Anda di halaman 1dari 12

Wahyu Perspektif Syaikh Al-Zarqani Dalam Kitab Manahil Al-‘Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an

WAHYU PERSPEKTIF SYAIKH AL-ZARQANI


DALAM KITAB MANAHIL AL-‘IRFAN FI ‘ULUM AL-QUR’AN

Ahmad Haromaini
aharomaini@unis.ac.id
Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang

ABSTRACT
The discourse in the study and research of the Qur'an with various research sub-themes is
always interesting and has its own special characteristics. Therefore, the study of the Qur'an
with its position as revelation and revelation about it has received a lot of attention from
Muslim scholars, both classical and contemporary. For example, Shaykh Al-Zarqani, an
academician from Al-Azhar University with the book Manahil al-'Irfan fi 'Ulum al-Qur'an
which he compiled, contributed to the explanation related to the revelation of the Qur'an.
According to him, revelation is a process of giving information from Allah swt. to His
servants with the method of revelation, Manam Shadiqaa, Wasith Jibril, Mukullamah, and
Ilham.

Keywords: Wahyu, Al-Qur’an, Syaikh Al-Zarqani

ABSTRAK
Diskursus dalam studi dan penelitian al-Qur’an dengan beragam sub tema penelitian selalu
menarik dan memiliki karakteristiknya yang selalu istimewa. Oleh karena itu kajian tentang
al-Qur’an dengan posisinya sebagai wahyu dan pewahyuan tentangnya mendapat banyak
perhatian dari para sarjana muslim, baik yang klasik hingga kontemporer. Sebut saja Syaikh
Al-Zarqani seorang akademisi dari Universitas Al-Azhar dengan kitab Manahil al-‘Irfan fi
‘Ulum al-Qur’an yang disusunnya turut memberikan kontribusi penjelasan yang berkaitan
tentang wahyu al-Qur’an. Menurutnya wahyu adalah sebuah proses pemberian informasi
dari Allah swt. kepada hamba-Nya dengan metode pewahyuan manam shadiqaa, wasith Jibril,
mukallamah, dan ilham.

Kata Kunci: Wahyu, Al-Qur’an, Syaikh Al-Zarqani

A. Pendahuluan membutuhkan tuntunan yang dapat


Panduan kenabian dan kerasulan membantunya melaksanakan apa-apa yang
menjadi satu kemestian yang harus telah diperintahkan dan meninggalkan
dilengkapi dalam menjalankan perintah setiap hal yang dilarang. Karena bila
pemberi risalah kenabian dalam pedoman tersebut sulit bagi manusia
menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada melaksanakan tugas sesuai dengan apa
umat manusia yang menjadi kaumnya. yang menjadi kehendak Tuhan yang
Panduan yang dibekali Tuhan kepada kepada-Nya semua tugas dan peran
setiap nabi dan rasulnya dapat menjadi tersebut dipertanggungjawabkan.
pedoman bagi umat manusia dalam Pada beberapa literatur sejarah
menjalankan tugas dan perannya di muka kenabian dan kerasulan, pesan-pesan
bumi. Manusia yang ditugaskan Tuhan dalam setiap pelaksanaan risalah
menjalankan tugas kemanusiaannya kenabian dan kerasulan diturunkan wahyu

Rausyan Fikr. Vol. 17 No.1 Maret -No.2 September 2021. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187│ 108
Wahyu Perspektif Syaikh Al-Zarqani Dalam Kitab Manahil Al-‘Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an

