Anda di halaman 1dari 16

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 149-164

FENOMENA NABI DAN KENABIAN


DALAM PERSPEKTIF ALQURAN
Eni Zulaiha
Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. AH. Nasution No. 105 Bandung
Email: eni.zulaiha@uinsgd.ac.id
_________________________

Abstract
Prophetic discussion in Islam is a fundamental understanding in Islamic doctrins. The discourse of prophetic is
usually discussed under philosophical study. However, in fact, this topic can be discussed by tracing its based on
Quranic verses and Hadith. In phiosophical discussion, prophetic is viewed through its epistemological point of
view, while in the Qur’an it can be studied through the prophetic terms and missions. This study shows that
Prophetic in the Qur’an is represented by the term Naby and Rasul. Naby is derived from naba‟ which means
information, news or story. Meanwhile, Rasul (pl. Rusul) means messenger. Alquran also used the term al-mursalin
to indicate the person who sent as messengers. Disputes among Muslim scholars in this issues related to the number
of nabi and rasul as well as the qualities assigned to them.
Keywords:
Wahyu; ilham; Nabi; Siddiqah; Rasul; Prophet; Prophethness; wali.
__________________________

Abstrak
Bahasan kenabian dalam Islam adalah jantung bagi pemahaman ajaran agama Islam lainnya. Wacana tentang
kenabian biasanya menjadi pembahasan pada kajian filsafat. Padahal wacana ini juga bisa didekati dengan dengan
kajian ayat ayat Alquran dan hadis. Jika filsafat kenabian membahas masalah ini dengan sangat kritis dari sisi
epistemologisnya, maka dalam Alquran pembahasan tentang kenabian lebih pada persoalan istilah yang digunakan
juga misi kenabian yang dibawa oleh masing-masing nabi dan rasul tersebut. Kenabian dalam Alquran
menggunakan istilah nabi dan Rasul. Istilah Nabi berkaitan dengan kata naba‟ yang maknanya berita, kabar, warta
atau cerita. Sedangkan Rasul, secara harfiah berarti pesuruh atau diutus. Kata jamaknya adalah rusul. Alquran
sering pula menyebut para rasul itu dengan istilah al-mursalin, yaitu mereka yang diutus.perdebatan para ulama ada
pada seputar pembahasan nabi dan rasul, jumlah mereka dan persamaan atau keunggulan para nabi.

Kata Kunci:
Wahyu; ilham; Nabi; Siddiqah; Rasul; Prophet; Prophethness; wali.
__________________________

A. PENDAHULUAN perdebatan yang panjang di dunia Islam.


Islam is no longer understood merely in Pendek kata, diskursus tentang kenabian
terms of doctrinal and historical, but it has dalam kajian tafsir Alquran dan hadits telah
become a complex phenomenon.1 Alquran banyak melahirkan pemahaman yang beragam
yang diyakini sebagai wahyu oleh serta sektarianis. Menurut penulis,
pemeluknya, hanya dapat dikaji sejauh telah pembahasan kembali kenabian hari ini masih
“dibudayakan” dalam bahasa manusia dengan diperlukan, fenomena yang cukup meresahkan
“toleransi' tujuh ahruf. Fenomena lahirnya terjadi di masyarakat kita, yakni dengan
nabi palsu sekarang ini sebenarnya bahasan bermunculan orang yang mengaku nabi atau
yang sudah klasik. Topik ini sudah dibahas wali. Parahnya setelah itu mereka melakulan
oleh para cendikiawan muslim terdahulu tindakan penipuan materil atau melakukan
hingga abad moderen. Kajian tentang pelecehan seksual.
perbedaan nabi dan rasul juga wali melahirkan Keresahan yang lahir di tengah masyarakat
terkait persoalan nabi palsu, menurut penulis
1
Masripah, “Indonesian Islamic Women Movement merupakan kenyataan pada adanya kebutuhan
(A Case Study of Bkswi West Java),” International pembahasan yang tuntas tentang nabi dan
Journal of Nusantara Islam 1, no. 2 (2013): 9–21.
Eni Zulaiha Fenomena Nabi dan Kenabian dalam Perspektif Alquran

kenabian dalam ajaran Islam. Oleh karena itu (information), laporan (report)3. Dalam
pembahasan nabi dan kenabian dalam agama bentuk transitif (anba' 'an) ia berarti memberi
Islam bagaikan jantung dalam tubuh manusia. informasi (to inform), meramal (to predict), to
Ia memiliki peran penting karena foretell (menceritakan masa depan), dan
bersangkutan dengan misi suci penerimaan istanba'a (meminta untuk diceritakan).4Kata
wahyu juga penegakan batas- batas ajaran nabi ini bentuk jamaknya nabiyyūn dan
yang dianggap benar dan sesuai ajaran Allah. anbiyā'. Sedangkan nubuwwah adalah bentuk
Hampir semua ajaran dasar agama Islam masdar (kata benda, noun) dari naba‟
bermuara pada persoaln nabi dan kenabian, bermakna kenabian (prophecy, ramalan atau
misalnya tafsir, hadits, tasawuf, filsafat. prophethood, kenabian), sifat (hal) nabi; yang
Pendek kata diperlukan rumusan yang jelas berkenaan dengan nabi.5
dan tuntas pada persoalan tersebut. Rasulullah Dalam bahasa Inggris, nabi biasa disebut
merupakan sosok sentral yang wajib ditaati dengan prophet berarti seseorang yang
oleh seluruh umat Islam.2. mengajarkan agama, dan mengklaim,
Tulisan ini akan menitikberatkan kajiannya mendapat inspirasi ataupun petunjuk dari
pada pengertian nabi dan kenabian dalam Tuhan dan prophetess sebutan untuk nabi
Alquran dan Hadits. Hal ini agar dapat perempuan;6 dan dalam bahasa Yunani
mengingatkan kembali prinsip-prinsip prophetes yang berarti orang yang berbicara
primordial bahasan ini. Sehingga tulisan ini atas nama orang lain. Dalam hal ini, ia berarti
diharapkan bermanfaat untk memberikan "orang yang mengkomunikasikan wahyu
informasi yang komperhensip persoalan Tuhan." Kata prophetes diterjemahkan ke
kenabian berdasarkan pada dalil-dalil aqli dan dalam bahasa Hebrew menjadi kata 'nabi'.
naqli. Dan lebih jauh dharapkan dapat Ditinjaud darietimologis berarti "memanggil",
mencounter pemikran lain yang akan "berbicara dengan keras". Ada juga yang
mengakibatkan lahirnya kembali nabi palsu. mengartikan sebagai "orang yang dipanggil
Tema-tema yang akan dibahas dalam Tuhan untuk berbicara atas namanya".7
tulisan ini berkisar seputar pengertian nabi dan Menurut Mawlana Muhammad 'Ali, kata
Rasul, karakteristik kenabian dalam Alquran, nabi berasal dari kata naba‟a (jamaknya
Misi kenabian dan Ayat-ayat Alquran tentang anbiyā') yang artinya adalah " membertahukan
Nabi, dengan menggunakan metode Deskriptif sesuatu yang besar faedahnya," menyebabkan
analitis. Segmentasi tulisan ini adalah para
pengkaji keagamaan dengan perspektif 3
Abdullah Ibn Manzhur, Lisan al-'Arab, vol. VI
Alquran dan hadits. Maka dari itu, tulisan ini (Beirut: Dar Sadir, [t.t]), 561; Hans Wehr, A Dictionary
tidak menghadirkan perpektif filsafat atau of Modern Written Arabic (Wiesbaden: Otto
ilmu lainnya dalam pembahasannya. Harrassowitz, 1971), 937.
4
Hans Wehr, A Dictionary, 937.
Tulisan ini membahas pengertian nabi dan 5
David A. Kerr, "Prophethood" in John L. Esposito
Rasul, karakteristik kenabian dalam Alquran, (ed.), Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic
Misi kenabian dan Ayat-ayat Alquran tentang World, vol. iii, 364; T. Fahd, "Nubuwwa," dalam
Nabi. Bernard Lewis (ed.), The Encyclopedia of Islam, vol.
viii (Leiden: t.p, 1995), 93; Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
B. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahasa Indonesia, Edisi Kedua (Jakarta: Balai Pustaka,
1. Pengertian Nabi 1994), 679.
Secara etimologis, kata nabi berasal dari 6
A.S. Hornby, Oxford Advanced Learner's
bahasa Arab, naba‟, berarti warta (al-khabar, Dictionary of Current English, Jonathan Crowther (ed.)
news), berita (tidings), informasi (Oxford: Oxford University Press, 1995), 929.
7
David E. Aune, "Prophet, Prophecy," Everett
Ferguson (ed.), Encyclopedia of Early Christianity, ed.
6 (New York and London: Garland Publishing, Inc,
2
Sihabuddin Afroni, “Makna Ghuluw Dalam Islam: 1997), 952; Felix N. Nwahaghi, "Priesthood and
Benih Ekstremes Beragama,” Wawasan: Jurnal Ilmiah Prophecy in Judeo-Christian Religion," Journal of
Agama Dan Sosial Budaya 1, no. 1 (2016): 71. Dharma 15 (1990), 5.

