Anda di halaman 1dari 12

Hadirin jama’ah jumat rakhimakumullah

Tiada kata yang paling pantas kita senandungkan pada hari yang berbahagia ini
melainkan kata-kata syukur kepada Allah SWT yang telah mencurahkan dan
mencucurkan berbagai kenikmatan kepada kita semua, sehingga kita dapat
berkumpul di masjid yang kita cintai ini dalam keadaan sehat wal ‘afiyat. Dan
marilah kita merealisasikan rasa syukur kita dengan menjalankan segala perintah-
Nya serta menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Sholawat seiring salam semoga
senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para
sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in dan insya Allah SWT terlimpah pula kepada kita selaku
umatnya yang senantiasa berusaha untuk meneladani beliau. Amin.

Hadirin jama’ah jumat rakhimakumullah


Allah SWT. berfirman dalam surat At-tin ayat 3-4:

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.


Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”,

Dalam surat At-Tin di atas Allah SWT menggambarkan tentang dua keadaan
manusia, yang pertama yakni manusia Ahsani taqwim (manusia yang paling baik)
kemudian yang kedua yakni manusia Asfala safilin (manusia yang paling rendah).
Dalam tafsir Jalalain disebutkan bahwa Ahsani taqwim adalah manusia yang memilki
bentuk yang paling baik dibandingkan dengan makhluk yang lain, sedangkan Asfal
safilin adalah gambaran manusia yg pada saat usia tuanya tidak lagi mampu untuk
mengerjakan aktifitas sehari-hari sebagaimana yang dilakukan pada waktu
mudanya. Kemudian tafsir ini melanjutkan bahwa pahala dan dosa itu diberikan oleh
Allah SWT pada saat seseorang itu mulai aqil baligh lebih-lebih pada waktu
mudanya.
Kemudian dalam tafsir Muyassar disebutkan bahwa Ahsani taqwim adalah sama
pengertiannya dalam tafsir Jalalain yakni manusia memiliki bentuk paling baik
dibandingkan dengan makhluk yang lain, sedangkan pengertian Asfala safilin
sendiri adalah manusia yang tidak taat pada Allah SWT dan rasul-Nya, kelak akan
dikembalikan pada tempat yang paling buruk dari pada tempat yang lain yakni
neraka jahannam yang panas lagi berkobar-kobar apinya. Dan sebaliknya manusia

[1]
yang mentaati perintah Allah SWT dan rasul-Nya serta menjauhi segala
larangan2nya, akan ditempatkan pada tempat yang paling indah yakni surga yang
didalamnya penuh dengan kenikmatan-kenikmatan yang abadi.

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.


Lalu bagaimana kita meraih kedudukan Ahsani taqwim dan menjauhi dengan sejauh-
jauhnya Asfala safilin ?
Pertama, kita harus mensyukuri karunia Allah SWT yang berupa dua mata, dua telinga,
dua tangan, dan dua kaki yang masih sempurna ini dengan syukur yang sebenar-
benarnya.

“Katakanlah: “Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati”. (tetapi) Amat sedikit kamu bersyukur.” (QS. Al-Mulk: 23)
Dan Allah SWT juga berfirman:

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu


bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim: 7)

Kedua, kita harus menggunakan karunia badan yang masih sempurna ini dengan
menggunakannya sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, karena Allah SWT akan
meminta pertanggung jawabnya di akhirat kelak.

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggung jawabannya”. (QS. Al-Isra’: 36)

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.


Dari ayat di atas kita dapat mengambil hikmahnya, bahwa semua tindakan yang kita
lakukan baik itu dari mata, telinga, tangan, dan kaki semuanya akan di mintai