yang menjadi pedoman bagi para utusan dalam QS. Al-Nisa [4]: 163-164:
melaksanakan tugas-tugas tersebut. Bagi “Sesungguhnya Kami telah mewahyukan
Subhi Al-Shalih menyebut bahwa wahyu kepadamu (hai Muhammad) sebagaimana
menjadi bukti yang melegitimasi kenabian Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan
dan kerasulan yang diutus Allah swt. kepada para nabi berikutnya. Dan Kami
kepada manusia. 1 Setiap penyampaian telah mewahyukan pula kepada Ibrahim,
yang dilakukan para utusan tersebut Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya
merupakan pesan-pesan Tuhan yang (yaitu) Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan
diamanahkan kepadanya untuk Sulaiman. Dan kepada Daud Kami berikan
disampaikan. Wahyu menjadi tanda bahwa Zabur. (Kami telah pula mengutus) rasul-
Tuhan menugaskan nabi dan rasulnya rasul yang telah Kami kisahkan kepadamu
untuk menyampaikan risalah-Nya untuk dahulu, dan rasul-rasul (lainnya) yang
disampaikan kepada manusia. Seluruh nabi tidak Kami kisahkan kepadamu. Dan
dan rasul yang diutus dibekali wahyu (ketahuilah) Allah telah berbicara
begitu pula dengan nabi Muhammad saw. langsung dengan Musa”.
sebagai nabi dan utusan penutup dan QS. Al-Nisa [4]: 163-164 tersebut
terakhir, 2 wahyu yang diberkan kepadanya menjadi bukti dan argumentasi yang
menjadi sebuah kemestian yang konkret bahwa sejarah kenabian dan
diterimanya. Kenabian dengan wahyu yang kerasulan selalu dibekali wahyu. Karena
dibawanya menjadi satu ikatan yang tidak wahyu tersebut disamping sebagai
bisa dipisahkan. Bahkan Fazlur Rahman petunjuk sekaligus juga sebagai bukti
menjadikan kenabin dan wahyu menjadi bahwa seseorang benar-benar sebagai
salah satu tema pokok al-Qur‟an dan utusan-Nya. Bagi nabi Muhammad saw.
ditempatkan ke dalam urutan kelima. 3 apa yang diturunkan ke dalam hatinya oleh
Wahyu-wahyu tersebut ada yang berbentuk al-Qur‟an disebut sebagai wahyu. 4 Al-
shuhuf ada pula yang berbentuk kitab suci. Qur‟an sebagai sumber dan kajian utama 5
Nabi Musa as. Dengan kitab Taurat, nabi menyebut term wahyu sebanyak tujuh
Daud as. Kitab Zabur, nabi Isa as. Kitab puluh tujuh kali dalam al-Qur‟an. 6
Taurat dan nabi Muhammad saw. dengan Mayoritas disebut dengan menggunakan
Kitab Suci Al-Qur‟an. Hal ini sesuai kata kerja, hanya sebagian yang disebutkan
dengan apa yang disampaikan Allah swt. dengan menggunakan kalimat nomina. 7
4
Subhi Al-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu
1
Subhi Al-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an…, h. 12.
5
Al-Qur’an, terj. Tim Pustaka Firdaus, Pustaka Pada kenyataannya, al-Quran menjadi
Firdaus: Jakarta, 2004, cet. ke-9, hal. 11. magnet yang menarik perhatian para peneliti,
2
Fazlu Rahman menyebut bahwa nabi pengkaji, penelaah yang membahas dan meneliti al-
Muhammad saw. sebagai nabi yang terakhir Qur‟an. Akibat dari antusiasme para pengkaji, al-
didukung oleh kenyataan yang menegaskan bahwa Qur‟an telah banyak melahirkan para ilmuan-
sebelum Islam hadir di tengah-tengah umat manusia ilmuan dan teks-teks turunan yang merupakan
tidak ditemukan gerakan keagamaan yang bersifat kompensasi dari kajian al-Qur‟an yang telah
menyeluruh, universal dan tersebar secara global, dilakukan. Lihat. Ahmad Haromaini, Kaidah
meskipun ditemukan banyaknya penyiar-penyiar Penafsiran Menurut Jamal al-Din al-Qasimi,
agama di antara para nabi tersebut, namun sejarah http://ejournal.unis.ac.id/index.php/ISLAMIKA/arti
menyebutkan di antara mereka tidak ada yang cle/view/640/pdf
6
berhasil. Lihat Fazlur Rahman, Tema-Tema Pokok Muhammad Amin Suma. Studi Ilmu-Ilmu
Al-Qur’an, Penerbit Pustaka: Bandung, 1996, cet. al-Qur’an (1), Pustaka Firdaus: Jakarta, 2000, cet.
ke-II, hal. 119. ke-I, h. 90.
3 7
Fazlur Rahman, Tema-Tema Pokok Al- Faidh al-Rahman, Fath al-Rahman,
Qur’an…, 117-153. Maktabah Dahlan: Bandung, tt, 465-466.

Rausyan Fikr. Vol. 17 No.1 Maret -No.2 September 2021. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187│ 109
Wahyu Perspektif Syaikh Al-Zarqani Dalam Kitab Manahil Al-‘Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an

Term wahyu tersebut tersebar di dalam kitab, serta tidak pernah diajarkan oleh
surah dengan penjelasan mengenai seorang guru kepadanya disebut sebagau
prosesnya maupun kepada siapa wahyu yang diturunkan Allah swt. melalui
diturunkannya. Nasr Hamid Abu Zaid 8 malaikat Jibril a.s.12 Sekalipun wahyu –
menyebut wahyu sebagai teks pusat atau dalam hal ini al-Qur‟an- bagi Soroush
sentral teks, karena nama tersebut seperti yang dikutip Saeed, memiliki aspek
digunakan untuk menunjuk dirinya sendiri kemanusiaan yang tidak dapat dibantah
di banyak tempat.9 Bahkan secara tegas ia walau pun pada hakikatnya ia bersumber
menyebut bahwa pewahyuan sebagai dari Tuhan.13 Arkoun-masih dengan
sebuah aktifitas komunikasi yang pengutip yang sama- pun merasa
melibatkan antara pengirim dan penerima pewahyuan telah terkondisikan oleh
serta kode yang digunakan dalam proses struktur-struktur sosial, politik dan budaya
komunikasi tersebut merupakan kode yang masyarakat yang menjadi komunikan
dipahami oleh kedua belah pihak. 10 selama masa Makkah dan
Polemik mengenai pewahyuan Madinah.14Tawaran konsep dan
melahirkan banyak pendapat yang terjadi terminology dari beragam sarjana muslim
tentangnya, mulai dari sosok yang disebut dalam mengeksplorasi makna wahyu,
dengan malaikat Jibril as. yang dikenal pewahyuan hingga jenis metode yang
sebagai malaikat, atau mengutip pendapat digunakan menjadi bahasan yang akan
Fazlur Rahman, Abdullah Saeed menyebut terus menemukan kajiannya, baik dalam
sebagai ruh, bukan sosok malaikat karena forum ilmiah akademik hingga ruang-
malaikat di luar ruh tersebut tidak ruang penelitian yang terus dilakukan oleh
dijadikan sebagai agen pewahyuan. 11 para sarjana muslim generasi selanjutnya.
Memahami makna wahyu dapat Bila merujuk pada pengertian
kita kutip dari QS. Ali-Imran [3]:44 yang wahyu secara semantik (ilmu al-dilalah),
menyebutkan bahwa informasi-informasi term wahy dimaknai dengan isyarat yang
yang belum diketahui oleh nabi cepat, surat, tulisan, dan berbagai hal yang
Muhammad saw. melalui menyaksikan disampaikan kepada orang lain agar dapat
kisah-kisah, membacanya dalam suatu diketahui. 15 Bagi Manna‟ al-Qattan yang
dimaksud dengan isyarat yang cepat terjadi
8
Nasr Hamid Abu Zayd menjadi dengan komunikasi dengan menggunakan
cendikiawan muslim yang berusaha melakukan rumus dan lambang, dan pada kali yang
rekonstruksi studi al-Qur‟an. Usahanya melakukan lain terjadi hanya dengan suara semata dan
terobosan kajian tentang al-Qur‟an banyak menarik terkadang pula terjadi isyarat tersebut
perhatian bahkan kontroversi di kalangan
cendikiawan muslim lain yang se negara maupun
yang berbeda dengannya. Salah satu statement yang
disampaikannya seperti dalam Ahmad Haromaini
adalah bahwa baginya, Al-Qur‟an merupakan teks 12
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan
sentral dalam sejarah peradaban Arab. Lihat: Tafsirnya, Kementerian Agama RI: Jakarta, 2012,
http://ejournal.unis.ac.id/index.php/ISLAMIKA/arti juz. 2, cet. ke-1, h. 502.
cle/view/152/pdf 13
Abdullah Saeed, Al-Qur’ab Abad 21,
9
Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al- Tafsir Kontekstual, terj. Ervan Nurtawab, Mizan:
Qur’an, Kritik Terhadap Ulumul Qur’an, LKiS: Bandung, 2016, cet. ke-1, h. 94.
Yogyakarta, 2005, cet. ke-IV, h. 29. 14
Abdullah Saeed, Al-Qur’ab Abad 21,
10
Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al- Tafsir Kontekstual, terj. Ervan Nurtawab, Mizan:
Qur’an, Kritik Terhadap Ulumul Qur’an…, h. 32. Bandung, 2016, cet. ke-1, h. 95.
11
Abdullah Saeed, Al-Qur’ab Abad 21, 15
M. Qurasih Shihab, dkk., Sejarah dan
Tafsir Kontekstual, terj. Ervan Nurtawab, Mizan: ‘Ulum al-Qur’an, Pustaka Firdaus: Jakarta, 2001,
Bandung, 2016, cet. ke-1, h. 93. cet. ke-II, h. 48.

