Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AL QUR’AN DAN HADITS TENTANG SEJARAH

MACAM MACAM TUJUAN DAN KISAH DALAM ALQUR’AN DAN


HADITS

Dosen Pengampu : Intan Melati Utami, M. Ag.

Di Susun Oleh : Bareratul Inayah ( 2111430027 )

Leo nardo ( 2111430028 )

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, dan DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SOEKARNO

BENGKULU
2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kisah–kisah dalam Al-Qur’an dan Hadits memiliki sisi urgensi yang sangat besar.  Ia
adalah unsur terpenting dari proses pendidikan dan informasi. Dengan kisah-kisah itu, dakwah
mampu menembus relung hati yang dalam dari pendengarnya, objek dakwah. Dakwah Islam
juga bisa ditampilkan melalui media kisah, sehingga tujuan-tujuannya  sebagai tugas agama bisa
tercapai. Kisah merupakan sarana yang sangat ampuh dalam proses pendidikan. Oleh karenanya,
kisah adalah variabel penting yang ditampilkan Al-Qur’an Dan Hadits ,untuk itu, kisah-kisah di
dalamnya sangat mendominasi mayoritas surah yang ada dalam Al-Qur’an dan hadits. Karena
itu, merupakan sebuah tuntutan bagi kita,  Kaum Muslimin yang menjadikan Al-Qur’an sebagai
pembimbing utama dalam hidup, untuk memahami kisah-kisah yang ada di dalamnya dan
memahami hikmah yang ada dibaliknya. Hal ini agar kita bisa mengambil pelajaran dan tuntunan
darinya.

RUMUSAN MASALAH

a. Apa yang dimaksud dengan kisah dalam Al Qur’an?

b. Apa saja macam-macam kisah dalam Al Qur’an?

c. Apa tujuan dan manfaat kisah dalam Al Qur’an?

TUJUAN

a. Mengetahui pengertian kisah dalam Al Qur’an

b. Mengetahui macam-macam kisah dalam Al Qur’an

c.  Mengetahui tujuan dan manfaat kisah dalam Al Qur’an


BAB II

PEMBAHASAN

      A.    Pengertian Kisah

Lafal “kisah” berasal dari bahasa Arab qishshat jamaknya qishash yang menurut


Muhammad Ismail Ibrahim, berarti “Hikayat [dalam bentuk] prosa yang panjang”. Sedangkan
Manna al-Qaththan berkata, “Kisah ialah menelusuri jejak”. Seperti tersebut dalam ayat 64 dari
al-Kahfi: “‫( ”فارتداعلى آثارهما قصصا‬Maka keduanya kembali [lagi] menelusuri jejak mereka), dan
dalam ayat 11 dari al-Qashash “‫يه‬O‫ه قص‬O‫الت ألخت‬O‫”وق‬ (Dan ibu Nabi Musa berkata kepada kakak
perempuannya (Musa), “Ikuti adikmu [yang ada dalam kotak itu, sampai kamu melihat siapa
yang mengambilnya]”).

Walaupun pada lahirnya kedua pengertian itu tempak sedikit berbeda, namun pada hakikatnya
tidak berbeda secara tajam karena yang pertama melihatnya dari sudut gaya bahasa yang dipakai
dalam kisah, sementara yang kedua melihatnya dari segi cara yang ditempuh dalam berkisah.

Adapun dari segi terminologi (istilah), kata Kisah berarti berita-berita mengenai permasalahan


dalam masa-masa yang saling berturut-turut sedangkan qashash adalah akar kata (mashdar)
dari qashsha yaqushshu, secara lughowi konotasinya tak jauh berbeda dari yang disebutkan di
atas, yang dipahami sebagai “Cerita yang ditelusuri” 