[2]
pertanggung jawabannya. Maka jangan sampai tangan yang seharusnya kita
gunakan untuk membantu serta memberikan sedekah kepada orang yang
membutuhkan, malah kita gunakan untuk menganiaya, menyiksa, bahkan
membunuh orang lain hanya karena hal yang sepele. Dan jangan sampai tangan
yang kita miliki ini kita biarkan untuk mengurangi timbangan, mengurangi yang
seharusnya menjadi hak orang lain, lebih-lebih korupsi yang sangat-sangat
merugikan orang lain.
Begitu juga dengan mata, jangan sampai kita biarkan mata kita melihat hal-hal yang
di larang oleh agama bahkan hal-hal yang jelas-jelas dilaknat oleh Allah SWT. Begitu
juga telinga, mulut dan kaki, jangan sampai telinga dan mulut kita, kita gunakan
untuk mendengar dan mengucapkan hal-hal yang tidak sewajarnya, tetapi marilah
kita gunakan mulut dan telinga ini untuk memperbanyak membaca al-qur’an,
berzikir kepada Allah SWT serta membaca kalimat-kalimat Thoyyibah. Karena
tangan, kaki, serta mulut dan seluruh indra kita ini akan menjadi saksi di akhirat
kelak.

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan
memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dulu mereka usahakan”. (QS.
Yasin: 65)
Ketiga, dengan bertambah besarnya seseorang, dari mulai kecil hingga ia menginjak
masa muda, inilah, yang seharusnya diperhatikan oleh semua orang. Ada pepatah
mengatakan ‘muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga’, pepatah ini sangat salah
dan keliru, tidak mungkin seseorang yang tanpa berusaha ketika masa mudanya dengan
banyak menggali ilmu agama dan beribadah begitu saja masuk surga.
Mustahil sungguh mustahil, nabi Muhammad SAW saja orang yang kita kenal sebagai
orang yang nomor satu dalam agama, ketika menjelang wafatnya beliau merasakan
sakaratul maut yang benar-benar menyakitkan. Oleh karena itu, mari kita gunakan masa-
masa emas ini yakni masa-masa muda ini dengan banyak menuntut ilmu agama dan
pastinya tidak begitu saja mengabaikan kehidupan dunia ini.
Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.
Keempat, mari kita gunakan hati dan fikiran sebagai anugrah terbesar yang di berikan
oleh Allah SWT kepada kita dengan sebaik-baiknya. Hati inilah yang menjadi motor atau
penggerak bagi seluruh anggota tubuh kita, hati ini pula yang menjadi raja bagi seluruh

[3]
anggota tubuh kita ini, sebagaimana termaktub dalam hadits Rasulullah SAW yang artinya
“Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal darah, manakala ia baik maka
baiklah seluruhnya tapi manakala ia buruk maka buruklah seluruhnya, ia adalah hati” (HR.
Muslim). Allah SWT juga berfirman di dalam surat Al-Isra’ ayat 36

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggung jawabannya.
Kelima, mari kita gunakan agama Islam ini, sebagai ruh utama bagi kita. Segala apa yang
kita kerjakan dan lakukan hendaklah sesuai dengan tuntunan dan ajaran agama Islam.
Karena agama Islam inilah satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah SWT. Allah SWT
berfirman di dalam surat Ali-Imran ayat 19. Yang berbunyi:

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah SWT hanyalah Islam. tiada berselisih
orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada
mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah SWT maka sesungguhnya Allah SWT sangat cepat hisab-Nya.”
Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.
Yang keenam atau yang terakhir adalah dengan menyatukan semua unsur-unsur dan
komponen yang telah disebutkan tadi yakni antara anggota badan jasmani dan rohani
haruslah senantiasa di bingkai dengan nilai-nilai agama Islam.

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT dengan sebenar-benar
takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan
beragama Islam. (QS. Ali-Imron: 102)

Sdr2ku demikian khutbah kita hari ini semoga ada manfaatnya !

َّ ‫اغف ِْر َو ْار َح ْم َوَأ ْن َت َخ ْي ُر‬


َ‫الرا ِحمِين‬ ْ ‫َوقُلْ َر ِّب‬

[4]
Ikhwanufiddiin rahimakumullah ...

Kita mengetahui bahwa kematian pasti akan menghampiri setiap manusia, siapa
saja, dimana saja dan kapan saja.
Kematian adalah sesuatu yang pasti akan menjemput manusia, namun secara
umum pembicaraan tentang kematian bukanlah sesuatu yang menyenangkan.
Bahkan naluri manusia cenderung ingin hidup seribu tahun lagi. Ini tentu saja bukan
hanya ucapan Khairil Anwar, tetapi Al-Qur’an melukiskan keinginan sekelompok
manusia untuk hidup selama itu :

dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan
(di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. masing-masing mereka ingin
agar diberi umur seribu tahun, Padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan
menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.(QS.
2:96)

Banyak faktor yang menyebabkan orang takut akan kematian.


