Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SEJARAH PARA NABI

KONSEP SEJARAH PARA NABI, PENGERTIAN, TUJUAN DAN MATERI


MEMPELAJARI SEJARAH PARA NABI

Dosen Pengampu: Ali Imron, M.Ag.

Disusun Oleh:

Abdul Ghofir 2003016096

Fatimah Nila Amania 2003016103

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perjalanan para nabi sebagai wakil Tuhan di bumi sepanjang sejarah peradaban manusia
mempunyai satu benang merah, yaitu membawa misi Tuhan untuk menegakkan panji
tauhid. Meski ajaran setiap periode yang dibawakan oleh para nabi beragam, namun secara
substansi tidaklah berbeda. Ibarat kata disamakan dengan lomba lari estafet, maka tongkat
yang berisikan penegakan janji tauhid itu sama, yang membedakan hanyalah perannya.

Setiap nabi dengan kurun waktu periodenya memiliki kekhasan dan karakteristik yang
beragam. Satu dari sekian banyak nabi yang diutus oleh Tuhan mendapati pentas dan alam
peradabannya masing-masing, sehingga format perjuangan yang mereka gelar
mencatatkannya dalam buku sejarah para nabi. Kendati demikian, setiap nabi memiliki
mukjizat dan misi yang dibebankan.

Jika kita mengimani dan meyakini setiap nabi adalah manusia utama dan terbaik yang
diutus Tuhan untuk menyebarkan ajaran-Nya, maka setiap sisi dari kehidupan mereka pasti
menyimpang serangkaian kisah-mutiara hikmah yang perlu rekam dan diteladani oleh
manusia-manusia generasi selanjutnya. Oleh karena itu, lahir ide untuk mencatat sejarah
para nabi dalam menyebarkan misi kebenaran dari Tuhan.

Nabi selain sebagai pembawa ajaran agama seperti apa yang dipahami dari berbagai
ayat-ayat di kitab suci samawi, juga sebagai agen perubahan yang memiliki peran penting
dalam membimbing masyarakat atau bangsanya menuju masyarakat atau bangsa yang
berkeadaban. Berikut di bawah, tulisan bermaksud menguraikan sejarah nabi-nabi dalam
Al-Quran yang berjuang dengan sangat gigih dan pantang menyerah melawan kedzaliman
penguasa, pembangkang umat dan kebrobrokan moral mereka yang kemudian dibimbing
dan diarahkan menuju kehidupan yang bermoral dan berkeadaban.1

Dalam Islam, khususnya, seorang nabi memiliki peran yang sangat signifikan. Di
antaranya adalah sebagai pembawa pesan, agen perubahan, dan pemandu masyarakat yang
beradab. Sejarah nabi dalam Al-Quran dijelaskan tanpa ada perintah tertentu. Mereka

1 DwiRatnasari, ‘Sejarah Nabi-Nabi Dalam Al-Quran’, KOMUNIKA: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 5.11
(2011), 94.

2
digambarkan sebagai tokoh-tokoh revolusioner yang membimbing masyarakat dari zaman
kegelapan menuju pemikiran baru berdasarkan ideologi tauhid.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian sejarah para nabi?


2. Bagaimana dengan tujuan mempelajari sejarah para nabi?
3. Bagaimana dengan materi sejarah para nabi?
4. Bagaimana dengan contoh-contoh keteladanan dari sejarah para nabi?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami mengenai pengertian sejarah para nabi.


2. Mengetahui dan memahami tujuan mempelajari sejarah para nabi.
3. Mengetahui dan memahami materi sejarah para nabi.
4. Mengetahui dan memahami contoh keteladanan dari sejarah para nabi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sejarah Para Nabi


Sebelum masuk menguraikan definisi persis dengan apa yang dimaksud sejarah para
nabi, baiknya mendefinisikan setiap arti dari rangkaian kalimat tersebut. Sejarah para nabi
terdiri dari dua kata; ‘sejarah’ dan ‘nabi.’ Sedangkan kata ‘para’ adalah imbuhan untuk
kata ‘nabi’, karena menurut pencatatan sejarah nubuwwah (kenabian) jumlah nabi
memang banyak.

