUNTANSI KEUANGAN 1 Page 2


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

kasir tidak terkontrol dan jumlahnya dapat bertambah


terus, jika dana tidak terpakai.

Tujuan rekonsiliasi adalah untuk mencocokkan antara pencatatan


di perusahaan dan pencatatan kas yang dilakukan oleh bank yang
mengelola uang perusahaan. Rekonsiliasi ini dapat mengurangi potensi
timbulnya kesalahan pencatatan dan juga potensi hilangnya uang
perusahaan. Contoh ilustrasi rekonsiliasi bank:
Entitas A dalam catatan kasnya menunjukkan saldo Rp 20.502.000,
sedangkan menurut rekening koran bank menunjukkan saldo akhir
sebesar Rp 22.190.000. Berikut item-item yang berbeda antara mutasi
pencatatan di entitas dengan rekening koran yang perlu mendapat
perhatian:
• Setoran sebesar Rp 3.680.000 dilakukan pada 31 Januari,
namun belum muncul dalam laporan bank.
• Cek yang ditulis pada bulan Januari, namun belum
dicairkan sebesar Rp 5.001.000.
• Bunga pinjaman sebesar Rp 600.000 langsung didebet dari
rekening bank belum diketahui entitas.
• Bank mengenakan bebean administrasi sebesar Rp
18.000dan belum dicatat oleh entitas.
• Cek dari pelanggan sebesar Rp 220.000, tidak dapat
diuangkan karena dananya tidak cukup.
• Perusahaan melakukan kesalahan pencatatan, cek untuk
pembayaran hutang sebesar Rp 131.000, namun dicatat
sebesar Rp 311.000.
• Bank salah mencairkan cek sebesar Rp 175.000, dimana
seharusnya merupakan cek dari rekening entitas lain bukan
entitas A.

Jurnal yang perlu dilakukan untuk transaksi tersebut diatas adalah:


Kas Rp 600.000

AKUNTANSI KEUANGAN 1 Page 3


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Pendapatan bunga Rp 600.000


(mencatat bunga yang diterima dari bank)

Kas Rp 180.000
Utang Usaha Rp 180.000
(kesalahan pencatatan angka cek perusahaan)

Beban Adm Bank Rp 18.000


Kas Rp 18.000
(pencatatan beban adm bank)

Piutang Usaha Rp 220.000


Kas Rp 220.000
(cek dari konsumen yang tidak dapat diuangkan)

6.1.2 Piutang
Piutang adalah klaim suatu perusahaan kepada pihak lain. Kategori
piutang dipengaruhi oleh jenis usaha entitas. Piutang yang timbul dari
kegiatan entitas seperti penjualan atau memperoleh pendapatan disebut
piutang dagang atau usaha. Sedangkan piutang non dagang misalnya uang
muka kepada karyawan dan staf, uang muka kepada anak perusahaan.
Piutang yang jatuh temponya kurang dari satu tahun atau satu siklus
akuntansi diklasifikasikan sebagai asset lancar, sedangkan piutang yang
jatuh temponya lebih dari satu tahun diklasifikasikan sebagai asset tidak
lancar, disajikan setelah asset tetap. Piutang dalam kontrak tertulis disebut
wesel tagih, merupakan klaim perusahaan kepada pihak ketiga
yangdidukung janji tertulis yang tidak bersyarat, untuk membayar dalam
jangka waktu tertentu. Penerbit wesel disebut wesel bayar (notes payable).
Wesel tagih biasanya berbunga dan memiliki jangka waktu yang relatif
panjang.
Piutang menurut sumber terjadinya dapat dibedakan menjadi
piutang usaha dan piutang nonusaha. Piutang usaha timbul karena adanya
penyerahan barang atau jasa dalam rangka menjalankan kegiatan usaha
normal perusahaan. Sedangkan piutang di luar piutang usaha
dikelompokkan sebagai piutang lain-lain atau piutang nonusaha. Piutang
usaha yang didukung dengan promes (surat kesanggupan membayar)

AKUNTANSI KEUANGAN 1 Page 4


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

dikelompokkan sebagai wesel tagih (piutang wesel). Piutang wesel,


piutang usaha, dan piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah dengan
identifikasi yang jelas.
Pengungkapan piutang dalam laporan keuangan cukup lengkap,
yang dibagi dalam tiga bagian, yaitu pengungkapan kebijakan akuntansi,
pengungkapan rincian piutang, serta penjelasan lain yang material dan
signifikan. Pengungkapan kebijakan akuntansi piutang diletakkan
bersamaan dengan pengungkapan instrumen keuangan. Kebijakan dalam
akuntansi piutang diantaranya:
• Metode pengakuan awal
• Metode pengukuran setelah perolehan
• Metode untuk menghitung penurunan nilai
• Penjelasan mengenai penghapusan piutang.