- Ada orang yang takut mati karena ia tidak mengetahui apa yang akan dihadapinya
setelah kematian,
- mungkin juga karena merasa bahwa yang dimiliki sekarang lebih baik dari yang
akan dihadapinya nanti.
- Ada juga karena membayangkan betapa sulit dan pedih pengalaman mati dan
sesudah mati,
- mungkin karena khawatir memikirkan atau prihatin terhadap keluarga yang
ditinggalkan
- atau karena tidak mengetahui makna hidup dan mati dan lain sebagainya
sehingga mereka merasa cemas dan takut menghadapi kematian.

Dari sini lahir pandangan-pandangan optimistis dan pesimistis terhadap kematian


dan kehidupan.
Manusia melalui nalar dan pengalamannya tidak mampu mengetahui hakikat
kematian, karena itu kematian dinilai salah satu persoalan ghaib yang paling besar.

[5]
Sekalipun demikian, setiap melihat bagaimana kematian merenggut nyawa yang
hidup, terutama orang-orang yang paling dekat dan dicintainya, manusia semakin
terdorong untuk mengetahui hakekatnya, atau paling tidak ketika itu akan terlintas
dalam benaknya bahwa suatu ketika iapun akan mengalami kematian yang sama.
Manusia menyaksikan bagaimana kematian tidak memilih usia atau tempat, tidak
pula menangguhkan kematiannya sampai terpenuhi semua keinginannya.
Di kalangan sementara orang, kematian menimbulkan kecemasan, apalagi mereka
yang memandang bahwa hidup hanya sekali yakni hanya di dunia saja.
Sehingga tidak sedikit yang pada akhirnya menilai kehidupan ini sebagai siksaan,
dan untuk menghindar dari siksaan itu mereka menganjurkan agar melupakan
kematian dan sedapat mungkin menghindari segala kecemasan yang
ditimbulkannya dengan jalan melakukan apa saja secara bebas tanpa kendali demi
mewujudkan eksistensi manusia.
Islam sebagai tuntunan hidup manusia mengajarkan bahwa ada kehidupan sesudah
kematian. Kematian adalah awal dari suatu perjalanan panjang dalam evolusi
kehidupan manusia, dimana selanjutnya ia akan memperoleh kehidupan dengan
segala macam kesenangan atau berbagai ragam siksaan dan kenistaan.
Al-Qur’an menilai kematian sebagai musibah malapetaka. Tetapi agaknya istilah ini
lebih banyak ditujukan kepada manusia yang durhaka, atau terhadap mereka yang
ditinggal mati. Dalam arti bahwa kematian dapat merupakan musibah bagi orang-
orang yang ditinggalkan sekaligus musibah bagi mereka yang mati tanpa membawa
bekal yang cukup untuk hidup di negeri akherat.
Kematian juga dikemukakan oleh Al-Qur’an dalam konteks menguraikan nikmat-
nikmat Allah kepada manusia.
Dalam surat Al Baqarah ayat 28 Allah bertanya kepada orang-orang kafir :

Bagaimana kamu mengingkari (Allah) sedangkan kamu tadinya mati kemudian dihidupkan
(oleh-Nya) kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kamu
dikembalikan kepada-Nya” (QS Al Baqarah : 28).

[6]
Hadirin Rohimakumullah
Kita renungkan Firman Allah :

“Maha Suci Allah yang di dalam genggaman kekuasaan-Nya seluruh kerajaan, dan Dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu
siapakah diantara kamu yang paling baik amalnya, dan sesungguhnya Dia Maha Mulia
lagi Maha Pengampun ” (QS Al Mulk : 1).