Dari pengertian itu dan setelah memerhatikan kisah-kisah yang diungkapkan oleh Al-qur’an,
maka kita dapat menerima pengertian yang dikemukakan oleh Manna’ al-Qaththan bahwa yang
dimaksud dengan kisah Al-qur’an ialah “Informasi Al-qur’an tentang umat-umat yang silam,
para Nabi, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi”.
Berdasarkan pengertian itu, maka kita dapat berkata, bahwa kisah-kisah yang dimuat dalam Al-
qur’an semuanya cerita yang benar-benar terjadi, tidak ada cerita fiksi, khayal, apalagi dongeng.
Semua ayat itu menegaskan secara pasti bahwa semua kisah didalam Al-qur’an adalah benar, tak
ada yang bohong atau fiksi dan sebagainya. Namun ada yang sudah terbukti kebenarannya
berdasarkan penyelidikan ilmiah, dan masih banyak yang belum ditemukan buktinya. Hal itu
antara lain disebabkan, terutama oleh sangat terbatasnya pengetahuan manusia. Di antara yang
sudah ditemukan, ialah jasad Fir’aun yang tenggelam di laut Merah ketika mengejar Nabi Musa
AS.bersama kaumnya.

      B.     Macam-macam Kisah dalam Al Qur’an

1.      Kisah-kisah para Nabi dan Rasul terdahulu

Tentunya kita semua tahu bahwa tidaksemua Nabi dan Rasul itu disebutkan kisahnya di dalam
Al Qur’an, Nabi dan Rasul yang disebutkan dalam Al Qur’an hanyalah 25 orang, dimulai dari
Nabi Adam As sampai dengan Nabi Muhammad SAW.

Kemudian dari 25 orang ini, secara garis besar dilihat dari sisi panjang atau singkatnya kisahnya,
dapat dijadikan menjadi tiga kelompok :

a. Kisah yang disebutkan dengan panjang lebar,kisah yang masuk dalam kategori ini adalah
kisah dari Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Yusuf, Musa dan Harun, Daud dan Sulaiman, serta
Isa ‘alaihimu al-salam. Namun diantara yang lainnya, kisah Nabi Yusuf adalah kisah yang paling
panjang, karena diceritakan dengan lengkap, mulai dari masa kecilnya sampai menjadi penguasa
di mesir dan dapat berkumpul dengan Bapak dan Saudara-saudaranya.

b. Kisah yang disebutkan dengan sedang, kisah yang masuk dalam kategori ini adalah kisah dari
Nabi Hud, Luth, Shaleh, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, Zakariya dan Yahya ‘alaihimu al-salam.

c. Kisah yang disebutkan dengan sekilas,kisah yang masuk dalam kategori ini adalah kisah dari
Nabi Idris, Ilyasa’ dan Ilyas.

Sedangkan kisah dari Nabi Muhammad SAW, bisa dikategorikan kedalam bagian yang pertama
(diceritakan secarapanjang lebar), Karena diceritakan kisah Nabi Muhammad SAW beberapa
peristiwa yang terjadi pada zaman beliau, seperti peristiwa yang yang dialami beliau waktu kecil,
permulaan dakwah, hijrah, dan beberapa perang yang dialami serta beberapa gambaran
kehidupan keluarga beliau.
2.      Kisah ummat, tokoh, atau pribadi (bukan Nabi) dan peristiwa-peristiwa masa lalu

Tokoh yang pertama kali kisahnya diceritakan dalam Al Qur’an adalah dua orang putra Nabi
Adam sendiri yaitu Qabil dan Habil, Al Qur’an menceritakan kisah ketika Qabil membunuh
saudaranya sendiri Karena akibat dari sifat dengkinya. Inilah pembunuhan pertama yang terjadi
dalam sejarah umat islam. Dan masih banyak lagi kisah-kisah seorang tokoh yang diceritakan
dalam Al Qur’an, sebagian dari kisah ini antara lain :

a.       Kisah Qarun yang hidup pada zaman Nabi Musa As

b.      Kisah peperangan antara Jalut dan Thalut

c.       Kisah tentang Ashabul Kahfi

d.      Kisah Raja Dzul Qarnain

e.       Kisah kaum Ashabul Ukhdud

f.       Kisah Maryam yang diasuh oleh Nabi Zakariya

Dan beberapa kisah lain yang tidak bisa disebutkan oleh penulis secara lengkap.

