Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT yang berisi petunjuk bagi
manusia. Ajaran-ajarannya disampaikan secara variatif serta dikemas sedemikian
rupa. Ada yang berisi informasi, perintah dan larangan, dan ada juga yang
dimodifikasi dalam bentuk deskriptif kisah-kisah yang mengandung ibrah yang
dikenal dengan kisah-kisah dalam Al-Qur’an. Tuntunan dalam al-Qur’an
adakalanya disampaikan melalui kisah-kisah dengan tujuan untuk menjelaskan
bantahan terhadap kepercayaan-kepercayaan yang salah dan bantahan terhadap
setiap bujukan untuk berbuat ingkar, serta menerangkan prinsip-prinsip Islamiyah
dalam berdakwah.
Kesusasteraan kisah dewasa ini telah menjadi seni yang khas diantara seni-
seni bahasa dan kesusasteraan. Kisah yang benar telah membuktikan kondisi ini
dalam uslub arabi secara jelas dan menggambarkannya dalam bentuk yang paling
tinggi, yaitu kisah-kisah al-Qur’an. Kisah-kisah dalam al-Qur’an tentu saja
berbeda dengan cerita atau dongeng lainnya, karena mempunyai karakteristik di
dalamnya. Dalam al-Qur’an kisah merupakan petikan-petikan dari sejarah sebagai
pelajaran bagi umat manusia yang senantiasa dapat menarik manfaat dari
peristiwa-peristiwa itu. Secara eksplisit al-Qur’an berbicara tentang pentingnya
sejarah, hal tersebut tertera dalam QS. Ali Imran (3):140 berbunyi:
         
       
        
Artinya:
jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka
Sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar)
mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan
kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka
mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-
orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian

1
kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'[231]. dan Allah
tidak menyukai orang-orang yang zalim

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Qashashul Qur’an?
2. Berapa macam Qashashul Qur’an?
3. Bagaimana karakteristik Qashashul Qur’an?
4. Apa tujuan Qashashul Qur’an?
5. Apa faedah Qashashul Qur’an?
6. Bagaimana kisah-kisah yang ada dalam al-Qur’an?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengertian Qashashul Qur’an
2. Mengetahui macam Qashashul Qur’an
3. Mengetahui karakteristik Qashashul Qur’an
4. Mengetahui tujuan Qashashul Qur’an
5. Mengetahui faedah Qashashul Qur’an
6. Mengetahui kisah-kisah yang ada dalam al-Qur’an

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Qashashul Qur’an

2
Ilmu Qashashil Qur’an ialah ilmu yang membahas kisah-kisah yaitu jejak-
jejak umat dan Nabi terdahulu serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di dalam
al-Qur’an. Kata Qashashul berasal dari bahas Arab yang merupakan bentuk jamak
dari kata Qishash yang berarti tatabbu’ al-atsar (napak tilas/ mengulang kembali
masa lalu). Qishash menurut Muhammad Ismail Ibhrahim yang berarti “hikayat
(dalam bentuk) prosa yang panjang”.1 sedang menurut Manna Khalil al-Qattan
“qashashtu atsarahu” yang berarti “kisah ialah menelusuri jejak”. 2 Kata al-
qashash adalah bentuk masdar seperti dalam firman Allah QS. Al-Kahfi (18): 64
disebutkan:
          

Artinya: Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu


keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
Maksudnya kedua orang itu kembali mengikuti jejak darimana keduanya
itu datang. Dan firmanNya melalui lisan ibu Musa, QS. Al-Qashash (28): 11
sebagai berikut:
Terjemahnya:“Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan:
ikutilah dia”.
Maksudnya ikutilah jejaknya sampai kamu melihat siapa yang
mengambilnya. Secara etimologi (bahasa), al-qashash mempunyai arti urusan
(al-amr), berita (al-khabar), perbuatan (al-sya’an), dan keadaan (al-hal). Dalam
kamus Bahasa Indonesia, kata al-Qashsash diterjemahkan dengan kisah yang
berarti kejadian (riwayat, dan sebagainya).3 Menurut Al-Raghib al-Ishfahani,
Qashsash adalah akar kata (mashdar) dari qashsha yaqushshu, secara lughawi
konotasinya tak jauh berbeda dari yang disebutkan di atas, yang dipahami sebagai
“cerita yang ditelusuri”4seperti dalam firman Allah swt. Qs Yusuf (12): 111:
       
1
Manna Khalil al-Qatta, Manahis fi Ulum al-Qur’an, (Mansyurat al-Asr al-
Haidis, 1973), h. 305
2
M. Said, Tarjamah Al-Qur;an al Karim, (Cet. I; Bandung: PT. Alma’arif, 1987),
h. 62.
3
Muhammad Ismail Ibrahim, Mu’jam al-Alfazh waAlam al-Qur’anniyat,(Dar al-
Fikr-al’Arabi,1969), h.140
4
M. Said, Tarjamah,.... hal 272

3
Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunya akal”.
Dengan melihat beberapa arti Qishshash di atas dapat diambil pengertian
bahwa Qishash sama dengan kisah yang mempunyai arti segala peristiwa,
kejadian atau berita yang telah terjadi dari suatu cerita untuk menelusuri jejaknya.
Adapun yang dimaksud dengan Qashashul Qur’an adalah

.‫إخبار عن الحأوال الماضية والنأبياء القدماء والحأداث الواقعة فى الماضى‬


“Pemberitaan mengenai keadaan umat terdahulu, nabi-nabi terdahulu, dan
peristiwa yang pernah terjadi”.
Menurut perspektif al-Qur’an, Allah swt. mengungkapkan diriNya melalui
peristiwa-peristwa, namun wahyuNya menggunakan tema-tema yang sudah
terkenal dan dinyatakan kembali sampai orang-orang beriman meresapinya. 5
Al_Qur’an banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa lalu,
sejarah bangsa-bangsa, keadaan neger-negeri dan peninggalan atau jejak setiap
umat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yang menarik
mempesona. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dikatakan, bahwa pada
kisah-kisah yang dimuat dalam al-Qur’an semuanya cerita yang benar-benar
terjadi, tidak ada cerita fiksi, khayal, apalagi dongeng. Jadi bukan seperti tuduhan
sebagian orientalis bahwa al Qur’an ada yang tidak cocok dengan fakta sejarah.6

B. Macam-macam Qashashul Qur’an


Kisah-kisah dalam al-Quran di bagi menjadi tiga macam,7 yaitu:
1. Dilihat dari sisi pelaku
Dilihat dari sisi pelaku, Manna al- Qathtan membagi menjadi tiga macam
yaitu:
 Kisah para nabi

5
Purwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984),
h. 512
6
Muhammad al Khidir Husain, Balogat al Qur’an, (Ali al Rida al Tunisi, 1971),
h. 104
7
Manna Khalil al Qattan, Manahis fi Ulum.., h. 306