Dari ayat ini jelas Allah yang menciptakan hidup dan mati tidak lain untuk menguji
siapa diantara hamba-Nya yang paling baik amalanya.
Kematian mempunyai peranan besar dalam memantapkan akidah serta menumbuh-
kembangkan semangat pengabdian kepada Allah SWT. Tanpa kematian, manusia
tidak akan berpikir apa yang akan terjadi sesudah mati dan tidak akan
mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Karenanya manusia dianjurkan untuk
memperbanyak mengingat dan berpikir tentang kematian, Rasulullah saw
bersabda : “Perbanyaklah pemutus segala kenikmatan duniawi (kematian) “.
Dalam mengingat kematian ini, Imam Al Ghazali membagi manusia kepada tiga
tingkatan.
Pertama :
Al Munhamik, yaitu orang yang tenggelam dalam tipu daya dan hawa nafsu dunia. Ia tidak
mengingat kematian dan enggan untuk diingatkan orang tentang kematian. Dan manakala
diiingatkan justeru akan menjauhkannya dari Tuhannya.
Orang seperti ini kurang mempersiapkan bekal untuk menghadapi kematian bahkan justru
bergelimang dosa dan maksiat.
Kedua :
At Taib, yaitu orang yang selalu bertaubat memohon ampunan dari Allah. Iapun banyak
mengingat kematian yang mendorongnya beramal dan mempersiapkan bekal. Kalaulah ia
tidak menyukai kematian tidak lain karena khawatir bekal yang dipersiapkanya belum
cukup sehingga dalam kondisi demikian ia takut menghadap Allah.
Ketiga :
Al ‘Arif, yaitu orang yang mengetahui posisi dirinya di hadapan Allah. Ia senantiasa
mengingat kematian, bahkan ia selalu menanti saat kematian itu. Karena baginya

[7]
kematian adalah momentum perjumpaan dengan Allah, Dzat yang selama ini dicintainya
dan dirindukannya dan ia memiliki bekal dan persiapan penuh untuk menghadapi
kematian. 

Kita camkan firman Allah SWT :

” Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang
waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan ” (QS Al
Munafiqun: 11).

َّ ‫اغف ِْر َو ْار َح ْم َوَأ ْن َت َخ ْي ُر‬


َ‫الرا ِحمِين‬ ْ ‫َوقُلْ َر ِّب‬

[8]
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …
Segala puji kita panjatkan pada Allah atas berbagai macam nikmat yang telah Allah
anugerahkan pada kita sekalian. Allah masih memberikan kita nikmat sehat, umur
panjang. Juga lebih dari itu, kita masih diberikan nikmat iman dan Islam.
Apa pun nikmat yang Allah berikan patut kita syukuri walau itu sedikit.

َ ‫َمنْ َل ْم َي ْش ُك ِر ْال َقلِي َل َل ْم َي ْش ُك ِر ْال َكث‬


‫ِير‬
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia sulit untuk mensyukuri sesuatu
yang banyak.” (HR. Ahmad)
Semoga kita menjadi hamba Allah yang bersyukur dan dapat memanfaatkan nikmat yang
ada dalam ketaatan dan ketakwaan pada Allah. Shalawat dan salam semoga tercurahkan
kepada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam, juga kepada para sahabat, para tabi’in, serta para ulama yang telah memberikan
contoh yang baik pada kita.
 
Kata Ibnul Qayyim dalam kitabnya Zaadul Ma’ad,
Ada empat hal penghambat rezeki: (1) Tidur pagi, (2) Sedikit shalat, (3) Bermalas-
malasan, (4) Sifat khianat.

Jamaah shalat Jumat yang semoga dirahmati Allah …


Pertama
Kenapa sampai tidur pagi bisa jadi penghambat datangnya rezeki ?
Karena waktu pagi adalah waktu penuh berkah.
Dari sahabat Shakhr Al-Ghamidiy ra, Nabi saw bersabda,

‫ُأل‬
ِ ‫اللَّ ُه َّم َب‬
ِ ‫اركْ َّمتِى فِى ُب ُك‬
‫ور َها‬
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”
Apabila Nabi saw mengirim peleton pasukan, beliau mengirimnya pada pagi hari. Sahabat
Shokhr sendiri (yang meriwayatkan hadits ini, pen) adalah seorang pedagang. Dia biasa
membawa barang dagangannya ketika pagi hari. Karena hal itu dia menjadi kaya dan
banyak harta. Abu Daud mengatakan bahwa dia adalah Shokhr bin Wada’ah. (HR. Abu
Daud)