150 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 149-164
Eni Zulaiha Fenomena Nabi dan Kenabian dalam Perspektif Alquran

orang-orang mengetahui sesuatu. Imam al- dan ditetapkan sebagai seorang nabi. Dengan
Raghib al-Asfahani dalam kitabnya al- begitu, 'Isa merupakan orang yang diberkati
Mufradāt fī Gharīb al-Qur'ān menambahkan Allah dan dia merasakan berkat itu. Dan
bahwa maksud berita ialah bukan berita biasa, mempunyai misi kenabian, yang tujuannya
tetapi berita yang tidak mungkin salah.8 untuk menegakkan shalat dan menunaikan
Istilah nabi, Gibb dan Kramers memberikan zakat. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa
pendapat yang berbeda.9Mereka mengatakan pengertian tentang istilah nabi, berkaitan
bahwa kata nabi merupakan pinjaman dari dengan kata naba‟ yang maknanya berita,
istilah Ibrani, nabi dan Aram n-b-a. Istilah ini kabar, warta atau cerita. Makna sesungguhnya
baru muncul pada ayat-ayat periode Makkah dari kata naba‟ ini perlu dilihat dalam konteks
kedua. Tetapi keduanya tidak menjelaskan apa ayat-ayat Alquran sendiri,12 seperti misalnya
arti kata itu. Memang, Alquran sering dalam surat Ali Imran [3]: 43
meminjam istilah-istilah non-Arab, seperti
       
bahasa Ibrani.Tetapi setelah ditampilkan
dalam Alquran, istilah-istilah itu selalu "Ini adalah sebagian berita (naba‟,) yang
mengandung muatan makna baru yang telah kami wahyukan kepadamu. Engkau
berbeda dari arti lamanya. Realitas kehidupan tidak berada di antara mereka tatkala
sosial menjadi mungkin karena ia melemparkan pena mereka (untuk
mengakomodasi perbedaan dan keragaman di menentukan) siapa diantaranya yang akan
antara manusia.10. memelihara Maryam, begitupula engkau
Secara istilah, kata nabi memiliki banyak tidak berada di antara mereka ketika
definisi. Nabi adalah seseorang yang bertengkar satu sama lain." (Ali Imran [3]:
menerima wahyu dari Allah SWT melalui 43).
perantaraan malaikat atau ilham maupun Pembicaraan tentang terma nabi (an-nabī,
mimpi yang benar. Mereka juga adalah prophet) dan kenabian (an-nubuwwah,
mubasysyir (pembawa berita baik, yaitu prophecy/prophethood) tidak terlepas dari
mengenai ridha Allah dan kebahagiaan hidup term rasul (ar-rasul, apostol) dan kerasulan
di dunia serta di akhirat bagi orang-orang yang (ar-risālah, apostolos).Banyak yang
mengikutinya) dan mundzir (pemberi menyamakan antara keduanya dan dengan
peringatan, yaitu pembalasan bagi mereka demikian dapat dipakai secara bergantian,
serta kesengsaraan terhadap orang-orang yang namun tidak sedikit pula yang melakukan
ingkar) (QS. al-Baqarah [2]: 213).11 pembedaan.Namun secara umum, nabi dan
Kata nabī terulang 75 kali dalam 20 surat, rasul adalah manusia yang dipilih Allah SWT
sedangkan kata naba‟ terulang 29 kali dalam untuk menerima dan menyampaikan wahyu
21 surat. Salah satu ayat yang menyebut kata Allah.13
nabi adalah terdapat dalam surat Maryam [19]: Secara tradisional, penulis-penulis Muslim
mengenai Alquran membuat sebuah
30-31.  . Dalam ayat ini, 'Isa
perbedaan antara nabi dan rasūl. Nabi ialah
menjelaskan bahwa dirinya sebagai seorang utusan Allah yang tidak membawa hukum
hamba Allah biasa, maksudnya bukan putra (syari'at) dan mungkin pula kitab Allah
Allah, dia telah pula diberi Kitab, yakni Injil kepada manusia; sedang rasul yang bentuk
jamaknya rasūl, dalam pengertian bahasa
8
M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi alQur'an berarti utusan, dan menurut istilah ialah utusan
(Jakarta: Paramadina, 1997), 303. Allah yang membawa hukum dan kitab Allah
9
H.A.R. Gibb dan J.H. Kramers, Shorter sebgai pedoman manusia. Atau menurut
Encyclopedia of Islam (Leiden: E.J. Brill, 1974).
10
Casram, “Membangun Sikap Toleransi
pendapat yang masyhur, nabi adalah orang
Beragama,” Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama Dan Sosial
12
Budaya 1, no. 2 (2016): 187. M. Dawam Rahardjo., Ensiklopedi, 303.
11 13
Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam Taufik Abdullah (ed), Ensiklopedi Tematis Dunia
Indonesia (Jakarta: Depag, 1987-1988), 659. Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Van Houve, 2000), 14.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 149-164 151
Eni Zulaiha Fenomena Nabi dan Kenabian dalam Perspektif Alquran

yang menerima wahyu dari Allah SWT tanpa rasul adalah seseorang yang mendapat wahyu
kewajiban menyampaikan kepada orang lain, dari Allah berupa hukum syari'at tetapi
sedangkan rasul adalah orang yang diperintahkan untuk menyampaikannya.18Lain
mendapatkan wahyu dari Allah yang lagi definisi yang diberikan oleh al-Bazdawi
mempunyai kewajiban menyampaikannya yang menyatakan bahwa rasul adalah
kepada manusia.14Batasan ini menunjukkan seseorang yang didatangi oleh Jibril untuk
bahwa nabi menyampaikan wahyu Allah menjadikannya sebagai rasul bagi suatu kaum
kepada kaumnya melalui keteladanan pribadi dan supaya mengajak kaum tersebut kepada
yang terbentuk atas bimbingan wahyu, sedang Islam dan mengajarkan kepada mereka hukum
rasul, disamping keteladanan, mereka dituntut syari'at. Sedang nabi adalah seseorang yang
pula menyampaikan wahyu yang diterimanya mendapat ilham dari Allah (tanpa perantara
secara aktif. Islam autentik dicirikan terutama Jibril) atau melalui mimpi, atau berdasarkan
sekali oleh seruan kembali kepada sumber khabar dari rasul bahwa ia seorang nabi yang
ajaran Islam utama15. mempunyai tugas untuk mengajak umatnya
Dalam ensiklopedia karya Cyril Glasse, kepada Islam.19Sedangkan menurut Ibn Tahir
The Concise Encyclopedia of Islam, makna at-Tamimiy al-Bagdadiy, nabi adalah orang
nabi merupakan seseorang yang menjalankan yang mendapat wahyu dari Allah melalui
tugas kenabiannya dalam bingkai wahyu yang malaikat dan rasul adalah orang yang diberi
telah ada, berlawanan dengan rasul, yang syari'at untuk memulai atau menghapus
membawa wahyu yang baru.16Rasūl, secara sebagian syariat sebelumnya.20
harfiah berarti pesuruh atau diutus. Kata Untuk menguatkan pendapatnya, mereka
jamaknya adalah rusul.Alquran sering pula mengajukan argumen di antaranya hadis Nabi
menyebut para rasul itu dengan istilah al- Saw.yang menyebutkan jumlah nabi itu
mursalīn, yaitu "mereka yang diutus". Seorang 124.000 sedangkan jumlah rasul ada
rasul, menurut Glasse mengemban misi 315.21Argumen lain adalah QS. Al-Hajj [22]:
membawa religi baru atau wahyu baru dalam 52 yang menyebutkan nabi dan rasul secara
konteks masyarakatnya.Mereka itu disebut terpisah,
juga ulual-'azm (QS. Al-Ahqaf [46]: 35).
          
Menurut al-Tabary, disebut ulul 'azmi karena
mereka mempunyai kesabaran dan keuletan
dalam menghadapi berbagai cobaan ketika        
menyampaikan amr al-ma'rūf wan nahy „an
al-munkar.17         
Selanjutnya, di antara orang yang
membedakan dua terma tersebut adalah 
Muhammad 'Ali ash-Shabuni. Menurutnya,
nabi adalah seseorang yang mendapat wahyu ”Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau
dari Allah berupa hukum syari'at, tetapi tidak seorang rasulpun dan tidak pula seorang nabi
dibebani untuk menyampaikannya, sedang kecuali apabila dia menginginkan (membaca),
maka syetan mengganggu keinginannya..."
14
Depag RI, Ensiklopedi Islam Indonesia, 659.
15 18
Aceng Abdul Kodir, “Sejarah Bid’ah: Ashhab Muhammad 'Ali ash-Shabuni, An-Nubuwwah wa
AL-Hadith Dan Dominasi Wacana Islam Autentik Pada al-Anbiya' (Beirut: 'Alim al-Kutub,1985), 14.
19
Tiga Abad Pertama Hijriyah,” Wawasan: Jurnal Ilmiah Abu al-Yusr Muhammad bin Muhammad bin
Agama Dan Sosial Budaya 1, no. 2 (2016): 212. Abdul Karim al-Bazdawi, Kitab Usul ad-Din (Kairo:
16
Cyril Glasse, The Concise Encyclopedia of Islam Dar Ihya al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1963), 223.
20
(San Francisco: Harper & Row, Publishers, Inc, 1989), Abu Mansur Abdul Qahir ibn Tahir at-Tamimi al-
342. Bagdadi, Kitab Usul ad-Din (Beirut: Dar al Kutub al-
17
Abu Ja'far Muhammad b. Jarir al-Thabari, Jami' 'Ilmiyah, 1981), 154.
21
al-Bayan 'an Ta'wil ay al-Qur‟an, vol. 13, (Beirut: Dar Hadis Shahih diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin
al-Fikr, 1988), 37. Hanbal.

152 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 149-164
Eni Zulaiha Fenomena Nabi dan Kenabian dalam Perspektif Alquran

Adapun mereka yang menyamakan dua


QS. Maryam [19]: 51. term tersebut berargumen pada: pertama, QS.
Al-Muddassir [74]:12.
         
    
  "Hai orang yang berkemul (berselimut).
"Dan ingatlah (berita) Musa dalam Kitab; Bangunlah, lalu berilah peringatan!"
sesungguhnya dia adalah seorang yang Ayat tersebut secara jelas memerintahkan
terpilih dan dia adalah seorang rasul dan nabi untuk berdakwah dan memberi
nabi." peringatan.Kata Nabi yang merupakan
Bagi mereka, jika sebagian nabi disifati derivasi dari kata naba', yang berarti bahwa
sebagai nabi sekaligus rasul, maka itu Allah memberikan kabar kepadanya melalui
menunjukkan bahwa rasul itu lebih daripada wahyu kepada siapa saja yang dikehendaki
sekedar nabi, yakni risalah mempunyai (QS. At-Taubah [9]: 94),
kedudukan lebih tinggi daripada kenabi-         
an.Setiap rasul adalah nabi namun tidak setiap
nabi adalah rasul. Dengan demikian tentunya
        
jumlah rasul tentu lebih sedikit daripada
nabi.22
Yang menjadi alasan kelompok yang        
membedakan antara nabi dan rasul bagi
pendapatnya bahwa baik nabi maupun rasul       
keduanya dituntut untuk menyampaikan
(tablīgh). 2) Mengabaikan tugas penyampaian " Mereka mengemukakan 'uzurnya
berarti menyembunyikan (kitmān) wahyu kepadamu, jika Telah kembali kepada mereka
Allah. Dalam hal keyakinan eskatologis, ahli (dari medan perang). Katakanlah: "Janganlah
hadis meyakini hanya berdasarkan kamu mengemukakan(alasan) 'uzur; kami
pemberitaan wahyu sesuatu bisa diyakini. tidak percaya lagi kepadamu, (karena) Allah
Padahal Allah menurunkan wahyu untuk telah memberitahukan kepada kami informasi
disebarluaskan, bukan untuk disimpan dalam yang sebenarnya. Allah serta rasulnya akan
diri sendiri. 3) Sabda Nabi SAW.: melihat pekerjaanmu, Kemudian kamu
"Telah diperlihatkan kepadaku umat-umat dikembalikan kepada yang Maha Nengetahui
di mana kulihat seorang nabi yang disertai lagi ghaib serta yang nyata, lalu dia
banyak pengikut, nabi yang diikuti oleh memberitahukan kepadamu apa yang Telah
satu dua orang serta nabi yang tidak ada dikerjakan."
pengikutnya." Berdasarkan ayat di atas, maka nabi
Hadis di atas juga menunjukkan bahwa mempunyai tugas menyampaikan apa saja
para nabi itu diperintahkan untuk yang diwahyukan kepadanya. Oleh karena itu,
menyampaikan wahyu-nya.Selanjutnya dia setiap nabi wajib menyampaikan apa yang di-
mengemukakan definisi yang cukup bagus wahyukan kepadanya berupa syari'at. Jika
bahwa rasul adalah orang yang mendapat tabligh (penyampaian) merupakan buah dari
wahyu dari Allah berupa syari'at yang baru; kenabian, maka tidak ada dalam hukum Allah
sedangkan nabi adalah seorang yang diutus orang yang diberi wahyu tapi tidak diperintah-
untuk meneguhkan dan melanjutkan syari'at kan untuk menyampaikannya.23
sebelumnya.
23
Syaikh Abdullah bin Zaid Ali Mahmud, al-Ittihaf
Ahfiya' bi Risalah al-Anbiya' (Qatar: Ri'asah al-
22
Umar Sulaiman al-Asygar, Al-Rusul wa al-Risalat Mahakim asy-Syar'iyyah wa asy-Syu'un ad-Diniyyah,
(Kuwait: Maktabah al-Falah, 1985), 14. 1991), 4.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 149-164 153
Eni Zulaiha Fenomena Nabi dan Kenabian dalam Perspektif Alquran

Hal ini diperkuat oleh pendapat 'Umar mengajar apa yang tidak atau belum diketahui
Sulaiman al-Asyqar, walaupun dia juga dan dimengerti.26
membedakan terma nabi dan rasul, namun Dalam Alquran, kata nabi dan rasul selalu
pembedaan ini bukan terletak pada adanya digunakan secara bergantian. Hal tersbut
tuntutan menyampaikan wahyu atau tidak, ditujukan untuk membedakan artinya, karena
sebagaimana definisi yang umum, tapi lebih ulama melihat dari arti kata ataupun asal
pada isi wahyu atau syariat yang dibawa. Dia katanya, istilah nabi menekankan dari segi
berargumen di antaranya: 1) QS. Al-Hajj [22]: kesanggupannya menerima berita Ilahi
52: sebagaimana disebut di atas. (wahyu), sedangkan rasul menekankan pada
Demikian juga dalam QS. Al-Baqarah [2]: misinya untuk menyampaikan risālah atau
285. nubuwwah pada manusia, adakalanya bukan
manusia, melainkan juga malaikat (QS. Al-
         Fathir [35]: 1)

              

                  

              

Dalam ayat 285 disebut dengan istilah rusul "Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan
dan ayat 283 dengan istilah nabi, namun bumi, yang menjadikan malaikat sebagai
hakikatnya adalah sama (an-Nabiyyūn sama utusan-utusan (untuk mengurus berbagai
dengan al-Mursalīn). Maksud ayat ini adalah macam urusan) yang mempunyai sayap,
larangan membeda-bedakan di antara para masing-masing (ada yang) dua, tiga dan
nabi atau rasul.Menyebut sebagian mereka empat. Allah menambahkan pada ciptaannya
yang mendapat wahyu dari Allah sebagai nabi, apa yang dikehendakinya. Sesungguhnya
karena tidak diperintahkan untuk menyampai- Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
kannya; sedang sebagian lainnya adalah nabi Dengan demikian seorang nabi menerima
sekaligus rasul karena mendapat perintah wahyu bagi dirinya sendiri, sedangkan rasul
menyampaikan, dalam hal ini adalah dianggap menerima wahyu untuk disampaikan kepada
sebagai pembedaan.24 manusia. Salah satu keterangan tentang terma
Menurut Murtadha Mutahhari, nabi adalah nabi dan rasul dalam Alquran diberikan oleh
seorang manusia yang bertindak sebagai Alquran surat al-An'am [6]: 89,
penerima wahyu dan kemudian menyampai-        
kan pesan-pesan Tuhan (baca: wahyu) kepada
umat manusia. Nabi adalah manusia pilihan
        
yang memenuhi prasyarat untuk menerima
pesan-pesan tersebut dari alam gaib.25
Pengutusan para nabi atau rasul oleh Tuhan  
merupakan adanya garis perbedaan antara "Mereka orang-orang yang telah kami beri
Tuhan dan makhluk. Dalam hal tersebut, kitab, hukum dan ramalan (nubuwah).
Hammudah Abdalati menyatakan tujuan Apabila mereka menolak hal (tiga kriteria)
kenabian adalah menunjukkan apa yang harus tersebut, niscaya kami akan menyerahkannya
atau yang dapat diketahui manusia dan kepada kaum yang sekali-kali tidak
mengingkarinya."
24
Al-Asyqar, Al-Rusul.
25 26
Murtadha Muthahhari, Falsafah Kenabian Hammudah Abdalati, Islam Dalam Sorotan (terj)
(Jakarta: Pustaka Hidayah, 1991), 9. Anshari Thayib (Surabaya: Bina Ilmu,1981), 32.