Kata ‘sejarah’ berasal dari bahasa Arab yaitu ‘syarajatun’ yang memiliki arti harfiah
adalah pohon. Hal itu jika digambarkan secara runtut dan sistematik, sejarah hampir sama
dengan pohon. Sebuah pohon memiliki cabang dan ranting dengan bermula dari sebuah
bibit, kemudian tumbuh dan berkembang, termasuk fase layu dan tumbang. Satu akar kata
dengan kata sejarah adalah silsilah, kisah, hikayat yang juga berasal dari bahasa Arab.2

Sejarah dalam bahasa dunia barat disebut dengan histoire (Perancis), historie
(Belanda), dan history (Inggris). Dalam bahasa Yunani, sejarah adalah istoria yang berarti
ilmu.3

Sedangkan menurut definisi yang umum, kata history yang memiliki arti sejarah
merupakan masa lampau umat manusia. Dalam pengertian lain, sejarah adalah catatan
berbagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau (even in the past). Dalam pengertian
yang lebih seksama sejarah adalah kisah-kisah dan peristiwa masa lampau umat manusia.4
Pengertian ini sama dengan istilah dalam bahasa Arab, tarikh, yang berarti pemberitahuan
tentang waktu.

Sejarah mencakup perjalanan hidup manusia dalam mengisi perkembangan dunia dari
masa ke masa. Setiap sejarah mempunyai arti dan bernilai, sehingga manusia dapat
membuat sejarah sendiri dan sejarah pun dapat membentuk manusia. Menggunakan
sejarah sebagai bahan hidup akan menimbulkan berbagai macam analisis dalam suasana
budaya sejarah tersebut.

2 William H. Frederick, Pemahaman Sejarah Indonesia, Sebelum Dan Sesudah Revolusi, ed. by Soeri Soeroto
(Jakarta: LP3ES, 1982), 1.
3 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (Jakarta: UI Press, 1986), 27.
4 Dudung Abdurrahman, Metode Penilitian Sejarah (Jakarta: Logos, 1999), 1.

4
Namun demikian, kajian sejarah masih terlalu luas lingkupnya sehingga menuntut suatu
pembatasan. Oleh karena itu, sejarah haruslah diartikan sebagai tindakan manusia dalam
jangka waktu tertentu pada masa lampau yang dilakukan di tempat tertentu. Dengan
demikian, muncullah kajian sejarah suku bangsa tertentu, di tempat tertentu, atau pada
zaman tertentu, seperti sejarah bangsa Eropa, sejarah Yunani, sejarah Islam, sejarah Islam
abad pertengahan, sejarah Islam di Spanyol, dan sebagainya.5

Beralih ke definisi nabi, berasal dari kata naba’ yang berarti ‘warta’ (news), ‘berita’
(tidings), ‘cerita’ (story), dan ‘dongeng’ (tale). Secara harfiah, tentu saja mudah dimengerti
kalau kata ‘nabi’ adalah istilah serapan dari bahasa Arab. Dalam bahasa Al-Quran, kata
nabi banyak disebutkan dengan bentuk jama, yaitu anbiya’ yang berarti para nabi. Kata
nabi disebut 75 kali dalam 20 surat, sedangkan kata naba’ sendiri disebut 29 kali dalam
21 surat.6

Menurut Cyril Glasse, nabi adalah seorang yang menjalankan tugas kenabiannya dalam
kerangka wahyu yang telah ada, berlawanan dengan rasul yang membawa wahyu baru.
Secara harfiyah, rasul memiliki arti pesuruh atau utusan. Al-Quran sering menyebut para
rasul dengan istilah mursalin, yaitu ‘mereka-mereka yan diutus.’ Menurut Glasse, seorang
rasul mengemban misi ajaran baru atau wahyu baru dalam konteks masyarakatnya. Mereka
juga yang disebut dengan ulul azmi.

Membicarakan ulul azmi, menurut pernyataan Thabary karea mereka mempunyai


keuletan dan kesabaran dalam menghadapi berbagai cobaan ketika menyampaikan amar
ma’ruf nahi munkar. Al-Quran memang tidak secara spesifik menyebut para rasul ini di
antara para nabi, biasanya Al-Quran menyebut rasul sebagai tokoh yang menyelamatkan
bangsaranya dari penjajahan dan kemiskinan, kemudian dibawanya kepada kemakmuran.7

Demikian definisi setiap kata dari ‘sejarah’ dan ‘nabi.’ Maka dari itu, dengan ringkas
disimpulkan bahwa pengertian ‘Sejarah Para Nabi’ adalah kisah-kisah dan riwayat
peristiwa masa lampau dengan aktor utama adalah para nabi meliputi konteks-konteksnya;
dari ajaran yang dibawa, pentas peradabannya, dan iklim kondisi umatnya pada zaman itu.