4
Bagian ini bersikan tentang ajakan para nabi kepada kaumnya, mukjizat-
mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang
memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah dan perkembangannya serta
akibat yang menimpa orang beriman (mempercayai) dan golongan yang
mendustakan para nabi. Misalnya kisah nabi Nuh as., Ibrahim as., Musa
as., Harun as, Isa as., Muhammad saw, dan nabi-nabi serta rasul lainnya.
 Kisah yang berhubungan dengan masa lalu dan orang-orang yang tidak
disebutkan kenabiannya.
Misalnya kisah orang yang keluar dari kampung halamannya, yang beribu-
ribu jumlahnya karena takut mati, kisah Talut dan Jalut, dua orang putera
Adam, Ashabul Kahfi, Dzul Qarnain, Qarun, Ashabus Sabti (orang –orang
yang menangkap ikan pada hari sabtu), misalnya Maryam, Ashabul
ukhdud, Ashabul Fil dan lain-lain.
 Kisah yang terjadi pada masa Rasulullah SAW
Seperti perang Badar dan Uhud dalam surah Ali Imran, perang Hunain dan
Tabuk dalam surah al_Taubah, perang al-Akhzab, Hijrah, Isra’ dan lain-
lain.
Cerita-cerita mengenai para nabi dalam Al-Qur’an bervariasi sesuai
dengan kasus, tetapi mereka semua adalah pemberi peringatan yang
mendapat perlindungan Allah swt. Kepada para hambaNya. Perlindungan
ini adalah salah satu elemen dalam narasi yang dipercepat dengan
insiden. Contoh Nabi Ibrahim AS diselamatkan dari api yang dilempar
kedalamnya oleh umatnya setelah dia menghancurkan patung-patung QS.
al Anbiya’ (21): 68-71. Nabi Isa as diselamatkan ketika Allah swt, secara
mukjizat menghalanginya dari orang-orang Yahudi dari menyalibnya QS.
an-Nisa (4): 157.
2. Dilihat dari panjang pendeknya
Dilihat dari panjang pendeknya, kisah-kisah al-Qur;an dapat dibagi menjadi
tiga,8 yaitu:
 Kisah panjang, contohnya kisah nabi Yusuf a.s dalam QS. Yusuf (12) yang
hamper seluruh ayatnya mengungkapkan kehidupan nabi Yusuf, sejak
masa kanak-kanak sampai dewasa dan memiliki kekuasaan.

8
Hanafi, Segi-segi Kesusesteraan pada Kisah-kisah al Qur’an, (Jakarta: Pustaka
al Husna, 1984), h. 1516

5
Contoh lainnya adalah kisah nabi Musa a.s dalam surah al-Qashash (28),
kisah nabi Nuh a.s dan kaumnya dalam QS Nuh (71), dan lain-lain.
 Kisah yang lebih pendek dari bagian yang pertama (sedang), seperti kisah
Maryam dalam QS Maryam (19), kisah Ahzab al-Kahfi pada QS al-Kahfi
(18), kisah nabi Adam a.s dalam QS al-Baqarah (2), dan QS Thoha(20),
yang terdiri atas sepuluh atau beberapa belas ayat saja.
 Kisah pendek yaitu kisah yang jumlahnya kurang dari sepuluh ayat,
misalnya kisah nabi Hud a.s nabi Luth a.s dalam Qs al-A’raaf (7), kisah
nabi Shahih a.s dalam Qs Hud (110), dan lain-lain.
3. Dilihat dari jenisnya
Dilihat dari jenisnya Kisah-kisah dalam al-Quran di bagi menjadi tiga macam ,
yaitu:
 Kisah Sejarah (al-qishash al-tarikhiyyah), berkisar tentang kisah-kisah
sejarah, seperti para nabi dan rasul.
 Kisah sejarah/ perumpamaan (al-qishash al-tamtlisiyah), untuk
menerangkan atau memperjelas suatu pengertian, bahwa peristiwa itu tidak
benar terjadi tetapi hanya perkiraan.
 Kisah asatir, kisah ini untuk mewujudkan tujuan-tujuan ilmiah atau
menafsirkan, fenomena yang ada atau menguraikan masalah yang sulit
diterima akal.
Kisah-kisah al-Qur’an pada umumnya mengandung tiga unsur yaitu:
 Pelaku (al-sakhsiyyat), kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qur’an tidaklah
hanya manusia. Dalam QS an-Naml (27): 23, tetapi juga ada malaikat,
dalam QS Hud (11): 69-83, Jin dalam QS saba’ (34):12, dan binatang
(burung, semut, dll), dalam QS An-Naml (27): 18-19.
 Peristiwa (ahdats), hal ini terbagi menjadi: peristiwa yang berkelanjutan,
peristiwa yang dianggap luar biasa dalam QS Almaidah (5): 110-115, dan
peristiwa yang dianggap biasa dalam QS Almaidah (5):116-118.
 Dialog (alhiwar), dalam QS Al-A’raf (7):11-25, Thaha (20): 9-99.

C. Karakteristik Qashashul Qur’an


Al-Qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara berurutan
(kronologis) dan memaparkan kisah-kisah itu secara panjang lebar. Tetapi
terkadang berbagai kisah disebutkan berulang-ulang dibeberapa tempat, ada pula
beberapa kisah disebutkan al-Qur;an dalam bentuk yang berbeda, disatu tempat
ada bagian yang di dahulukan dan ditempat lain diakhirkan. Kadang-kadang pula

6
disajikan secara ringkas dan kadang secara panjang lebar. Hal tersebut
menimbulkan perdebatan diantara kalangan orang yang meyakini dan orang-orang
yang meragukan al-Qur’an. Mereka yang ragu terhadap al-Qur’an sering
mempertanyakan, mengapa kisah-kisah dalam al-Qur’an tidak disusun secara
kronologis dan sistematis sehingga lebih mudah dipahami? Karena hal itu tersebut
menurut mereka dipandang tidak efektif dan efisien.9
Menurut Manna Khalil al-Qattan, bahwa penyajian kisah-kisah dalam al-
Qur’an begitu rupa mengandung beberapa hikmah yaitu,
1. Menunjukkan kehebatan mukjizat al-Qur’an
2. Memberi perhatian besar terhadap kisah tersebut untuk menguatkan kesan
yang mantap dan melekat dalam jiwa
3. Memperlihatkan adanya perbedaan tujuan diungkapkannya kisah tersebut.

Sedang faedah Qashashul Qur’an adalah sebagai berikut:


 Menjelaskan prinsip-prinsip dakwah dan pokok-pokok syariat yang
dibawa oleh setiap nabi, QS. al Anbiya’ (21):25.
 Meneguhkan hati Rasulullah dan umatnya dalam menegakkan agama
Allah SWT. serta menegakkan kepercayaan orang-orang yang beriman
melalui datangnya pertolongan Allah SWT. dan hancurnya kebatilan
beserta para pendukungnya, QS. Hud (11):120.
 Membenarkan nabi-nabi terdahulu dan mengingatkan kembali jejak-jejak
mereka.
 Memperlihatkan kebenaran nabi Muhammad SAW. dalam penuturannya
mengenai orang-orang terdahulu.
 Membuktikan kekeliruan ahli kitab yang telah menyembunyikan
keterangan dan petunjuk, QS. Ali Imran (3):93
 Kisah merupakan salah satu bentuk sastera yang menarik bagi setiap
pendengarnya dan memberikan pengajaran yang tertanam dalam jiwa, QS
Yusuf (12): 111.