154 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 149-164
Eni Zulaiha Fenomena Nabi dan Kenabian dalam Perspektif Alquran

Ayat di atas menjelaskan bahwa nabi itu secara bersama-sama (QS. Al-Ahzab [33]: 13
mempunyai tiga kriteria. Pertama, menerima dan 16)
wahyu yang selanjutnya terhimpun dalam Terlepas dari perdebatan di atas, kata nabī
suatu kitab. Kedua, membawa syariat atau dan rasūl keduanya digunakan di dalam
hukum untuk pedoman hidup, karena itu Alquran. Kadang-kadang disebut nabi, pada
teladan nabi dan rasul itu merupakan sumber waktu lain disebut rasul, dan adakalanya
hukum. Ketiga, memprediksi berbagai hal di dipakai secara bersamaan. Untuk kepentingan
masa yang akan datang, hal tersebut dapat penelitian ini, penulis lebih cenderung
terlihat pada Nabi Nuh, Ibrahim atau Luth menggunakan istilah nabi dan rasul. Nabi dan
yang telah memperingatkan umatnya, rasul adalah orang-orang yang dimuliakan
sekalipun telah didustakan. Nabi Muhammad oleh Allah karena mereka adalah manusia
saw pernah meramalkan dengan tepat pilihan. Kenabian dan kerasulan diperoleh
kekalahan parsi melawan Roma, berdasarkan seseorang melalui karunia dan pemberian dari
wahyu Ilahi Karena itu maka ayat selanjutnya Tuhan kepada manusia pilihan-Nya.Kenabian
mengatakan: "mereka itulah orang-orang yang tidak dapat diperoleh melalui usaha dan
telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah pengorbanan jerih payah, juga tidak didapat
petunjuk mereka." QS. Ar-Rum [30]: 2. melalui warisan maupun ketaatan beribadah.
Di dalam Alquran, Nabi yang "menyampai- Adalah merupakan hak Allah semata dalam
kan khabar" bukan berarti "yang menjelaskan menentukan dan memilih hamba-nya yang
keadaan di masa mendatang", melainkan patut dan memikul tanggungjawab
"yang menyampaikan khabar dari Allah". Nabi kenabian.Yang membedakan keduanya adalah
diutus Allah untuk mencegah kejahatan dan isi wahyu, wahyu yang sampai kepada rasul
menyampaikan kabar gembira kepada orang- berupa syariat baru sedangkan wahyu yang
orang yang saleh. Itulah sebabnya mengapa datang kepada nabi adalah peneguhan dari
istilah-istilah "yang menyampaikan kabar syari'at yang telah ada. Hukum Islam
gembira" dan "yang menyampaikan diturunkan oleh Allah Swt bertujuan untuk
peringatan" sering dinyatakan Alquran, mencegah kerusakan pada manusia dan
terutama sekali di masa-masa awal kenabian mendatangkan kemaslahatan bagi mereka,
Muhammad.27 mengarahkan kepada kebenaran, keadilan dan
Rasul mempunyai arti "utusan", atau yang kebijakan serta menerangkan jalan yang harus
diutus oleh Allah kepada umat manusia dilaluinya28.
walaupun di dalam Alquran perkataan rasul Dalam tradisi Islam yang notabene datang
kadang-kadang dikenakan juga kepada paling belakang di antara tradisi Yahudi dan
malaikat yang menyampaikan wahyu dari Kristen, perkembangan kenabian merupakan
Allah kepada Nabi; di dalam pengertian yang suatu rangkuman dari pemberitaan yang ada
terakhir ini istilah sufarā' (plural dari sāfir pada wahyu Alquran. Alquran mengakui
yang berarti "duta") hanya dipergunakan sekali bahwa risalah kenabian adalah satu dan tidak
saja, yaitu di dalam surat 'Abasa (80): 15. dapat dibagi (indivisible), dalam arti bahwa
Sementara bisa disimpulkan bahwa, para nabi adalah pembawa risalah yang sama
sebutan rasul menunjukkan peranan yang lebih dari Tuhan yang sama.29Oleh karenanya,
penting daripada seorang nabi.Seorang nabi dalam Islam, aspek kepengutusan Tuhan
dapat berperan sekedar sebagai pembantu kepada para manusia pilihan untuk
rasul, misalnya Harun yang berperan sebagai
pembantu Musa (QS. Maryam [19]: 51, 53), 28
walaupun rasul-rasul (atau lebih tepatnya: Qosim, “Analysis of Critical Thought Wahbah
Wahbah Az-Zuḥailī Concerning Determination
mursal, "yang diutus") dapat ditugaskan Allah Separations,” Jurnal Studi Agama Dan Masyarakat 10,
no. 2 (2016): 233.
29
Fazlur Rahman, Major Themes of The Qur'an
27
Fazlur Rahman, Tema Pokok al-Qur‟an, terj. (Minneapolis dan Chicago: Bibliotecha Islamica, 1980),
Ahsin Muhammad (Bandung: Mizan, 1996), 119. 53, 80.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 149-164 155
Eni Zulaiha Fenomena Nabi dan Kenabian dalam Perspektif Alquran

menyampaikan risalah bersifat universal fenomena diturunkannya ayat-ayat Tuhan


karena setiap bangsa pasti telah datang (Alquran).35Berkaitan dengan pewahyuan
kepadanya seorang nabi sebagai pemberi Alquran, maka kata kunci yang sangat
kabar berita dan peringatan. (QS. Fatir [35]: signifikan untuk diperhatikan, selain kata
24, Yunus [10]: 47, an Nisa [4]: 164).30 awḥā beserta kata turunannya, adalah inzāl
Dengan demikian, dalam tradisi Islam, para dan tanzīl. Dalam Bahasa Arab, bertitik tolak
nabi diyakini telah diutus mulai dari zaman dari asumsi Syahrur "bahwa tidak ada sinonim
Adam sampai nabi Muhammad sebagai nabi dalam bahasa", maka elaborasi setiap kata
terakhir dalam arti yang sebenarnya. dalam Alquran menjadi sangat penting untuk
Nabi adalah manusia pilihan dan yang mendapatkan pengertian secara
dimuliakan Allah.Mereka diberi kemampuan utuh.36Walaupun kata-kata itu simbolis, tapi
untuk berhubungan dengan Allah dan makna primernya berbeda.Wahyu berarti
mengekspresikan kehendaknya.31 Oleh karena 'pertunjukan' atau 'pernyataan' diri
itu, seorang nabi adalah manusia yang Tuhan.Tanzil ialah 'penurunan' nya dari langit
bertindak sebagai penerima yang ke bumi. Dalam QS. Maryam [19]: 11, awḥā
menyampaikan pesan-pesan Tuhan (kata kerja) digunakan untuk Zakaria ketika
(baca:wahyu) kepada umat manusia.32 mengalami bisu dan secara jelas berarti
Oleh sebab itu, seseorang manusia dapat 'diperlihatkan' atau 'dipertunjukkan dengan
dikatakan sebagai nabi, apabila memenuhi suatu tanda'.
beberapa kriteria. Salah satunya pendapat Al- Namun demikian, dalam makna sentralnya,
Musayyar yang menjelaskan syarat-syarat wahyu adalah proses komunikasi antar dua
seorang nabi atau rasul, yakni: (1) manusia, pihak yang mengandung pemberian pesan
(2) laki-laki, (3) merdeka (bukan budak), (4) secara samar, rahasia dan sangat pribadi.37
terhindar dari aib (cacat): maksum dari Wahyu ilahi merupakan suatu kenyataan
perbuatan dosa dan salah, dan (5) Allah yang universal, yang tidak hanya diterima oleh
mewahyukan syari'at kepadanya.33 para nabi tertentu dan hanya dimiliki oleh
Adapun ciri utama nabi ialah mendapat umat keagamaan tertentu. Seperti halnya Nabi
wahyu dari Allah, baik melalui malaikat Jibril, Muhammad yang menjadi pemimpin di
atau lainnya. Sementara ciri lain yang dimiliki Mekkah, “The Madina Charter is proof that
nabi ialah mendapatkan mukjizat sebagai Prophet Muhammad was a religious leader as
perbuatan luar biasa yang muncul pada well as a political leader”.38.
seorang nabi (yang telah mendapatkan
wahyu).
Sedangkan menurut Murtadha Muthahhari, 35
seseorang dapat disebut sebagai nabi, apabila Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, terj.
Agus Fahri Husein, dkk, cet. 1 (Yogyakarta: Tiara
memiliki beberapa karakteristik,34 di Wacana, 1997), 171.
antaranya: 36
Muhammad Syahrur, Al-Kitab wa al-Qur‟an:
1) Wahyu (yaitu nabi merupakan seseorang Qira'ah Mu'asirah (Damaskus: AlAhaly, 1990), 47.
37
yang diberi wahyu oleh Allah) Tentang bagaimana proses komunikasi antar
Istilah wahyu (al-wahy, revelation) dalam berbagai pihak berlangsung, terjadi perdebatan, karena
pada dasarnya di antara pihak yang satu berbeda secara
Islam adalah kata yang paling penting dari ontologis dengan pihak yang lain. Namun demikian,
semua kata-kata Arab yang menunjukkan fenomena ini bisa dipahami dan dianggap lumrah oleh
masyarakat Arab pada saat itu, di mana peradaban
30
Rahman, Major Themes, 80. sebelum Islam telah mengenal pola dan mekanisme
31
Ibrahim Madkour, Filsafat Islam Metode dan yang hampir sama dengan wahyu; yaitu komunikasi
Penerapan, (terj) Yudian Wahyudi (Jakarta: CV. dengan jin (tajnin). Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas
Rajawali, 1991), 85. al-Qur‟an Kritik Terhadap Ulum al-Qur'an, terj.
32
Muthahhari, Falsafah, 9. Khoiron Nahdliyyin (Yogyakarta: LKiS, 2001), 34, 43.
33 38
Ibn Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, vol. I, Juz Fatmawati, “Inter-Religious Relations In The
I, cet. I (Cairo: Dar al-Taqwa, 1999), 56, 58, 59, & 60) Period Of Prophet Muhammad,” Al-Albab 5, no. 2
34
Muthahhari, Falsafah, 1018. (2016): 175–193.

