Anda di halaman 1dari 11

KEMATIAN

Bismillahirrahmanirrahiim.
Innalhamdalillah Nahmaduhu wanasta`inuhu wanastagfiruhu
wanaudzubillahiminsyuruuri anfusina waminsyayyiaati `amalina
Manyyahdillah falaamudillalah wamanyudlilfalahadiyalahu.
Segala puji bagi Allah yang masih memberikan kita nikmat iman dan islam serta nikmat
umur sehingga hingga saat ini kita masih diberi kesempatan untuk tetap berakstivitas
dan berbuat sesuatu untuk bekal kita di akhirat nanti.

Pertama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberi nikmat iman, islam dan ihsan. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW beserta keluaganya, sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir
zaman.

Pada hari ini, kami akan menyajikan materi agama Islam yang mengulas tentang
kematian karena kematian jarang diingat orang padahal kematian sangat dekat dengan
manusia.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Berziarah
kuburlah kalian, karena hal itu dapat mengingatkan kalian pada kematian.” (H.R.
Muslim).
Kata “kematian” yang paling pertama kita ingat mungkin tempat peristirahatan kita yang
terakhir menunggu sampai hari hisab tiba dimana kita ditempatkan di “rumah baru” kita
sebuah lubang gelap kecil seukuran tubuh manusia yang begitu sunyi tanpa teman dan
penolong seorangpun. Sering kita mendengar dalam ceramah agama Islam bagaimana
para ustad mengingatkan setiap muslim untuk selalu mengingat kematian dengan cara
sering berzikir, bertaubat dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang agama.

Manfaat Mengingat Mati


 Adapun manfaat dari mengingat kematian adalah :
 Selalu berbuat kebaikan dan takut untuk berbuat maksiat
 Menjadi rajin ibadah
 Tidak cinta dunia berlebihan, karena harta dan segala sesuatu yang kita cintai
di dunia akhirnya akan kita tinggalkan dan pada saat kematian tiba kita hanya
menggunakan kain kafan saja
 Bila menghadapi cobaan lebih sabar dan kuat, karena tahu siksa dialam kubur
dan siksa pada hari hisab nanti lebih dahsyat
 Selalu bersikap rendah hati dan tidak sombong
Sering seseorang bila ingat akan kematian yang dapat menghampiri kapan saja
menjadi begitu taat beribadah, bersedekah dan sangat sayang kepada keluarganya.
Tetapi orang lebih sering lupa akan akhir hidupnya yang bisa datang kapan saja
dengan lebih mencintai dunia secara berlebihan tetapi cintanya pada akhirat hanya
sedikit saja malah seolah-olah lupa bahwa kematian dapat menjemput kapan saja.
Zar’ah ibn ‘Abdillah meriwayatkan bahwa Nabi SAW. pernah bersabda, “Manusia itu
lebih mencintai kehidupan, padahal kematian itu lebih baik baginya. Manusia juga lebih
mencintai harta yang banyak, padahal sedikit harta itu lebih sedikit hisabnya bagi
dirinya.”(HR.Imam al-Bayhaqi)
Dalam ceramah agama Islam yang disampaikan seorang ustad di sebuah mesjid di
Jakarta Pusat pada bulan Ramadhan lalu, beliau mengatakan bahwa pada dasarnya
semua umat muslim menginginkan mati dalam keadaan husnul khatimah (akhir yang
baik), dan manusia tidak mengetahui mati di hari apa, dimana, atau sedang apa karena
kematian itu adalah hal yang gaib sama halnya dengan kiamat hanya Allah SWT yang
tahu, yang harus diingat dalam kematian adalah kedatangannya mendadak dan bila
sudah datang waktunya tak bisa ditolak.
Tetapi manusia bisa berusaha dalam keadaan seperti apa ia akan mati, husnul
khatimah atau su’ul khatimah (akhir yang buruk). Untuk mencapai husnul khatimah
pada saat kematian manusia bisa melakukan amal shalih yang istiqamah, agar bisa
istiqamah adalah dengan memperbanyak Zikrul Maut, banyak mengingat mati.
Su’ul Khatimah
Penyebab su’ul khatimah menurut sebagian ulama ada 4 faktor yaitu :
 Mengabaikan sholat
 Minum khamar
 Durhaka pada ke dua orang tua
 Menyakiti kaum muslim