[9]
Sedangkan di antara kita memanfaatkan waktu Shubuh dan pagi untuk:
Malas dan enggan bangun shubuh
Kalau tidak bangun Shubuh, bangun paginya jam 6 saat matahari telah terbit.
Setelah Shubuh pun tidak rutin dzikir pagi atau baca Al-Qur’an, malah kembali lagi ke
tempat tidur. Sebaiknya kalau menunggu ba’da Shalat Shubuh di masjid sampai matahari
meninggi (kira-kira 15 menit setelah matahari terbit) kita lalu mengerjakan Shalat Isyraq
dua raka’at, kita akan mendapatkan pahala haji dan umrah yang sempurna, sempurna dan
sempurna. Dan bahayanya jika kita meninggalkan shalat Shubuh, maka kehidupan kita
akan lepas dari jaminan Allah.
Dari Jundab bin ‘Abdillah ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,

ْ
ِ ‫ْح َفه َُو فِى ِذ َّم ِة هَّللا ِ َفالَ َيطلُ َب َّن ُك ُم هَّللا ُ ِمنْ ِذ َّم ِت ِه ِب َشىْ ٍء َفي ُْد ِر َك ُه َف َي ُك َّب ُه فِى َن‬
‫ار‬ ُّ ‫صلَّى ال‬
َ ‫صب‬ َ ْ‫َمن‬
‫َج َه َّن َم‬
“Barangsiapa yang shalat subuh, maka ia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu,
janganlah menyakiti orang yang shalat Shubuh tanpa jalan yang benar.  Jika tidak, Allah
akan menyiksanya dengan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka
jahannam.” (HR. Muslim)

Bahkan yang sering tidak shalat Shubuh termasuk orang munafik.

‫ِيه َما َأل َت ْو ُه َما‬ َ ‫ َو َل ْو َيعْ َلم‬، ‫ر َوال ِع َشا ِء‬gِ ْ‫صالَ ِة ال َفج‬
ِ ‫ُون َما ف‬ َ ‫صالَةٌ ْأث َق َل َع َلى ال ُم َنا ِفق‬
َ ْ‫ِين ِمن‬ َ ‫ْس‬ َ ‫َلي‬
ً‫َو َل ْو َحبْوا‬
“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh dan
shalat ‘Isya’. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut,
tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak.” (HR. Bukhari, no. 657)
 
Kedua
Sedikit shalat berarti kurang ketakwaan, padahal takwa itulah pembuka pintu rezeki. Allah
berfirman dalam qur’an :

[10]
‫ْث اَل َيحْ َتسِ بُ َو َمنْ َي َت َو َّك ْل َع َلى هَّللا ِ َفه َُو‬
ُ ‫َو َمنْ َي َّت ِق هَّللا َ َيجْ َع ْل َل ُه َم ْخ َرجً ا () َو َيرْ ُز ْق ُه ِمنْ َحي‬
‫َحسْ ُب ُه ِإنَّ هَّللا َ َبالِ ُغ َأمْ ِر ِه َق ْد َج َع َل هَّللا ُ لِ ُك ِّل َشيْ ٍء َق ْدرً ا‬
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Barang
siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah
telah mengadakan ketentuan bagi segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
 
Ketiga
Bermalas-malasan juga jadi sebab rezeki sulit datang. Karena seorang muslim dituntut
kerja dan tawakkal pada Allah.
Contohilah burung seperti yang disebutkan dalam hadits berikut.