Jika dibenturkan dengan arti harfiah sejarah dalam bahasa Yunani yang memiliki arti
ilmu, maka Sejarah Para Nabi adalah sebuah disiplin ilmu pengetahuan yang mencatatkan

5 SulthonMas’ud, ‘Sejarah Peradaban Islam’ (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2014), 5.
6 Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Quran (Jakarta: Paramadina, 2002), 302.
7 Ratnasari, 94.

5
kebajikan dan tindak moral baik para nabi selama masa hidupnya, karena membawa panji
ajaran Tuhan dengan menyuguhkannya ke dalam berbagai gagasan dan pemikiran serta
mempebaharui pola pikir umat. Mudah kata, nabi dan rasul adalah tokoh yang mampu
menyelaraskan kebutuhan bangsanya dengan kebutuhan zaman. Para nabi diutus kepada
masyarakat yang mengalami krisis jiwa untuk mengajak mereka bergerak maju.

Sejarah Para Nabi (dan Raja) sendiri sebenarnya secara khusus juga ditulis oleh penulis
dan sejarawan asal Persia, Ibnu Jarir ath-Thabary, dalam bahasa Arab. Dalam bukunya itu,
ia menuliskan kronik sejarah perjalanan hidup para nabi, dari nabi Adam AS hingga nabi
terakhir Muhammad SAW., dengan pendekatan yang mementingkan perspektif sejarah
Islam dan sejarah Timur Tengah.

2.2 Tujuan Mempelajari Sejarah Para Nabi

Dengan mengetahui definisi sejarah para nabi, tentu muncul klausul baru mengenai
tujuan daripada memahami itu. Dalam konteks ini, pada saat yang sama, terdapat empat
hal yang dijadikan alasan mengapa begitu urgen mempelajar dan memahami Sejarah Para
Nabi, yaitu;8
a. Konstruksi, artinya apakah sejarah yang berlaku dahulu yang masih berkaitan
disusun, dipahami, dihayati, dan dicerna.
b. Interpretasi, artinya sejarah yang berkaitan dengan yang masih berlaku ini apakah
masih dapat dijadikan pedoman dan apakah masih perlu dikembangkan atau perlu
dihilangkan.
c. Tranformasi, artinya sejarah perlu ditransfer dan dikembangkan agar mampu
mengisi tuntutan globalisasi.
d. Rekontruksi, artinya melakukan kontruksi ulang secara runtut dan sistematik agar
ada keserasian dan kesesuaian dengan zaman bahwa tuntutan global hendaknya
mampu menyediakan model peradaban Islam dengan tujuan mampu mengahapi
masalah local dan global.

Sejarah yang membahas berbagai peristiwa masa lalu, tidak bisa diremehkan dan
dibiarkan seiring dengan berlalu waktu. Sejarah memiliki arti dan nilai penting yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Hal tersebut dikarenakan sejarah menyimpan atau

8 Mas’ud, 6.

6
mengandung kekuatan yang dapat menimbulkan dinamisme dan melahirkan nilai-nilai
baru bagi perkembangan kehidupan manusia.

Dengan mengkaji Sejarah Para Nabi, dapat diperoleh informasi tentang aktivitas
peradaban manusia melalui pendekatan nubuwwah (kenabian) dari zaman Nabi Adam AS
hingga zaman Rasulllah SAW yang berlanjut sampai sekarang, mulai dari pertumbuhan,
perkembangan, kemajuan, kemunduran, dan kebangkitan kembali peradaban manusia.
Dari sejarah dapat diketahui segala sesuatu yang terjadi dalam peradaban sejarah umat
manusia dengan segala ide, konsep, institusi, sistem dan operasionalnya yang terjadi dari
waktu ke waktu.9

Secara realistis, dalam kitab suci samawi yang menceritakan kisah para nabi, dapat
dijadikan pelajaran bagi umat manusia generasi sekarang dan selanjutnya. Belajar dari
kesalahan, keluputan, dan kelalaian umat yang ada pada zamannya sehingga tidak jarang
menurunkan murka Tuhan. Terlepas dari kontradiksi asumsi bahwa ‘Sejarah ditulis oleh
pemenang’, setidaknya bisa dijadikan alasan untuk memperbaiki sikap dan tindak tanduk
kita sebagai hamba Tuhan yang berakhlak dan bermoral.

