Kematian merupakan keniscayaan yang pasti dialami semua manusia dan makhluk yang bernyawa. Ada banyak Ayat Al Quran yang menjelaskan tentang Kematian. Dalam Islam, tanda-tanda kematian sudah diingatkan kepada tiap manusia di antaranya kulit mulai keriput, rambut beruban dan daya ingat melemah. Karena itu, tak seorang pun yang bisa menghindar dari kematian. Orang yang selalu ingat mati tentu mempersiapkan kehidupan sesudah mati. Dia memahami bahwa ada lagi kehidupan setelah mati. Bekal kehidupan setelah kematian bukanlah harta melimpah, rumah mewah, perhiasan berkilo-kilo dan sejenisnya. Bekal yang hanya berlaku adalah “Amal Kebaikan”.
Allah SWT berfirman:
ِ ِۗ كُ ُّل نَ ْف ٍس ذَ ۤا ِٕىقَةُ ا ْل َم ْو َت ث ُ َّم اِلَ ْينَا ت ُ ْر َجعُ ْون Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (QS. Al Ankabut: 57) . Tafsir: Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa kematian di mana pun kalian berada, maut pasti akan mendapati kalian. Maka jadilah kalian orang-orang yang selalu berada dalam ketaatan kepada Allah di mana pun kalian berada, sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah kepada kalian. Karena sesungguhnya hal ini lebih baik bagi kalian, sebab maut pasti akan menjemput kalian.
B. Anjuran Mengingat Kematian
kematian dianggap sebagai bagian alamiah dari kehidupan manusia, dan pemahaman yang mendalam tentang kematian memiliki dampak yang mendalam pada cara seseorang menjalani hidup, berinteraksi dengan sesama, dan berhubungan dengan Allah SWT.Islam menganjurkan setiap muslim untuk selalu mengingat kematian yang ditulis dalam dalil.
َّ ب َوٱل َ َٰ قُلْ ِإ َّن ٱ ْل َم ْوتَ ٱلَّذِى تَف ُِّرونَ مِ ْنهُ فَإِنَّهُۥ ُم َٰلَقِيكُ ْم ث ُ َّم ت ُ َردُّونَ ِإلَ َٰى ِ عل ِِم ٱ ْلغَ ْي “Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Jumu’ah : 8). Semakna dengan firman Allah Swt. yang disebutkan di dalam surat An-Nisa, ٍشيَّ َدة ٍ أَ ْينَ َما تَكُونُوا يُد ِْركُكُ ُم ا ْل َم ْوتُ َولَ ْو كُ ْنت ُ ْم فِي ب ُُر َ وج ُم Artinya: Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. (QS. An- Nisa: 78 Tafsir: Makna yang dimaksud ialah setiap orang pasti akan mati, tiada sesuatu pun yang dapat menyelamatkan dia dari kematian, baik dia ikut dalam berjihad ataupun tidak ikut berjihad. Karena sesungguhnya umur manusia itu ada batasnya dan mempunyai ajal yang telah ditentukan serta kedudukan yang telah ditetapkan baginya. Rasulullah SAW bersabda; "Rasulullah SAW menepuk kedua pundakku, lalu bersabda, 'Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah orang asing atau orang yang singgah dalam perjalanan.'" Ibnu Umar berkata, "Jika engkau di waktu sore, maka janganlah menantikan waktu pagi. Dan jika engkau di waktu pagi, maka janganlah menantikan waktu sore. Ambillah kesempatan sewaktu engkau sehat untuk masa sakitmu, dan sewaktu engkau hidup untuk matimu."(H.R Bukhori). Di dalam Hadits Riwayat Muslim Rasulullah SAW bersabda, "Aku pernah melarang kalian ziarah kubur, tetapi sekarang berziarah kuburlah!"Dalam riwayat lain disebutkan, "Barangsapa hendak berziarah kubur, maka silahkan ia berziarah. Sebab, ziarah kubur itu dapat mengingatkan akhirat’’.
C. Keutamaan Mengingat Kematian
1- Mengingat kematian membantu kita dalam khusyu’ dalam shalat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ٌّ فإن الرج َل إذا ذكر الموتَ فى صالتِ ِه َف َح ِر
َى أن يحسنَ صالتَه وص ِل صالة َّ اذكر الموتَ فى صالتِك ِ يعتذر منه ُ أمر َّ ٍ غيرها وإياك وكل ً َ رج ٍل ال يظن أنه يصلى صالة “Ingatlah kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan shalat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau meminta udzur (meralatnya) (karena tidak bisa memenuhinya).” (HR. Ad Dailami dalam musnad Al Firdaus. Hadits ini hasan sebagaimana kata Syaikh Al Albani) 2- Mengingat kematian menjadikan seseorang semakin mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Allah. Karena barangsiapa mengetahui bahwa ia akan menjadi mayit kelak, ia pasti akan berjumpa dengan Allah. Jika tahu bahwa ia akan berjumpa Allah kelak padahal ia akan ditanya tentang amalnya didunia, maka ia pasti akan mempersiapkan jawaban. 3- Mengingat kematian akan membuat seseorang memperbaiki hidupnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ِ أكثروا ذكر هَاذ ِِم اللَّذَّا ت فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إال وسعه عليه وال فى سعة إال ضيقه عليه “Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehiupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani). 4- Mengingat kematian membuat kita tidak berlaku zholim. Allah Ta’ala berfirman; َأَ َال يَظُ ُّن أُولَئِكَ أَنَّ ُه ْم َم ْبعُوثُون “Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.” (QS. Al Muthoffifin: 4). Ayat ini dimaksudkan untuk orang-orang yang berlaku zholim dengan berbuat curang ketika menakar. Seandainya mereka tahu bahwa besok ada hari berbangkit dan akan dihisab satu per satu, tentu mereka tidak akan berbuat zholim seperti itu. Imam Qurthubi menyebutkan dalam At Tadzkiroh mengenai perkataan Ad Daqoq mengenai keutamaan seseorang yang banyak mengingat mati: • menyegerakan taubat • hati yang qona’ah (selalu merasa cukup) • semangat dalam ibadah Sedangkan kebalikannya adalah orang yang melupakan kematian, maka ia terkena hukuman: • menunda-nunda taubat. • tidak mau ridho dan merasa cukup terhadap apa yang Allah beri. • bermalas-malasan dalam ibadah.
ب ا ْلعالَ ِمين ِ َّ اَ ْل َح ْم ُد
ِ ِّ َّلل َر REFERENSI; 1. Tafsir Ibnu Katsir, Imam Ibnu Katsir 2. At Tadzkiroh, Imam Qurthubi 3. Ahkamul Janaiz Fiqhu Tajhizul Mayyit, Kholid Hannuw 4. Mawas Diri, Muhasabah, Tafakkur Dan Mengingat Mati: Seri Ringkasan Ihya' Ulumddin, Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad.