Anda di halaman 1dari 4

Assalamulaikum Wr Wb

Alhamdulillahi Robbil ‘aalamiin


Asy Haduallaailaahaillallooh Wahdahulaasyariikalah Wa
asyhaduannamuhammadan abduhu warrosuuluh
Alloohummasholli’ala Muhammad wa‘ala ali muhaammad. Amma ba’du
Yaa ayyuhalladzina aamanu ittaqullooha haqqo tuqootihi walaa tamuutunna illa
wa antum muslimuun.
A’udubillaahiminasysyaitoonirroziim
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Syukur allhamdulillah kita panjatkan segala puji hanya milik Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan iman dan islamnya kepada kita semua sehingga dapat berkumpul
ditempat yang mulia ini untuk menunaikan shalat sunat tarawih. Sholawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW beserta
keluarganya dan pengikutnya hingga hari akhir nanti.
Sebelumnya marilah kita niatkan dalam hati kita masing-masing, niat tholabul ilmi di
bulan Ramadhan karna Allah SWT.
( Niat Saya Tholabul Ilmi dibulan Ramadhan Fardlu Karna Allah Ta’ala )
Pernahkah kita melihat ayam yang disembelih menggelepar-gelepar menahan rasa
sakitnya meregang nyawa. Jarang kita merenung makhluk yang tidak pernah berbuat
dosa sedemikian dahsyatnya dalam menghadapi sakaratul maut, apalagi kita selaku
manusia yang tiap hari, tiap jam, bahkan tiap detik tak luput dari dosa.
Pengurus jenazah pun jarang yang membayangkan apabila dirinya nantis akan
menjadi mayat, dimana tubuhnya kaku terbungkus kain kafan, sudah tak ada gunanya
lagi yang namanya harta dan jabatan. Dokter yang profesi kesehariannya bekerja
menolong orang dari sakit parah atau sekarat pun tidak bisa menolong dirinya apabila
ajalnya telah tiba.
Jika kali ini saya bicara tentang kematian, sungguh bukan maksud saya untuk
menakut-nakuti. Bagi kaum beriman, kematian tak ada bedanya dengan kelahiran itu
sendiri. Segala sesuatunya berlangsung dalam siklus takdir yang Maha Kuasa, yang tak
bisa ditawar-tawar lagi.
Kaum beriman, tentu memilih meninggal dijalan Allah, dijalan kebenaran
perintah-Nya. Alangkah ruginya orang yang meninggal dalam keadaan yang dimurkai
Allah.

“Sampai apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata : “Ya
Tuhanku! Kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku mengerjakan amal saleh terhadap
apa yang aku tinggalkan “. Sekali-kali tidak ! Sungguh, itu adalah perkataan yang
diucapkan saja. Dan diantara mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan”.
(QS. Al-Mu’minun : 99-100)
Suatu ketika Nabi Ya’kub as berkata kepada Malikat maut, “Aku menginginkan
sesuatu yang harus kau penuhi sebagai tanda persaudaaran kita”. “Apakah itu?” Tanya
Malaikat maut. ”Jika ajalku telah dekat, beritahukanlah aku !”. Malaikat maut berkata
“Baik aku akan memenuhi permintaanmu, aku tidak hanya akan mengirimkan dua atau
tiga utusan kepadamu”, dan setelah mereka bersepakat mereka kemudian berpisah.
Malaikat maut kembali menemui Nabi Ya’kub as. Kemudian Nabi Ya’kub
bertanya “Wahai sahabatku apakah engkau datang untuk berziarah atau mencabut
nyawaku ? ”,Malaikat maut menjawab “ Aku datang untuk mencabut nyawamu”,“Lalu
dimana ketiga utusanmu ?” Tanya Nabi Ya’kub. “Sudah kukirim yaitu putihnya
rambutmu setelah hitamnya, lemahnya tubuhmu setelah kekarnya dan bongkoknya
badanmu setelah tegapnya, manusia”. Jawab Malaikat maut.
Keutamaan mengingat kematian adalah sebagai sarana mempersiapkan sudah
seberapa banyakkah amalan-amalan kita untuk menghadapi kematian. Pada suatu hari
Rosulullah saw keluar dari mesjid dan didapatinya orang-orang terbuai oleh obrolan
dan canda. Maka beliau berkata, “Ingatlah kematian! Demi tuhan yang nyawaku berada
ditangan-Nya, andaikata kalaian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian
sedikit tertawa dan banyak menangis,”
Sehingga Rosul kekasih Allah pada waktu diambang kematiannya beliau sempat
mencelupkan kedua tangan kedalam air sambil berdo’a “Wahai Tuhanku ringankanlah
bagiku sakaratul maut !”, Pada saat yang sama Fatimah puteri Rosululloh berkata,
“Alangkah berat penderitaanku melihat penderitaanmu, wahai Ayah”, tetapi beliau
bersabda.”tidak ada penderitaan lagi penderitaan ayahmu sesudah hari ini”.
Imam Al-Ghozali mengatakan bahwa sakitnya dicabut nyawa lebih menyakitkan
dari pada 400 tusukan pedang, gergaji atau sayatan gunting. Dalam kitab Ihya
‘Umlumuddin dikisahkan bahwa suatu ketika sekelompok orang dari kaum Bani Israil
berdo’a kepada Allah agar berkehendak menghidupkan salah satu mayat ditanah
pekuburan. Lalu Allah mengabulkan permintaan mereka dengan kemunculan seorang
laki-laki dari salah satu kuburan yang mempunyai bekas sujud diwajahnya. Dan
berkatalah ia, “Wahai manusia lima puluh tahun yang lalu akan mengalmi kematian,
namun hingga saat ini pedihnya Sakaratul maut itu belum juga hilang. Sahabat
Rosululloh yang Shaleh, Kholid bin Walid pada saat menjelang kematiannya sempat
membisikan sesuatu kepada anaknya, “Demi Allah wahai anakku, rasanya tubuhku
seperti dipanggang oleh api, sekujur pembuluh darahku tertancap kawat serta ujung
kawat itu ada yang menarik dengan sangat kuat sehingga terputuslah satu persatu urat
itu.
Diantara kita ada yang masih mencari keuntungan dunia dengan menghalalkan
segala cara, walaupun ada yang kelihatan baik tetapi dia sering melalaikan
kewajibannya selaku umat islam, Dikiranya dunia akan memuaskan dirinya sehingga
tak jarang karena terlalu sibuknya, membuat dia lupa bahwa umur dirinya semakin
berkurang dari hari ke hari. Begitu sibuknya bekerja pergi pagi pulang malam hanya
untuk mencari kekayaan dunia sehingga tidak menyempatkan diri untuk beribadah dan
mencari ilmu maka habislah waktu kita sia-sia, dan apa gunanya harta yang kita
kumpulkan apabila ajal menjemput. Ibarat seekor semut yang ada pada musim kemarau
mengumpulkan biji-bijian serta apa saja yang bisa dimakan pada musim dingin, tetapi
harapan semut itu kandas seiring dirinya dipatuk oleh burung pipit, maka apalah