Dengan demikian, mempelajari Sejarah Para Nabi dapat memberikan semangat back
projecting theory untuk membuka lembaran dan mengukir kejayaan atau kemajuan
peradaban umat manusia yang baru dan lebih baik. Sejarah Para Nabi sebagai studi tentang
masalah-masalah yang berhubungan dengan sejarah peradaban sudah tentu akan sangat
bermanfaat terutama dalam rangka memberikan sumbangan bagi pertumbuhan atau
perkembangan peradaban.

2.3 Materi Sejarah Para Nabi

Tidak semua nabi disebutkan atau dikisahkan. Beriman kepada nabi dari berbagai
bangsa merupakan rukun Islam yang mendasari. Satu dari tiga pokok keyakinan seorang
muslim, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran;
“Dan yang beriman kepada yang diturunkan kepada engkau dan apa
yang diturunkan sebelum engkau” (2:4)

Jadi, Al-Quran meletakkan landasan persaudaraan bagi seluruh umat manusia, dan
tidak ada satu kitab pun di bumi ini yang menyamainya. Tuhan seluruh bangsa di dunia

9 Mansur, Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2004), 7.

7
bukanlah dogma yang kering; ia adalah prinsip yang hidup, bukan sekedar menganggap
semua bangsa sama perlakuannya baik fisik atau spiritual, tetapi lebih jauh lagi dan
menjadikannya hal itu sebagai salah satu rukum iman seorang Muslim, yakni beriman
kepada semua nabi sebagaimana beriman kepada Nabi Muhammad.10

Perbedaan yang mendasar antara sejarah para nabi seperti dikisahkan dalam Al-Quran
dengan Alkitab sangatlah berbeda. Alkitab hanya berisikan catatan silsilah, keturunan dan
beberapa sejarah perjuangan, sementara Al-Quran hanya membahas masa bakti dari
seorang nabi sehubungan dengan tujuan besarnya untuk mereformasi umat manusia, yakni
bagaimana mereka berhasil dalam membangun kebenaran dan mencabut akar kejahatan.

Para nabi menurut Al-Quran harus manusia biasa, dan oleh sebab itu menolak doktrin
inkarnasi atau Tuhan menjelma di dalamnya. Reformasi manusia dipercayakan kepada
manusia yang menerima wahyu Ilahi, karena hanya seorang manusia lah yang dapat
menjadi contoh bagi manusia lainnya, malaikat pun tidak mungkin melaksanakan tugas
ini. Bagaimana mungkin Tuhan menjelma dapat menjadi contoh manusia lemah yang
penuh dengan kelemahan, karena keberadaan Tuhan mustahil kelemahan.

Para nabi menurut Al-Quran diperlukan agar manusia mampu meningkat ke derajat
lebih tinggi dari kehidupannya. Menurut rencana Ilahi, wahyu sangat dibutuhkan bagi
seseorang seperti orang lainnya. Tuhan telah memberikan anugerah kepada manusia
kekuatan untuk menaklukan alam, baik kepada bangsa ini atau bangsa itu tanpa pandang
bulu. Tuhan tidak membedakan dalam pemberian anugerah fisik kepada segenap umat.11

Para nabi, oleh sebab itu, dikirm ke semua bangsa dengan pemberian wahyu yang
diperlukan untuk kemajuan moral dan spiritual manusia. Maka dari itu, tidak mungkin
dibedakan pemberian baik kepada orang per orang atau pun bangsa. Dari uraian itu, dapat
ditarik kesimpulan seirama bahwa Quran sebagai kitab suci terakhir untuk umat Islam dan
rahmat li al-alamin meletakkan persaudaraan bagi seluruh umat manusia, dan tidak ada
satu kitab pun di bumi ini yang menyamainya.