D. Tujuan Qashasul Qur’an


Adanya kisah dalam al-Qur’an menjadi bukti kuat bagi umat manusia
bahwa al-Qur’an sangat sesuai dengan kondisi mereka karena sejak kecil sampai

9
Muhammad Chirjin, al Qur’an dan Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Dana Bakti
Prima Yasa, 1989), h. 11.

7
dewasa bahkan sampai tua, jarang orang yang tak suka pada kisah, apalagi bila
kisah mempunyai tujuan ganda, yakni disamping pengajaran dan pendidikan juga
berfungsi sebagai hiburan. Al-Qur’an sebagai kitab hidayah mencakup kedua
aspek itu, disamping tujuan yang mulia, juga kisah-kisah tersebut diungkapkan
dalam bahasa yang indah dan menarik, sehingga tak ada orang yang bosan
membaca dan mendengarnya. Sejak dahulu sampai sekarang, telah berlalu empat
belas abad, kisah-kisah al-Qur’an yang diungkapkan dalam bahasa Arab itu masih
up dated, mendapat tempat dan hidup di hati umat, padahal bahasa-bahasa lain
telah banyak yang masuk museum, dan tidak terpakai lagi dalam berkomunikasi
seperti bahasa Ibrani, Latin dan lain-lain.10
Cerita-cerita dalam al-Qur’an bukanlah suatu gubahan yang bernila sastera
saja, baik gaya bahasa maupun cara menggambarkan peristiwa-peristiwa, tetapi
merupakan suatu media untuk mewujudkan tujuan yang asli. Kisah-kisah dalam
al-Qur’an secara umum mempunyai tujuan untuk kebenaran dan semata-mata
untuk keagamaan. Adapun tujuan-tujuan kisah dalam secara keseluruhan dapat
dirinci sebagai berikut11:
1. Menetapkan adanya wahyu dan kerasulan, QS. Yusuf (12): 2-3, QS. (28):3,
QS. (3):44.
2. Menerangkan bahwa agama semuanya dari Allah SWT. QS. (21): 51-92
3. Menerangkan bahwa semua agama itu dasarnya satu dan semuanya dari
Tuhan Yang Maha Esa, QS. Al-A’raf (7):59
4. Menerangkan bahwa cara yang ditempuh oleh nabi-nabi dalam berdakwah itu
satu dan sambutan kaum mereka terhadap dakwahnya itu juga serupa. QS.
Hud
5. Menerangkan dasar yang sama antara agama yang diajarkan oleh nabi
Muhammad SAW. Dengan agama nabi Ibrahim a.s secara khusus. Dengan
agama-agama bangsa Israil pada umumnya dan menerangkan bahwa
hubungan ini lebih erat daripada hugungan umum antara semua agama.

10
Nasruddi Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), h.230
11
Sayyid Qutb, Seni Penggambaran dalam al Qur’an, Terjemah Khadijah
Nasution (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1981), h. 138

8
E. Faedah Qashashil Al-Quran
Banyak faedah yang terdapat dalam qashash (kisah-kisah) Al-Quran sebagaimana
yang diutarakan Manna Al-Qaththan berikut ini.
1. Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umatnya dalam menegakkan agama
Allah, serta menguatkan kepercayaan orang-orang yang beriman melalui
datangnyabpertolongan Allah dan hancurnya kebatilan beserta para
pendukungnya.
2. Menjelaskan prinsip-prinsip dakwah dan pokok-pokok syariat yang dibawa
setiap nabi.
3. Membenarkan nabi-nabi terdahulu dan mengingatkan kembali jejak-jejak
mereka.
4. Memperlihatkan kebenaran Nabi Muhammad dalam penuturannya mengenai
orang-orang terdahulu.
5. Membuktikan kekeliruan ahli kitab yang telah menyembunyikan keterangan
dan petunjuk. Di samping itu, kisah-kisah itu memperlihatkan isi kitab suci
mereka sesungguhnya, sebelum diubah dan direduksi.
6. Kisah merupakan salah satu bentuk sastra yang menarik bagi setiap
pendengarnya dan memberikan pengajaran yang tertanam dalam jiwa.

Bukti Arkeologis yang Mendukung Kisah-kisah dalam Al-Qur’an

Banyak temuan arkeolog yang memuat catatan-catatan kuno dan bukti-


bukti geografis yang mendukung atau sesuai dengan penuturan al-Qur’an. Hal ini
menunjukkan bahwa cerita atau kisah-kisah yang dimuat oleh al-Qur’an adalah
benar adanya, karena secara periwayatan Allah sendiri telah menjamin . Catatan
tertua yang ditemukan adalah catatan inskripsi atau naskah Ebla yang
diperkirakan berumur 2500 tahun SM. Kumpulan naskah ini digali dari sebuah
tempat yang bernama Tell Mardikh, sebelah barat Syiria, dan sekarang terdiri dari
15000 potongan lembengan tablet dan fragmen. Lempengan ini bersama temuan-
temuah di Timur Dekat, Mesir dan Arabia dapat digunakan sebagai catatan
Independen untuk membenarkan dan menguatkan kisah-kisah dalam al-Qur’an.

Sayangnya, kebanyakan temuan-temuan arkeologis tersebut banyak


ditemukan oleh lembaga-lembaga arkeologi Barat-Kristen, seperti Pontifical

9
Biblical Institute di Vatican, Misi Arkeolog lemabaga-lembaga AS, Perancis,
Inggris dan lain sebagainya. Meskipun penelitian mereka didasarkan atas metode
ilmiah, namun tidak diragukan lagi bahwa kepentingan mereka adalah untuk
mencocokan tablet atau lempeng arkeologis tersebut dengan kisah-kisah Injil yang
mempengaruhi mereka-baik sengaja ataupun yang tidak sengaja-telah banyak
melakukan kesalahan tafsir terhadap lempeng-lempeng tersebut dan
menguntungkan kepentingan mereka .

Bukti sejarah yang dapat kita lihat sampai sekarang dan masih tetap eksis
adalah adalah baitullah Ka’bah serta runtutan ritual ibadah Hajji yang
dilaksanakan di Mekkah, yang kebanyakan diambil dari kisah nabi Ibrahim dan
keluarganya. Selain itu, sudah banyak video-video yang memperlihatakan kepada
kita peninggalan dari para Nabi terdahulu, seperti penayangan “Jejak Rosul” yang
dapat kita saksikan di setiap bulan Ramadhan, serta bukti-bukti arkeolog lain yang
telah banyak ditemukan. Fakta lain, Melalui studi yang mendalam, diantaranya
kisahnya dapat ditelusuri akar sejarahnya, misalnya situs-situs sejarah bangsa Iran
yang di identifikasikan sebagai bangsa ‘Ad dalam kisah Al-Qur’an, Al-Mu’tafikat
yang di identifikasikan sebagai kota-kota palin, Sodom dan Gomorah yang
merupakan kota-kota wilayah Nabi Luth. Kemudian berdasarkan penemuan-
penemuan modern, mummi Ramses II di sinyalir sebagai Fir’aun yang dikisahkan
dalam Al-Qur’an. Disamping itu memang terdapat kisah-kisah yang tampaknya
sulit untuk di deteksi sisi historisnya, misalnya peristiwa Isra’ Mi’raj dan kisah
Ratu Saba.