Rausyan Fikr. Vol. 17 No.1 Maret -No.2 September 2021. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187│ 110
Wahyu Perspektif Syaikh Al-Zarqani Dalam Kitab Manahil Al-‘Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an

hanya dengan sebagian anggota badan. 16 Qur‟an yang menjadi objek peneliti.
Konsep dan pengertian wahyu yang Pemahaman Syaikh Al-Zarqani yang
ditawarkan dari beberapa sarjana muslim menjadi objek dari penelitian ini dikaji
memang memiliki kesamaan dan dengan memperhatikan pendapat yang
perbedaan. Kesamaan dan perbedaan bisa disampaikannya dalam kitab Manahil al-
dilatari hasil kajian yang dilakukan yang „Irfan fi „Ulum al-Qur‟an disertai dengan
menyimpulkan tawaran definisi dan beberapa pendapat para ulama lain, baik
konsepsi wahyu itu sendiri. Tidak yang berhubungan penulis sebagai seorang
terkecuali dengan Syaikh Al-Zarqani yang pakar ilmu-ilmu al-Qur‟an yang kemudian
berlatar dosen di salah satu universitas dibandingkan dengan pendapat dari ulama
ternama di Mesir, Al-Azhar University, lain yang memiliki bahasan tentang wahyu,
juga memiliki tawaran definisi maupun baik yang memiliki kesamaan maupun
konsep wahyu tersendiri.Sebagai seorang yang berbeda dengan Syaikh Al-Zarqani.
dosen dengan kegiatan akademik yang Sumber data lain didapat dari buku lain
banyak, tawaran definisi dan konsep sebagai data sekunder yang membantu
wahyu yang diberikan oleh Syaikh mengolah dan menganalisis data dalam
Muhammad A‟bd al-„Azhim Al-Zarqani, - penelitian ini.
selanjutnya disebut Syaikh Al-Zarqani-
menjadi menarik untuk dikaji dan ditelaah. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bagaimana beliau mendudukkan Pemikiran Syaikh Al-Zarqani
terminologi wahyu serta proses pewahyuan Tentang Wahyu dalam Kitab
dan berbagai jenisnya yang menjadi bukti Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-
kenabian dan kerasulan Muhammad saw. Qur’an
dalam menjalankan perintah-perintah Allah C.1. Profil Kitab Manahil al-‘Irfan
swt. kepada umatnya. Atas dasar ini fi ‘Ulum al-Qur’an
penulis berusaha mengadakan penelitian Kitab Manahil al-„Irfan fi „Ulum al-
tentang konsep wahyu menurut Syaikh Al- Qur‟an yang disusun oleh Syaih Al-
Zarqani dalam kitab Manahil al-„Irfan fi Zarqani yang dibahas oleh penulis saat ini
„Ulum al-Qur‟an. adalah kitab yang telah mengalami
pencetakan ketiga, tahun 2019/1440 H,
B. Metode Penelitian dengan editor Ahmad Shamseddin dan
Penelitian ini merupakan penelitian dipublikasikan oleh Dar Al-Kotob Al-
kualitatif dengan pendekatan studi Ilmiyah Beirut.18
kepustakaan (library research). Metode Pencetakkan ketiga kalinya menjadi
penelitian kualitatif menurut Denzin dan petunjuk adanya antusiasme pembaca
Lincoln dalam Lexy J. Moleong difahami mengakses pengetahuan maupun informasi
sebagai penelitian yang menggunakan latar tentang kajian al-Qur‟an dengan dukungan
alamiah dengan maksud menafsirkan yang sangat tinggi, mengingat buku ini
terhadap fenomena. 17 menjadi sumber dan rujukan inti bagi para
Penelitian ini mengkaji pemahaman pengkaji studi-studi al-Qur‟an tidak hanya
seorang ulama disiplin ilmu-ilmu al- di Al-Azhar University Mesir hingga
Indonesia dengan pusat-pusat studi al-
16
Manna‟ al-Qattan, Mabahits fi ‘Ulum al- Qur‟an di berbagai Pendidikan Tinggi
Qur’an, Mansyurat al-„Ashr al-Hadits: Riyadh, tt,
cet. ke-III, h. 32.
17
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian 18
Syaikh Muhammad Abd al-„Azhim al-
Kualitatif, Remaja Rosda Karya: Bandung, 2007, Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an, Dar
cet. ke-23, h. 5. Al-Kotob Al-Ilmiyah: Beirut, 2019, cet. ke-3, h. 2.

Rausyan Fikr. Vol. 17 No.1 Maret -No.2 September 2021. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187│ 111
Wahyu Perspektif Syaikh Al-Zarqani Dalam Kitab Manahil Al-‘Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an

Keagamaan Islam negeri maupun swasta. disampaikan diyakini mampu memberikan


Muhammad Shamseddin yang memberikan kepuasan bagi para pembaca dan menjadi
kata pengantar menegaskan bahwa bekal yang dapat dimanfaatkan sebagai
penerbitan buku ini sebagai penegas bagi bagian dari kajian tentang al-Qur‟an.
para mahasiswanya yang mengkhususkan Syaikh Al-Zarqani mengakui
pada aktifitas dakwah yang tersebar di kehadiran kitab Manahil al-„Irfan fi „Ulum
fakultas Ushul al-Din Universitas Al- al-Qur‟an memang jauh dari
Azhar Mesir. Oleh karena itu dalam kesempurnaan. Bahkan beliau selalu
konteks pengkajian tersebut, buku ini hadir berusaha menuju kepada kesempurnaan
menjadi yang memberi petunjuk dan dan dapat menunaikan tugas-tugas
pengajaran dengan menempati posisi kehidupan yang wajib dilaksanakan.
utama. 19 Kitab Manahil al-„Irfan fi „Ulum Karena sejatinya kesempurnaan adalah
al-Qur‟an ditulis ke dalam dua (2) juz. mutlak milik Allah swt. demikian
Setiap juz, dipaparkan pembahasan dengan ungkapam tersebut yang disampaikan
mengelompokkan kepada beberapa Syaikh Al-Zarqani sebagai kalimat
pembahasan, dimulai dari pembahasan penutup yang diposisikan sebagai
pertama hingga ke tujuh belas. Juz pertama pengharapan. 23
memiliki 11 pembahasan dan juz kedua 6 C.2. Konsep Wahyu Menurut
pembahasan. 20 Pada permulaan Syaikh Muhammad Abd al-‘Azhim Al-
pembahasan, Syaikh Al-Zarqani Zarqani dalam Kitab Manahil al-‘Irfan Fi
membahas epistemologi studi al-Qur‟an, ‘Ulum al-Qur’an
dengan memaparkan pengertian al-Qur‟an Perbincangan mengenai wahyu,
dari berbagai disiplin keilmuan Islam. 21 dalam tradisi kajian ilmiah, dapat
Sebagai kitab yang mendedikasikan pada ditemukan beberapa istilah yang sering
kajian al-Qur‟an, posisi dan urgensi studi digunakan atau setidaknya memiliki
al-Qur‟an turut dijelaskan, mulai dari kemiripan dengan istilah yang sedang
sejarah kemunculan hingga kajian yang dibahas. Untuk istilah ini oleh Nurcholish
masih berkelanjutan hingga abad Madjid menyebut ada istilah wahyu,
22
kontemporer. Kajian yang mendalam revelation (pengungkapan), penjelmaan,
serta pencantuman bantahan-bantahan wangsit dan lain-lain.24
yang disampaikan oleh Syaikh Al-Zarqani Abu Zaid menegaskan pembicaraan
terhadap beberapa tuduhan-tuduhan yang wahyu al-Qur‟an merupakan pembahasan
dilontarkan pihak luar disampaikan dengan yang menerangkan adanya proses
argumentasi yang kuat, kokoh lagi komunikasi yang menjadi pilar utama,
akademis. Penjelasan-penjelasan yang yakni Allah swt. di satu pihak dan
rasulullah yang manusia di pihak yang
19
Muhammad Syamseddin dalam Syaikh lain.25 Bahkan al-Qur‟an menyebut
Muhammad Abd al-„Azhim al-Zarqani, Manahil al- komunikasi yang terjadi sebagai ilqa‟
‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an, Dar Al-Kotob Al-
Ilmiyah: Beirut, 2019, cet. ke-3, h. 2.
20
Syaikh Muhammad Abd al-„Azhim al-
Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an..., h. 23
Syaikh Muhammad Abd al-„Azhim al-
531-542. Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an..., h.
21
Syaikh Muhammad Abd al-„Azhim al- 527.
Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an..h. 24
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan
11-21. Peradaban, Paramadina: Jakarta, 2000. Cet. ke-4,
22
Syaikh Muhammad Abd al-„Azhim al- h. 328.
Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an..., h. 25
Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-
22-28. Qur’an, Kritik Terhadap Ulumul Qur’an…, h. 41.

Rausyan Fikr. Vol. 17 No.1 Maret -No.2 September 2021. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187│ 112
Wahyu Perspektif Syaikh Al-Zarqani Dalam Kitab Manahil Al-‘Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an

sesuai dengan firman-Nya dalam QS. Al- malaikat yang ditugasi menyampaikannya
Muzammil [73]: 5.26 serta manusia yang hendak memahaminya
Namun bagi Muhammad Hadi memerlukan bantuan kepada Allah swt.
Ma‟rifah informasi yang cepat tidak hanya untuk mengetahuinya. Wahyu bagi Al-
berbentuk isyarat, melainkan juga dalam Zarqani sesuatu yang bersifat ruhaniah
bentuk bisikan maupun tulisan yang tidak bersifat materialistis hingga ia
disampaikan secara sepat lagi rahasia. 27 mengecam nalar kontemporer yang telah
Karena bila seseorang menyampaikan terpengaruhi oleh pemikiran-pemikiran
kepada orang lain secara cepat sehingga ia materialisme, ateis dan permisif yang
dapat memahaminya maka yang demikian menurutnya mayoritas dari para pengkaji
secara etimologis dapat dikatakan sebagai mendapatkan pengajaran yang
wahyu.28 Berbeda dengan Abu Zaid, dalam sedikit.30Berdasarkan kritiknya yang
upaya menjelaskan makna atau konsep dilontarkan kepada para pemikir
wahyu yang menjadi bukti argumentatif kontemporer, terminologi wahyu yang
lagi menjadi dasar legitimasi pengakuan diajukannya dengan pemahaman yang
kenabian dari seseorang, Al-Zarqani menyebutkan bahwa wahyu adalah
menjelaskan pengertian wahyu dalam sub informasi yang disampaikan Allah swt.
bagian “ma’rakah al-thahinah, aw al- pada setiap pengetahuan yang dikehendaki
Wahyu baina mu’taqidihi wa munkirihi”, kemudian disampaikan kepada hamba
pemberian sub judul ini bukan tanpa yang menjadi pilihan, pengetahuan-
alasan, karena pada bagian pertama Al- pengetahuan tersebut berupa hidayah,
Zarqani menegaskan: “Setiap apa yang beragam petunjuk, dan ilmu pengetahuan
telah kami sajikan kepada kalian yang dan disampaikan dengan metode yang
berhubungan dengan turunnya al-Qur’an, sangat rahasia lagi tersembunyi tidak
tidak ada yang dapat menerimanya kecuali seperti apa yang biasa dilakukan oleh
orang yang beriman kepada wahyu dan manusia.31 Makna wahyu yang dipahami
setiap rangkaian uslub-nya, memiliki oleh Syaikh Al-Zarqani menjadi sebuah
hubungan ruhani yang erat dengan alam proses pemberian informasi dari Allah swt.
ruh, permohonan bantuan manusia kepada kepada hamba-Nya. Konsep wahyu seperti
Allah swt. untuk mengetahuinya melalui ini sama dengan apa yang ditawarkan oleh
perantaraan malaikat dan melalui cara Abu Zaid, ia memahaminya sebagai
yang tidak biasa dilakukan oleh sebuah hubungan komunikasi antara dua
manusia”.29 pihak yang memiliki kandungan pesan
Penegasan oleh Al-Zarqani secara samar dan rahasia. 32Muhammad
mengenai posisi wahyu, yang dalam hal ini Amin Suma merinci makna wahyu dengan
adalah al-Qur‟an diperlukan keyakinan dan beragam pemaknaan. Pemaknaan yang
penerimaan bahwa al-Qur‟an merupakan disampaikannya dipahami dari beberapa
wahyu yang diturunkan Allah swt. melalui ayat al-Qur‟an seperti dimaknai dengan
ilham, insting atau intuisi, pemaknaan ini
26
Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-
Qur’an, Kritik Terhadap Ulumul Qur’an…, h. 41. 30
Syaikh Muhammad Abd al-„Azhim al-
27
Muhammad Hadi Ma‟rifah, Al-Tamhid, Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-
Muassah al-Nasyr al-Islami: Qum, tt. Jil. 1., h. 25. Qur’an..h.40-41.
28
Muhammad Hadi Ma‟rifah, Al- 31
Syaikh Muhammad Abd al-„Azhim al-
Tamhid…, hal. 25. Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an..., h.
29
Syaikh Muhammad Abd al-„Azhim al- 41
Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an...,h. 32
Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-
40. Qur’an…, h. 30.

Rausyan Fikr. Vol. 17 No.1 Maret -No.2 September 2021. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187│ 113
Wahyu Perspektif Syaikh Al-Zarqani Dalam Kitab Manahil Al-‘Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an

melihat dari QS. Al-Nahl [16]: 68 dan QS. dikenal dengan ruh al-amin.36 Jibril as.
Al-Qashshash [28]:27., makna perintah selain disebut sebagai ruh al-amin, dalam
seperti dalam QS. Al-Maidah [5]: 111, konteks pewahyuan ia dikenal dengan
makna bisikan atau bujukan sesuai dengan amin al-wahy, 37 sedangkan Fazlur Rahman
QS. Al-An‟am [6]: 121, makna isyarat QS. menyebutnya sebagai super angelika,
Maryam [19]: 11. Makna-makna wahyu yakni malaikat yang diposisikan berbeda
tersebut lahir dari pemaknaan yang dengan malaikat yang lainnya. 38Berbeda
berdasar pada penafsiran ayat-ayat al- dengan Syaikh Al-Zarqani, Abu Zaid
Qur‟an yang memang banyak membagi pewahyuan kepada beberapa
menyebutkan term wahyu. 33Wahyu cara; pertama, apa yang disebut dengan
menjadi pengetahuan yang diperoleh ilham seperti wahyu kepada nabi Musa as.,
seseorang di dalam dirinya kemudian dia lebah dan malaikat, kedua, dengan
percaya bahwa ilmu pengetahuan yang berbicara di balik tabir seperti yang terjadi
didapatinya merupakan pemberian Allah pada nabi Musa as., dan yang ketiga
swt. yang diberikan melalui perantaraan, dengan cara wahyu tidak langsung
dengan suara maupun tanpa perantaraan. 34 melainkan mengutus utusan, yakni
Pemberian pengetahuan tersebut dalam malaikat yang mewahyukan kepada
proses komunikasi terjadi dengan penerima dengan izin Allah swt. dan sesuai
menggunakan kode maupun rumus yang dengan apa yang Dia kehendaki. 39 Jenis
telah disepakati oleh kedua pihak, yakni pewahyuan ketiga “ilqa” dari yang
pengirim dan penerima. 35 Pengirim dan dipaparkan Abu Zaid sejalan dengan Al-
penerima yang melakukan proses Shabuni, ia berpendapat bahwa nabi
komunikasi harus telah memiliki Muhammad saw. menerima al-Qur‟an
kesepakatan mengenai simbol, kode atau melalui malaikat Jibril as. dan Jibril as. pun
rumus yang akan digunakan sehingga menerima dari Allah swt. 40 Lanjut Al-
setiap apa yang disampaikan akan mudah Shabuni, bahwa wahyu yang diturunkan
dipahami karena sedari awal keduanya kepada para nabi dan rasul melalui Jibril
telah menyepakati kode atau rumus-rumus as., kemudian ia mengajarkannya kepada
tersebut untuk disepakati secara nabi Muhammad saw. dan setelah itu rasul
konvensional. menyampaikannya kepada umatnya.
Jenis wahyu bagi Al-Zarqani ada Penyampaian wahyu yang
yang bersifat “mukallamah” berinteraksi disampaikan Jibril a.s. menurut Al-Baihaqi
langsung antara hamba dengan Tuhannya
seperti apa yang pernah disampaikan Allah 36
Syaikh Muhammad Abd al-„Azhim al-
swt. kepada nabi Musa as., ada yang Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an..h.
bersifat ilham, inspirasi, yang dilontarkan 41
kepada hamba pilihan-Nya, ada yang 37
Penyifatan Jibril dengan amin al-wahy
berbentuk manam shadiqan, mimpi yang disebabkan Jibril as. menyampaikan sesuatu sesuai
benar. Kemudian ada yang berbentuk apa yang didengarnya dari Allah swt. pernyataan
ini berdasar pada QS. Al-Takwir []:19-21. Lihat.
melalui perantara malaikat Jibril yang Muhammad Ali Al-Shabuni, Al-Tibyan fi ‘Ulum al-
Qur’an, Dar al-Mawahib al-Islamiyyah, 2016,. 45.
38
Fazlur Rahman, Tema-Tema Pokok AL-
33
Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu- Qur’an…, h. 193.
Ilmu Al-Qur’an…h. 90-92. 39
Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-
34
M. Qurasih Shihab, Sejarah dan Ulum Qur’an, Kritik Terhadap Ulumul Qur’an…, h. 42-
al-Qur’an…, h. 48. 43.
35 40
Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al- Muhammad Ali Al-Shabuni, Al-
Qur’an…, h. 30. Tibyan....h. 45.

