Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an

Mata Kuliah: Ilmu Tafsir

Dosen Pengampu : ST Nur Syahidah Dzatun Nurain, M.Ag

Oleh Kelompok 2:

Gusti Muhaimin al'aziizmangaweang

20112058

Nabila Putri damogalad

20112028

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM MANADO (IAIN)

1443H/2021 M
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................

LATAR BELAKANG............................................................................................................

RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................

A.    Pengertian Kisah.............................................................................................................

B.     Macam-macam Kisah dalam Al Qur’an........................................................................

C. Tujuan dan Manfaat Kisah dalam Al Qur’an.................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................................

Kesimpulan...........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

  A. LATAR BELAKANG


Kisah–kisah dalam Al-Qur’an memiliki sisi urgensi yang sangat besar.  Ia
adalah unsur terpenting dari proses pendidikan dan informasi. Dengan kisah-kisah
itu, dakwah mampu menembus relung hati yang dalam dari pendengarnya, objek
dakwah. Dakwah Islam juga bisa ditampilkan melalui media kisah, sehingga
tujuan-tujuannya  sebagai tugas agama bisa tercapai. Kisah merupakan sarana
yang sangat ampuh dalam proses pendidikan. Oleh karenanya, kisah adalah
variabel penting yang ditampilkan Al-Qur’an, dan untuk itu, kisah-kisah di
dalamnya sangat mendominasi mayoritas surah yang ada dalam Al-Qur’an.
Karena itu, merupakan sebuah tuntutan bagi kita,  Kaum Muslimin yang
menjadikan Al-Qur’an sebagai pembimbing utama dalam hidup, untuk memahami
kisah-kisah yang ada di dalamnya dan memahami hikmah yang ada dibaliknya.
Hal ini agar kita bisa mengambil pelajaran dan tuntunan darinya.

         B. RUMUSAN MASALAH


a. Apa yang dimaksud dengan kisah dalam Al Qur’an?
b.  Apa saja macam-macam kisah dalam Al Qur’an?
c.  Apa tujuan dan manfaat kisah dalam Al Qur’an?
BAB II

PEMBAHASAN

      A.    Pengertian Kisah
Lafal “kisah” berasal dari bahasa Arab qishshat jamaknya qishash  yang
menurut Muhammad Ismail Ibrahim, berarti “Hikayat [dalam bentuk] prosa yang
panjang”. Sedangkan Manna al-Qaththan berkata, “Kisah ialah menelusuri
jejak”. Seperti tersebut dalam ayat 64 dari al-Kahfi: “‫( ”فارتداعلى آثارهما قصصا‬Maka
keduanya kembali [lagi] menelusuri jejak mereka), dan dalam ayat 11 dari al-
Qashash “‫يه‬QQQ‫ه قص‬QQQ‫الت ألخت‬QQQ‫”وق‬ (Dan ibu Nabi Musa berkata kepada kakak
perempuannya (Musa), “Ikuti adikmu [yang ada dalam kotak itu, sampai kamu
melihat siapa yang mengambilnya]”).Walaupun pada lahirnya kedua pengertian
itu tempak sedikit berbeda, namun pada hakikatnya tidak berbeda secara tajam
karena yang pertama melihatnya dari sudut gaya bahasa yang dipakai dalam kisah,
sementara yang kedua melihatnya dari segi cara yang ditempuh dalam berkisah1.

Adapun dari segi terminologi (istilah), kata Kisah berarti berita-berita mengenai


permasalahan dalam masa-masa yang saling berturut-turut
sedangkan qashash adalah akar kata (mashdar) dari qashshayaqushshu, secara
lughowi konotasinya tak jauh berbeda dari yang disebutkan di atas, yang dipahami
sebagai “Cerita yang ditelusuri” Dari pengertian itu dan setelah memerhatikan
kisah-kisah yang diungkapkan oleh Al-qur’an, maka kita dapat menerima
pengertian yang dikemukakan oleh Manna’ al-Qaththan bahwa yang dimaksud
dengan kisah Al-qur’an ialah “Informasi Al-qur’an tentang umat-umat yang
silam, para Nabi, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi”2.

