“Setiap jiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali ‘Imran: 185)
“Dan tiap-tiap orang yang mempunya batas waktu maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al-A’raf: 34) “Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An-Nisa: 78) “Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al- Jumu’ah: 8). KEMATIAN ITU RAHASIA ALLAH, TIDAK ADA YG TAHU SELAIN-NYA
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisinya sajalah
pengetahuan tentang hari Kiamat; dan dia-lah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti), apa yang akan diusahakannya besok dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34). PROSES DATANGNYA KEMATIAN
Dari hadist Imam Bukhari dari Aisyah ra.
Dikisahkan, menjelang wafatnya Rasulullah SAW, setelah mengusapkan air ke wajahnya beliau bersabda, “Tiada ilahi yang berhak di ibadahi selain Allah. Sesungguhnya kematian itu ada Sekaratnya.” APA ITU SAKARAT?
Al Hafizh Ibnu Hajar memaknai Sekarat, bentuk plural
dari Sakar, adalah suatu bentuk keadaan tidak sadar karena pengaruh rasa sakit. Artinya, Sekarat adalah hilangnya kesadaran seseorang karena rasa sakit yang sangat menyakitkan menjelang tercabutnya ruh dari jasad.
“Dan datanglah Sakaratul Maut dengan sebenar-
benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (QS. Qaf: 19). RASA SAKARATUL MAUT
Orang yang sedang sekarat akan merasakan sakit yang
luar biasa. Rasa sakitnya pernah digambarkan oleh Sahabat Nabi Ka’ab kepada Umar bin Khattab, sakitnya seperti ranting pohon yang banyak durinya dimasukkan ke dalam rongga mulut setelah duri itu masuk ke dalam rongga, kemudian dicabut paksa sekeras-kerasnya sehingga ada duri yang masih tertinggal di rongga mulut.
Itu sebabnya dalam riwayat Ibnu Hibban, Umar bin
Khattab menjelang wafatnya sempat mengatakan, “Jika saja aku memiliki emas memenuhi bumi, akan ku jadikan sebagai tebusan pada hari ini (karena beratnya) hailil mathla’ atau sekarat dan kengerian penampakkan siksa kubur dan akhirat.” RASA SAKARATUL MAUT
Sebelumnya hal ini juga sempat disampaikan langsung oleh Nabi
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Janganlah kalian mengharap- harapkan mati, karena sesungguhnya haulul mathla (sekarat dan kengerian penampakan siksa kubur dan akhirat) itu sangat keras dan sesungguhnya kebahagiaan ada pada panjangnya usia seorang hamba, lalu Allah memberikan rezeki bertaubat.” (HR. Ahmad).
Rasa sakit luar biasa ini benar-benar mengerikan. Inilah yang
pernah dikatakan Sahabat mulia Amr bin Ash kepada anaknya menjelang wafat. “Wahai anakku! Demi Allah, seolah badanku berada dalam keranjang pakaian, dan seolah aku bernafas dengan jarum beracun, seolah-olah dahan berduri ditarik dari kedua kakiku sampai ke ujung ubun-ubunku.” RASA SAKARATUL MAUT
Jika memang sangat amat menyakitkan, lalu
mengapa orang yang sekarat tidak berteriak. Orang yang sekarat tidak bisa berteriak karena rasa sakitnya telah mencapai tingkat yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Rasa sakit tersebut seolah mematikan fungsi kemampuan berteriak seseorang.
Imam Al-Qurthubi menyebutkan,
“Sesungguhnya kematian itu memiliki sekarat dan setiap anggota badan satu atas lainnya menyerahkan diri (untuk dicabut ruhnya saat sekarat).” Seorang penyair pernah berkata tentang sakaratul maut. "Sungguh kematian itu lebih sakit daripada pukulan dengan pedang, gergajian dengan gergaji, dan guntingan dengan gunting." PROSES SAKARATUL MAUT
Oleh karenanya mulailah satu persatu anggota
badan menjadi dingin. Mulai dari telapak kaki, menjalar ke lutut dan seterusnya hingga ke ubun- ubun. Semua anggota tubuh tersebut merasakan sekaratnya masing-masing. Maka tepatlah sabda Rasulullah Saw, bahwa ruh yang dicabut dan raga yang sekarat, diikuti oleh tatapan mata.