ً ‫الط ْي ُر َت ْغ ُدو ِخ َما‬


‫ َو َترُو ُح‬g‫صا‬ َ ُ‫َل ْو َأ َّن ُك ْم ُك ْن ُت ْم َت َو َّكل‬
َّ ‫ون َع َلى هَّللا ِ َح َّق َت َو ُّكلِ ِه َلر ُِز ْق ُت ْم َك َما ُترْ َز ُق‬
‫ِب َطا ًنا‬
“Seandainya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki
sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan
kembali pada sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi)
Imam Ahmad pernah ditanya mengenai seseorang yang cuma mau duduk-duduk saja di
rumahnya atau hanya berdiam di masjid, dan ia berkata, “Aku tidak mau bekerja sedikit
pun dan hanya mau menunggu sampai rezekiku datang.” Imam Ahmad pun berkata,
“Orang ini benar-benar bodoh. Padahal Nabi saw bersabda – sebagaimana hadits di atas
– bahwa burung saja bekerja dengan berangkat pada pagi hari. Para sahabat Nabi yang
mulia pun berdagang dan bekerja dengan hasil kurma mereka. Merekalah sebaik-baik
teladan.” (Fath Al-Bari, hal 306)
Jadi tidaklah boleh beralasan karena sibuk ibadah dan berdakwah, sampai malas bekerja.
Ibnu ‘Allan mengatakan bahwa As-Suyuthi berkata, “Al-Baihaqi mengatakan dalam Syu’ab
Al-Iman, “Hadits ini bukanlah dalil untuk duduk-duduk santai, enggan melakukan usaha
untuk memperoleh rezeki. Bahkan hadits ini merupakan dalil yang memerintahkan untuk
mencari rezeki karena burung tersebut pergi pada pagi hari untuk mencari rezeki.” ( Dalil
Al-Falihin, 1:335)

[11]
Inilah keutamaan bagi seseorang yang rajin mencari nafkah untuk keluarganya.
Dari Abu Hurairah ra. Nabi bersabda,

، ‫ان َي ْن ِزالَ ِن َف َيقُو ُل َأ َح ُد ُه َما اللَّ ُه َّم َأعْ طِ ُم ْن ِف ًقا َخ َل ًفا‬


ِ ‫َما ِمنْ َي ْو ٍم يُصْ ِب ُح ْال ِع َبا ُد فِي ِه ِإالَّ َم َل َك‬
ً‫اآلخ ُر اللَّ ُه َّم َأعْ طِ مُمْ سِ ًكا َت َلف‬
َ ‫َو َيقُو ُل‬
“Tidaklah para hamba berpagi hari di dalamnya melainkan ada dua malaikat yang turun,
salah satunya berkata, “Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang senang berinfak.” Yang
lain mengatakan, “Ya Allah, berilah kebangkrutan kepada orang yang pelit.” (HR. Bukhari).

Keempat
Tidak amanah, ini juga jadi sebab orang sulit percaya. Kalau yang lain sulit percaya,
bagaimana ia mudah mendapatkan pekerjaan, mendapatkan tanggungjawab sehingga
mendapatkan rezeki dengan mudah ?
Ketahuilah bahwa orang yang berkhianat terhadap amanat pun menyandang salah satu
sifat munafik. Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda,

‫ان‬ َ ‫ َوِإ َذا َو َعدَ َأ ْخ َل‬، ‫ب‬


َ ‫ َوِإ َذا اْؤ ُتم َِن َخ‬، ‫ف‬ َ ‫ث َك َذ‬ ٌ َ‫آ َي ُة ْال ُم َناف ِِق َثال‬
َ ‫ث ِإ َذا َح َّد‬
“Tiga tanda munafik adalah jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan ketika
diberi amanat, maka ia ingkar.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Termasuk di sini pula adalah tidak amanah dalam melunasi utang, bahwa utang akan
menyusahkan seseorang di akhirat kelak. Dari Ibnu ‘Umar ra, Nabi bersabda,

َ ‫ات َو َع َل ْي ِه دِي َنا ٌر َأ ْو ِدرْ َه ٌم قُضِ َى ِمنْ َح َس َنا ِت ِه َلي‬


‫ْس َث َّم دِي َنا ٌر َوالَ ِدرْ َه ٌم‬ َ ‫َمنْ َم‬
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu
dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti)
karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR. Ibnu Majah)

Demikian khutbah ini semoga dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kita
Amiin ...

َّ ‫اغف ِْر َو ْار َح ْم َوَأ ْن َت َخ ْي ُر‬


َ‫الرا ِحمِين‬ ْ ‫َوقُلْ َر ِّب‬

[12]

Anda mungkin juga menyukai