F. Kisah-kiasah dalam Al-Qur’an


a) Pelajaran dari Kisah Nabi Luth Ketika Kaum Gay Mayoritas
Isu gay, homoseksual dan lesbian, kembali menyeruak. Hubungan yang
dulu dianggap jijik dan kotor itu, kini dipaksa dinilai normal dan manusiawi. Para
pelaku berjuang agar hubungan mereka legal dalam pernikahan. Sungguh ini
mengancam keberlangsungan manusia. Padahal tahun 1950, tidak ada satu pun
negara yang melegalkan dosa warisan kaum Nabi Luth ini. Namun dunia berubah
begitu cepat. Amerika telah mensahkan pernikahan ini sejak tahun 2015 lalu.

10
Kemudian tahun ini diikuti oleh belasan atau bahkan puluhan negara lainnya.
Brazil lebih “hebat” lagi. Mereka menjadi salah satu yang terdepan, pernikahan
gay telah disahkan sejak tahun 2011 di negeri samba itu.

Isu Minoritas dan Diskriminasi


Dalam kondisi minoritas, kaum gay memposisikan diri sebagai orang-
orang yang dizalimi. Berharap perhatian dan dihargai. Kata mereka, keluarga dan
masyarakat telah memperlakukan mereka tidak adil. Datanglah pembelaan dari
aktivis HAM (Hak Asasi Manusia). Para aktivis kemanusiaan yang tidak
mengenal fitrah manusia. Mereka membela siapa saja, kecuali umat Islam.
Islam tetap konsisten, kebenaran tidak diukur oleh jumlah. Yang banyak bisa jadi
benar, bisa pula berlaku zalim. Yang sedikit bisa saja berpegang teguh dengan
kebenaran, dan belum tentu pula selalu benar. Kebenaran adalah apa yang sesuai
dengan Alquran dan Sunnah Rasulullah ‫ﷺ‬.

Dosa Warisan Kaum Luth


Orang-orang pertama yang melakukan dosa homoseksual adalah kaum
Nabi Luth ‘alaihissalam. Sebagaimana firman Allah ‫ﷻ‬,
          
  
Artinya: dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah)
tatkala Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan
perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun
(di dunia ini) sebelummu?"
          
 
Artinya :Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu
(kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum
yang melampaui batas.
Khalifah bani Umayyah, al-Walid bin Abdul Malik rahimahullah,
mengatakan, “Kalau Allah ‫ ﷻ‬tidak berkisah kepada kita tentang Luth, maka aku
tidak menyangka ada laki-laki berhubungan dengan laki-laki”. (Tafsir al-Quran
al-Azhim). Jangankan al-Walid bin Abdul Malik, Nabi Luth yang hidup di tengah
kaum gay ini dan menyaksikan langsung perbuatan mereka, pun merasa heran.
Beliau ‘alaihissalam mengatakan,

11
‫ألئئننتكأم للتلأأتتوُلن الررلجاَلل‬

“Apakah kalian patut mendatangi laki-laki?” (QS:Al-‘Ankabuut | Ayat: 29).

Demikianlah fitrah yang Allah ‫ ﷻ‬berikan kepada orang-orang shalih dan memiliki
kehormatan.

Ketika Kaum Gay Mayoritas

Jika kita perhatikan sejarah, sekelompok orang atau kaum akan terlihat
watak aslinya ketika mereka memiliki power. Apakah mereka menggunakan
kekuatan yang mereka punya untuk kebaikan ataukah untuk keburukan? Kita lihat
orang-orang Yahudi. Mengemis kepada rakyat Palestina saat pertama kali datang
ke sana. Mereka bentangkan spanduk di kapal-kapal yang membwa mereka
berlabuh di tanah Kan’an. Berharap masyarakat Arab, khususnya Palestina, tidak
mengecewakan mereka sebagaimana orang-orang Jermah telah melakukannya.
Sekarang? Dunia pun habis cara menyembunyikan kekejaman mereka. Kita juga
saksikan minoritas orang-orang Syiah di negeri ini, merasa dizalimi sebagai
minoriti. Bacalah apa yang dilakukan Daulah Fatimiyah (Ubaidiyah). Lihatlah apa
yang terjadi di Irak dan Suriah. Mereka menampakkawa keasliannya.

Cara yang sama dipakai oleh kaum gay. Menjeriti kezaliman saat mereka
sedikit. Saat mereka banyak? Mereka menyiksa, mengancam, bahkan
memperkosa kaum laki-laki. Alquran telah bercerita tentang mereka. Mereka usir
orang-orang yang menentang mereka. Mereka sebut yang mengingatkan mereka
sebagai orang-orang “sok suci”.

 Melakukan Ancaman Yaitu Saat minoritas mereka menuntut toleransi.


Namun saat mayoritas, mereka mengancam orang-orang yang berbeda
dengan mereka.

        

12
Artinya: mereka menjawab: "Hai Luth, Sesungguhnya jika kamu tidak
berhenti, benar-benar kamu Termasuk orang-orang yang diusir"
(QS:Asy-Syu’araa | Ayat: 167).

 Melakukan Pengusiran

           
  

Artinya: jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka


(Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; Sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri."
(QS:Al-A’raf | Ayat: 82).

 Mencoba memerkosa tamu-tamu Nabi Luth yaitu Setelah mereka


mengetahui di rumah Nabi Luth ‘alaihissalam ada beberapa orang laki-laki
tampan, mereka bersegera datang ke sana. Bahkan mendobrak pintu rumah,
untuk menjumpai para tamu, dan mendapatkan apa yang diinginkan.

          
             
    

Artinya: dan datanglah kepadanya kaumnya dengan


bergegas-gegas. dan sejak dahulu mereka selalu
melakukan perbuatan-perbuatan yang keji Luth
berkata: "Hai kaumku, Inilah puteri-puteriku, mereka
lebih suci bagimu, Maka bertakwalah kepada Allah dan
janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap
tamuku ini. tidak Adakah di antaramu seorang yang
berakal?"

b) Lahirnya Isa bin Maryam


Nabi Isa adalah di antara nabi dan rasul Allah ‫ﷻ‬. Berbeda dengan manusia
lainnya, Nabi Isa terlahir tanpa seorang ayah. Dan ibunya adalah seorang wanita
suci dan shalihah. Demikianlah jika Allah ‫ ﷻ‬menghendaki sesuatu terjadi, maka ia

13
akan terjadi. Adam, Allah ‫ ﷻ‬ciptakan tanpa perantara ayah dan ibu. Hawa lahir
tanpa campur tangan wanita. Dan Isa hanya dari seorang ibu.
 Maryam Melahirkan Manusia Mulia

Maryam adalah seorang wanita shalihah yang menjaga diri dan


kehormatan. Berita tentang kelahiran Nabi Isa ‫ ﷺ‬menyebar perlahan. Satu per
satu orang tahu, bahwa Maryam yang tak bersuami melahirkan anak laki-laki.
Saat hendak melahirkan putranya, Maryam menyendiri di ujung timur Masjid al-
Aqsha.

      

Artinya: Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri


dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.
(QS:Maryam | Ayat: 22).

Maryam menyepi dan menyendiri. Ia takut beredar fitnah tentang dirinya


di masyarakat. Tentu mereka akan bertanya dari mana ia peroleh anak itu? Mana
suamimu? Apakah dari zina? Siapakah bapaknya? Dan tuduhan lainnya. Ia takut
akan semua gunjingan itu. Peristiwa ini sangat berat baginya. Seorang wanita tak
akan tahan jika kehormatannya dijadikan hina. Maryam adalah wanita shiddiqah.
Ahli ibadah. Ia mengabdikan diri di tempat yang suci. Di tanah yang mulia dan
qudus. Disebutkan, keluarganya pun menanyakan tentang putranya. Tentang Isa
bin Maryam. Mereka bertanya, “Apakah bisa tanaman tumbuh tanpa benih?”
“Bisa. Siapakah yang pertama menciptakan tanaman? Jawab Maryam, retoris.
Mereka kembali bertanya, “Bisakah pohon tumbuh tanpa air?” “Bisa. Siapakah
yang menciptakan pohon pertama kali?” jawab Maryam. Mereka bertanya lagi
untuk yang ketiga kali, “Bisakah seorang anak lahir tanpa seorang ayah?”
Maryam menjawab, “Bisa. Sesungguhnya Allah menciptakan Adam tanpa ayah
dan ibu”. Mereka pun diam.

14
Keluarga Maryam adalah orang yang mencintai dan mengenalnya Mereka
pun tetap mempertanyakan. Timbul sebersit rasa di hati mereka. Lalu bagaimana
pula dengan orang-orang yang jauh, orang-orang fasik, apa yang akan mereka
katakan?

Manusia dalam keadaan Nabi Isa ‫ ﷺ‬ini terbagi menjadi tiga:

Pertama: Orang-orang Yahudi. Mereka menuduhnya sebagai anak zina, karena


menurut mereka Maryam berzina dengan Yusuf an-Najjar. Kedua: Orang-orang
Nasrani. Mereka menganggap Isa sebagai anak Allah. Dan Maha Suci Allah dari
yang demikian. Ketiga: Orang-orang Islam. Mereka memuliakan Nabi Isa sebagai
seorang nabi dan rasul. Namun tidak berlebih-lebihan terhadapnya, dengan
mengimaninya sebagai hamba Allah. Maryam pergi ke Betlehem. Saat sampai di
sana ia berucap,

         
   

Artinya: Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia


(bersandar) pada pangkal pohon kurma, Dia berkata:
"Aduhai, Alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan
aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi
dilupakan"(QS:Maryam | Ayat: 23).

Ia berharap seandainya mati, karena beratnya keadaan. Lalu Allah ‫ ﷻ‬menghibur


Maryam dengan,

           
          
           
    

Artinya: Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah:


"Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu
telah menjadikan anak sungai di bawahmu.

15
dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu,
niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang
masak kepadamu,

Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika


kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah:
"Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan
yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara
dengan seorang manusiapun pada hari ini".(QS:Maryam |
Ayat: 24-26).

Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang siapa yang menyeru Maryam
dalam ayat ini. Said bin Jubair, adh-Dhahhak, Amr bin Maimun dll. menyatakan
bahwa itu Jibril. Mujahid, al-Hasan, dll. menyatakan bahwa Nabi Isa berbicara
kepada Maryam. Ia menghiburnya, ‘Wahai Ibu, janganlah bersedih’. Sang anak
menunjukkan bahwa kelahirannya adalah mukjizat dan karunia dari Allah ‫ﷻ‬.
Maryam pun menjadi tenang.

 Maryam Bertemu Kaumnya

Setelah merasakan ketenangan, Maryam pulang dan bertemu kaumnya.


Mereka berkata,

          
            

Artinya: Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya


dengan menggendongnya. kaumnya berkata: "Hai
Maryam, Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu
yang Amat mungkar.

Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali


bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali
bukanlah seorang pezina",(QS:Maryam | Ayat: 27-28).

Berbeda dengan keluarganya yang mempertanyakan keadaannya, orang-


orang fasik langsung menuduh Maryam. Mereka cerca Maryam dengan telah

16
melakukan sesuatu yang sangat mungkar, yakni perzinahan. Mereka bawa-bawa
kedua orang tuanya yang baik-baik, agar Maryam semakin malu. Mereka tuduh
Nabi Zakariya lah yang menzinainya. Tanpa pengadilan, mereka hakimi Zakariya
dengan membunuhnya. Di antara mereka juga ada yang menuduh Yusuf an-Najjar,
sepupu Maryam, adalah bapaknya Isa.

 Isa, Bayi Yang Penuh Berkah

Maryam mengetahui, anaknya mampu berbicara dan bersaksi untuk


mereka. Ia pun mengatakan,

           

Artinya: Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. mereka


berkata: "Bagaimana Kami akan berbicara dengan anak
kecil yang masih di dalam ayunan?"

Isa memberikan jawaban dan persaksian, membantah tuduhan keji yang


dilemparkan pada ibunya.

‫اب آنتانأبنيِ اللبكنتا ن‬


‫ب نونجنعلنبنيِ نأنببييا‬ ‫نقانل إبننأيِ نعلبدد ا‬

Artinya :Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al
Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,” (QS:Maryam |
Ayat: 30).

Kalimat pertama dari lisan Isa menegaskan bahwa dia adalah hamba Allah ‫ﷻ‬,
bukan anak Tuhan. Sekaligus juga membantah tuduhan kaumnya terhadap ibunya.
Ia membantah orang yang mengatakannya anak Allah atau anak zina.

.‫ نوبنيرا ببنوالبندبتيِ نولنلم ينلجنعللبنيِ نجابايرا نشقبييا‬.‫ت نحأييا‬


‫صنلبة نوالازنكابة نما ددلم د‬ ‫صابنأيِ ببال ا‬‫ت نوأنلو ن‬ ‫نونجنعلنبنيِ دمنبانريكا أنلينن نما دكلن د‬
‫ت نوينلونم أدلبنع د‬
‫ث نحأييا‬ ‫ت نوينلونم أندمو د‬ ‫نوالاسنلدم نعلن ا‬.
‫يِ ينلونم دولبلد د‬

17
Artinya: Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku
berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan
(menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan
Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan
kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan,
pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup
kembali”. (QS:Maryam | Ayat: 31-33).

Kami tutup kisah ini dengan penjelasan Alquran tentang Nabi Isa ‫ﷺ‬:

‫ضىى أنلميرا فنإ بنأانما‬


‫ نما نكانن بالب أنلن ينتابخنذ بملن نولندد ٍ دسلبنحانأنهد ُ إبنذا قن ن‬.‫ق الابذيِ بفيبه ينلمتندرونن‬
‫ك بعينسى البدن نملريننم ُ قنلونل اللنح ن‬ ‫ىنذلب ن‬
‫يندقودل لنهد دكلن فنيندكودن‬.

Artinya: “Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar,
yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak
bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah
menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”,
maka jadilah ia.” (QS:Maryam | Ayat: 34-35).

c) Mereka Yang Mati Kemudian Hidup Kembali: Nabi Ibrahim dan


Burung

             
           
            
    

Artinya: dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku,


perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau
menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman:
"Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah

18
meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap
(dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian)
ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya
olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap
satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian
panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu
dengan segera." dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS:Al-Baqarah | Ayat: 260).

Dialah al-Muhyi, Yang Maha Menghidupkan. Dia kuasa menjadikan


padang yang gersang menjadi rimbun. Lihatlah musim kemarau ini. Rerumputan
mati. Tanah berdebu, mengering, retak. Lalu turunlah air dari langit, rumput
kering itu menjadi segar. Debu-debu sirna kemudian menggumpal dan kembali
memadat menjadi tanah. Retak yang terlihat tertambal, hilang dan menjadi subur.
Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

‫ت ُ إبان الابذيِ أنلحأنيانها لندملحبييِ اللنملوتنىى ُ إبنأاهد‬ ‫ض نخابشنعةي فنإ بنذا أنلنأنزللننا نعلنلينها اللنمانء الهتناز ل‬
‫ت نونربن ل‬ ‫ك تننرىَ اللنلر ن‬
‫نوبملن آنياتببه أننأا ن‬
‫نعلنىى دكنل نشليِدء قنبديرر‬

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat bumi kering
dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia
bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya,
Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu.” (QS:Fushshilat | Ayat: 39).

Jika hal ini Anda anggap lumrah, karena terbiasa menyaksikannya, maka
Allah ‫ ﷻ‬telah mengubah keyakinan hati Nabi Ibrahim menjadi haqqul yaqin,
keyakinan yang derajatnya lebih tinggi. Bukan hanya hati yang meyakini, bukan
juga mata yang hanya menyaksikan, tapi haqqul yaqin adalah tingkat keyakinan
seseorang buah dari indera perasanya. Allah ‫ ﷻ‬menghidupkan empat ekor burung
yang sudah disembelih, dicincang, kemudian diletakkan secara acak di puncak
gunung-gunung yang berbeda. Imam Ibnu Katsir meriwayatkan dari Ibnu Abbas

19
bahwasanya setelah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mencincang tubuh burung-
burung, mengacaknya, dan melatakkannya di puncak bukit, beliau memegang
kepala mereka di tangannya. Kemudian Allah ‫ ﷻ‬perintahkan untuk memanggil
burung-burung tersebut. Ibrahim‘alaihissalam memanggil mereka sebagaimana
yang Allah ‫ ﷻ‬perintahkan. Keajaiban terjadi. Hal-hal yang tidak dapat dinalar
manusia hanyalah perkara kecil di sisi Allah ‫ﷻ‬. Allah, Dialah Yang Maha
Mengetahui yang telah terjadi, yang sedang terjadi, yang akan terjadi, dan Dia
mengetahui sesuatu yang tidak mungkin terjadi bagaimana bila itu terjadi.

Nabi Ibrahim melihat bulu-bulu burung itu berterbangan. Berkumpul


saling menyempurnakan. Kucuran darah yang telah tertumpah bertemu kembali
ke kadar yang sesuai. Sobekan dan potongan-potongan daging yang telah tersayat
kembali menyatu membentuk tubuh. Demikian pula tiap-tiap anggota badan
burung itu, mereka kembali ke posisinya semula. Tersambung membentuk tubuh
yang utuh. Setelah organ-organnya mampu menopang tubuh, mereka tegak
berdiri, bersegera berjalan menghampiri Ibrahim untuk mencari kepala mereka.
Allah ‫ ﷻ‬menjadikan penciptaan mereka lebih dari yang diharapkan Nabi Ibrahim.
Agar mata beliau menyaksikan. Dan anggota tubuh lainnya ikut merasakan.

Burung-burung itu datang menjemput kepala mereka di tangan Nabi Ibrahim


‘alaihissalam. Apabila yang mereka temui bukan kepala mereka, mereka
menolaknya. Apabila mereka dapati bagian yang beliau pegang itu kepala mereka,
dengan kuasa Allah ‫ ﷻ‬bagian tubuh itu bersatu. Sungguh Allah ‫ ﷻ‬Maha Kuasa,
Perkasa, lagi Bijaksana. Oleh karena itu, Allah ‫ ﷻ‬tutup ayat ini dengan kalam-
Nya,

‫نوالعلنلم أنان ا‬
‫ان نعبزيرز نحأبكيرم‬

Artinya: “Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

20
Dia Maha Perkasa, tidak ada yang mampu mengalahkan-Nya. Dia Maha Perkasa,
tidak ada yang mampu mencega kehendak-Nya. Dan Dia Maha Bijaksana dalam
firman dan tindakan-Nya.

d) Doa Istimewa Nabi Musa ‘Alaihissalam


Diantara nabi yang namanya sering disebut dalam Alquran adalah Nabi
Musa ‘alaihis sahalatu was salam. Beliau nabi yang perjalanan sejarahnya paling
sering dikisahkan dalam Alquran setelah nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Sebagian ulama menghitung, nama beliau disebutkan sebanyak 136
kali dalam Alquran. Nabi terbaik di kalangan bani Israil, termasuk ulul azmi, dan
bergelar kalimullah (orang yang diajak bicara langsung oleh Allah). (Fabi
Hudahum, Dr. Utsman al-Khamis, hlm. 326).

Beliau adalah Musa bin Imran, dan masih keturunan Nabi Ya’kub ‘alaihis
sahalatu was salam. Allah tegaskan dalam Alquran bahwa beliau termasuk orang
yang sangat banyak mendapatkan ujian kehidupan,

‫ك فددتوينأا‬
‫نوفنتنانا ن‬

Artinya: “Dan Kami telah memberikan cobaan kepadammu dengan berbagai


macam cobaan.” (QS. Taha: 40).

Dan inilah yang menjadi rahasia mengapa sejarah beliau paling sering disebutkan
dalam Alquran, agar kita bisa mengambil pelajaran dari perjuangan beliau dan
usaha beliau dalam mendakwahkan kebenaran kepada seluruh umatnya. Dr.
Utsman al-Khamis mengatakan,

،‫ وما لقى من المشاق‬،‫تكرر اسمه كثيرا فيِ كتاب ا تعالى مما يدل على أن ا يريد منا أن نأتدير أحأواله‬
‫والتعب والذىَ والفتنة‬

Nama beliau disebut berulang-ulang dalam kitab Allah (Alquran) yang


menunjukkan bahwa Allah menginginkan agar kita selalu merenungkan keadaan
beliau, kesulitan yang beliau jumpai, rasa capek beliau, setiap gangguan dan ujian
yang beliau hadapi. (Fabi Hudahum, Dr. Utsman al-Khamis, hlm. 327).