Anas r.a. menuturkan bahwa Nabi saw. telah bersabda “Perbanyaklah mengingat
kematian, karena hal itu dapat membersihkan dosa dan menjadikan zuhud didunia. Jika
kalian mengingatnya ketika kaya, ia akan menghabiskan harta itu dijalan Allah, jika
mengingatnya ketika dalam keadaan miskin, ia akan menjadikan kalian ridha akan
kehidupan.”
Setiap manusia tidak bisa lari dari kematian meskipun dia bersembunyi di ujung bumi
bila ajal sudah datang menjemput pasti dia akan mati. Bila Allah menghendaki maut
akan datang dimana dan kapan saja sesuai dengan firman Nya, “Katakanlah
bahwasanya kematian yang kamu lari dari padanya, maka sesungguhnya ia akan
menemui kamu, …..” (Al Jumu’ah ayat 8), demikian pula dalam surat Qaaf ayat 19,
Allah berfirman : “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenarnya. Demikianlah yang
kamu tidak dapat melarikan diri daripadanya.”
Sebenarnya tidur yang kita jalani setiap hari amat dekat dengan kematian, nyawa
manusia ditahan ketika sedang tidur, di dalam kitab suci Al Qur’an Allah berfirman
dalam surat Az Zumar surat 39 ayat 42, “Allah memegang jiwa orang ketika matinya
dan memegang jiwa orang yang belum mati diwaktu tidurnya, maka Dia tahanlah jiwa
orang yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai
waktu yang ditentukan…..”.
Nabi Muhammad SAW menganjurkan kita untuk selalu berdoa sebelum tidur dan
setelah tidur, itu artinya kita dibimbing untuk menghadapi kematian sebelum tidur dan
diajak bersyukur karena Allah menghidupkan kita dari kematian.
Selalu mengingat kematian memang sesuatu yang seharusnya kita lakukan karena
dengan mengingat kematian manusia enggan untuk melakukan kemaksiatan dan
perbuatan yang sia-sia apalagi sudah banyak contoh orang yang meninggal dalam
keadaan sia-sia dan sesuai dengan apa yang menjadi kebiasaannya misalnya :
pecandu narkoba atau sex bebas, mereka meninggal dalam keadaan melakukan hal
maksiat yagn biasa mereka lakukan sehari-hari.

Ada kehidupan, ada pula kematian. Kematian adalah sebuah kepastian yang tak bisa
dinegosiasikan. Allah SWT. Berfirman yang artinya : “tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka
sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan”. (QS. Ali Imran/ 3: 185).

Perjalanan menuju akhirat merupakan suatu perjalanan yang panjang. Banyak aral dan
rintangan serta memerlukan perjuangan dan pengorbanan. Dan kematian adalah
gerbang pertama yang harus kita masuki untuk menuju akhirat. Dan kematian,
bukanlah hal yang sepele. Rasulullah SAW. bersabda:
ِ ‫اَل ِإ ٰل َه ِإاَّل هللاُ ِإنَّ ل ِْل َم ْو‬
ٍ ‫ت َس َك َرا‬
‫ت‬
“Tiada Tuhan selain Allah, sesungguhnya di dalam kematian terdapat rasa sakit”. (HR.
Bukhari)
Saat nyawa dicabut, napas kita tersengal, mulut terkunci, anggota badan kita tanpa
daya dan pintu taubat pun tertutup. Pada saat itu tak ada yang bisa menghindarkan kita
dari sakaratul maut.
“dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari
daripadanya”. (QS. Qaf/ 50: 19)

Semua dari kita, sering merasakan resah, gelisah, gundah-gulana, diakibatkan dari
permasalahan-permasalahan yang sering kita hadapi. Entak itu permasalahan ekonomi,
permasalahan anak istri, permasalahan penyakit, permasalahan orang-orang yang kita
cintai diwafatkan, kekurangan harta dan semisalnya. Bahkan juga semua dari kita
pernah malas dalam ibadah, pernah turun derajat keimanan, mungkin benar-benar
turun. Sampai kadang-kadang kita sangat malas dalam ibadah.
Juga, semua dari kita kadang-kadang terlalu rakus terhadap dunia. Yang ada dalam
pikirannya (orientasinya) hanya dunia. Maka tiga hal ini (resah/gelisah dengan
problematika kehidupan dunia, malas mengerjakan ketaatan, merasa selalu tidak cukup
dengan rezeki dari Allah Subhanahu wa Ta’ala), tiga hal ini obatnya adalah mengingat
pemutus kelezatan dunia (yaitu kematian). Mengingat saat ruh kita berpisah dengan
jasad kita.

Dimana kita? Sedang melakukan apa kita? Apakah di tempat ibadah atau di tempat
maksiat? Apakah sedang mengerjakan ketaatan atau sedang mengerjakan
kemaksiatan?

Obat dari tiga hal tersebut tersebut adalah mengingat kematian, mengingat saat ruh kita
naik keatas langit, apakah diterima oleh Allah (ruhnya) ataukah tidak? Dan ingat, itu
semua kita lakukan sendirian. Diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ataukah tidak?
Dibukakan pintu langit untuk ruh kita ataukah tidak? Ingat itu! Itu akan mengobati rasa
gelisah, gundah gulana atas problematika kehidupan dunia, mengobati malas
beribadah, mengobati merasa tidak puas hati dengan pemberian Allah Subhanahu wa
Ta’ala, senantiasa selalu merasa kurang, kurang dan kurang.

Ingat, saat ruh kita di atas langit, apakah dilempar oleh Allah ataukah dibawa oleh para
malaikat dan dikembalikan kedalam jasadnya di alam barzakh? Ingat itu, itu yang
membuat hati kita akhirnya tenang dengan problematika kehidupan dunia, sabar dan
tegar. Itu yang membuat kita semangat untuk beribadah, itu yang membuat kita
akhirnya segera bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, puas hati dengan
pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala.

aat dalam kubur, ingat, apakah kita mendapat nikmat ataukah kita dipukul oleh malaikat
Mungkar dan Nakir ditengah kepala kita? Yaitu antara dua telinga kita -sebagaimana
hadits riwayat Imam Ahmad dari Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu- karena tidak bisa
menjawab pertanyaan-pertanyaan di alam barzakh. Ingat itu, agar kita hidupnya tenang,
sabar, tidak gundah ,tidak resah dengan problematika kehidupan dunia kita, agar
senantiasa semangat beribadah, bersegera untuk bertaubat, agar senantiasa puas
dengan pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka lihat hadits Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam riwayat Ibnu Hibban. Dari Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ِ ‫َأ ْك ِثرُوا ِذ ْك َر َهاد ِِم اللَّ َّذا‬


‫ت‬
“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang memutuskan kelezatan (yaitu kematian)”

ٍ ِ‫َف َما َذ َك َرهُ َع ْب ٌد َق ُّط َوه َُو فِي ض‬


‫يق ِإال َو َس َع ُه َعلَ ْي ِه‬
Tidaklah seorang hamba pernah menginat kematian dan dia dalam keadaan sempit
hidupnya, kecuali pengingatan dia terhadap kematian tersebut akan melapangkan
dadanya.

َ ‫َوال َذ َك ُرهُ َوه َُو فِي َس َع ٍة ِإال‬


‫ض ِّي َق ُه َعلَ ْي ِه‬

Dan tidaklah seorang hamba mengingat kematian tersebut dan dia dalam keadaan
kelapangan dunia, melainkan ingatannya terhadap kematian tersebut akan
menyempitkannya/akan memudahkan dia untuk khusyu’ kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.

Keyakinan orang beriman akan adanya kehidupan sesudah kematian menyebabkan


dirinya selalu berada dalam mode standby menghadapi kematian. Ia memandang
kematian sebagai suatu keniscayaan. Tidak seperti orang kafir yang selalu saja
berusaha untuk menghindari kematian.