156 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 149-164
Eni Zulaiha Fenomena Nabi dan Kenabian dalam Perspektif Alquran

Dalam Islam, kata "wahyu" banyak 2) Mu'jizat


digunakan dalam Alquran dengan berbagai Nabi yang diangkat oleh Tuhan diberi
bentuk, baik dalam bentuk kata benda atau anugerah kemampuan luar biasa yang mampu
kata kerja. Apabila term wahyu ini melakukan tindakan-tindakan tertentu yang
dikembalikan kepada pengertian teologi Islam, tidak bisa dilakukan oleh manusia biasa. Hal
tentunya dapat diambil dua pengertian dasar tersebut menunjukkan kebenaran kenabian
yaitu: Wahyu syari'ah dan wahyu bukan dan firman Tuhan yang mereka sampaikan.
syari'ah atau identik dengan istilah ilham. Perbuatan luar biasa yang dikerjakan oleh para
Wahyu Syari'ah, dalam kepercayaan sebagian nabi dengan izin Tuhan tersebut, oleh Alquran
besar umat Islam, lebih berupa seluruh sabda dinamakan ayat atau tanda kenabian
Tuhan yang diterima oleh para nabi sebelum sedangkan para teolog Islam menyebutnya
Muhammad yang berisi hukum-hukum mu'jizat (harfiah: yang membuat orang lain
(syari'ah) dan diyakini telah disempurnakan lemah).42
oleh kenabian Muhammad yang kemudian 3) 'Ishmaḥ.
terkodifikasi dalam wujud Alquran. Bahwa para nabi itu terjaga dari perbuatan
Sedangkan pengertian wahyu yang kedua ini dosa dan kekeliruan yang disebabkan karena
sering oleh sementara kelompok dalam Islam pemahaman dan kedalaman iman mereka.
lebih dianggap wahyu yang masih tetap akan Semakin tinggi keimanan dan kesadaran
turun walaupun sepeninggal Nabi Muhammad mereka terhadap akibat buruk dari dosa,
Saw.39 semakin berkurang kemungkinan melakukan
Kata Wahyu adalah kata benda, dalam perbuatan dosa. Para nabi memiliki derajat
bentuk kata kerjanya adalah auha-yuhi, artinya keimanan yang mencapai tingkat intuitif dan
adalah pemberitahuan secara tersembunyi dan pandangan batin sehingga mampu
cepat (i'lām al-khafī as-sarī')40. membedakan dan menghindari perbuatan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, dosa.43
dapat dinyatakan bahwa wahyu adalah 4) Kecerdasan
kenyataan universal, yang tidak hanya Kecerdasan dan kemampuan menalar
diberikan kepada para nabi melainkan yang dimiliki para nabi berbeda dengan
diberikan pula kepada semua ciptaannya, kemampuan orang jenius dalam hal yang
termasuk benda-benda tak bernyawa. Dalam sama. Perbedaan yang mendasar ialah bahwa
pengertian ini, maka mereka membagi wahyu jenius merupakan orang yang mempunyai
pada lima macam: yaitu, (a) wahyu Tuhan kemampuan berpikir, daya menalar dan
kepada langit dan bumi (QS. Fusjilat [41]: analisis yang tinggi sehingga mampu
1112; QS. Al-Zalzalah [99]: 15); (b) wahyu merumuskan teori-teori dan kemampuan
Tuhan kepada binatang (QS. an-Nahl [16]: membuat kesimpulan. Para nabi selain
6869); (c) wahyu Tuhan kepada para malaikat memiliki kemampuan di atas juga dilengkapi
(QS. Al-Anfal [8]: 12); (d) wahyu Tuhan dengan kemampuan lain yang disebut wahyu.
kepada manusia biasa (QS. Al-Qashas [28]: 7; Inilah yang bisa membebaskan mereka dari
QS. Al-Maidah [5]: 111) dan (e) wahyu Tuhan kekeliruan.44
kepada para nabi (QS. Al-Anbiya [21]: 7; QS. 5) Kepemimpinan
An-Nisa'[4]:164).41 Berawal dari misi kenabian tentu akan
berujung pada langkah kembali kepada
masyarakat dan dunia luar untuk mengorgani-
39
Muslih Fathoni, Faham Mahdi Syi'ah dan sasi dan memimpin kehidupan masyarakat
Ahmadiyah Dalam Perspektif (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1994), 108.
40
Muhammad Ismail Sya'ban, Ma' al-Qur‟an al- Darul Kutubil Islamiyah bekerjasama dengan LPMAT
Karim (Kairo: Dar al-Ittihad al-'Arabi li at-Tiba'ah, PIRI, 2003), 21-24.
42
1978), 85. Muthahhari, Falsafah, 10.
41 43
Mulyono, Bunga Rampai Paham Keagamaan Fahd, "Nubuwwa," 94-95.
44
Gerakan Ahmadiyah Indonesia (Yogyakarta: Penerbit Muthahhari, Falsafah, 14.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 149-164 157
Eni Zulaiha Fenomena Nabi dan Kenabian dalam Perspektif Alquran

pada jalan yang benar. Dalam pengalaman Meskipun para nabi memiliki karakteristik
"bersatu" dengan Tuhan, para nabi kembali seperti di atas, namun mereka adalah manusia
untuk terjun dalam arus waktu dengan niat biasa. Artinya, mereka memiliki semua
untuk mengendalikan kekuatan-kekuatan karakteristik yang dimiliki oleh seorang
sejarah dan menciptakan dunia baru yang manusia; mereka tidak akan hidup selamanya
ideal. Konsekwensinya, memimpin manusia, (QS. Al-Anbiya [21] : 8), makan dan minum,
ialah kemampuan untuk mengelola dan pergi ke pasar, serta mempunyai anak dan
menggerakkan potensi-potensi manusia 'isteri' (QS. Al-Furqan [25]: 7).
(masyarakat) ke arah kehendak Tuhan dan Dari kriteria yang disebutkan oleh ulama
demi kebaikan umat manusia, yang merupakan maupun diindikasikan oleh Alquran, menurut
bagian tak terpisahkan dari misi kenabian. penulis, kriteria utama yang harus dipenuhi
Sehingga penyusunan hadist pun tidak terlepas seseorang untuk disebut sebagai nabi, minimal
dari sosok nabi atau wali, seperti ungkapan ada 3, yaitu: (1) seorang manusia; (2)
Putra, “sunnah adalah sesuatu yang mendapat wahyu; (3) memiliki mukjizat.
dipraktikkan secara kontinu (terus-menerus) 2. Misi Kenabian dan Ayat-ayat yang
oleh sosok yang menjadi panutan baik seorang Menyebut Nama-nama Nabi
Nabi atau wali45. Nabi adalah manusia yang diberi
6) Ketulusan niat kemampuan untuk berhubungan dengan Allah
Para nabi memiliki dedikasi yang tinggi dan mengekspresikan kehendaknya.48
dalam mengemban misinya. Mereka tidak Pengiriman para nabi atau rasul oleh Tuhan
meminta imbalan jasa dalam membimbing merupakan perwujudan adanya garis
umatnya menuju Tuhan (QS. Asy-Su'ara [26]: perbedaan antara langit dan bumi dan antara
127); Pesan-pesan mereka selalu bersifat Tuhan dan makhluknya. Maka dalam hal ini,
keputusan akhir yang tidak dapat ditawar lagi. Hammudah Abdalati menyatakan bahwa
7) Konstruktivitas tujuan kenabian adalah menunjukkan apa yang
Para nabi memberikan energi kepada dapat diketahui manusia dan mengajar apa
kekuatan-kekuatan masyarakat dan mengo- yang tidak atau belum dimengerti.49 Maka,
rientasikan mereka agar melatih individu dan seorang nabi adalah manusia yang bertindak
membimbingnya, dan membangun masyarakat sebagai penerima yang menyampaikan pesan-
manusia. pesan Tuhan (baca:wahyu) kepada umat
8) Konflik dan Perjuangan manusia.50
Tanda lain dari ketulusan seorang nabi Adapun tugas pokok seorang nabi
dalam klaimnya adalah bahwa ia berjuang sebagaimana tercantum dalam Alquran adalah
menentang politheisme, tahayul, kebodohan, memberikan kabar gembira (at-tabsyīr)
kepalsuan, penindasan, kekejaman dan sekaligus memberi peringatan (al-indzār),
ketidakadilan. Setiap nabi adalah berjuang QS.al-Baqarah [2]: 213 dan QS. An-Nisa
meneguhkan monotheisme (tauhid), [4]:165., sebagai berikut:
kebijaksanaan dan keadilan.46lazimnya, umat
       