2.4 Contoh-contoh Keteladanan dari Sejarah Para Nabi

10 Muhammad Ali, Sejarah Para Nabi; Studi Banding Quran Suci Dengan Alkitab (Jakarta: Penerbit Darul
Kutubil Islamiyah, 2007), 5-6.
11 Ali, 4.

8
Seperti yang diurai di sub pembahasan di atas, bahwa nabi yang diutus Tuhan sebagai
wakilnya untuk mengantarkan umat manusia kepada kemakmuran dan lingkungan sarat
pengetahuan, maka nabi adalah orang-orang utama yang memiliki ibrah perjalanan penuh
keteladanan. Dalam riwayat sejarah para nabi, laku hidupnya menjadi contoh bagi umat
manusia di masa sekarang dan mendatang.

Jumlah nabi, sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari sahabat
Abu Umamah, adalah 124.000 dan di antara mereka ada para rasul sebanyak 315. Jumlah
itu sangat banyak, dan tidak mungkin dikisahkan semuanya secara detail dalam kitab suci
samawi.12 Sama halnya dengan tulisan berikut yang tidak mungkin menuliskan kisah para
nabi dengan kesabaran dan kepatuhannya dalam menggelar misi Tuhan, meski sering
mendapati rintangan dan halangan.

Kisah nabi dan rasul yang sering dijadikan uswah hasanah adalah ketekadan dan
kesabaran mereka dalam menghapadi umat-umatnya. Lebih khususnya mereka disebut
dengan ulul azmi; gelar yang diberikan kepada para rasul yang memiliki kedudukan tinggi
atau istimewa karena ketabahan dan kesabaran yang luar biasa, dalam menyebarkan
agama.13

Ulul azmi memiliki sifat-sifat rasul, di antaranya; memiliki kesabaran yang tinggi ketika
berdakwah, senantiasa mohon kepada Allah agar tidak menurunkan azab kepada kaumnya,
senantiasa berdoa agar Allah memberi hidayah kepada kaum mereka, dan memiliki
keazaman (semangat yang kuat dan kokoh) yang tinggi semasan berdakwah. Rasul ulul
azmi ada lima, yaitu; nabi Nuh A.S., nabi Ibrahim A.S., nabi Musa A.S., nabi Isa A.S., dan
nabi Muhammad SAW. Perjuangan dan kisah keteladanan rasul ulul azmi yang dapat
dicontoh sebagai berikut;14

a. Nabi Nuh A.S.


Nabi Nuh A.S. termasuk rasul ulul azmi di antaranya karena kesabarannya dalam
berdakwah dan mendapat hinaan dari kaumnya. Nabi Nuh tidak mengenal

12 Syamsul Yakin, ‘Bilangan Nabi Dan Rasul’, UIN Syarif HIdayatullah Jakarta, 2021
<https://www.uinjkt.ac.id/bilangan-nabi-dan-rasul/> [accessed 21 August 2022].
13 Adinda Putri Nabillah dan Siska Sulistyorini, ‘Kisah Teladan Rasul Ulul Azmi’ (Jakarta: Universitas

Indonesia, 2021), 5.
14 Noek Aenul Latifahl Abdurrohim, Usman, Akidah Akhlak (Jakarta: Kementrian Agama, 2014).

9
menyerah terus menerus mendakwahi keluarga, kerabat dan masyarakat umum,
untuk kembali kepada jalan yang lurus.
b. Nabi Ibrahim A.S.
Nabi Ibrahim A.S. termasuk rasul ulul azmi di antaranya karena kepatuhan dan
kesabaran serta keteguhannya dalam berdakwah. Ia harus berhadapan dengan raja
dan masyarakat penyembah berhala termasuk orang-orang terdekatnya. Bahkan ia
harus menerima siksaan yang pedih, yaitu dibakar dan diusir dari kampung
halamannya.
c. Nabi Musa A.S.
Nabi Musa juga termasuk rasul ulul azmi. Beliau sabar dalam menghadapi dan
mendakwahi Fir’aun dan pengikutnya. Selain itu, beliau mampu bersabar dalam
memimpin kaumnya yang sangat pembangkang. Bagaimana tidak, ketika beliau
akan menerima wahyu di Bukit Sinai, pengikutnya yang dipimpin Samiri
menyeleweng dengan menyembah patung anak sapi.
d. Nabi Isa A.S.
Banyak hal yang menunjukkan bahwa Isa memiliki kesabaran dan keteguhan
dalam menyampaikan ajaran Allah. Terutama, ketika Isa sabar menerima cobaan
sebagai seorang yang miskin, pengkhianatan seorang muridnya, Yudas Iskariot,
menghadapi fitnah, penolakan hendak diusir dan dibunuh oleh Bani Israil.
Kehidupan Isa menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam beribadah.
e. Nabi Muhammad SAW.
Sejak dari kecil sampai dewasa mengalami masa-masa sulit. Pada usia 6 tahun
beliau sudah menjadi yatim piatu. Setelah dewasa beliau harus membantu
meringankan beban paman yang merawat beliau. Namun yang paling berat
tantangan yang dihadapi adalah setelah diangkatnya beliau menjadi rasul.
Penentangan bukan saja dari orang lain, tetapi juga dari Abu Lahab, pamannya.
Beliau juga harus ikut menderita tatkala Bani Hasyim diboikot (diasingkan) di
sebuah lembah gara-gara dakwah beliau.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah Para Nabi adalah sebuah disiplin ilmu pengetahuan yang mencatatkan
kisah-kisah dan riwayat peristiwa masa lampau dengan aktor utama adalah para nabi
meliputi konteks-konteksnya; dari ajaran yang dibawa, pentas peradabannya, dan iklim
kondisi umatnya pada zaman itu. Tujuan mempelajari sejarah para nabi terdiri dari
empat hal yaitu Konstruksi, interpretasi, transfoemasi dan rekrontruksi. Dengan
mengkaji Sejarah Para Nabi, dapat diperoleh informasi tentang aktivitas peradaban
manusia melalui pendekatan nubuwwah (kenabian) dari zaman Nabi Adam AS hingga
zaman Rasulllah SAW yang berlanjut sampai sekarang, mulai dari pertumbuhan,
perkembangan, kemajuan, kemunduran, dan kebangkitan kembali peradaban manusia.
Dari sejarah dapat diketahui segala sesuatu yang terjadi dalam peradaban sejarah umat
manusia dengan segala ide, konsep, institusi, sistem dan operasionalnya yang terjadi
dari waktu ke waktu. Materi yang dibahas yaitu mengenai 25 nabi, terkhusus Nabi
Muhammad SAW yang meliputi silailah, perjalanan, perjuangan, serta contoh
keteladanan dalam menyebarkan ajarannya masing-masing.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat guna memenuhi tugas mata kuliah
sejarah para nabi. Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung, Metode Penilitian Sejarah (Jakarta: Logos, 1999)

Abdurrohim, Usman, Noek Aenul Latifahl, Akidah Akhlak (Jakarta: Kementrian Agama, 2014)

Ali, Muhammad, Sejarah Para Nabi; Studi Banding Quran Suci Dengan Alkitab (Jakarta:
Penerbit Darul Kutubil Islamiyah, 2007)

Frederick, William H., Pemahaman Sejarah Indonesia, Sebelum Dan Sesudah Revolusi, ed. by
Soeri Soeroto (Jakarta: LP3ES, 1982)

Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah (Jakarta: UI Press, 1986)

Mansur, Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2004)

Mas’ud, Sulthon, ‘Sejarah Peradaban Islam’ (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2014)

Raharjo, Dawam, Ensiklopedi Al-Quran (Jakarta: Paramadina, 2002)

Ratnasari, Dwi, ‘Sejarah Nabi-Nabi Dalam Al-Quran’, KOMUNIKA: Jurnal Dakwah Dan
Komunikasi, 5.11 (2011)

Sulistyorini, Adinda Putri Nabillah dan Siska, ‘Kisah Teladan Rasul Ulul Azmi’ (Jakarta:
Universitas Indonesia, 2021)

Yakin, Syamsul, ‘Bilangan Nabi Dan Rasul’, UIN Syarif HIdayatullah Jakarta, 2021
<https://www.uinjkt.ac.id/bilangan-nabi-dan-rasul/> [accessed 21 August 2022]

12

Anda mungkin juga menyukai