gunanya biji-bijian dan makanan yang susah payah dikumpulkan ketika ajal harus
menjemput ?.
Kematian merupakan hal yang sangat dahsyat dan menakutkan. Sikap lalai yang
dilakukan orang banyak terhadap kematian adalah akibat kurangnya perenungan dan
ingatan terhadap-Nya. Masihkah kita cukup percaya diri dengan persiapan menuju
kematian?... Padahal jika kita berusaha menimbang-nimbang manakah yang lebih berat
amalan ataukah dosa?...pasti sebagian besar masih merasa belum siap apabila besok
hari maut datang menjemput. Bila demikian, masihkah kita berleha-leha dengan waktu,
padahal satu desah nafas kita adalah satu langkah menuju kematian.
Lihatlah waktu yang lebih banyak dihabiskan berjam-jam untuk sekedar
nongkrong didepan televisi dari pagi hingga malam hari demikian seterusnya dari hari
ke hari sampai lupa waktu untuk melaksanakan kewajiban kita untuk beribadah dan
malas menghadiri kegiatan keagamaan, sehingga hubungan tali Silaturahmi dengan
teman manjadi berkurang karena waktu hidup banyak dihabiskan didalam rumah,
sekolah dan tempat kerja. Ketika berkumpul mulut kita banyak dipakai untuk
menggunjing orang lain terutama menjelek-jelekan aib orang yang kita sebut, masa
muda dihabiskan begitu saja untuk foya-foya dan hura-hura.
Seluruh badan kita yang bagus akan menjadi santapan cacing sebab tidak satu
bagianpun yang luput menjadi santapan hewan-hewan yang berada didalam tanah.
Menurut ilmu Kedokteran bahwa sewaktu roh telah meninggalkan jasad kita, fungsi
syaraf ditubuh kita tetap hidup dan bisa merasakan sesuatu yang terjadi. Tidak pula
mereka merenungkan mengenai adanya alam kubur, pertanyaan Malaikat Munkar dan
Nakir , alam Mahsyar atau seruan pada hari dimana diputuskan seorang manusia apakah
dia masuk syurga atau neraka. Hidup didunia ini hanya sesaat , perjalan kita masih jauh,
tergantung kita sendiri kita mau menuju kemana. Alam kubur akan menjadi tempat
mengerikan bagi orang yang beramal buruk dan siksa kubur yang begitu dasyatnya akan
ia dapatkan. Apabila amal yang kita perbuat selama didunia ini baik atas dasar
keimanan kepada Allah SWT maka alam kubur akan menjadi tempat peristirahatan
yang terindah sambil menunggu saat hari kiamat tiba, nikmat kuburlah yang akan ia
dapatkan. Tetapi jangan putus asa ampunan Allah SWT sangat luas, sebanyak apapun
dosa kita, apabila kita berusaha tobat dari sekarang maka InsyaAllah dosa kita akan
diampuni. Sebab dalam mencabut nyawa, malaikat maut tidak pernah minta izin dulu
kepada kita, sewaktu-waktu ia pasti akan mencabut nyawa kita, mungkin hari ini atau
besok.
Masya Allah, betapa beratnya perjuangan hidup didunia yang harus dipikul
oleh orang-orang yang bertaqwa, kita harus Intropeksi diri sudah sejauh mana amalan
yang kita peroleh selama ini untuk bekal di akhirat nanti. Marilah kita berdo’a : “Ya
Allah, berikanlah kepada kami dari rasa takut kepada-Mu sesuatu yang akan
menjauhkan kami dari bermaksiat kepada-Mu dan mendekatkan kami kepada taat
kepada-Mu, wahai pengampun orang yang berdosa, wahai pengaman segala rasa takut,
selamatkanlah kami dari bencana dan marabahaya. Ya Allah sesungguhnya Engkau
telah mencabut nyawa dari urat-urat, tulang hidung dan ujung–ujung jari, Ya Allah
ringankanlah kami dalam menghadapi Sakaratul maut. Kami bermohon kepada-Mu
kalau sekiranya Engkau mencabut nyawaku, maka cabutlah nyawaku pada saat tidak
melalaikan kewajibanku dan tidak dipengaruhi oleh persoalan duniawi, Ya Allah
masukanlah diri ini kedalam golongan orang-orang yang Syahid dijalan-Mu. Amin...!

Semoga kita termasuk orang yang sukses dalam menjalankan ibadah Ramadhan

Akhirnya segala kebenaran datang dari Allah SWT dan segala kekhilafan dating dari
diri saya pribadi, mohon maaf bila ada kata-kata yang tidak berkenan.

Wabillahitaufiq Walhidaayah. Wassalaamulaikum Wr Wb

Anda mungkin juga menyukai