Islam merumuskan sifat-sifat yang harus
dimiliki nabi adalah: shiddīq (benar), amānah
(bisa dipercaya), tablīgh (mampu         
menyampaikan) dan fathanah (cerdas).47
9) Aspek manusiawi

45 48
Afriadi Putra, “Pemikiran Hadis KH. M. Hasyim Ibrahim Madkour, Filsafat Islam Metode dan
Asy‟ari Dan Kontribusinya Terhadap Kajian Hadis Di Penerapan, (terj) Yudian Wahyudi (Jakarta: CV.
Indonesia,” Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama Dan Sosial Rajawali, 1991), 85.
49
Budaya 1, no. 1 (2016): 52. Hammudah Abdalati, Islam Dalam Sorotan (terj)
46
Muthahhari, Falsafah, 15. Anshari Thayib (Surabaya: Bina Ilmu, 1981), 32.
47 50
As-Sabuni, Kenabian, 66. Muthahhari, Falsafah, 9.

158 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 149-164
Eni Zulaiha Fenomena Nabi dan Kenabian dalam Perspektif Alquran

Muhammad 'Ali ash-Shabuniy menyebut-


      
kan tugas para nabi, yaitu menyelamatkan
umat dari cengkeraman syirik dan keberhala-
an, kekacauan dan kebejatan moral (QS. Al-        
Baqarah [2]: 213), dengan cara:51
1) Mengajak manusia untuk beribadah        
kepada Allah. Ini adalah tugas dasar dan
sasaran para rasul (QS. An-Nahl [16]: 36);
" Kami Telah mengutus Musa dengan
         membawa ayat-ayat kami, (dan kami
perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah
        kaummu dari gelap gulita kepada cahaya
terang benderang dan ingatkanlah mereka
        kepada hari-hari Allah ". Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar
      dan banyak bersyukur."
" Kami telah mengutus Rasul pada tiap- 4) Memberi teladan bagi umatnya (QS. Al-
tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Ahzab[33]: 21);
Allah (saja), dan jauhilah Thaghut " . Di          
antara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
       
yang telah pasti kesesatan baginya. Maka
berjalanlah kamu dimuka bumi dan "Sesungguhnya Telah ada pada (diri)
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang- Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
orang yang mendustakan (rasulrasul)." (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
2) Menyampaikan perintah dan larangan Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
Allah (QS. Al-Ahzab [33]: 39); banyak menyebut Allah."
       5) Menerangkan adanya kebangkitan dari
kubur (QS. Al-An'am [6]: 130-131);
              
"(yaitu) orang-orang yang menyapaikan
     
risalah-risalah Allah, mereka takut kepadanya
dan tidak merasa takut kepada seorang (pun)
melainkan kepada Allah, dan cukuplah Allah         
sebagai pembuat perhitungan."
3) Membimbing manusia dan       
menunjukkannya ke jalan yang lurus (QS.
Ibrahim [14]: 5);         

  


"Wahai golongan jin dan manusia, apakah
belum datang kepada kalian rasul-rasul dari
golongan kamu sendiri, yang menyampaikan
ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepada
51
Muhammad 'Ali as-Sabuni, An-Nubuunvah wa al- kalian terhadap pertemuan dengan hari ini?
Anbiya' (Beirut: 'Alim al-Kutub, 1985), 2830. mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri
Bandingkan dengan Al-Asyqar, Ar-Rusul, 4355.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 149-164 159
Eni Zulaiha Fenomena Nabi dan Kenabian dalam Perspektif Alquran

kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu keadilan diantara sesama manusia atau untuk
dan menjadi saksi atas diri mereka sendiri, menegakkan masyarakat yang adil. Selain itu,
bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir. ayat tersebut juga mengandung pengertian
Yang demikian itu ialah karena Tuhanmu bahwa diutusnya seorang rasul oleh Allah
tidaklah membinasakan kota-kota secara adalah untuk menguji mereka dalam
aniaya, sedang penduduknya dalam keadaan mempertahankan kebenaran dalam
lengah." masyarakat.54 Makna mizan di sini adalah
6) Mengubah kehidupan manusia dari agama Islam itu sendiri yang mengatur segala
kehidupan yang fana kepada kehidupan persoalan, baik akidah ataupun muamalah.
yang kekal (QS. Al-'Ankabut [29]: 64); Dengan begitu, tujuannya tidak lain kecuali
untuk mencari kebahagiaan hidup baik secara
        
individual maupun sosial, ketika di dunia dan
diakhirat.55
       
Menurut al-Tabathaba'i lebih lanjut bahwa
diutusnya seorang rasul disertai dengan bukti

yang berupa kitab dan mizan untuk
"Dan tiadalah kehidupan dunia Ini menegakkan keadilan diantara sesame umat
melainkan senda gurau dan main-main, dan manusia. Hal ini menunjukan bahwa para
Sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya rasul datang untuk menyampaikan ajaran
kehidupan, kalau mereka Mengetahui." tauhid serta muamalah. Misi seorang rasul
Sekarang pertanyaannya adalah apakah dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu dimensi
tujuan dari misi para nabi dan diwahyukannya horizontal dan dimensi vertikal. Dimensi
firman Ilahi? Tujuan sebenarnya dari misi para pertama berkaitan dengan aturan bagaimana
nabi adalah membimbing masyarakat dan melakukan muamalah diantara sesama
memberikan kepada mereka kebahagiaan, makhluk termasuk manusia. Dimensi ini
keselamatan, kebaikan dan kesejahteraan.Para diperlukan agar ketika manusia melakukan
nabi ditunjuk untuk membimbing masyarakat muamalah diantara sesamanya mampu berbuat
ke arah jalan yang benar, dan memberikan adil, tidak saling merugikan antara satu
kepada mereka kebahagiaan dan kemerde- dengan yang lainnya.56 Sedangkan dimensi
kaan.52 kedua berkaitan terhadap bagaimana
Selanjutnya, Murtadha Muthahhari berhubungan dengan Tuhan, yaitu menyang-
menunjuk dua konsep yang secara khusus kut persoalan ibadah.
disebut dalam Alquran sebagai misi kenabian. Mengajak manusia kepada Tuhan,
Kedua konsep tersebut adalah: (1) mengajak mengenal-nya dan mendekatkan diri kepada-
manusia kearah pengakuan terhadap Tuhan nya, dalam konsep Muthahhari, adalah
dan pendekatan diri kepadanya, (2) monotheisme teoritis dan monotheisme praktis
menegakkan keadilan dan kesederajatan dalam yang bersifat individual.Tetapi menegakkan
masyarakat manusia. Semua ajaran para nabi keadilan di tengah-tengah masyarakat berarti
merupakan semacam perkenalan kepada kedua menegakkan monotheisme praktis yang
konsep ini.53 bersifat sosial.57Lalu pertanyaannya adalah
Misi pertama mengacu pada Qs. Al-Ahzab apakah tujuan sesungguhnya dari misi
[33]: 45-46,Sedangkan misi kedua mengacu kenabian adalah monotheisme teoritis dan
pada QS. Al-Hadid [57]: 25: praktis yang bersifat individual, ataukah
Berkaitan dengan surat al-Hadid: 25, al- monotheisme praktis yang bersifat sosial?
Thabathaba'i menyatakan bahwa tujuan Allah Beberapa pendapat bisa dikemukakan di sini.
mengutus seorang rasul dan menurunkan al-
Kitab dan Mizan ialah untuk meneguhkan 54
Al-Tabataba'i, Mizan, 19, 177.
55
Al-Tabataba'i, Mizan, 178.
52 56
Muthahhari, Falsafah, 29. Al-Tabataba'i, Mizan, 178.
53 57
Ibid., 30. Muthahhari, Falsafah, 30.