21
Doa Nabi Musa ‘alaihis salam, Doa-doa itu beliau panjatkan dalam setiap
kesempatan yang berbeda. Namun ada satu doa yang sangat menakjubkan, doa
yang mengobati sekian banyak kegelisahan yang dialami oleh Musa,

‫يِ بملن نخليدر فنبقيرر‬ ‫ب إبننأيِ لبنما أنلنأنزلل ن‬


‫ت إبلن ا‬ ‫نر ن‬

Artinya :“Ya Tuhanku Sesungguhnya aku sangat membutuhkan setiap kebaikan


yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS. Al-Qashas: 24).

Allah menceritakan Musa dari ayat 3 hingga ayat 43. Doa ini diucapkan
Musa ketika beliau berada di kondisi serba susah. Diliputi rasa cemas dan
ketakutan. Bagi orang awam, keadaan itu mungkin sudah dianggap puncak ujian,
seolah tidak ada lagi harapan untuk hidup.

1) Firaun menjajah habis bani Israil


2) Membantai setiap bayi lelaki, dan membiarkan hidup bayi perempuan

3) Firaun membuat lemah setiap sendi kehidupan bani Israil, seolah tidak ada
harapan untuk bisa bangkit memperjuangkan kemerdekaannya.

4) Allah perintahkan ibunya Musa untuk melabuhkan anaknya ke sungai.

5) Musa diasuh oleh keluarga Firaun. Musa kecil tumbuh di tengah-tengah


calon musuhnya.

6) Setelah besar, Musa melarikan diri dari kerajaan Firaun. Musa membunuh
pengikut Firaun ketika berusaha membantu lelaki bani Israil yang rebutan
air dengan korban.

7) Musa menjadi ketakutan di kota Mesir, karena telah membunuh pengikut


Firaun. Bahkan datang seorang informan, bahwa para pemimpin pasukan
Firaun telah bersepakat untuk membunuh Musa.

8) Musa keluar mesir dengan penuh ketakutan, beliau berjalan ke arah


Madyan.

22
9) Di tengah perjalanan beliau menjumpai dua wanita yang mengantri untuk
mengambil air untuk ternaknya, namun mereka tidak mampu
melakukannya. Kemudian dibantu Musa.

Di saat itulah, Musa merasa sangat membutuhkan pertolongan dan


bantuan. Tapi tiada lagi tempat mengadu, tidak ada keluarga, tidak ada pekerjaan,
tidak mungkin kembali ke Mesir dalam waktu dekat. Di saat itulah, Musa merasa
sangat butuh pertolongan Tuhannya. Di bawah teduh pepohonan, beliau berdoa,

‫ب إبننأيِ لبنما أنلنأنزلل ن‬


‫ت إبلن ا‬
‫يِ بملن نخليدر فنبقيرر‬ ‫فننسنقى لنهدنما ثدام تننوالى إبنلى الظننل فننقانل نر ن‬

Artinya: Musa memberi minum ternak itu untuk menolong kedua wanita itu,
kemudian dia duduk di tempat yang teduh lalu berdoa: “Ya Tuhanku
Sesungguhnya aku sangat membutuhkan setiap kebaikan yang Engkau
turunkan kepadaku“. (QS. Al-Qashas: 24).

Gayung pun bersambut, seusai doa Allah hilangkan keresahan Musa, setahap demi
setahap. Datanglah salah satu diantara wanita yang ditolong Musa, menawarkan
kepada Musa agar mampir ke rumahnya. Menemui ayah sang gadis.

1) Allah berikan jaminan keamanan kepada Musa, dengan Allah kumpulkan


beliau bersama orang soleh (ayah si gadis).
2) Si ayah menikahkan Musa dengan salah satu putrinya.

3) Musa mendapatkan pekerjaan dan tempat tinggal yang aman di kota


Madyan.

4) Musa mendapatkan tongkat yang akan menjadi mukjizatnya.

5) Musa diajak oleh Allah untuk menuju lembah penuh berkah, lembah
Tuwa.

6) Di lembah ini, Allah berbicara langsung dengan Musa menjadikannya


sebagai Nabi.

23
7) Musa mendapatkan banyak Mukjizat untuk melawan Firaun.

8) Allah mengangkat saudara Musa, Harun, sebagai Nabi, yang akan


membantu Musa dalam berdakwah.

9) Allah memenangkan Musa dan Firaun ditenggelamkan di laut merah.

Kemenangan dan keberhasilan bertubi-tubi Allah berikan kepada Musa.


Yang semua itu dimulai setelah dia berdoa dengan penuh rasa harap, merasa fakir
di hadapan Allah, memohon agar Allah menurunkan banyak kebaikan untuknya.

Seperti itulah diantara adab dalam berdoa. Berdoa dan memohon kepada Allah, di
saat Anda merasa sangat membutuhkan pertolongan Allah, menjadikan doa
mustajab. Karena Anda merasa sangat dekat dengan Allah. Sehingga doa yang
dilantunkan menjadi sangat berkualitas. Berbeda dengan doa yang sifatnya
rutinitas. Membaca teks Arab, namun tidak diiringi kehadiran hati. Hanya sebatas
di lisan, tanpa ada perasaan butuh kepada Allah. Kondisi ini menjadikan doa kita
tidak mustajab. Sebagaimana yang dinyatakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam,

‫ب ددنعايء بملن قنلل د‬


‫ب نغافبدل نلده‬ ‫ نوالعلندموا أنان ا‬،‫ان نوأنلنأتدلم دموقبدنونن ببابلنجابنبة‬
‫ان نل ينلستنبجي د‬ ‫الددعوا ا‬

Arinya: “Berdoalah kepada Allah dengan penuh keyakinan akan dikabulkan.


Ketahulilah bahwa Allah tidak akan memperkenankan doa dari seorang
hamba yang hatinya lalai.” (HR. Turmudzi 3479, Hakim dalam al-
Mustadrak 1817 dan dihasankan oleh al-Albani).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kata Qashashul berasal dari bahas Arab yang merupakan bentuk jamak dari
kata Qishash yang berarti tatabbu’ al-atsar (napak tilas/ mengulang kembali

24
masa lalu). Qishash menurut Muhammad Ismail Ibhrahim yang berarti
“hikayat (dalam bentuk) prosa yang panjang”. sedang menurut Manna
Khalil al-Qattan “qashashtu atsarahu” yang berarti “kisah ialah menelusuri
jejak”

2. Macam-macam Qashashul Qur’an terdiri dari tiga macam yakni Dilihat


dari sisi pelaku (Kisah para nabi, Kisah yang berhubungan dengan masa lalu
dan orang-orang yang tidak disebutkan kenabiannya,Kisah yang terjadi pada
masa Rasulullah SAW). Dilihat dari panjang pendeknya (Kisah panjang,
sedang dan pendek), Dilihat dari jenisnya (Kisah sejarah, kisah
perumpamaan, kisah Asatir)

3. Al-Qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara berurutan


(kronologis) dan memaparkan kisah-kisah itu secara panjang lebar. Tetapi
terkadang berbagai kisah disebutkan berulang-ulang dibeberapa tempat, ada
pula beberapa kisah disebutkan al-Qur;an dalam bentuk yang berbeda,
disatu tempat ada bagian yang di dahulukan dan ditempat lain diakhirkan.
Kadang-kadang pula disajikan secara ringkas dan kadang secara panjang
lebar. Hal tersebut menimbulkan perdebatan diantara kalangan orang yang
meyakini dan orang-orang yang meragukan al-Qur’an.

4. Tujuan Qashashul Qur’an Menetapkan adanya wahyu dan kerasulan, QS.


Yusuf (12): 2-3, QS. (28):3, QS. (3):44, Menerangkan bahwa agama
semuanya dari Allah SWT. QS. (21): 51-92, Menerangkan bahwa semua
agama itu dasarnya satu dan semuanya dari Tuhan Yang Maha Esa, QS. Al-
A’raf (7):59, Menerangkan bahwa cara yang ditempuh oleh nabi-nabi dalam
berdakwah itu satu dan sambutan kaum mereka terhadap dakwahnya itu
juga serupa. QS. Hud, Menerangkan dasar yang sama antara agama yang
diajarkan oleh nabi Muhammad SAW. Dengan agama nabi Ibrahim a.s
secara khusus.

5. Faedah Qashashul Qur’an Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umatnya


dalam menegakkan agama Allah, serta menguatkan kepercayaan orang-

25
orang yang beriman melalui datangnyabpertolongan Allah dan hancurnya
kebatilan beserta para pendukungnya. Menjelaskan prinsip-prinsip dakwah
dan pokok-pokok syariat yang dibawa setiap nabi.

6. Kisah-kisah para nabi menjadi informasi yang sangat berguna bagi upaya
meyakini para Nabi dan rosul Allah. Keimanan pada para Nabi dan Rosul
merupakan suatu keharusan bagi umat Islam yang harus ditamamkan
semenjak usia dini. Tanpa adanya keyakinan ini, seseorang tidak akan bisa
membenarkan wahyu Allah SWT yang terdapat dalam kitab Allah yang
berisi berbagai macam perintah maupun larangan-Nya. Jika seorang telah
memiliki kemantapan dalam mengimani para Nabi dan Rosul, mereka akan
dibawa dalm suatu keyakinan yang sama-sama diimani semua Nabi, yakni
keesaan Allah SWT (tauhid).

Contohnya: a. Kisah Nabi Adam (QS.Al-Baqarah : 30-39. Al-Araf : 11 dan


lainnya) b. Kisah Nabi Nuh (QS.Hud : 25-49); c. Kisah Nabi Hud (QS. Al-
A‟Raf: 65, 72, 50, 58); d. Kisah Nabi Idris (QS.Maryam: 56-57, Al-
Anbiya: 85-86); e. Kisah Nabi Yunus (QS.Yunus: 98, Al-An‟am: 86-87); f.
Kisah Nabi Luth (QS.Hud: 69-83); g. Kisah Nabi Salih (QS.Al-A‟Raf: 85-
93); h. Kisah Nabi Musa (QS.Al-Baqarah: 49, 61, Al-A‟raf: 103-157) dan
lainnya; i. Kisah Nabi Harun (QS.An-Nisa: 163); j. Kisah Nabi Daud
(QS.Saba: 10, Al-Anbiya: 78); k. Kisah Nabi Sulaiman (QS.An-Naml : 15,
44, Saba: 12-14); l. Kisah Nabi Ayub (QS. Al-An „am: 34, Al-Anbiya: 83-
84); m. Kisah Nabi Ilyas (QS.Al-An‟am: 85); n. Kisah Nabi Ilyasa
(QS.Shad: 48); o. Kisah Nabi Ibrahim (QS.Al-Baqarah: 124, 132, Al-
An‟am: 74-83); p. Kisah Nabi Ismail (QS.Al-An‟am: 86-87); q. Kisah
Nabi Ishaq (QS.Al-Baqarah: 133-136); r. Kisah Nabi Ya‟qub (QS.Al-
Baqarah: 132-140); s. Kisah Nabi Yusuf (QS.Yusuf: 3-102); t. Kisah Nabi
Yahya (QS.Al-An‟am: 85); u. Kisah Nabi Zakaria (QS.Maryam: 2-15); v.
Kisah Nabi Isa (QS.Al-Maidah: 110-120);

B. Saran-saran

26
Berdasarkan penguraian tentang qashash Al-Qur’an diatas, menceritakan
kisah-kisah dalam Al-Qur’an sebagai metode pembelajaran pendidikan agama
terutama untuk para pendidik adalah cara yang tepat mengingat usia anak-anak
yang dapat lebih menyerap kisah tersebut dan akan berlanjut dari pembicaraan
meraka dengan individu-individu lainnya.

Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekeliruan yang terdapat


dalam penyusuanan makalah ini, baik dari segi penulisan maupun dalam
pembasannya. Oleh karena itu, penulis memohon saran dan kritikannya yang
bersifat membangun sehingga dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya
dapat lebih sempurna. Berdasarkan penguraian tentang qashash Al-Qur’an diatas,
menceritakan kisah-kisah dalam Al-Qur’an sebagai metode pembelajaran
pendidikan agama terutama untuk para pendidik adalah cara yang tepat mengingat
usia anak-anak yang dapat lebih menyerap kisah tersebut dan akan berlanjut dari
pembicaraan meraka dengan individu-individu lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon, Ilmu Tafsir, Cet.III; Bandung: Pustaka Setai, 2006

Al- Ishfahani, Al-Raghib, al-mufradat fi Gharib al-Qur’an, ed. Muhammad


Sayyid Kaylani, Mesir: musthafa al-Bab al-Halab,t.t.

27
Al-Qattan, Manna khalil, Mahabis fi Ulum al-Qur’an, Mansyurat al-Asr al-
Haidis, 1973.

Baidan, Nashruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Cet. I; Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2005.

Basri, Hasan, Horizon Al-Qur’an, dari judul asli Lea grands themes du Coran
oleh Jasques Jomies Cet. I; Jakarta: Balai Kajian Tafsir Al-Qur’an Pase,
2002

Chitjin, Muhammad, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an; Yogyakarta : Dana Bhakti


Prima Yasa, 1998.

Hanafi, Segi-Segi Kesusesteraan pada Kisah-Kisah Al-Qur’an; Jakarta: Pustaka


Al-Husna, 1984.

Husayn, Muhammad al-Khidr, Balaghat Al_Qur’an, Ali al-Ridha al-Tunisi, 1971.

Ibrahim, Muhammad Ismail, Mu’jam al-Alfazh waA’lam al-quraniyyat, Dar al-


Fikr-al-a’rabi, 1969

Poewarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1984.

Qutb, Sayyid, Seni Penggambaran dalam Al-Qur’an, terjemah Chadidjah


Nasution;Yogyakarta: Nur Cahaya, 1981.

Said, M, Tarjamah Al-Qur’an al Karim, Crt.I; Bandung: PT Alma’arif, 1987.

28

Anda mungkin juga menyukai