) اْلِفيِل ِبَأْص َح اِب َر ُّبَك َفَعَل َكْيَف َتَر َأَلْم1( ) َتْض ِليٍل ِفي َكْيَد ُهْم َيْج َع ْل َأَلْم2( َو َأْر َسَل
)5( ) َف َج َع َلُهْم َك َع ْص ٍف َم ْأُك وٍل4( ) َت ْر ِميِه ْم ِبِحَج اَر ٍة ِمْن ِس ِّج يٍل3( َع َلْي ِه ْم َط ْيًر ا َأَب اِبيَل
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah
Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kapada
mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang
terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” (QS. Al Fiil: 1-5).
Abrahah adalah seorang gubernur atau wakil raja Najasyi (kerajaan Habsyi) yang
berkuasa di wilayah Arab bagian Selatan. Dan untuk menunjukkan pengabdiannya kepada raja
Najasyi, Abrahah membangun sebuah gereja yang besar dan megah yang tidak ada
tandingannya. Gereja itu dibangun di “Shan’a” dengan diberi nama “Qullais”. Dibangunnya
gereja itu bertujuan untuk kepentingan kerajaan Habsyi, karena sebagian besar rakyatnya
beragama Kristen, disamping itu juga untuk menandingi dan memalingkan orang-orang Arab
yang selama itu berhaji ke Mekah, agar supaya mereka berpindah ke gereja Qullais.
Kemudian para pemuka bengsa Arab marah ketika mendengar berita tentang
dibangunnya sebuah gereja di wilayah Arab Selatan, dengan tujuan untuk memalingkan orang-
orang Arab agar tidak berhaji ke Mekah, melainkan pergi ke gereja Qullais yang dibangun oleh
Abrahah. Maka bangkitlah salah seorang dari pemuka bangsa Arab ( dari kabilah Bani Faqim bin
‘Adiyy) dengan melakukan cara sembunyi-sembunyi pergi menyelinap ke dalam gereja Qullais
tadi yang dibangun oleh Abrahah, lalu ia buang hajat di dalam gereja itu, dan sesudah itu, ia
cepat-cepat pergi meninggalkan tempat itu, dan kembali ke daerahnya.
Maka Abrahah sangat marah ketika mendengar berita bahwa yang memberikan kotoran
di dalam gereja itu adalah salah seorang penghuni dan pembela rumah yang dihormati itu
(Ka’bah). Tetapi sebelum itu ia mengirimkan utusannya ke Bani Kinanah untuk mengajak
mereka memelopori haji ke gereja Qullais, namun utusannya dibunuh oleh Bani Kinanah.
Dengan demikian semakin bertambah murkanya Abrahah melihat kejadian itu. Maka dengan
segeranya ia memerintahkan pasukan bergajahnya untuk berangkat menuju ke kota Makkah guna
menghancurkan Ka’bah.
Ketika orang-orang Arab mendengar keberangkatan Abrahah dengan pasukan
bergajahnya yang berjumah besar, maka mereka orang-orang Arab berusaha menghadang
mereka dengan cara perang, namun mereka gagal dan kalah dalam perang melawan Abrahah
beserta pasukannya, sehingga Abrahah dan bala tentaranya terus melanjutkan perjalanan menuju
kota Makkah.[5]
Ketika Abrahah dan bala tentaranya sudah mendekati kota Makkah, maka Abdul
Muthallib ( seorang pemuka suku Quraisy) memerintahkan kepada penduduk Makkah supaya
mereka pergi meninggalkan Makkah dan bersembunyi ke bukit-bukit yang sangat jauh, agar
nantinya mereka tidak terinjak-injak oleh tentara bergajah yang dipimpin oleh Abrahah. Setelah
Abdul Muthallib memerintahkan penduduknya, maka ia dan beberapa pemuka suku Quraisy
lainnya pergi ke Ka’bah dengan berdo’a kepada Allah SWT. sambil memegang kuat-kuat pintu
Ka’bah seraya berdo’a “ Ya Tuhanku, tidak ada yang aku harap selain Engkau. Sesungguhnya
siapa yang memusuhi rumah ini adalah musuh Engkau. Mreka tidak akan dapat menaklukan
kekuatan Engkau.”
Sesudah itu Abdul Muthallib dan para pemuka suku Quraisy pergi meninggalkan Ka’bah
dan menuju bukit-bukit yang sangat jauh dari Makkah, dan mereka menyaksikan kedatangan
Abrahah dan bala tentaranya masuk ke kota Makkah.