Piutang dalam neraca dilaporkan sebesar nilai realisasinya atau


sejumlah yang diharapkan dapat ditagih. Selisihnya disajikan dalam pos
cadangan kerugian piutang. Akuntansi untuk kerugian piutang bisa
menerapkan metode langsung dan metode cadangan. Dalam metode
langsung kerugian piutang diakui pada saat piutang betul-betul diketahui
tidak dapat ditagih. Pada saat tersebut perusahaan akan membuat jurnal
dengan mendebet rekening Biaya Kerugian Piutang dan mengredit
rekening Piutang Usaha. Dalam metode cadangan kerugian piutang
ditaksir setiap akhir periode melalui jurnal penyesuaian debet rekening
Biaya Kerugian Piutang dan kredit rekening Cadangan Kerugian Piutang.
Biaya kerugian piutang tidak berbeda dengan biaya-biaya lain dan akan
disajikan dalam laporan rugi-laba, sedangkan rekening cadangan kerugian
piutang akan disajikan dalam neraca sebagai lawan rekening piutang
usaha. Di dalam menaksir biaya kerugian piutang (cadangan kerugian
piutang) perusahaan dapat menggunakan dua pendekatan, yaitu
pendekatan rugi-laba dan pendekatan neraca. Pendekatan rugi-laba
digunakan untuk menaksir besarnya kerugian piutang. Dan untuk
penghitungan digunakan persentase tertentu dari penjualan (yang paling

AKUNTANSI KEUANGAN 1 Page 5


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

tepat adalah penjualan kredit neto) selama periode tertentu. Sedangkan


pendekatan neraca dipakai untuk menaksir jumlah cadangan kerugian
piutang dengan cara menganalisis piutang yang diragukan
pengumpulannya. Cara yang paling umum adalah dengan menggunakan
daftar umur piutang.
Entitas melakukan analisis piutang yang dimiliki perusahaan
dengan menekankan pada risiko tidak tertagihnya piutang. Dalam
melakukan analisis pertama yang harus dicermati adalah kebijakan
akuntansi yang dilakukan dalam mengukur serta menilai piutang dan
cadangan penurunan nilai. Analisis piutang dilakukan dengan melihat
perputaran piutang dan umur piutang. Perputaran piutang dihitung dari
penjualan dalam satu periode dibagi piutang rata-rata dalam satu tahun.
Piutang rata-rata dihitung dari piutang awal ditambah piutang akhir
periode dibagi dua. Entitas dengan perputaran tinggi menandakan entitas
tersebut bagus.

Adapun metode untuk mencatat kerugian piutang tak tertagih adalah


sebagai berikut:
1. Metode Langsung (Direct Method), dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Kerugian dicatat pada periode penerimaan piutang, berdasarkan
jumlah piutang yang dihapuskan,
b. Setiap penghapusan piutang langsung dicatat pada akun : Kerugian
Piutang Tak Tertagih dengan jurnal :
Kerugian Piutang Tak Tertagih (D) Rp xxx
Piutang (K) Rp xxx

2. Metode Tidak Langsung / Metode Cadangan (Indirect / Allowance


Method)
a. Mencatat kerugian piutang tak tertagih (berdasarkan taksiran) pada
periode penjualan / terjadinya piutang melalui ayat jurnal
penyesuaian :
Kerugian Piutang Tak Tertagih (D) Rp xxx

AKUNTANSI KEUANGAN 1 Page 6


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Cadangan Piutang Tak Tertagih (K)


Rp xxx

b. Setiap penghapusan piutang dibebankan ke Cadangan piutang tak


tertagih dengan jurnal :
Cadangan Piutang Tak Tertagih (D) Rp xxx
Piutang (K) Rp xxx

C. LATIHAN SOAL

1. Pada tanggal 31 Desember 2017, dalam pembukuan PT. SAKURA


terdapat antara lain akun beserta saldonya adalah sebagai berikut:
a. Piutang Rp 6.500.000
b. Cadangan Piutang Tak Tertagih Rp 60.000
c. Penjualan (60 % penjualan kredit) Rp 12.500.000
d. Retur Penjualan (dari penjualan kredit) Rp 500.000
e. Potongan Penjualan Rp 300.000

AKUNTANSI KEUANGAN 1 Page 7


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Diminta: Jurnal penyesuaian 31 Desember 2017 untuk mencatat


taksiran kerugian piutang tak tertagih dengan ketentuan besarnya
kerugian piutang tak tertagih ditaksir sebesar :
• 3 % (dua persen) dari penjualan
• 3 % (dua persen) dari penjualan bersih
• 3 % (dua persen) dari penjualan kredit

D. DAFTAR PUSTAKA

Dwi Martani, et al. 2016. Akuntansi Keuangan Menengah berbasis PSAK.


Jakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Edisi Terbaru, Standar Akuntansi


Keuangan. Jakarta: Akuntan Indonesia (IAI).

AKUNTANSI KEUANGAN 1 Page 8

Anda mungkin juga menyukai