Rausyan Fikr. Vol. 17 No.1 Maret -No.2 September 2021. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187│ 114
Wahyu Perspektif Syaikh Al-Zarqani Dalam Kitab Manahil Al-‘Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an

dalam Syaikh Al-Zarqani adalah Kami


Mukallama
menyampaikan kepadanya, h

memberikannya pemahaman dan Kami


turunka sesuai dengan apa yang
didengarnya. 41 Maksudnya adalah, bahwa Wasithah
Jibril
Al- Ilham
Qur'an
Jibril a.s. mengambil al-Qur‟an dari Allah
swt. dengan metode pendengaran. Jadi
harus ditegaskan bahwa yang diturunkan Manam
Jibril a.s. kepada nabi Muhammad saw. Shadiqan

aadalah al-Qur‟an dengan satu pemahaman


bahwa al-Qur‟an merupakan lafadz-lafadz
yang hakikat dan menjadi mukjizat yang Landasan logis yang membuat Al-
diawali dari surat Al-Fatihah dan berakhir Zarqani yakin adalah firman Allah swt.
di surah Al-Nas.42Keempat jenis wahyu dalam QS. Al-Syu‟ara [26]: 193-195:
ٍ ‫ك لِتَ ُكو َن ِمن الْمنْ ِذ ِرين ۙ بِلِس‬ِ ِ ‫الرو‬ ِِ
yang disampaikan oleh Syaikh Al-Zarqani ‫ان‬ َ َ ْ ُ َ ْ َ ‫ح ْاْلَميْ ُن ۙ عَ ٰلى قَ ْلب‬ ُ ْ ُّ ‫نَ َز َل به‬
bila diskemakan sebagai berikut: ۙ ‫َع َربِ ٍّي مُّبِْي ٍن‬
“Dia dibawa turun oleh Al-Ruh al-
Manam
Shadiqa
Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Ya
Muhammad)agar kamu menjadi salah
seorang di antara orang-orang yang
Ilham Wahyu Mukallamah memberi peringatan”
Bagi Abi Bakr al-Jazairi
menanfsirkan ayat di atas menjadi
wasitha
Jibril penegasan dari Allah swt. tatkala orang
kafir Makkah mengingkari eksistensi al-
Qur‟an sebagai wahyu dari Allah swt.
Keempat jenis pewahyuan tersebut, sehingga imbas dari pengingkaran tersebut
bagi Al-Zarqani menjadi keseluruhan jenis mereka tidak mengakui Muhammad saw.
pewahyuan Al-Qur‟an yang Allah swt. sebagai utusan-Nya., tidak mengakui
sampaikan kepada nabi Muhammad saw. tauhid yang disampaikannya serta hal-hal
artinya secara teknis al-Qur‟an yang yang bersumber darinya. 44
diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Lanjut Abi Bakr menjelaskan,
mencakup keseluruhan metode pewahyuan bahwa melalui ayat tersebut (QS. Al-
tersebut, tidak hanya satu jenis saja Syu‟ara [26]: 193-195) nabi Muhammad
melainkan keseluruhannya.43 saw. membacakannya serta menegaskan
bahwa ketidakbisaannya membaca dan
menulis menjadi bukti yang sangat jelas
bahwa apa yang disampaikannya
merupakan wahyu dari Tuhan yang
41
Syaikh Muhammad Abd al-„Azhim al- disampaikan kepadanya oleh sebab itu ia
Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an..., h. merupakan rasul yang menjadi utusan-
33.
42
Syaikh Muhammad Abd al-„Azhim al-
Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an..., h.
33.
43
Syaikh Muhammad Abd al-„Azhim al- 44
Abi Bakr Jabir Al-Jazairi, Aysar al-
Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an..., h. Tafasir, Madinah: Maktabah al-„ulum wa al-Hikam,
41 2003, juz. II, h. 898.

Rausyan Fikr. Vol. 17 No.1 Maret -No.2 September 2021. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187│ 115
Wahyu Perspektif Syaikh Al-Zarqani Dalam Kitab Manahil Al-‘Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an

Nya.45 Bagi Al-Suyuthi ayat ini jelas jadi orang-orang yang hadir saat itu
menegaskan bahwa al-Qur‟an yang mendengarkan suara yang ada di hadapan
diterima nabi Muhammad saw. merupakan rasul saw. seperti gema yang keluar dari
wahyu yang disampaikan kepadanya seekor hewan lebah, namun meskipun
melalui malaikat Jibril as. 46 Wahyu yang mereka hadir tetap saja mereka tidak dapat
diterima nabi Muhammad saw. dari Jibril memahami pembicaraan atau perbincangan
as. dan peran yang dilakukannya sebatas yang sedang terjadi saat itu. 50
hanya menyampaikan firman-firman Allah Pewahyuan dengan suara lonceng
swt. yang diterimanya selama masa tersebut-sekalipun para sahabat atau orang-
pewahyuan, baik selagi tinggal di Makkah orang sekitar tidak dapat memahami
maupun setelah berhijrah kota Yatsrib pembicaraan apa yang sedang
yang kemudian berganti nama dengan berlangsung- nabi Muhammad saw.
Madinah.47 menyadari apa yang telah diwahyukan
Mengenai teknis turunnya malaikat Tuhan kepadanya, dan ia juga mengetahui
dan menemui nabi Muhammad saw. oleh atas pengetahuan penting yang
Al-Zarqani dari sini dapat dipahami menerangkan bahwa hal tersebut
dengan beragam metode, mulai dari merupakan wahyu dari Allah swt. yang
beberapa kali muncul dengan bentuk datang dengan jelas dan tidak keraguan di
malaikat yang sebenarnya, yakni Jibril a.s. dalamnya.51 Dalil argumentatif yang
menampakkan dirinya dengan eksistensi digunakan Al-Zarqani untuk mendasari
kediriannya yang tercipta sebagai malaikat, pengungkapan makna wahyu dan teknik
adakalanya hadir menemui nabi penyampaiannya kepada nabi Muhammad
Muhammad saw.48 dalam keadaan saw. adalah QS. Al-Najm [53]: 3-4:
tersembunyi yang tidak dapat dilihat, ۙ ‫َو مَ ا يَ نْ ِط ُق عَ ِن ا ْْلَ ٰوى اِ ْن هُ َو اِ اَّل َو ْح ٌي يُّ ْو ٰح ى‬
namun jejaknya dapat ditebak, adakalanya
“Dan tiadalah yang diucapkannya
wahyu hadir dalam gemericik suara
itu (al-Qur’an) menurut kemauan hawa
lonceng yang membisingkan pendengarnya
nafsunya, ucapannya itu tiada lain
dan menurut Al-Zarqani metode
hanyalah wahyu yang diwahyukan
penyampaian wahyu dengan metode ini
(kepadanya)”
merupakan jenis yang paling berat. 49 Boleh
Bagi Ibnu Katsir pengungkapan
45 yang disampaikan oleh nabi Muhammad
Abi Bakr Jabir Al-Jazairi, Aysar al-
Tafasir…, h. 898.
saw. merupakan ungkapan yang
46
Jalal al-Din al-Mahalli dan Jalal al-Din sepenuhnya perintah Allah swt. yang ia
al-Suyuthi, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Maktabah sampaikan kepada semua manusia tanpa
wa Mathba‟ah Thaha Putra: Semarang, tt, Juz. II, h. adanya penambahan teks baru maupun
309. pengurangan dari teks yang sudah. 52
47
Abdullah Saeed, Al-Qur’ab Abad 21,
Tafsir Kontekstual, terj. Ervan Nurtawab, Mizan:
Pendapat Ibnu Katsir, secara tegas
Bandung, 2016, cet. ke-1, h. 91. memutlakkan bahwa nabi Muhammad saw.
48
Pada beberapa keterangan disebutkan
bahwa nabi Muhammad saw. bertemu dengan Syaikh Muhammad Abd al-„Azhim al-
50

malaikat Jibril as. Dalam bentuknya yang asli Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an..., h.
terjadi dua kali, pertama saat di gua Hira, yakni saat 41
menerima wahyu pertama dan kedua saat terjadinya 51
Syaikh Muhammad Abd al-„Azhim al-
beliau di mi‟rajkan. Lihat. Kementerian Agama RI., Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an..., h.
Al-Qur’an dan Tafsirnya…, jil. 9., h. 533. 41
49
Syaikh Muhammad Abd al-„Azhim al- 52
Al-Hafidz Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an
Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an..., h. al-‘Azhim, Dar al-Hadits: Kairo, 2003, Juz. IV,h.
41 290.

Rausyan Fikr. Vol. 17 No.1 Maret -No.2 September 2021. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187│ 116
Wahyu Perspektif Syaikh Al-Zarqani Dalam Kitab Manahil Al-‘Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an