Berdasarkan pengertian itu, maka kita dapat berkata, bahwa kisah-kisah


yang dimuat dalam Al-qur’an semuanya cerita yang benar-benar terjadi, tidak ada

1
Baidan, Nashruddin. 2004. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

2
Abdul Wahid, Ramli. 1994. Ulumul qur’an. Jakarta:Rajawali.
cerita fiksi, khayal, apalagi dongeng. Semua ayat itu menegaskan secara pasti
bahwa semua kisah didalam Al-qur’an adalah benar, tak ada yang bohong atau
fiksi dan sebagainya. Namun ada yang sudah terbukti kebenarannya berdasarkan
penyelidikan ilmiah, dan masih banyak yang belum ditemukan buktinya. Hal itu
antara lain disebabkan, terutama oleh sangat terbatasnya pengetahuan manusia. Di
antara yang sudah ditemukan, ialah jasad Fir’aun yang tenggelam di laut Merah
ketika mengejar Nabi Musa AS.bersama kaumnya.

   B.     Macam-macam Kisah dalam Al Qur’an


1.      Kisah-kisah para Nabi dan Rasul terdahulu

Tentunya kita semua tahu bahwa tidaksemua Nabi dan Rasul itu disebutkan
kisahnya di dalam Al Qur’an, Nabi dan Rasul yang disebutkan dalam Al
Qur’anhanyalah 25 orang, dimulai dari Nabi Adam As sampai dengan Nabi
Muhammad SAW.

Kemudian dari 25 orang ini, secara garis besar dilihat dari sisi panjang atau
singkatnya kisahnya, dapat dijadikan menjadi tiga kelompok :

a. Kisah yang disebutkan dengan panjang lebar.

kisah yang masuk dalam kategori ini adalah kisah dari Nabi Adam, Nuh,
Ibrahim, Yusuf, Musa dan Harun, Daud dan Sulaiman, serta Isa ‘alaihimu al-
salam. Namun diantara yang lainnya, kisah Nabi Yusuf adalah kisah yang
paling panjang, karena diceritakan dengan lengkap, mulai dari masa kecilnya
sampai menjadi penguasa di mesir dan dapat berkumpul dengan Bapak dan
Saudara-saudaranya3.

b. Kisah yang disebutkan dengan sedang.

kisah yang masuk dalam kategori ini adalah kisah dari Nabi Hud, Luth,
Shaleh, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, Zakariya dan Yahya ‘alaihimu al-salam.

3
Syadali, Ahmad. 1997. Ulumul qur’an I.Bandung:CV. Pustaka Setia
c. Kisah yang disebutkan dengan sekilas.

kisah yang masuk dalam kategori ini adalah kisah dari Nabi Idris, Ilyasa’ dan
Ilyas.

Sedangkan kisah dari Nabi Muhammad SAW, bisa dikategorikan kedalam


bagian yang pertama (diceritakan secarapanjang lebar), Karena diceritakan kisah
Nabi Muhammad SAW beberapa peristiwa yang terjadi pada zaman beliau,
seperti peristiwa yang yang dialami beliau waktu kecil, permulaan dakwah, hijrah,
dan beberapa perang yang dialami serta beberapa gambaran kehidupan keluarga
beliau4.

2.      Kisah ummat, tokoh, atau pribadi (bukan Nabi) dan peristiwa-


peristiwa masa lalu.

Tokoh yang pertama kali kisahnya diceritakan dalam Al Qur’an adalah dua
orang putra Nabi Adam sendiri yaitu Qabil dan Habil, Al Qur’an menceritakan
kisah ketika Qabil membunuh saudaranya sendiri Karena akibat dari sifat
dengkinya. Inilah pembunuhan pertama yang terjadi dalam sejarah umat islam.
Dan masih banyak lagi kisah-kisah seorang tokoh yang diceritakan dalam Al
Qur’an, sebagian dari kisah ini antara lain :

a.       Kisah Qarun yang hidup pada zaman Nabi Musa As

b.      Kisah peperangan antara Jalut dan Thalut

c.       Kisah tentang Ashabul Kahfi

d.      Kisah Raja Dzul Qarnain

e.       Kisah kaum Ashabul Ukhdud

f.       Kisah Maryam yang diasuh oleh Nabi Zakariya

4
Thamrin, Husni. 1982. Muhimmah ulumul qur’an. Semarang:Bumi Aksara
Dan beberapa kisah lain yang tidak bisa disebutkan oleh penulis secara
lengkap5.