Ambillah keteladanan dari kematian Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu. Ia
ditikam oleh Abu Lu'luah saat sedang mengimami sholat subuh. Umarpun jatuh
tersungkur bersimbah darah. Dalam keadaan seperti itu ia tidak ingat isteri, anak, harta,
keluarga, sanak saudara atau kekuasaannya. Yang ia ingat hanyalah "Laa ilaha illallah
Muhammad rasulullah, hasbiyallah wa ni'mal wakil." Setelah itu ia bertanya kepada
sahabatnya: "Siapakah yang telah menikamku?"
"Kau ditikam oleh Abu Lu'luah Al-Majusi."
Umar radhiyallahu 'anhu lalu berkata: "Segala puji bagi Allah ta'aala yang membuatku
terbunuh di tangan orang yang tidak pernah bersujud kepada-Nya walau hanya sekali."
Umar-pun mati syahid.

Ambillah keteladanan dari kematian Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu. Ia
ditikam oleh Abu Lu'luah saat sedang mengimami sholat subuh. Umarpun jatuh
tersungkur bersimbah darah. Dalam keadaan seperti itu ia tidak ingat isteri, anak, harta,
keluarga, sanak saudara atau kekuasaannya. Yang ia ingat hanyalah "Laa ilaha illallah
Muhammad rasulullah, hasbiyallah wa ni'mal wakil." Setelah itu ia bertanya kepada
sahabatnya: "Siapakah yang telah menikamku?"
"Kau ditikam oleh Abu Lu'luah Al-Majusi."
Umar radhiyallahu 'anhu lalu berkata: "Segala puji bagi Allah ta'aala yang membuatku
terbunuh di tangan orang yang tidak pernah bersujud kepada-Nya walau hanya sekali."
Umar-pun mati syahid.

Kematian pula yang membuat hubungan antara orang-orang yang dicintai dan yang
mencintai terpisahkan. Karena kematian, seseorang harus meninggalkan harta benda
yang begitu dicintai, begitu dibanggakan dan begitu diagungkan dan sejumlah harta
benda yang diklaim adalah miliknya sendiri.

Alhaakumut takaatsuru hattaa zurtumul maqabir; bermegah-megahan telah melalaikan


kalian hingga kalian sampai di alam kubur ( Q.S. At-Takatsur, 102:1-2)
Laa ilaha illallah... Laa ilaha illallah... Laa ilaha illalla. Sungguh kematian itu sangat
pedih. Ya Allah, bantulah aku menghadapi sakratul maut. Ya Allah, ringankanlah
sakratul maut itu buatku." (HR Bukhary-Muslim)

Mereka yang terlalu asyik dengan kehidupan duniawi mengakibatkan lupa sehingga
tidak menyadari dan menyiapkan untuk menghadapi saat datangnya ajal. Kematian
bukanlah akhir dari segalanya. Justru kematian adalah awal perjalanan panjang yang
tiada pernah berakhir untuk menunggu perjalanan selanjutnya.

Allah berfirman;

َ ُ‫م ِب َما ُك ْن ُت ْم َتعْ َمل‬xْ ‫ب َوال َّش َهادَ ِة َف ُي َن ِّبُئ ُك‬


‫ون‬ َ ‫م ۖ ُث َّم ُت َر ُّد‬xْ ‫ون ِم ْن ُه َفِإ َّن ُه ُماَل قِي ُك‬
ِ ‫ون ِإلَ ٰى َعال ِِم ْال َغ ْي‬ َ ‫قُ ْل ِإنَّ ْال َم ْو‬
َ ُّ‫ت الَّذِي َتفِر‬

“Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka


sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan
kepada Allah, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. Al Jumu’ah 8).

Orang cerdas akan mempersiapkan dirinya menuju perjalanan kematiannya. Mereka


yang sadar, setelah kematian ada kehidupan panjang yang harus dilaluinya. Di
antaranya akan hidup di alam kubur (barzakh), hari kebangkitan, padang mahsyar,
hisab, mizan, shirath, dan lainnya kehidupan yang gaib lainnya.