tidak memiliki intervensi dalam antara manusia dengan benar dan jangan
penyampaian pesan-pesan Tuhan kepada lah mengikuti hawa nafsu”.56
manusia, karena apa yang disampaikannya Kajian wahyu yang disajikan
sepenuhnya bersifat given atau taken for Syaikh Al-Zarqani memang menjadi
granted. Bahkan mengutip riwayat dari rujukan oleh beberapa peneliti, mahasiswa
Abu Dawud yang bersumber dari Musadad dan dosen yang menaruh perhatian pada
dan Abi Bakr ibn Abi Syaibah bahwa nabi kajian dan penelitian tentang al-Qur‟an.
Muhammad saw. pernah bersabda: Kontribusinya dalam mendeskripsikan
“Tulislah, demi Dzat yang jiwaku dalam wahyu turut membantu para pengkaji
genggaman-Nya, (bahwa) yang keluar memahami dengan komprehensif. Oleh
dariku semuanya adalah benar”53 karena itu penelitian yang dilakukan oleh
Seluruh yang disampaikannya tidak penulis diharapkan dapat membantu
bersumber dari hawa nafsunya. Oleh memberikan satru gambaran singkat
karena itu nabi Muhammad saw. tidak mengenai konsep wahyu menurut Syaikh
sesat dan tidak keliru karena beliau Al-Zarqani. Penelitian ini masih
bukanlah orang yang menuruti hawa membutuhkan kritik dan masukan yang
nafsunya. Orang yang keliru dan sesat lebih mendalam, agar penelitian yang
adalah disebabkan menuruti hawa berkelanjutan akan terus memberikan
nafsunya sesuai dengan firman Allah swt. masukan dan pemahaman yang lebih
dalam QS. Shad [38]:26. Ayat ini dengan lengkap.
tegas menyampaikan mereka hawa
nafsunya akan disesatkan dari jalan Allah D. Simpulan
swt.54 Nabi Muhammad saw. secara tegas Kajian tentang wahyu menjadi
menyampaikan bahwa semua yang perhatian para sarjana muslim yang
bersumber darinya merupakan kebenaran concern pada diskursus studi-studi al-
yang tidak bisa disanggah. Beliau Qur‟an. Wahyu dan pewahyuan menjadi
menegaskan pernyataannya tersebut prolog kajian yang berkaitan dengan ‘ulum
dengan menggunakan kalimat sumpah, al-Qur’an, tema ini bagi sarjana muslim,
kalimat yang dalam tradisi masyarakat baik yang klasik hingga kontemporer turut
Arab dikenal sebagai ungkapan yang menjadi pembahasan di internal mereka.
menguatkan pernyataan. Pendapat Ibnu Sebut saja Syaikh Al-Zarqani seorang
Katsir juga turut diperkuat oleh pendapat akademisi dari Universitas Al-Azhar
Al-Qusyairi, beliau menyatakan bahwa al- dengan kitab Manahil al-„Irfan fi „Ulum al-
Qur‟an merupakan wahyu yang Qur‟an yang disusunnya turut memberikan
diwahyukan.55 Bagi Al-Qusyairi, kontribusi penjelasan yang berkaitan
mengatakan ayat ini takhshish ketika Dia tentang wahyu al-Qur‟an. Menurutnya
berfirman kepada nabi Daud as. dalam QS. wahyu adalah sebuah proses pemberian
Shad: 26 ”Maka putuskanlah hukum di informasi dari Allah swt. kepada hamba-
Nya dengan metode pewahyuan manam
shadiqaa, wasith “perantara” malaikat
53
Al-Hafidz Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Jibril a.s., mukallamah, dan ilham.
al-‘Azhim, Dar al-Hadits: Kairo, 2003, Juz. IV, h.
290.
54
Kementerian Agama, Al-Qur’an dan
Tafsirnya…, jil. 9, h. 530.
55 56
Al-Qusyairi, Tafsir Al-Qusyairi, Dar al- Al-Qusyairi, Tafsir Al-Qusyairi, Dar al-
Kutub Al-„Ilmiyyah: Beirut, 2007, juz. III, cet. ke- Kutub Al-„Ilmiyyah: Beirut, 2007, juz. III, cet. ke-
2, h. 247. 2, h. 247.

Rausyan Fikr. Vol. 17 No.1 Maret -No.2 September 2021. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187│ 117
Wahyu Perspektif Syaikh Al-Zarqani Dalam Kitab Manahil Al-‘Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an

DAFTAR PUSTAKA Al-Qusyairi, (2007), Tafsir al-Qusyairi,


Bairut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah.
Al-Mahalli, Muhammad Jamal al-Din al- Agama RI., Kementrian, (2012), Al-
Mahalli dan Al-Suyuthi, Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta:
Muhammad Jalal al-Din, Tafsir al- Kementrian Agama RI.
Jalalain, (ttp), Semarang: Toha Al-Jazairi, Abi Bakr Jabir, (2003), Aysar
Putra. al-Tafasir, Madinah: Maktabah al-
Al-Shabuni, Muhammad Ali, (2016), Al- „ulum wa al-Hikam.
Tibyan fi “ulum al-Qur’an, Dar al- Katisr, Al-Hafidz Ibnu, (2002), Tafsir al-
Mawahib Al-Islamiyyah. Qur’ab al-‘Azhim, Kairo: Dar al-
Haromaini, Ahmad, (2019), Studi Hadits.
Perumpamaan Al-Qur’an, Jurnal Nasr Hamid Abu Zaid, (2005), Tekstualitas
Islamika, Vol. 13, No. 1. AL-Qur’an, Yogyakarta: LKiS
Haromaini, Ahmad, (2020), Kaidah Al-Shalih, Subhi (2004), Membahas Ilmu-
Penafsiran Menurut Muhammad Ilmu Al-Qur’an, terj. Tim Pustaka
Jamal al-Din al-Qasimi, Vol. 14, Firdaus, Jakarta: Pustaka Furdaus.
No.1. Suma, Muhammad Amin, (2000), Studi
Shihab, M. Qurasih, dkk., (2000), Sejarah Ilmu-Ilmu AL-Qur’an (1), Jakarta:
dan Ulum al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus.
Pustaka Firdaus. Saeed, Abdullah, (2016), Al-Qur’ab Abad
Madjid, Nurcholish, (2000), Islam Doktrin 21, Tafsir Kontekstual, terj. Ervan
dan Peradaban, Paramadina: Nurtawab, Mizan: Bandung.
Jakarta.
Moleong, Lexy J., (2007), Metode
Penelitian Kualitatif, Remaja
Bandung: Rosda Karya.
Ma‟rifah, Muhammad Hadi, (tt.) Al-
Tamhid, Muassah al-Nasyr al-
Islami: Qum.

Rausyan Fikr. Vol. 17 No.1 Maret -No.2 September 2021. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187│ 118
Wahyu Perspektif Syaikh Al-Zarqani Dalam Kitab Manahil Al-‘Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an

Rausyan Fikr. Vol. 17 No.1 Maret -No.2 September 2021. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187│ 139

Anda mungkin juga menyukai