160 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 149-164
Eni Zulaiha Fenomena Nabi dan Kenabian dalam Perspektif Alquran

Pertama, para nabi mempunyai tujuan akhirnya saja, tetapi kesempurnaan setiap
ganda, artinya, mereka mempunyai dua tujuan manusia terletak dari langkah menuju kepada
yang berdiri sendiri.Salah satu diantaranya Tuhan. Pandangan ini menolak pandangan
adalah berkaitan dengan kehidupan dan yang mengatakan nabi memiliki tujuan ganda,
kebahagiaan di akhirat yang bersifat spiritual karena sama halnya mengatakan bahwa
dan subyektif (monotheisme teoritis dan keselamatan duniawi adalah tujuan akhir
monotheisme praktis individual). Tujuan yang manusia, dan ini adalah pandangan
lain berkaitan dengan kebahagiaan duniawi materialistik bertentangan dengan pandangan
(monoteisme sosial). Kedua, tujuan ketiga, dimana nilai-nilai sosial dan moral
sebenarnya dari misi kenabian adalah merupakan sarana menuju orisinal manusia,
monotheisme sosial dan prasyarat utamanya yakni menyembah dan beriman kepada Tuhan.
adalah monotheisme teoritis dan monotheisme Hubungan antara nilai-nilai moral dan
praktis individual. Manusia dapat dikatakan sosial terhadap pengenalan dengan Tuhan dan
sempurna ketika mampu mengubah diri dari penyembahannya, merupakan hubungan
"aku" menjadi "kita" dalam monotheisme normatif dan praksis. Jika manusia telah
sosial, yang tak bisa dicapai tanpa mencapai derajat pengetahuan yang sempurna
monotheisme teoritis dan monotheisme praktis mengenai Tuhan dan penyembahan
individual, maka Tuhan menjadikan kepadanya, maka kejujuran, kemurahan hati,
pengenalan dan penyembahan kepada-nya kebenaran, dan keadilan merupakan refleksi
sebagai prasyarat bagi tegaknya monotheisme darinya. Bagi manusia, moralitas tertinggi
sosial. Karena merekalah Islam bisa menjadi adalah menjadi 'seperti' Tuhan. Artinya,
seperti sekarang. “Islam has become a system pencarian manusia atas nilai-nilai tersebut
of culture, civilization, political, economic and bersumber pada dorongan yang inheren dalam
legal part of the development of world jati dirinya untuk meraih kualitas-kualitas
civilization.” 58 mirip Tuhan, meskipun manusia sendiri tidak
Ketiga, tujuan sebenarnya misi kenabian sadar, tetapi akar inheren tersebut, dan bahkan
adalah agar manusia mengenal Tuhan dan mungkin mengingkarinya dalam pemikiran
mendekatkan diri kepada-nya, maka sadarnya.
monotheisme sosial menjadi prasyarat dan Adapun menurut Rahman, ada dua tugas
sarana bagi monotheisme teoritis dan pokok seorang nabi, yaitu tugas terhadap
monotheisme praktis individual.Argumennya Tuhan dan tugas terhadap sesama manusia.
adalah bahwa manusia memiliki privelese Tugas yang pertama dapat dicermati dari
khusus, yaitu semua realitas berakar pada beberapa ayat Alquran seperti QS. Al-
Tuhan dan fitrahnya adalah mencari Tuhan Mu'minun (23): 23. dan QS. al-Baqarah (2):
sesuai dengan ayat "Dan telah Kutiupkan ruh- 21.
Ku ke dalam dirinya" (QS.Al-Hijr [15]: 29), Sedangkan tugas yang kedua ialah
yakni dunia memiliki sifat "berasal dari-nya" membebaskan pikiran manusia dari berbagai
dan "kembali kepada-nya". Maka nilai-nilai macam takhayul dan mengajak manusia untuk
sosial seperti keadilan, kemerdekaan, mengamati, menganalisa, dan mengambil
kesederhanaan, demokrasi dan segala kesimpulan/pelajaran dari penalaran deduk-
moralitas sosial tidak dipandang secara an sich tif.59 Tugas yang kedua ini berkaitan dengan
mencerminkan kesempurnaan manusia, tetapi bagaimana pembentukan character building.
lebih merupakan alat untuk mencapai Oleh sebab itu, terdapat dua hal penting
kesempurnaan. mengenai hal ini, yaitu taqwa dan tazkiyah.
Keempat, pandangan sebelumnya, yaitu Misi yang kedua, yaitu misi kepada sesama
pandangan ketiga menjelaskan bahwa tidak manusia jika ditinjau dari surat al-Baqarah [2]:
hanya kesempurnaan manusia dan tujuan 151
58
Masripah, “Indonesian Islamic Women
59
Movement (A Case Study of Bkswi West Java).” Afzalur Rahman, Islam Ideology, 36.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 149-164 161
Eni Zulaiha Fenomena Nabi dan Kenabian dalam Perspektif Alquran

Dalam Islam, seruan kenabian digambarkan diceritakan Allah kepada Nabi dalam Alquran,
sebagai berikut: 1) Dakwah kepada Allah swt; bisa diambil pemahaman bahwa tidak semua
2) berita gembira dan ancaman at-tabsyīr dan nabi di masa lalu disebut dengan namanya
at-tanzīr); 3) janji dan ancaman (al-wa'd dan masing-masing dalam teks Alquran.
al-wa'īd) dan lain-lain.60Bahkan dalam Islam, Bagaimanapun, tafsir telah menetapkan bahwa
para Nabi termasuk Muhammad adalah tokoh garis kenabian diperluas dalam rangkaian
reformasi terhadap sistem kepercayaan dan keturunan yang bersambung dari Adam
sosial masyarakat yang dianggap telah hingga Muhammad.62
menyimpang. Penyelewengan yang dilakukan Daftar para nabi yang paling panjang
berdasarkan keimanan dan sosial jelas terdapat dalam surat al-Anbiya' ayat 48-91
merupakan bidang garapan reformasi oleh (periode Makkah pertengahan) dan dalam
para nabi di suatu masyarakat.61 surat al-An'am ayat 83-86 (periode Makkah
Alquran sebagai sumber otoritatif ajaran akhir), sementara lainnya tertera dalam
Islam tidak secara definitif menyatakan jumlah berbagai surat yang terpisah.
para nabi dan rasul, dan tidak secara spesifik Dalam surat al-Anbiya', disebutkan nama-
menyatakan urutan kronologis kenabian nama nabi beserta kelebihan dan
.Namun yang pasti, pemahaman dan tafsir atas keistimewaan masing-masing secara terpisah
redaksi tekstual Alquran mengarah ke dalam beberapa ayat, di antaranya adalah:
pemahaman bahwa kenabian yang pertama Musa dan Harun (ayat 48-50), Ibrahim (ayat
adalah Adam, yang "dipilih" Allah (QS. Taha 51-70), Luth (ayat 71 dan 74-75), Ishaq dan
[20]: 122; QS. 'Ali 'Imran [3]: 33), "diberi Ya'qub (ayat 72-73), Nuh (ayat 76-77),
petunjuk" (QS. Al-Baqarah [2]: 38), dan Dawud (ayat 78-80), Sulaiman (ayat 81-82),
"diberi pengajaran" (QS. Al-Baqarah [2]: Ayyaub (ayat 83-84), Ismail, Idris dan Dzul
31,33,37), dan terakhir adalah nabi Kifli (ayat 85-86), Dzun Nun63 (ayat 87-88),
Muhammad (QS. Al-Ahzab [33]: 40). Zakariyya dan Yahya (ayat 8990), Maryam64
Selanjutnya, berdasarkan karakteristik di dan anaknya (Isa) (ayat 91).
atas tradisi keislaman akhirnya menetapkan Sedangkan nama nabi-nabi yang lain
jumlah nabi dan rasul yang wajib diimani disebut pula secara terpisah di berbagai ayat
sejumlah duapuluh lima. Ke25 nabi dalam dan surat.
Alquran itu adalah: Adam, [5] Idris, [6] Nuh, Menurut Hadiyah Salim, Khaidlir termasuk
[7] Hud, [8] Shalih, [9] dan Ibrahim, [10]. salah seorang nabi yang ilmunya lebih tinggi
Selain itu, terdapat juga nama-nama seperti dari Musa.65 Namun, ia bukanlah seorang
Luth, [11] Ismail, [12] Ishaq, [13] Ya'qub, [14] rasul. Bey Arifin66 bahkan menyebut 'Uzair
Yusuf, [15] Ayyub, [16] Syu'ayb, [17] Musa,
[18] Harun, [19] Dzu 'l-Kifl, [20] Dawud, [21] 62
Namun tentu pendapat para mufassir tersebut
Sulayman, [22] Ilyas, [23] Ilyasa', [24] Yunus, belakangan mendapat respon para ulama khususnya
[25] Zakariya, [26] Yahya, [27] 'Isa, [28] dan tokoh dari Ahmadiyah yang beranggapan bahwa
Muhammad. [29] Di antara para nabi tersebut, Muhammad bukanlah sebagai penutup para nabi
terdapat 5 orang rasul yang disebut ulu al- (khatam an-nabiyyin) dan tidak ada nabi lagi
'azm, yang berarti "orang yang berhati teguh" sesudahnya.
63
Nama Dzun Nun dalam tradisi Islam terkenal
dan memiliki kesabaran yang tangguh.[30] sebagai nama lain dari nabi Yunus.
Mereka adalah Muhammad, Ibrahim, Musa, 64
Nama Maryam tidak disebut secara ekspilisit
'Isa, dan Nuh. dalam ayat ini, ia disebut dengan ungkapan "wa allati
Berdasarkan QS. Al-Mu'min [40]:78 yang ahshanat farjaha fa nafakhna fiha min ruhina".
menceritakan tentang sebagian nabi yang Walaupun demikian, Maryam tetap disebut dalam
rangkaian nama-nama para nabi yang notabene adalah
diceritakan dan sebagian lain yang tidak laki-laki.
65
Hidayah Salim, Qishashul Anbiya (Bandung: PT.
60
Al-Asyqar, Ar-Rusul, 45-49. Al-Ma'arif, 1962), 54.
61 66
Ziaul Haque, Revelation and Revolution in Islam Bey Arifin, Rangkaian Cerita dalam al-Qur‟an
(New Delhi: International Islamic Publishers, 1992), 4. (Bandung: PT. Al-Ma'arif, 1971), 62.

162 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 149-164
Eni Zulaiha Fenomena Nabi dan Kenabian dalam Perspektif Alquran

yang ada dalam Alquran sebagai nabi (QS. At- Aune, David E. "Prophet, Prophecy," Everett
Taubah [9]: 30). Ferguson (ed.), Encyclopedia of Early
Muhammad Ali menyebut nama lain, yaitu Christianity, ed. 6. New York and
Luqman dari Ethiopia dan Dzu al-Qarnayn London: Garland Publishing, Inc, 1997.
sebagai nabi.67Hal yang selalu diperdebatkan Bagdadi, Abu Mansur Abdul Qahir ibn Tahir
hingga kini adalah apakah Adam itu seorang at-Tamimi. Kitab Usul ad-Din. Beirut:
nabi, rasul, manusia pertama, atau ketiga- Dar al Kutub al-'Ilmiyah, 1981.
tiganya? Bahkan muncul pertanyaan apakah Bazdawi, Abu al-Yusr Muhammad bin
Adam itu tokoh historis ataukah hanya Muhammad bin Abdul Karim. Kitab
simbolis saja? Sebagian pendapat mengatakan Usul ad-Din. Kairo: Dar Ihya al-Kutub
bahwa al Qur'an tidak secara tegas menyebut al-'Ilmiyyah, 1963.
Adam sebagai nabi, melainkan sebagai Casram. “Membangun Sikap Toleransi
khalīfah fī al-ardl, wakil Tuhan di bumi.68 Beragama.” Wawasan: Jurnal Ilmiah
Namun, karena alasan bahwa ia seorang Agama dan Sosial Budaya 1, no. 2
khalifah di muka bumi itulah, maka ia dapat (2016): 187–98.
digolongkan sebagai seorang nabi atau rasul. Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam
Indonesia. Jakarta: Depag, 1987-1988.
C. SIMPULAN Fahd, T. "Nubuwwa," dalam Bernard Lewis
Meskipun para ulama berdebat persoalan (ed.), The Encyclopedia of Islam, vol.
pengertian nabi dan Rasul, namun argumentasi viii (Leiden: t.p, 1995), hlm. 93; Tim
mereka tentang dua istilah itu tidak Penyusun Kamus Pusat pembinaan dan
mengakibatkan konflik yang signifikan. Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Karena umumnya mereka hanya berdebat pada Bahasa Indonesia, Edisi Kedua. Jakarta:
fungsi dan pernan nabi berdasarkan kajian Balai Pustaka, 1994.
pada ayat Alquran dan hadis nabi. Kajian Fatmawati. “Inter-Religious Relations In The
tentang karakteristik kenabian dalam Alquran Period Of Prophet Muhammad.” Al-
dan misi kenabian dan Ayat-ayat Alquran Albab 5, no. 2 (2016): 175–93.
dapat memberikan prinspi berpikir untuk Gibb, H.A.R. dan J.H. Kramers, Shorter
membedakan nabi utusan Allah, dan nabi Encyclopedia of Islam. Leiden: E.J.
palsu yang belakangan ini sering bermunculan. Brill, 1974.
Glasse, Cyril. The Concise Encyclopedia of
DAFTAR PUSTAKA Islam .San Francisco: Harper & Row,
Abdalati, Hammudah. Islam Dalam Sorotan Publishers, Inc, 1989.
(terj) Anshari Thayib. Surabaya: Bina Hornby, A.S. Oxford Advanced Learner's
Ilmu,1981. Dictionary of Current English, Jonathan
Abdullah, Taufik. (ed), Ensiklopedi Tematis Crowther (ed.) (Oxford: Oxford
Dunia Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Van University Press, 1995).
Houve, 2000. Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, jilid I,
Ali Mahmud, Abdullah bin Zaid. al-Ittihaf juz I, cet. I. Kairo: Dar al-Taqwa, 1999.
Ahfiya' bi Risalah al-Anbiya'. Qatar: Ibnu Katsir. Tafsir Ibn Kathir dalam CD-
Ri'asah al-Mahakim asy-Syar'iyyah wa ROOM versi 6.5, Sakhr, 1993-1997.
asy-Syu'un ad-Diniyyah, 1991. Ibnu Manzhur, Abdullah. Lisan al-'Arab, juz
Asyqar, Umar Sulaiman. Al-Rusul wa al- VI. Beirut: Dar Sadir, [t.t]).
Risalat. Kuwait: Maktabah al-Falah, Kerr, David A. "Prophethood" in John L.
1985. Esposito (ed.), Oxford Encyclopedia of
the Modern Islamic World, vol. 3.
67
Muhammad Ali, The Religion of Islam ([t.k.]: Kodir, Aceng Abdul. “Sejarah Bid’ah: Ashhab
[t.p.], 1980), 35. AL-Hadith Dan Dominasi Wacana Islam
68
Keith Crim, The Perennial Dictionary of World Autentik Pada Tiga Abad Pertama
Religion, ( [t.k.]: [t.p.], 1989), 187.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 149-164 163
Eni Zulaiha Fenomena Nabi dan Kenabian dalam Perspektif Alquran

Hijriyah.” Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Masyarakat 10, no. 2 (2016):
Agama dan Sosial Budaya 1, no. 2 233–56.
(2016): 211–26. Rahardjo, M. Dawam. Ensiklopedi Alqur'an.
Madkour, Ibrahim. Filsafat Islam Metode dan Jakarta: Paramadina, 1997.
Penerapan, (terj) Yudian Wahyudi Rahman, Fazlur. Tema Pokok Al-Qur‟an, terj.
(Jakarta: CV. Rajawali, 1991). Ahsin Muhammad. Bandung: Mizan,
Masripah. “Indonesian Islamic Women 1996.
Movement (A Case Study of Bkswi West Razi, Fakhruddin. Mafatih al-Ghaib al-Tafsir
Java).” International Journal of al-Kabir. Kairo: Maktabah al-Amirah
Nusantara Islam 1, no. 2 (2013): 9–21. asy-Syarqiyah, 1889/1308.
Mursyid, Ali, and Zidna Khaira Amalia. Schleifer, Aliah. Sejarah Hidup Maryam:
“Isra’iliyyat.” Wawasan: Jurnal Ilmiah Sebuah Kajian Tafsir Tematik, (terj.) Ali
Agama dan Sosial Budaya 1, no. 1 Masrur. Yogyakarta, UII Press, 2004.
(2016): 94–115. Shabuni, Muhammad 'Ali. An-Nubuwwah wa
Murtadha Muthahhari, Falsafah Kenabian. al-Anbiya'. Beirut: 'Alim al-Kutub,1985.
Jakarta: Pustaka Hidayah, 1991. Solahudin, Muhammad. “Metodologi Dan
Muslim bin Al-Hajjaj Al-Nisaburi, Shahih Karakteristik Penafsiran Dalam Tafsir
Muslim XV dan XVI . Al-Kashshaf.” Wawasan: Jurnal Ilmiah
Nwahaghi, Felix N. "Priesthood and Prophecy Agama dan Sosial Budaya 1, no. 1
in Judeo-Christian Religion," Journal of (2016): 116–26.
Dharma 15 (1990). Thabari, Abu Ja'far Muhammad b. Jarir, Jami'
Putra, Afriadi. “Pemikiran Hadis KH. M. al-Bayan 'an Ta'wil ay al-Qur‟an, vol.
Hasyim Asy’ari Dan Kontribusinya 13 . Beirut: Dar al-Fikr, 1988.
Terhadap Kajian Hadis Di Indonesia.” Wehr, Hans. A Dictionary of Modern Written
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Arabic. Wiesbaden: Otto Harrassowitz,
Sosial Budaya 1, no. 1 (2016): 46–55. 1971.
Qosim. “Analysis of Critical Thought Wahbah Zainudin, Ilmu Tauhid Lengkap. Jakarta: Rhineka
Wahbah Az-Zuḥailī Concerning Cipta, 1992.
Determination Separations.” Jurnal Studi

164 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 149-164

Anda mungkin juga menyukai