Ketika Abrahah dan bala tentaranya akan memasuki kota Makkah, maka tiba-tiba
gajahnya yang diberi nama “Mahmud” tidak mau berangkat dan ia terus tengkurup dan tidak
mau berdiri. Tapi anehnya, ketika gajah tersebut disuruh menghadap ke Yaman dan Syam, maka
ia terus berdiri dan berjalan, sekalipun Abrahah memukul kepalanya. Karena hal itu sebelumnya
gajah tersebut sudah dibisikkan ke dalam telinganya oleh Nufail bin Habib bahwa ia akan diajak
oleh Abrahah ke kota Makkah untuk menghancurkan Ka’bah. Dari sinilah gajah itu memiliki
keaneh-anehan sehingga ia tidak mau mengikuti Abrahah.
Denga keadaan demikian, Abrahah dan bala tentaranya telah melihat dan menyaksikan
beribu-ribu ekor burung Ababil terbang di udara dengan masing-masing membawa tiga butir
batu; sebutir batu di mulutnya dan dua butir batu lainnya dicengkram oleh kedua kakinya. Dan
tiba-tiba dengan serentak butiran batu itu ia lemparkan kepada Abrahah dan bala tentaranya,
sehingga dalam sekejap saja mereka lari ketakutan dan kepanasan, pada akhirnya mereka binasa
akibat lemparan batu kecil yang sangat panas. [6]
َنْح ُن َنُقُّص َع َلْيَك َنَبَأُهْم ِباْلَح ِّق ِإَّنُهْم ِفْتَيٌة َآَم ُنوا ِبَر ِّبِهْم َو ِز ْدَناُهْم ه
Artinya : “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya
mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula
untuk mereka petunjuk.” (Q.S. Al Kahfi : 13)
َو اَّلِذ ي َأْو َح ْيَنا ِإَلْيَك ِم َن اْلِكَتاِب ُهَو اْلَح ُّق ُمَص ِّد ًقا ِلَم ا َبْيَن َيَد ْيِه ِإَّن َهَّللا ِبِعَباِدِه َلَخ ِبيٌر َبِص يٌر
Artinya : “ Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu Yaitu Al kitab (Al Quran) Itulah yang
benar, dengan membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar
Maha mengetahui lagi Maha melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (Q.S. Fatir : 31)
Al Qur’an adalah kitab yang diturunkan dari sisi Tuhan Yang Maha Mengetahui dan
Maha Bijaksana, dalam beritanya tidak ada kecuali sebuah kebenaran.
E. Tujuan Kisah dalam Al Qur’an[9]
Menurut A. Hanafi, M.A. dalam bukunya Segi-Segi Kesusastraan Pada Kisah-Kisah Al-Qur’an,
tujuan kisah Al-Qur’an ialah :
1. Memantapkan kerasulan Nabi Muhammad saw.dan menegaskan bahwa ia menerima wahyu.
Muhammad sendiri tidak bisa menulis dan membaca, dan diketahui ia tidak pernah mengambil
ucapan atau kisah dari pembesar-pembesar agama Yahudi dan Nasrani. Kemudian, datanglah
kisah-kisah dalm Al-Qur’an sebagiannya panjang-panjang dan terperinci, seperti kisah Nabi
Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa. Adanya kisah-kisah dalam Al-Qur’an ini menjadi bukti bahwa
kisah-kisah tersebut merupakan wahyu yang diturunkan Allah.
2. Menerangkan bahwa semua agama yang dibawa para Rasul dan Nabi adalah datang dari Allah,
yaitu sejak dari Nabi Nuh sampai Nabi Muhammad saw. dan bahwa orang-orang mukmin
seluruhnya adalah umat yang satu dan Allah swt. menjadi Tuhan mereka semua.
3. Menerangkan, bahwa agama-agama itu dari Allah swt. sumbernya maka dasarnya adalah sama.
Karena itu pada kisah-kisah Nabi kepercayaan yang pokok selalu diulang-ulang yaitu iman
kepada Allah yang esa.
4. Menerangkan, bahwa pada akhirnya Allah menolong nabi-nabi-Nya dan menghancurkan orang-
orang yang mendustakannya. Hal ini adalah untuk memantapkan hati Nabi Muhammad saw. dan
umatnya.
5. Untuk mengingatkan umat manusia akan bahaya iblis yang suka menyesatkan manusia. Kisah-
kisah dalam Al-Qur’an ini juga menunjukkan permusuhan abadi antara iblis dengan manusia
sejak zaman Nabi Adam.