“Sesungguhnya ruh apabila dicabut, mata
mengikuti (arah keluar) nya ruh.” (HR. Muslim) BIMBINGLAH RUH YANG SAKARATUL MAUT
Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Talqinkanlah orang yang sekarat (diantara) kalian (dengan La ilaha illallah).” (HR. Muslim)
Imam An Nawawi menjelaskan makna hadist ini,
bahwa hendaknya kita mengingatkan orang yang tengah sekarat dengan kalimat Laa ilaha ilallah supaya kalimat itulah yang menjadi akhir kata yang dia ucapkan, sebagaimana Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Siapa saja yang ucapan terakhirnya adalah Laa ilaha ilallah dia akan masuk surga.” TALQIN HUKUMNYA SUNNAH
Mentalqin orang sekarat itu hukumnya sunnah,
namun begitu saat mentalqin hendaknya tidak dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan. Hal ini dilakukan agar dia tidak merasa terganggu dengan tekanan keadaan yang tengah ia hadapi dan kerasnya kesusahan yang menimpanya. Sehingga dikhawatirkan ia berbalik membenci sekalipun di hati. Akibatnya keluar dari kata-katanya ucapan- ucapan yang tidak pantas. HUKUM MEMBACA YASSIN SAAT SAKARATUL MAUT
Dalam kitab Bulughul Maram karangan Al-Hafizh Ibnu Hajar
al-‘Asqalani disebutkan sebuah hadist bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Bacakanlah surat Yasin atas mayit kalian.”
Hadist ini diriwayatkan oleh Abu Dawud, An Nasa’i dan Ibnu
Hibban. Ibnu Hibban menilai hadits ini shahih. Sedangkan ulama hadits lainnya menilainya bahwa ini hadist Dhaif (lemah). Walaupun kisah hadits ini dipertanyakan namun mayoritas ulama seperti Imam Syafi’i, Hanafi dan Hambali membolehkan untuk mengamalkannya. Para ulama yang memandang bolehnya membaca Surat Yasin atas orang yang tengah Sekarat menilai, bahwa bacaan tersebut diharapkan dapat meringankan beratnya Sakaratul Maut. HUKUM MEMBACA YASSIN BAGI SI MAYYIT ?
Beberapa ulama berkata, apabila dibacakan di sisi orang
sekarat akan diringankan sekarat darinya. Setelah orang sekarat itu telah meninggal, tidak ditemukan tuntunan membacakan Surat Yasin. Seperti perkataan Ibnu Hibban, setelah mengomentari hadits diperbolehkannya membacakan Surat Yasin pada orang yang sedang sekarat, bahwa hadits itu tertuju pada siapa saja yang tengah hadir kematian atasnya. Bukan ditujukan atas orang yang tengah mati. Pendapat ini diperkuat oleh para ulama setelahnya bahkan ulama masa kini. Kemanakah Ruh Dibawa Dan Bagaimana Keadaannya
Setelah dicabut dari raga, kemanakah ruh manusia dibawa?
Dan kapankah pertanyaan malaikat di mulai? Dalam hadist riwayat Ahmad dari al Bara’ bin Azib disebutkan, setelah keluar dari jasadnya ruh akan dibawa ke langit ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setelah itu Allah memerintahkan agar ruh tersebut dikembalikan ke jasadnya di kubur. Saat itu ia mendengar suara langkah keluarganya yang pergi meninggalkan dia. Setelah keluarganya pergi, barulah kepadanya datang dua malaikat penanya, Munkar dan Nakir. Mendudukannya dan mulai bertanya kepadanya. ‘Siapakah Rabbmu? Apakah agamamu? Siapakah orang ini atau Nabi Muhammad yang telah diutus kepadamu? Dan apakah kitabmu?’ Kemanakah Ruh Dibawa Dan Bagaimana Keadaannya
Maka mayat yang beriman akan menjawab dengan
benar. ‘Allah adalah Rabbku, Islam adalah agamaku, Orang itu (Muhammad) adalah nabi utusan-Mu. Sehingga dibentangkanlah kuburannya dan pintu surga dibuka untuknya sehingga dia berkata: ‘Ya Allah segerakanlah kiamat tiba.’ Lain halnya dengan orang kafir. Ia tidak dapat menjawab, sehingga disempitkanlah kuburnya, pintu neraka dibuka ke arahnya. Dan malaikat memukul kepalanya dengan gada sehingga ia berteriak dengan sangat memilukan dan jeritannya di dengar oleh semua makhluk selain Jin dan manusia. Ia juga berkata, ‘Ya Tuhan! Jangan kiamatkan dunia.’