Jika sudah yakin, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanya tempat persinggahan
sementara dibandingkan kehidupan akhirat yang kekal dan abadi. Orang yang lalai
namun merasa paling cerdas dan pandai tidak akan pernah peduli dengan kehidupan
akhirat yang abadi. Mereka justru mempersiapkan hidupnya untuk kehidupan di dunia
saja.

Sekarang ini, banyak manusia yang mengukur segala sesuatu dengan kesuksesan
materi. Menabung, investasi, membangun rumah atau gedung, atau menyiapkan harta
berlimpah untuk hari tuanya saja. Sedangkan bekal menuju akhirat dikesampingkan.
Semua kekeliruan ini akan tersibak tatkala nyawa sudah sampai di tenggorokan.
Usai nyawa berpisah dari badan, mereka baru sadar akan kekeliruannya. Di alam kubur
(barzakh) mereka berseru minta dikembalikan hidup ke dunia lagi. Tujuannya untuk
memperbaiki kekeliruan yang sudah dilakukan selama hidup di dunia. Sayang, Allah
tidak mengizinkannya. Sebagaimana janji Allah di surat Al Mu’minun 99-100;

َ ‫اِئه ْم َبرْ َز ٌخ ِإلَ ٰى َي ْو ِم ُي ْب َع ُث‬


‫ون‬ ِ ‫ت ۚ َكاَّل ۚ ِإ َّن َها َكلِ َم ٌة ه َُو َقاِئلُ َها ۖ َومِنْ َو َر‬ َ ‫لَ َعلِّي َأعْ َم ُل‬
ُ ‫صالِحً ا فِي َما َت َر ْك‬

“Apabila kematian datang kepada seseorang dari mereka, ia berkata: Ya Rabbku


kembalikanlah aku ke dunia agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku
tinggalkan. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya
saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh (pembatas) hingga hari mereka
dibangkitkan” (QS. Al Mu’minun 99-100).

Jika ruh sudah melayang dari badan, semua sudah terlambat. Tidak ada jalan untuk
bisa kembali hidup ke dunia sebab antara alam dunia dan alam kubur ada dinding
(barzakh) yang sangat kokoh dan tidak bisa ditembus oleh apapun. Tidak banyak hal
yang bisa diketahui tentang kehidupan di alam kubur (barzakh) dan proses keluarnya
ruh dari tubuh.

Allah menegaskan firman-Nya;

ِ ‫اب ْال َح ِر‬


‫يق‬ َ ‫م َوَأ ْد َب‬xْ ‫ُون وُ جُو َه ُه‬
َ ‫ َع َذ‬x‫م َو ُذوقُوا‬xْ ‫ار ُه‬ َ ‫َولَ ْو َت َر ٰى ِإ ْذ َي َت َو َّفى الَّذ‬
َ ‫ِين َك َفرُوا ۙ ْال َماَل ِئ َك ُة َيضْ ِرب‬

“Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya
memukul muka dan belakang mereka dan berkata: Rasakanlah olehmu siksa neraka
yang membakar, tentulah kamu akan merasa ngeri” (QS. Al Anfal 50).

Sudahkah mempersiapkan diri untuk menghadapi ajal kita yang datang tiba-tiba? Tentu
saja ini membutuhkan perenungan yang sangat dalam supaya melahirkan keimanan
dan peningkatan amal sholeh. Sejak dahulu sampai sekarang belum ada orang yang
berhasil menembus kehidupan alam kubur.

Maka dari itu tidak ada cerita atau pengalaman dari alam kubur. Terkecuali orang-orang
yang diberikan izin Allah. Begitu juga dengan mereka yang tinggal di dekat kuburan
atau rumahnya di belakang kuburan, sama sekali tidak bisa mendengarkan apa-apa
yang terjadi di dalam kuburan. Semuanya dibatasi dinding (hijab) yang hanya bisa
diimani hati.

Yang jelas dan pasti, kita sebagai umat Islam hanya mendapat informasi yang haq
(benar) tentang alam barzakh dari Alquran dan hadis yang disampaikan Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Di antaranya hadis dari al Barro’ bin Azib, Al Imam Ahmad,
Abu Dawud, An Nasa’i, atau Ibnu Majah. Dalam sebuah riwayat dikisahkan seperti ini;

Suatu ketika para sahabat berada di pekuburan Baqi’ul Ghorqod. Lalu Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mendatangi mereka dan beliaupun duduk. Sementara para
sahabat duduk di sekitarnya dengan tenang tanpa mengeluarkan suara, seakan-akan di
atas kepala mereka ada burung. Mereka sedang menanti penggalian kubur seseorang
yang baru saja meninggal.