3.      Kisah-kisah yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW

            Beberapa kisah yang terjadi pada masa Nabi Muhammad juga disebutkan  dalam Al
Qur’an, salah satunya yaitu ketika sebelum Nabi lahir Tentara Bergajah melakukan penyerbuan
ke Makkah yang bertujuan untuk menghancurkan Ka’bah, yang dipimpin oleh Raja Abrahah.
Diceritakan pula kisah Nabi Muhammad waktu kecil dengan statusnya sebagai anak yatim yang
miskin dan belum mendapat bimbingan wahyu, dengan bahasa yang singkat dan puitis.

            Dan juga peristiwa setelah beliau diangat menjadi Rasul, yaitu peristiwa Isra’ dan Mi’raj,
hijrah, perang badar, perang uhud, perang azhab atau perang khandaq, dan perang humain, juga
kisah-kisah seputar fathu makkah dan peristiwa lainnya yang juga tidak bisa disebutkan oleh
penulis secara lengkap.

      C.     Tujuan dan Manfaat Kisah dalam Al Qur’an


            Dari beberapa literatur, dapat disimpulkan bahwa kisah-kisah Alquran bertujuan untuk:

1. Menjelaskan prinsip-prinsip dakwah dan pokok syari’at yang dibawa oleh para nabi.

2. Menguatkan hati nabi Muhammad dan memperkuat keyakinan kaum mukminin.

3. Mengabadikan jejak para nabi terdahulu.

4. Membuktikan kebenaran informasi yang berasal dari nabi Muhammad.

5. Menarik minat pembaca.

6. Menjelaskan tentang kerasulan kepada ummat.

7. meringankan beban jiwa nabi Muhammad dan para pengikutnya.

8. Menumbuhkan kepercayaan diri dan ketentraman.

9. Membuktikan kerasulan Muhammad saw dan mu’jizatnya.

Sehingga kisah-kisah Al-Qur`an mengandung banyak manfaat dan faedah bagi manusia, di
antaranya:

1. Menjelaskan landasan dasar (asas) dakwah mengajak manusia kepada Allah, menerangkan


tentang pokok-pokok (ushul) syariat yang dibawa masing-masing Nabi yang diutus Allah.
Firman Allah :

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan
kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq melainkan Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku’.” (Al-Anbiya`: 25)

2. Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat beliau di atas ajaran Allah , mengokohkan
ketsiqahan (kepercayaan) kaum mukminin akan kemenangan al-haq dan tentaranya serta
terhinanya kebatilan dan para pembelanya. Allah berfirman:

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya
Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran
dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Hud: 120)

3. Membenarkan para nabi sebelumnya, menghidupkan nama serta melestarikan jejak mereka.

4. Menonjolkan kebenaran/kejujuran Nabi Muhammad dan dalam dakwahnya melalui berita


yang beliau sampaikan tentang keadaan masa lalu seiring perjalanan masa dan generasi.

5.    Sebagai Upaya Mengoreksi Pendapat Ahli Kitab. Pernyataan dan keyakinan ahli kitab pada
masa Rasulullah saw. banyak yang sudah bertolak belakang dengan realias sebelumnya yang
terjadi ppada masa nabi Musa as dan nabi Isa as. karena itu, kisah-kisah yang menceritakan  Bani
Israil ataupun ahli kitab dalam al-Qur’an dapat menjadi koreksi bagi kesalahan mereka,
sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an:

 “Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil
(Ya’qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: ‘(Jika kamu mengatakan
ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia
jika kamu orang-orang yang benar’.” (Ali ‘Imran: 93)

     6.    Menjadi Sarana Menanamkan Pendidikan Akhlak Mulia

Meskipun berupa suatu kisah, ayat al-Qur’an memiliki misi untuk menanamkan akhlak yang
mualia bagi para pembacanya. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Yusuf ayat 111:

 “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal.” (Yusuf: 111)

7. Menjelaskan hikmah Allah  berkaitan dengan hal-hal yang terkandung dalam kisah itu,
sebagaimana firman Allah :

“Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah yang di dalamnya terdapat
cegahan (dari kekafiran), itulah suatu hikmah yang sempurna maka peringatan-peringatan itu
tiada berguna (bagi mereka).” (Al-Qamar: 4-5)

8. Menerangkan keadilan Allah  dengan adanya hukuman yang ditimpakan kepada orang-orang


yang mendustakan, sebagaimana firman Allah :

“Dan Kami tidaklah menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri,
karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru
selain Allah, di waktu adzab Rabbmu datang.” (Hud: 101)

9. Menerangkan karunia Allah  dengan menyebutkan pahala yang dilimpahkan kepada orang


yang beriman, sebagaimana firman-Nya:

“Sesungguhnya Kami telah mengembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu
(yang menimpa mereka). Kecuali keluarga Luth. Mereka Kami selamatkan di waktu sebelum
fajar menyingsing, sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur.” (Al-Qamar: 34-35)

10. Sebagai hiburan bagi Nabi dan atas gangguan yang dilancarkan orang-orang yang
mendustakan beliau, sebagaimana firman Allah :

“Dan jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka
telah mendustakan (rasul-rasulnya); kepada mereka telah datang rasul-rasulnya dengan
membawa mukjizat yang nyata, zubur, dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna.
Kemudian Aku adzab orang-orang yang kafir; maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya) akibat
kemurkaan-Ku.” (Fathir: 25-26)

11. Membangkitkan rasa antusias kaum mukminin terhadap keimanan dengan mendorong


mereka agar teguh di atasnya serta meningkatkannya ketika mengetahui keberhasilan orang-
orang beriman terdahulu serta kemenangan mereka yang diperintah berjihad. Sebagaimana
firman Allah :

“Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan
demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (Al-Anbiya`: 88)

12. Men-tahdzir (peringatan) orang-orang kafir agar tidak terus-menerus tenggelam dalam
kekafirannya, sebagaimana firman Allah :

“Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat
memerhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka; Allah telah
menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat)
seperti itu.” (Muhammad: 10)

13. Mengakui keberadaan risalah Nabi Muhammad , karena berita-berita tentang umat-umat
sebelumnya tidak ada yang tahu kecuali Allah , sebagaimana firman Allah:

“Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu
(Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini.” (Hud:
49) Dan firman-Nya: “Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu)
kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud, dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka
selain Allah.” (Ibrahim: 9)

14. Penjelasan tentang sunnatullah pada makhluk-Nya, baik secara individu, maupun kelompok.
Sunnah itu berlaku pada orang-orang terdahulu dan yang datang kemudian, agar dijadikan
pelajaran oleh orang-orang yang beriman. Oleh sebab itulah, kisah-kisah Qur`ani ini bukan
semata-mata memaparkan sejarah umat manusia atau sosok tertentu. Tapi yang diuraikan adalah
hal-hal yang memang dapat dijadikan pelajaran, nasihat, dan peringatan. Allah l berfirman:

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya
Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran
dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Hud: 120) Wallahu a’lam.

D. Perbedaan Kisah dalam Al Qur’an dengan Buku Sejarah

            Al-Qur’an yang memuat kisah tersebut tidak dapat disimpulkan sebagai kitab sejarah
dalam pengertian yang dipahami oleh para sejarawan. Kesimpulan ini didasarkan atas beberapa
perbedaan dalam pemaparan kisah dalam Al-Qur’an dengan apa yang dipaparkan oleh para
sejarawan, di antaranya adalah:
Al-Qur’an terkadang mengesampingkan unsur-unsur penting sebuah peristiwa sejarah, maka
sering tidak ditemukan dalam pemaparan kisah-kisah Al-Qur’an tentang waktu, tempat dan nama
pelaku peristiwa. Bahkan tidak ditemukan satu pun dalam kisah Al-Qur’an waktu kejadian
peristiwa tersebut secara pasti. Adapun tempat kejadian, dalam kisah tertentu diterangkan dengan
jelas.