6. Menerangkan kekuasaan Allah swt. untuk menciptakan peristiwa-peristiwa yang luar biasa,
seperti kisah terciptanya Nabi Adam, kelahiran Nabi Isa, dll.
7. Sebagai pelajaran (Ibrah) dan peringatan bagi generasi Islam mendatang. Hal ini sesuai dalam
Q.S.Al-Qamar :17 , yang berbunyi :
ُم َّد ِكٍر ِم ْن َفَهْل ِللِّذ ْك ِر اْلُقْر آَن َيَّسْر َنا َو َلَقْد
Artinya “Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah
orang yang mengambil pelajaran.”[10]
Dan juga diterangkan dalam Al-Qur’an surah Hud:120, yang artinya “Dan semua kisah-kisah
dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan
hatimu dan dalam surah ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan
bagi orang-orang yang beriman.”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian kisah dalam Al-Qur’an :
Kata Kisah secara etimologis (bahasa) berasal dari Bahasa Arab, yaitu berasal dari
kata القصyang berarti mengikuti jejak. Dari segi terminologi (istilah), kata Kisah berarti berita-
berita mengenai permasalahan dalam masa-masa yang saling berturut-turut.
2. Macam –macam kisah dalam Al-Qur’an, antara lain:
Kisah-kisah para Nabi dan Rasul terdahulu
Kisah ummat, tokoh, atau pribadi (bukan Nabi) dan peristiwa- peristiwa masa lalu.
Kisah-kisah yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad saw.
3. Karakteristik kisah dalam Al-Qur’an :
Kisah dalam Al Qur’an diceritakan sesuai dengan kejadian sebenarnya, namun tidak ditulis
secara berurut di dalamnya.
Sebuah kisah terkadang berulang-ulang diceritakan dalam Al Qur’an dan dikemukakan dalam
berbagai bentuk yang berbeda-beda.
4. Tujuan kisah dalam Al-Qur’an :
Memantapkan kerasulan Nabi Muhammad saw.dan menegaskan bahwa ia menerima wahyu.
Menerangkan bahwa semua agama yang dibawa para Rasul dan Nabi adalah datang dari Allah
swt.
Menerangkan, bahwa agama-agama itu dari Allah swt. sumbernya maka dasarnya adalah sama.
Menerangkan, bahwa pada akhirnya Allah menolong nabi-nabi-Nya dan menghancurkan orang-
orang yang mendustakannya.
Untuk mengingatkan umat manusia akan bahaya iblis yang suka menyesatkan manusia.
Menerangkan kekuasaan Allah swt.
Sebagai pelajaran (Ibrah) dan peringatan bagi generasi Islam mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an surah Al-Qamar ayat:17
Hasbi Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad. 2002. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Semarang: Pustaka
Rizki Putra.
Hanafi, A.. 1984. Segi-Segi Kesusastraan Pada Kisah-Kisah Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-
Husna.
http:// Kisah-Kisah dalam Al-Qur’an ,islam ku,,, alqashasu fi Al-Qur’an. (diunduh
10/11/15; selasa,21:06 WIB)
Khalil manna’ al-Qatta.2012.study ilmu-ilmu Qur’an.jakarta: pustaka litera Antar Nusa
Rochman, Fatchur. 1995. Kisah-Kisah Nyata dalam Al-Qur’an. Surabaya: Apollo.
[1] Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Semarang:
Pustaka Rizki Putra,2002) h.191
[2]Manna’ khalil al-Qattan,.study ilmu-ilmu Qur’an.(jakarta: pustaka litera Antar
Nusa 2012.)hlm 436.
http:// Kisah-Kisah dalam Al-Qur’an ,islam ku,,, alqashasu fi Al-Qur’an. (diunduh
10/11/15;selasa , 21:06 WIB)
[3] Ibid. (diunduh 10/11/15; selasa,21:06 WIB)
[4] Fatchur Rochman, Kisah-Kisah Nyata dalam Al-Qur’an (Surabaya:Apollo, 1995)
h.274
[5] Ibid. h.275-276
[6] Ibid. h. 276
[7] http:// Kisah-Kisah dalam Al-Qur’an ,islam ku,,, alqashasu fi Al-Qur’an.
(diunduh10/11/15; selasa,21:06 WIB)
[8] Ibid. (diunduh 10/11/15;selasa, 21:06 WIB)
[9] A.Hanafi, Segi-Segi Kesusastraan Pada Kisah-Kisah Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1984) h.68-74