Hal ini menunjukkan bahwa tatkala seorang hamba berada di pekuburan, dituntunkan
agar bersikap tenang, hening, dan tidak mengucapkan sesuatu dengan suara yang
keras. Terlebih lagi berbicara mengenai urusan-urusan dunia yang fana. Dalam suasana
yang seperti ini, hendaknya kita berpikir tentang kematian yang akan menimpa
manusia tanpa terkecuali.

Kematian, yang dikenal sebagai berpisahnya ruh dari badan, merupakan sebab
yangmengantar manusia menuju kehidupan abadi yakni alam akhirat. Kematian
jugamerupakanpemusnah semua kenikmatan dan pemutus segala nafsu syahwat.Perlu
kita ketahui bahwa keberadaan kita di dunia ini hanyalah sementara. Kehidupan
kitadiibaratkan seperti seorang perantau yang pergi merantau ke negeri orang dan pada
saatnya nantiia akan kembali dengan membawa apa yang telah ia cari dan ia
kumpulkan selama berada
di perantauan. Sama halnya dengan manusia yang hidup di dunia ini pada saatnya nant
i akankembali menghadap Allah dengan membawa amal perbuatan telah kita
kumpulkan di dunia yangakan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah Subhanahu
wata’ala.

Berbicara tentang kematian tentunya tak lepas dari yang namanya sakaratul maut.
Sakaratulmaut adalah saat-saat pencabutan nyawa seorang manusia oleh Malaikat
Izrail. Saat-saatsakaratul maut ini merupakan saat yang paling menyakitkan yang belum
pernah dirasakanmanusia selama hidup di dunia. Rasa sakit ketika sakaratul maut kira-
kira seperti tiga ratus kali pukulan pedang, sebagaimana yang disebutkan Imam Suyuthi
dalam kitab Syarhus Shuudur, dariHasan, sesungguhnya Nabi Muhammad Saw.
menyebutkan tentang sakitnya sakaratul maut, beliau bersabda:

“Sakitnya kira-kira tiga ratus kali pukulan pedang”

bisa kita bayangkan bagaimana sakitnya,jangankan tiga ratus kali sekali pukulan
pedang saja sudah sangat sakit apalagi tiga ratus kali, naudzubillahi minzalik

Mengingat ruh yang hidup di raga kita selama hidup ini akan berpisah dengan raga kita,
tentu hal itu akan menjadi obat yang tepat bagi kita semua. Kematian menjadi pemutus
segala kelezatan yang kita rasakan selama hidup di dunia.

Mengingat kematian sama dengan mengingat proses ruh kita naik ke atas langit, dan
apakah ruh tersebut akan diterima atau tidak oleh Allah SWT. Hal itu bisa menjadi obat
bagi manusia yang mengalami banyak problematika kehidupan. Kematian juga akan
mengobati ketidakpuasan kita terhadap apa yang diberi oleh Allah SWT.

Pada saat ruh kita naik ke atas langit apakah ruh tersebut akan diterima langsung oleh
Allah, atau apakah akan dikembalikan ke dalam jasad di alam barzah oleh malaikat?
Hal itu juga bisa menjadi penyemangat dalam beribadah. Supaya kita senantiasa
bertaubat kepada Allah SWT dan puas dengan segala pemberian-Nya.

Sesuai dengan hadist Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam riwayat Ibnu Hibban. Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ِ ‫َأ ْك ِثرُوا ذ ِْك َر َهاد ِِم اللَّ َّذا‬


‫ت‬

“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang memutuskan kelezatan (yaitu kematian)”

Tak hanya mengingat kematian saja, tapi untuk mempersiapkan diri menghadapi
kematian, ada hal yang juga harus sahabat muslim lakukan yaitu bertaubat. Bertaubat
artinya melepaskan dosa atau melepaskan diri dari hal-hal yang sifatnya dosa. Kita
tidak akan tahu kapan waktu kematian itu tiba, karena tak ada yang tahu batas ajal kita,
dan kematian itu sendiri tidak berbau.