3.      Kisah-kisah yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW.

            Beberapa kisah yang terjadi pada masa Nabi Muhammad juga disebutkan
dalam Al Qur’an, salah satunya yaitu ketika sebelum Nabi lahir Tentara Bergajah
melakukan penyerbuan ke Makkah yang bertujuan untuk menghancurkan Ka’bah,
yang dipimpin oleh Raja Abrahah. Diceritakan pula kisah Nabi Muhammad waktu
kecil dengan statusnya sebagai anak yatim yang miskin dan belum mendapat
bimbingan wahyu, dengan bahasa yang singkat dan puitis6.

            Dan juga peristiwa setelah beliau diangat menjadi Rasul, yaitu peristiwa
Isra’ dan Mi’raj, hijrah, perang badar, perang uhud, perang azhab atau perang
khandaq, dan perang humain, juga kisah-kisah seputar fathu makkah dan peristiwa
lainnya yang juga tidak bisa disebutkan oleh penulis secara lengkap7.

C. Tujuan dan Manfaat Kisah dalam Al Qur’an.


Dari beberapa literatur, dapat disimpulkan bahwa kisah-kisah Alquran
bertujuan untuk:

1. Menjelaskan prinsip-prinsip dakwah dan pokok syari’at yang dibawa oleh


para nabi.

2. Menguatkan hati nabi Muhammad dan memperkuat keyakinan kaum


mukminin.

3. Mengabadikan jejak para nabi terdahulu.

4. Membuktikan kebenaran informasi yang berasal dari nabi Muhammad.

5. Menarik minat pembaca.

6. Menjelaskan tentang kerasulan kepada ummat.


5
Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, Bandung, Tafakur, 2009.
6
Burhanuddin al Zarkasyi, al Burhan fi Ulum Al-Quran, Beirut : Dar al-Ma’rifat, 1972.
7
Hasbi Asy-Syidiqie, ilmu-ilmu Al-qur’an, Jakarta:PT Bulan Bintang, tahun 1972.
7. meringankan beban jiwa nabi Muhammad dan para pengikutnya.

8. Menumbuhkan kepercayaan diri dan ketentraman.

9. Membuktikan kerasulan Muhammad saw dan mu’jizatnya

5. Sebagai Upaya Mengoreksi Pendapat Ahli Kitab.

Pernyataan dan keyakinan ahli kitab pada masa Rasulullah saw. Banyak yang
sudah bertolak belakang dengan realias sebelumnya yang terjadi ppada masa nabi
Musa as dan nabi Isa as. Karena itu, kisah-kisah yang menceritakan Bani Israil
ataupun ahli kitab dalam al-Qur’an dapat menjadi koreksi bagi kesalahan mereka,
sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an:

“Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang
diharamkan oleh Israil (Ya’qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan.
Katakanlah: ‘(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum
turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang
yang benar.” (Ali ‘Imran: 93)8.

6. Menjadi Sarana Menanamkan Pendidikan Akhlak Mulia

Meskipun berupa suatu kisah, ayat al-Qur’an memiliki misi untuk


menanamkan akhlak yang mualia bagi para pembacanya. Sebagaimana dijelaskan
dalam surat Yusuf ayat 111:

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-


orang yang mempunyai akal.” (Yusuf: 111)9.

D. Perbedaan Kisah dalam Al Qur’an dengan Buku Sejarah.

8
Khalid Abdul Ar-Rahman Al-‘ak, Ushul At-Tafsir wa Qawa’iduh, Bairut, 1986.
9
Manna’ Al-Qathathan,Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, Beirut : al-Syirkah al-Muttahidah li al-
Tauzi, 1973.
            Al-Qur’an yang memuat kisah tersebut tidak dapat disimpulkan sebagai
kitab sejarah dalam pengertian yang dipahami oleh para sejarawan. Kesimpulan
ini didasarkan atas beberapa perbedaan dalam pemaparan kisah dalam Al-Qur’an
dengan apa yang dipaparkan oleh para sejarawan, di antaranya adalah:

1. Al-Qur’an terkadang mengesampingkan unsur-unsur penting sebuah


peristiwa sejarah,

Maka sering tidak ditemukan dalam pemaparan kisah-kisah Al-


Qur’an tentang waktu, tempat dan nama pelaku peristiwa. Bahkan tidak
ditemukan satu pun dalam kisah Al-Qur’an waktu kejadian peristiwa
tersebut secara pasti. Adapun tempat kejadian, dalam kisah tertentu
diterangkan dengan jelas10.

2. Al-Qur’an sering menonjolkan beberapa potong saja dari suatu


peristiwa dan tidak menceritakannya dengan tuntas. 

Misalnya ketika menceritakan suatu kejadian yang menimpa orang-


orang tertentu atau kaum tertentu hanya diceritakan bagian tertentu saja
yang dinilai dapat berfungsi sebagai mediator penyampaian pesan khusus
yang menjadi tujuan utama diceritakannya kisah tersebut. Atas dasar itulah
maka Al-Qur’an juga sering menceritakan lebih dari satu kisah yang
bertujuan sama dalam satu waktu11.

3. Al-Qur’an sering menceritakan satu kisah dalam dua versi


pendeskripsian.

10
Mudzakir. AS, Study al-Qur’an, Jakarta : Lentera Antar Nusa, 2010.
11
Muhammad Ali al-Shabuniy, al-Tibyan fi ‘Ulum al-Qur’an, Beirut : Dar al-Irsyad, 1970.
Di satu tempat kisah-kisah tersebut disandarkan kepada para
pelaku tertentu namun di tempat lain pelaku-pelaku tersebut diganti
dengan pelaku-pelaku baru. Sebagai contoh dapat dikemukakan dalam
kisah Fir’aun bersama para pemuka dan juga tukang sihirnya seperti yang
direkam dalam surah al-A’raf/7: 109: “Pemuka-pemuka kaum Fir‘aun
berkata, “Orang ini benar-benar pesihir yang pandai”, dalam surah asy-
Syu’ara’/26: 34 pelaku tersebut kemudian diganti: “Dia (Fir‘aun) berkata
kepada para pemuka di sekelilingnya, “Sesungguhnya dia (Musa) ini pasti
seorang pesihir yang pandai,”

4. Dalam kisah-kisah Al-Qur’an yang diulang sering dijumpai


karakteristik atau kondisi jiwa pelakunya berbeda, padahal masih
dalam kejadian yang sama.

Misalnya ketika Al-Qur’an menggambarkan sikap Allah Swt.


kepada nabi Musa ketika melihat api. Dalam surah an-Naml/27: 8 Allah
berfirman: “Maka ketika dia tiba di sana (tempat api itu), dia diseru,
“Telah diberkahi orang-orang yang berada di dekat api, dan orang-orang
yang berada di sekitarnya. Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam.”12.

Contoh Kisah

1. Adam As, Manusia pertama diciptakan.

            Manusia pertama di dunia, moyang dari seluruh umat manusia. Diciptakan


dari tanah oleh Allah SWT, dan kemudian ditiupkan roh ke dalamnya. Semua
makhluk di surga bersujud kepadanya atas perintah Allah SWT, hanya iblislah
yang menolak, krn ia merasa dirinya yang diciptakan dari api lebih tinggi
derajatnya daripada Adam. Sebagai akibatnya, Allah SWT mengusir iblis dari
surga dan melaknatnya sampai hari pambalasan. Sejak itu iblis bersumpah untuk
senantiasa menyesatkan Adam dan keturunannya hingga hari kiamat nanti,
sebagai balasan bagi Adam yang dianggapnya telah menyebabkan ia terusir dari

12
Muhammad Az-Zarkani, Manahil Irfan Fi Ulumi Al-Qur’an, juz1 , Mesir.
surga. Kisah penciptaan Adam, pembangkangan iblis, dan pengusiran iblis dari
surga dinyatakan dalam surat Al-Baqarah: 30-38, Al-A'râf: 11-18, dan Shâd: 73-
83. Larangan buah Khuldi13.

Semula Adam AS tinggal seorang diri di surga, namun kemudian Allah SWT
menciptakan Hawa sebagai istrinya. Iblis tak henti-hentinya menggoda Adam dan
Hawa untuk memakan buah khuldi, satu-satunya buah yang dilarang Allah SWT
untuk dimakan di dalam surga. Godaan iblis ini berhasil, karena pada akhirnya
Adam dan Hawa memakan buah itu. Meskipun sudah menyatakan tobat dan Allah
SWT pun sudah menerima tobat mereka, namun mereka berdua harus keluar dari
surga, dan diturunkan ke bumi. Kisah pelanggaran terhadap larangan buah khuldi,
dan diturunkannya Adam dan Hawa ke bumi terdapat dalam surat Al-A'râf: 19-25
dan Thaha: 123. Kisah Anak-anak AdamDi bumi pasangan Adam dan Hawa
bekerja keras mengembangkan keturunan. Keturunan pertama mereka ialah
pasangan kembar Qabil dan Iqlima, kemudian pasangan kedua Habil dan Labuda.
Setelah keempat anaknya dewasa, Nabi Adam AS mendapat petunjuk agar
menikahkan keempat anaknya secara bersilangan, Qabil dengan Labuda, Habil
dengan Iqlima. Namun Qabil menolak karena Iqlima lebih cantik dari Labuda.
Adam kemudian menyerahkan persolan ini kepada Allah SWT, dan Allah SWT
memerintahkan kedua putra Adam untuk berkurban. Siapa yang kurbannya
diterima, ialah yang berhak memilih jodohnya. Untuk kurban itu, Habil
mengambil seekor kambing yang paling disayangi di antara hewan peliharaannya,
sedang Qabil mengambil sekarung gandum yang paling jelek dari yang
dimilikinya14. Allah SWT menerima kurban dari Habil, dengan demikian Habil
berhak menentukan pilihannya. Pembunuhan pertama di Bumi Qabil tidak puas
dengan kejadian ini. Atas hasutan iblis ia lalu membunuh Habil. Inilah
pembunuhan pertama yang terjadi sepanjang sejarah hidup manusia. Setelah
saudaranya tewas, Qabil merasa bingung mengenai apa yang harus ia lakukan

13
Muhammad Husein al-Dzahabiy, al-tafsir wa al-Mufassirun, j. I, Mesir : Dar al-Maktub al-
jjjjHaditsah, 1976.
14
Rifa’at syauqi Nawawi & M. Ali hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang,1998.
terhadap jenazah saudaranya itu. Allah SWT tidak ingin mayat hamba-Nya yang
saleh tersia-sia. Ia memberikan contoh kepada Qabil melalui perilaku burung yang
menggali tanah untuk mengubur mayat lawannya yang kalah dalam pertarungan.
Qabil pun meniru perilaku burung tsb dan menguburkan jenazah Habil. Kisah
putra-putri Nabi Adam AS ini terdapat dalam QS Al-Mâ'idah: 27-32.15 

2. Ismail a.s

Nabi Ibrahim mengasingkan Hajar dan anaknya, Dengan kelahiran bayi Ismail,
Siti Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim AS, berangsur-angsur merasa cemburu
sehingga ia meminta kepada suaminya agar memindahkan Hajar dan anaknya ke
suatu tempat yang jauh. Atas wahyu dari Allah SWT, Ibrahim AS memenuhi
kehendak istrinya. Ia kemudian memindahkan Hajar dan bayinya ke tengah
padang pasir di Mekah, dekat sebuah bangunan suci yang kemudian dikenal
sebagai Ka’bah. Ia kemudian meninggalkan keduanya di tempat itu karena harus
kembali ke Palestina untuk menemui Sarah. Dalam perjalanan pulang itu Ibrahim
tak henti-hentinya memanjatkan doa memohon keselamatan bagi istri dan putra
yang ditinggalkannya.

Setelah makanan yang ditinggalkan habis, Hajar bersusah payah mencari


air. Atas pertolongan Allah SWT melalui malaikat Jibril, tiba-tiba di dekat Ismail
muncul sebuah mata air yang bening. Mata air itulah yang dikenal sebagai sumur
zamzam dan masih ada hingga saat ini. Ismail yang sudah beranjak remaja sangat
menggembirakan hati Ibrahim, namun kegembiraan itu tiba-tiba buyar karena
perintah Allah SWT lewat mimpinya yang meminta agar anak kesayangannya itu
disembelih. Mula-mula Ibrahim sangat sedih menerima mimpi itu, namun sebagai
orang yang saleh dan taat ia berniat menjalankan perintah Allah SWT tsb dan
kemudian menyampaikan berita itu kepada putranya. Tanpa ragu, Ismail meminta
ayahnya untuk melaksanakan perintah itu. Pada akhirnya, ketika hal tsb
dilaksanakan, Allah SWT mengganti Ismail dengan seekor kambing. Peristiwa ini
selalu diperingati setiap tahun dengan anjuran menyembelih hewan kurban pada
hari Idul Adha. Nabi Ismail AS menikah dengan seorang anak pendatang baru di
15
Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, Bandung, CV pustaka setia, 2010.
kawasan sumur zamzam. Anak itu berasal dari suku Jurhum. Ia kemudian menjadi
penjaga sumur zamzam yang semakin hari semakin ramai dikunjungi orang.
Menurut riwayat, Nabi Ismail AS meninggal dalam usia 137 tahun. Kisah Nabi
Ismail AS yang tidak bisa dilepaskan dari kisah Nabi Ibrahim AS diceritakan di
Al Qur’an dalam 30 ayat yang tersebar dalam 5 surat, diantaranya adalah surat
Ibrâhîm: 35-40, dan Al-Baqarah: 124-129.16

16
Usman, Ulumul Qur’an, Yogyakarta : Teras Komplek POLRI Gowok Blok D 2 No. 186, Th.
2009.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian yang dikemukakan oleh Manna’ al-Qaththan bahwa yang dimaksud
dengan kisah Al-qur’an ialah “Informasi Al-qur’an tentang umat-umat yang silam,
para Nabi, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi”.

b. Kisah-kisah para Nabi dan Rasul terdahulu, Kisah ummat, tokoh, atau
pribadi (bukan Nabi) dan peristiwa-peristiwa masa lalu, Kisah-kisah yang terjadi
pada zaman Nabi Muhammad SAW.

c. Menjelaskan prinsip-prinsip dakwah dan pokok syari’at yang dibawa oleh


para nabi, Menguatkan hati nabi Muhammad dan memperkuat keyakinan kaum
mukminin, Mengabadikan jejak para nabi terdahulu, Membuktikan kebenaran
informasi yang berasal dari nabi Muhammad, Menarik minat pembaca,
Menjelaskan tentang kerasulan kepada ummat, meringankan beban jiwa nabi
Muhammad dan para pengikutnya, Menumbuhkan kepercayaan diri dan
ketentraman, Membuktikan kerasulan Muhammad saw dan mu’jizatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Baidan, Nashruddin. 2004. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta:Pustaka


Pelajar

Abdul Wahid, Ramli. 1994. Ulumul qur’an. Jakarta:Rajawali.

Syadali, Ahmad. 1997. Ulumul qur’an I.Bandung:CV. Pustaka Setia.

Thamrin, Husni. 1982. Muhimmah ulumul qur’an. Semarang:Bumi Aksara.

Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, Bandung, Tafakur, 2009.

Burhanuddin al Zarkasyi, al Burhan fi Ulum Al-Quran, Beirut : Dar al-Ma’rifat,


1972.

Hasbi Asy-Syidiqie, ilmu-ilmu Al-qur’an, Jakarta:PT Bulan Bintang, tahun 1972.

Khalid Abdul Ar-Rahman Al-‘ak, Ushul At-Tafsir wa Qawa’iduh, Bairut, 1986.

Manna’ Al-Qathathan,Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, Beirut : al-Syirkah al-


Muttahidah li al-Tauzi, 1973.

Mudzakir. AS, Study al-Qur’an, Jakarta : Lentera Antar Nusa, 2010.

Muhammad Ali al-Shabuniy, al-Tibyan fi ‘Ulum al-Qur’an, Beirut : Dar al-


Irsyad, 1970.

Muhammad Az-Zarkani, Manahil Irfan Fi Ulumi Al-Qur’an, juz1 , Mesir.

Muhammad Husein al-Dzahabiy, al-tafsir wa al-Mufassirun, j. I, Mesir : Dar al-


Maktub al-Haditsah, 1976.

Rifa’at syauqi Nawawi & M. Ali hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta: Bulan
Bintang,1998.

Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, Bandung, CV pustaka setia, 2010.

Usman, Ulumul Qur’an, Yogyakarta : Teras Komplek POLRI Gowok Blok D 2


No. 186, Th. 2009.

Anda mungkin juga menyukai