Al-Qur’an sering menonjolkan beberapa potong saja dari suatu peristiwa dan tidak
menceritakannya dengan tuntas. Misalnya ketika menceritakan suatu kejadian yang menimpa
orang-orang tertentu atau kaum tertentu hanya diceritakan bagian tertentu saja yang dinilai dapat
berfungsi sebagai mediator penyampaian pesan khusus yang menjadi tujuan utama
diceritakannya kisah tersebut. Atas dasar itulah maka Al-Qur’an juga sering menceritakan lebih
dari satu kisah yang bertujuan sama dalam satu waktu.

Al-Qur’an sering menceritakan satu kisah dalam dua versi pendeskripsian. Di satu tempat kisah-
kisah tersebut disandarkan kepada para pelaku tertentu namun di tempat lain pelaku-pelaku
tersebut diganti dengan pelaku-pelaku baru. Sebagai contoh dapat dikemukakan dalam kisah
Fir’aun bersama para pemuka dan juga tukang sihirnya seperti yang direkam dalam surah al-
A’raf/7: 109: “Pemuka-pemuka kaum Fir‘aun berkata, “Orang ini benar-benar pesihir yang
pandai”, dalam surah asy-Syu’ara’/26: 34 pelaku tersebut kemudian diganti: “Dia (Fir‘aun)
berkata kepada para pemuka di sekelilingnya, “Sesungguhnya dia (Musa) ini pasti seorang
pesihir yang pandai,”

Dalam kisah-kisah Al-Qur’an yang diulang sering dijumpai karakteristik atau kondisi jiwa
pelakunya berbeda, padahal masih dalam kejadian yang sama. Misalnya ketika Al-Qur’an
menggambarkan sikap Allah Swt. kepada nabi Musa ketika melihat api. Dalam surah
an-Naml/27: 8 Allah berfirman: “Maka ketika dia tiba di sana (tempat api itu), dia diseru, “Telah
diberkahi orang-orang yang berada di dekat api, dan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam.”

E.     Pertalian Kisah Dengan Hajat Hidup Manusia

Dari uraian terdahulu kita mendapat gambaran bahwa kisah dalam Al-qur’an mempunyai
multifungsi, selain berisi pelajaran yang amat berharga, juga berfungsi mengokohkan akidah
Tauhid; dan sekaligus menenteramkan jiwa, serta menetapkan pendirian dalam berjuang; bahkan
dapat pula kisah itu berfungsi sebagai penghibur jiwa dan pelipur lara, terutama bila berhadapan
dengan tantangan yang keras dari umat mereka dan penolakan mereka. Peristiwa yang sangat
mengecewakan serupa itu tak usah menjadikan kita bersedih hati apalagi berputus asa sebab
nabi-nabi di masa silam juga menghadapi hal serupa, bahkan lebih sadis dan brutal sebagaimana
telah disebutkan di muka. Jadi dengan adanya kisah para nabi itu maka kita merasa terhibur,
karena bila dibandingkan dengan apa yang dihadapi oleh para nabi di masa silam itu, maka yang
kita hadapi masih jauh lebih ringan.
Dari keterangan tersebut tampak di muka kita bahwa kisah-kisah dalam Al-qur’an betul-betul
bertalian dengan kebutuhan hidup umat manusia di dunia ini. Selain itu, jika kisah yang dikarang
oleh manusia lebih banyak menunjukkan segi hiburan dari pada pelajaran, maka kisah-kisah
dalam Al-qur’an sebaliknya, yakni lebih mengutamakan pelajaran, pendidikan, dan dakwah
daripada tujuan-tujuan yang lain. Berdasarkan kenyataan yang demikian, maka terasa sekali
kisah-kisah tersebut bertalian sangat erat dengan hajat hidup manusia di muka bumi ini.

F.     Kandungan Kisah

Dengan diungkapkan berbagai kisah yang dilalui oleh umat-umat di zaman lampau serta akibat
yang timbul dari perbuatan dan keingkaran mereka, maka kita yang hidup kemudian dapat
mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa tersebut; sehingga dapat menghindarkan diri dari
perbuatan-perbuatan yang tercela dan melaksanakan hal-hal yang terpuji agar apa yang dialami
oleh umat yang lalu itu tidak terulang lagi di masa kini.

Kisah-kisah dalam Al-qur’an diungkapkan dalam rangka mendidik umat tentang bagaimana cara
hidup sebagai khalifah yang diserahi amanah memakmurkan dan membngun kehidupan yang
layak bagi umat manusia di muka bumi ini. Dari itu kisah-kisah tersebut berisi materi antara lain:
Tauhid, Akhlak, dan Mu’amalah.

Ketiga unsur ini amat penting dalam kehidupan umat. Sebagai contoh, misalnya tertera dalam
ayat 85 dari al-A’raf:

‫اس‬OO‫وإلى مدين أخاهم شعيبا قال ياقوم اعبدوا هللا مالكم من إله غيره قدجاءتكم بينة من ربكم فأوفوا الكيل والميزان والتبخسوا الن‬
‫أشياءهم والتفسدوافى االرض بعد إصالحها ذلكم خيرلكم إن كنتم مؤمنين‬.

(Dan [Kami telah mengutus] kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata:
‘Hai kaumku! Sembahlah Allah. Sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Sesungguhnya
telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan
timbangan, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu betul-betul orang yang
beriman).
Jelas terlihat dalam kisah itu ketiga unsur tadi (akidah, ibadah, dan muamalah). Unsur akidah dan
ibadah tampak pada seruan Nabi Syu’aib agar umatnya hanya menyembah Allah semata bukan
yang lain; sementara unsur muamalah terlihat dari peringatannya agar kaumnya jujur dalam
menimbang dan menakar; sedangkan dari segi akhlak mereka dituntut supaya tidak berbuat
binasa di muka bumi.

G. Contoh Kisah

1. Adam As, Manusia pertama diciptakan

            Manusia pertama di dunia, moyang dari seluruh umat manusia. Diciptakan dari tanah
oleh Allah SWT, dan kemudian ditiupkan roh ke dalamnya. Semua makhluk di surga bersujud
kepadanya atas perintah Allah SWT, hanya iblislah yang menolak, krn ia merasa dirinya yang
diciptakan dari api lebih tinggi derajatnya daripada Adam. Sebagai akibatnya, Allah SWT
mengusir iblis dari surga dan melaknatnya sampai hari pambalasan. Sejak itu iblis bersumpah
untuk senantiasa menyesatkan Adam dan keturunannya hingga hari kiamat nanti, sebagai balasan
bagi Adam yang dianggapnya telah menyebabkan ia terusir dari surga. Kisah penciptaan Adam,
pembangkangan iblis, dan pengusiran iblis dari surga dinyatakan dalam surat Al-Baqarah: 30-38,
Al-A'râf: 11-18, dan Shâd: 73-83. Larangan buah Khuldi

            Semula Adam AS tinggal seorang diri di surga, namun kemudian Allah SWT
menciptakan Hawa sebagai istrinya. Iblis tak henti-hentinya menggoda Adam dan Hawa untuk
memakan buah khuldi, satu-satunya buah yang dilarang Allah SWT untuk dimakan di dalam
surga. Godaan iblis ini berhasil, karena pada akhirnya Adam dan Hawa memakan buah itu.
Meskipun sudah menyatakan tobat dan Allah SWT pun sudah menerima tobat mereka, namun
mereka berdua harus keluar dari surga, dan diturunkan ke bumi. Kisah pelanggaran terhadap
larangan buah khuldi, dan diturunkannya Adam dan Hawa ke bumi terdapat dalam surat Al-
A'râf: 19-25 dan Thaha: 123. Kisah Anak-anak Adam
Di bumi pasangan Adam dan Hawa bekerja keras mengembangkan keturunan. Keturunan
pertama mereka ialah pasangan kembar Qabil dan Iqlima, kemudian pasangan kedua Habil dan
Labuda. Setelah keempat anaknya dewasa, Nabi Adam AS mendapat petunjuk agar menikahkan
keempat anaknya secara bersilangan, Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlima. Namun Qabil
menolak karena Iqlima lebih cantik dari Labuda. Adam kemudian menyerahkan persolan ini
kepada Allah SWT, dan Allah SWT memerintahkan kedua putra Adam untuk berkurban. Siapa
yang kurbannya diterima, ialah yang berhak memilih jodohnya. Untuk kurban itu, Habil
mengambil seekor kambing yang paling disayangi di antara hewan peliharaannya, sedang Qabil
mengambil sekarung gandum yang paling jelek dari yang dimilikinya. Allah SWT menerima
kurban dari Habil, dengan demikian Habil berhak menentukan pilihannya. Pembunuhan pertama
di Bumi
Qabil tidak puas dengan kejadian ini. Atas hasutan iblis ia lalu membunuh Habil. Inilah
pembunuhan pertama yang terjadi sepanjang sejarah hidup manusia. Setelah saudaranya tewas,
Qabil merasa bingung mengenai apa yang harus ia lakukan terhadap jenazah saudaranya itu.
Allah SWT tidak ingin mayat hamba-Nya yang saleh tersia-sia. Ia memberikan contoh kepada
Qabil melalui perilaku burung yang menggali tanah untuk mengubur mayat lawannya yang kalah
dalam pertarungan. Qabil pun meniru perilaku burung tsb dan menguburkan jenazah
Habil. Kisah putra-putri Nabi Adam AS ini terdapat dalam QS Al-Mâ'idah: 27-32. 

2. Ismail a.s

            Nabi Ibrahim mengasingkan Hajar dan anaknya, Dengan kelahiran bayi Ismail, Siti
Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim AS, berangsur-angsur merasa cemburu sehingga ia meminta
kepada suaminya agar memindahkan Hajar dan anaknya ke suatu tempat yang jauh. Atas wahyu
dari Allah SWT, Ibrahim AS memenuhi kehendak istrinya. Ia kemudian memindahkan Hajar dan
bayinya ke tengah padang pasir di Mekah, dekat sebuah bangunan suci yang kemudian dikenal
sebagai Ka'bah. Ia kemudian meninggalkan keduanya di tempat itu karena harus kembali ke
Palestina untuk menemui Sarah. Dalam perjalanan pulang itu Ibrahim tak henti-hentinya
memanjatkan doa memohon keselamatan bagi istri dan putra yang ditinggalkannya. 

            Setelah makanan yang ditinggalkan habis, Hajar bersusah payah mencari air. Atas
pertolongan Allah SWT melalui malaikat Jibril, tiba-tiba di dekat Ismail muncul sebuah mata air
yang bening. Mata air itulah yang dikenal sebagai sumur zamzam dan masih ada hingga saat
ini. Ismail yang sudah beranjak remaja sangat menggembirakan hati Ibrahim, namun
kegembiraan itu tiba-tiba buyar karena perintah Allah SWT lewat mimpinya yang meminta agar
anak kesayangannya itu disembelih. Mula-mula Ibrahim sangat sedih menerima mimpi itu,
namun sebagai orang yang saleh dan taat ia berniat menjalankan perintah Allah SWT tsb dan
kemudian menyampaikan berita itu kepada putranya. Tanpa ragu, Ismail meminta ayahnya untuk
melaksanakan perintah itu. Pada akhirnya, ketika hal tsb dilaksanakan, Allah SWT mengganti
Ismail dengan seekor kambing. Peristiwa ini selalu diperingati setiap tahun dengan anjuran
menyembelih hewan kurban pada hari Idul Adha. Nabi Ismail AS menikah dengan seorang anak
pendatang baru di kawasan sumur zamzam. Anak itu berasal dari suku Jurhum. Ia kemudian
menjadi penjaga sumur zamzam yang semakin hari semakin ramai dikunjungi orang. Menurut
riwayat, Nabi Ismail AS meninggal dalam usia 137 tahun. Kisah Nabi Ismail AS yang tidak bisa
dilepaskan dari kisah Nabi Ibrahim AS diceritakan di Al Qur'an dalam 30 ayat yang tersebar
dalam 5 surat, diantaranya adalah surat Ibrâhîm: 35-40, dan Al-Baqarah: 124-129. 
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

a.      Pengertian yang dikemukakan oleh Manna’ al-Qaththan bahwa yang dimaksud dengan
kisah Al-qur’an ialah “Informasi Al-qur’an tentang umat-umat yang silam, para Nabi, dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi”.

b.      Kisah-kisah para Nabi dan Rasul terdahulu, Kisah ummat, tokoh, atau pribadi (bukan Nabi)
dan peristiwa-peristiwa masa lalu, Kisah-kisah yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW

c.       Menjelaskan prinsip-prinsip dakwah dan pokok syari’at yang dibawa oleh para nabi,
Menguatkan hati nabi Muhammad dan memperkuat keyakinan kaum mukminin, Mengabadikan
jejak para nabi terdahulu, Membuktikan kebenaran informasi yang berasal dari nabi Muhammad,
Menarik minat pembaca, Menjelaskan tentang kerasulan kepada ummat, meringankan beban
jiwa nabi Muhammad dan para pengikutnya, Menumbuhkan kepercayaan diri dan ketentraman,
Membuktikan kerasulan Muhammad saw dan mu’jizatnya.

d.      Kisah-kisah para Nabi dan Rasul terdahulu, Kisah ummat, tokoh, atau pribadi (bukan Nabi)
dan peristiwa-peristiwa masa lalu, Kisah-kisah yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW

Saran

            Jadi kita dapat berkata, bahwa tak disebutkan tempat dan waktu terjadinya suatu
peristiwa, punya tujuan yang lebih besar dan mulia, yakni mendorong umat untuk melakukan
penyelidikan intensif sehingga dapat membuktikan sendiri kebenaran Al-qur’an. Apabila semua
telah dijelaskan oleh Al-qur’an maka bidang penyelidikan ilmiah, terutama tentang sejarah akan
kurang mendapat perhatian dan motivasi untuk mengetahuinya tidak begitu kuat. Tapi jika hal itu
tak dijelaskan, maka akan memberikan motivasi yang kuat sekali bagi para ilmuwan yang
berminat terhadap sejarah dan kehidupan social lainnya untuk melakukan penelitian dan
penyelidikan imliah.
DAFTAR PUSTAKA

Baidan, Nashruddin. 2004. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Abdul Wahid, Ramli. 1994. Ulumul qur’an. Jakarta:Rajawali

Syadali, Ahmad. 1997. Ulumul qur’an I.Bandung:CV. Pustaka Setia

Thamrin, Husni. 1982. Muhimmah ulumul qur’an. Semarang:Bumi Aksara

http://fakorrosyik.blogspot.com/2015/04/hikmah-mempelajari-kisah-kisah-quran.html

http://yusrilsamalanga.blogspot.com/2016/08/pengertian-kisah-dalam-al-quranmacam.html?m=1

http://ruslanfariadiam.blogspot.com/2017/11/kisah-kisah-dalam-al-quran-mengungkap_11.html

http://alinurdin.com/2017/04/30/tujuan-kisah-dalam-al-quran/

http://rizalnurshidiq.blogspot.com/2013/07/kisah-singkat-25-nabi-dan-rasul_5339.html

Anda mungkin juga menyukai