DUNIA ini adalah desain kematian yang sempurna bagi manusia. Tempat rekayasa
kematian yang sangat dramatis. Kok bisa? Sebab semua ruang yang ada di dunia ini
diciptakan Tuhan sebagai tempat untuk mengakhiri kehidupan seseorang. Rumah yang
kita buat, tempat kita mati nantinya. Rumah sakit, tempat berkumpulnya orang-orang
yang sakit dan meninggal.

Semua keinginan keduniaan kita pun desain kematian. Mobil yang kita beli bisa menjadi
alat rekayasa kematian sadis untuk kematian diri kita dan orang lain, ketika terjadi
kecelakaan dahsyat yang tak disangka-sangka datangnya.
Hobi makan kita, jika tak terpola, bisa menjadi desain kematian dramatis. Rekayasa
kematiannya lewat penyakit. Karena kebanyakan penyakit datang dari kerakusan
mengkonsumsi makanan-makanan yang tak sehat, termasuk makan yang terlalu
berlebihan. Jika ada yang suka bermain wanita dan narkoba, dapat mengantarkan
kematian lewat AIDS.

Hal-hal sederhana pun bisa menjadi desain kematian, misalnya jatuh di kamar mandi,
atau memanjat genteng memperbaiki antena TV, jatuh dan meninggal. Demikian pula
kematian bisa menjemput sedang bermain sepak bola, menonton TV, kuliah, dan
memberi ceramah. Yang pasti kita tak bisa bersembunyi dari kematian.

Perlahan tapi pasti dunia ini sejatinya mengantarkan kita pada kematian. Namun
banyak manusia tak sadar, malah mereka ingin hidup seribu tahun lagi. Jika kematian
pasti akan datang, pantaskah dunia ini menjadi tempat kita bersenang-senang dan
melupakan kehidupan akhirat sebagai tempat akhir yang abadi dan kekal. Jika mati itu
pasti, masihkah waktu yang kita miliki di dunia ini disia-siakan untuk menumpuk
kenistaan, mengobarkan hedonis, dan memamerkan kesombongan.

Jika kematian datang, tak ada yang bisa menolaknya. Tidak ada yang bisa digadai
untuk menawar. Harta, istri, anak, dan jabatan tak bisa ditukar oleh kematian. Yang kita
bawa dalam kematian, bukan isi dunia yang kita dimiliki. Harta, anak, istri, usaha, dan
kekuasaan akan ditinggalkan. Istri, suami, dan anak, akan bersedih dengan kepergian
kita, tetapi tangisannya tak bisa berbuat apa-apa. Manusia hanya membawa amal
ketika kematian datang menjemput.

Kedatangannya tidak dapat dimundurkan, atau dimajukan. Semua terserah dan rahasia
Allah:

َ ‫ت َو َن ْبلُو ُكم ِبال َّشرِّ َو ْال َخي ِْر فِ ْت َن ًة َوِإلَ ْي َنا ُترْ َجع‬
‫ُون‬ ِ ‫س َذاِئ َق ُة ْال َم ْو‬
ٍ ‫ُك ُّل َن ْف‬
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada
Kamilah kamu dikembalikan.” (QS: Al Anbiya: 35)

Ma’asyral Muslimin Wal Muslimat Rahimakumullah


Demikianlah ceramah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, semoga
dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi saya dan seluruh hadirin yang hadir
pada hari ini. Alhaqqu mirrabbi walatakunanna minal mumtarin. Ada benarnya itu
datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bila ada kekurangan itu semata-mata
datangnya dari diri saya sebagai makhluk Tuhan yang tak luput dari salah dan khilaf.
Kepada Allah saya mohon ampun dan kepada hadirin sekalian saya mohon dimaafkan.

Hadanallahu waiyakum ajmain, wabillahi taufik wal hidayah, waridha wal


inayyah,wassalamu ‘alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai