BAB JENAZAH
185 ال عمران. ت َو ِا َّن َما ُت َو َّف ْو َن اُج ُْو َر ُك ْم َي ْو َم ْالقِ َيا َم ِة
ِ س َذاِئ َق ُة ْال َم ْو
ٍ ُك ُّل َن ْف
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. ( Ali Imran : 185 )
Hanya saja, kenikmatan duniawi yang fana terkadang menenggelamkan kesadaran akan
peristiwa penting tersebut. Nabi memerintahkan agar kita memperbanyak ingat mati,
sesuatu yang dapat memutus segala kenikmatan-kenikmatan yang dirasakan di dunia. Dalam
sebuah hadits shahih, Nabi bersabda:
ِ َأ ْك ِثرُوا ِذ ْك َر َهاذ ِِم الَّ َّلذا
ِ ت اَ ْل َم ْو
ت
“Perbanyaklah mengingat hal yang dapat memutus kelezatan-kelezatan, yaitu kematian,”
(HR. Ibnu Hibban, al-Nasai dan lainnya).
Memperbanyak mengingat kematian dapat menjadi motivasi yang berlipat untuk
mematuhi perintah-perintah agama dan menjauhi larangan-larangannya. Dalam sudut
pandang fiqih, hukum mengingat kematian adalah sunnah, dan melakukannya secara sering
adalah sunnah muakkadah (sunnah yang dikukuhkan). Syekh Ibnu Hajar al-Haitami
menegaskan:
ـ (ليكثر) كل مكلف ندبا مؤكدا وإال فأصل ذكره سنة أيضا (ذكر الموت) ألنه أدعى إلى امتثال األوامر واجتناب المناهي
للخبر الصحيح «أكثروا من ذكر هاذم اللذات» أي بالمهملة مزيلها من أصلها وبالمعجمة قاطعها لكن قال السهيلي الرواية
بالمعجمة
“Hendaknya setiap mukallaf (orang baligh dan berakal) banyak mengingat kematian,
sebagai bentuk sunnah yang dikukuhkan, bahkan sekadar mengingat mati (tanpa dilakukan
secara sering) hukumnya sunnah, karena hal tersebut yang paling mendorong untuk
mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan, berdasarkan hadits shahih;
‘Perbanyaklah mengingat hal yang dapat memutus kenikmatan’. Redaksi ‘hâdim’ dengan
tanpa titik berarti perkara yang menghilangkan kelezatan-kelezatan dari pangkalnya, bisa
juga dengan memakai titik ‘hâdzim’ yang berarti dapat memutus kelezatan-kelezatan.
Namun al-Suhaili berkata, riwayat yang benar adalah dengan memakai titik,” (Syekh Ibnu
Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz 4, hal. 4, Darul Kutub al-Ilmiyyah).
Menurut Syekh al-Laffaf, sering mengingat mati dapat menghasilkan tiga hal yang positif,
yaitu mempercepat taubat, hati yang lapang menerima segala pemberian-Nya dan antusias
yang tinggi menjalankan ibadah. Sebaliknya, orang yang lupa mati, ia akan menerima tiga
keburukan, menunda-nunda taubat, tidak rela dengan rezeki yang cukup dan malas
beribadah. Syekh al-Laffaf sebagaimana dikutip Syekh Abdur Rauf al-Manawi menegaskan:
وقال اللفاف من أكثر ذكر الموت أكرم بثالثة أشياء تعجيل التوبة وقناعة القلب ونشاط العبادة ومن نسيه عوقب بثالثة
أشياء تسويف التوبة وترك الرضا بالكفاف والتكاسل في العبادة
“Dan berkata Syekh al-Laffaf; barang siapa memperbanyak mengingat mati, ia dimuliakan
dengan tiga hal, mempercepat taubat, menerimanya hati dan semangat beribadah. Barang
siapa lupa mati, ia dihukum dengan tiga hal, menunda-nunda taubat, meninggalkan ridla
dengan rezeki yang cukup dan malas di dalam ibadah,” (Syekh Abdur Rauf al-Manawi, Faidl
al-Qadir, juz 1, hal. 109, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah).
Mengingat kematian penting dilakukan sebanyak mungkin, bukan untuk melemahkan
gairah hidup, melainkan sebaliknya: memompa semangat yang lebih besar untuk mengisi
1
2
kehidupan yang pasti berakhir ini dengan kebaikan, baik kepada Allah, sesama manusia,
maupun lingkungan alam sekitar.
Dari sudut pandang ulama tasawuf, orang yang sudah mencapai derajat ma'rifat billah
(memiliki pengetahuan mendalam tentang sifat-sifat kebesaran Allah), sudah tentu akan
senantiasa mengingat mati, sebab ia merasa kematian adalah waktu di mana ia bisa bertemu
sang kekasih sejati, Allah subhanahu wata'ala, bahkan ia sangat senang dengan datangnya
kematian, sebab dapat melepas dahaga kerinduannya bertemu sang penguasa alam semesta
dan meninggalkan hiruk pikuk dunia yang sirna. Pakar tasawuf terkemuka, Hujjatul Islam
Muhammad bin Muhammad al-Ghazali berkata:
وأما العارف فإنه يذكر الموت دائما ألنه موعد لقائه لحبيبه والمحب ال ينسى قط موعد لقاء الحبيب وهذا في غالب األمر
يستبطئ مجيء الموت ويحب مجيئه ليتخلص من دار العاصين وينتقل إلى جوار رب العالمين
Artinya: Menjenguklah kalian semua kepada orang yang sedang sakit dan iringilah kalian
semua terhadap jenazah tersebut yang mana akan mengingatkanmu kepada akhirat.
Dari hadis di atas, tentunya dapat diambil makna bahwa Rasulullah sangat menganjurkan
untuk menjenguk orang yang sedang sakit. Hal itu tentunya mempunyai tujuan sebagaimana
berikut:
1. Menghibur orang yang sakit
Ketika kita menjenguk orang yang sakit, tentunya kedatangan kita akan membawa
kebahagiaan bagi orang yang sakit supaya lebih semangat dalam proses penyembuhannya.
2
3
Maka dari itu, kita harus menampakkan wajah yang ceria dan membawakan kabar-kabar
gembira untuknya.
2. Melatih kesabaran
Orang yang sakit bisa jadi diuji kesabarannya oleh Allah SWT atas penyakit yang
ditimpanya.
3. Mengingatkan orang yang menjenguk bahwa hidup di dunia tentu akan mengalami hal
yang tidak enak
Apabila ada orang yang tidak pernah sakit, berhati-hatilah karena hal itu dapat
menyebabkan ia menjadi sombong. Dalam hal ini sudah ada contohnya, yakni Fir’aun yang
merasa bahwa dirinya adalah Tuhan karena ia tidak pernah merasakan sakit sedikitpun
selama hidupnya
4. Mengingatkan bahwa sakit merupakan pelebur dosa-dosa orang tersebut
Sakit merupakan hal yang wajar. Bahkan, bagi para wali merupakan hal yang nikmat
karena dapat melebur dosa-dosanya.
Di samping itu, ada etika dalam menjenguk orang yang sakit, diantaranya sebagai berikut:
1. Mendoakan orang yang sakit supaya lekas sembuh;
2. Supaya diberikan kesabaran; dan
3. Apabila tidak diberikan panjang umur, maka supaya lekas diberi kematian dalam
naungan rahmat Allah SWT.Dalam hal ini, kita jangan mengucapkannya secara
terang-terangan karena takut menyinggung perasaan orang yang sakit.
Salah satu keutamaan menjenguk orang yang sakit dalam suatu hadis diriwayatkan bahwa
Rasulullah pernah bersabda:
Artinya: Orang yang menjenguk orang yang sakit diumpamakan seperti orang yang sedang
berjalan di taman buah surga-Nya sampai dia kembali.
Lalu, Rasulullah juga bersabda dalam suatu hadis mengenai hukum menjenguk orang yang
sakit, yaitu:
Artinya: Hukum menjenguk orang yang sakit ketika kita pertama kali mendengar bahwa
orang tersebut sedang sakit adalah faridlatun (bukan fardlu menurut hukum syara’), yaitu
fardlu yang bukan syar’i alias sunah muakkad. Akan tetapi, kalau menjenguk ketika orang
yang sakit telah sembuh, hukumnya menjadi sunah.
Di riwayat hadis Rasulullah yang lain juga diterangkan bahwa salah satu
keutamaannya adalah barangsiapa yang menjenguk orang yang sholeh/alim yang sedang
sakit, ketika pulang dari rumah orang yang sakit tersebut akan diikuti oleh 70 malaikat
selama dalam perjalanannya dan malaikat tersebut juga memintakan ampun atas dosa-
dosanya sampai ketibaannya di rumah. Hal ini tentu saja dosa-dosa kita akan dihapus oleh
Allah SWT karena malaikat merupakan makhluk Allah SWT yang tidak mempunyai dosa dan
memiliki doa yang mustajab.Selain itu, ada juga keutamaan yang lain dalam menjenguk
orang yang sakit yang disabdakan oleh Rasulullah dalam riwayat hadis yang lain, yaitu orang
yang menjenguk orang yang sakit ketika duduk di samping orang yang sedang sakit bagaikan
menyelami rahmat Allah SWT. Hal ini tentu saja luar biasa sekali dan hanya orang-orang yang
beruntung yang bisa mendapatkan rahmat Allah SWT.
Jadi, sebagai seorang muslim dan mukmin hendaknya tidak ada keraguan bagi kita untuk
menjenguk saudara, kerabat, dan teman kita yang sedang sakit karena keutamaannya
sungguh luar biasa. Di samping itu, juga ada manfaatnya baik bagi diri kita sendiri maupun
bagi orang yang sedang sakit.
beberapa hal yang harus dilakukan terhadap orang yang sakit parah adalah sebagai
berikut :
1. Orang yang sakitnya parah sehingga hampir menghembuskan nafas penghabisan
hendaklah di hadapkan ke kiblat.
ِ ُصـى ِب ُثل
ث ِ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِحي َْن َق ِد َم ْال َم ِد ْي َن َة َسـَأ َل َع ِن ْال َبــرَّ ا ِء ب
َ ْن َمعْـ ر ُْو ٍر َقــالُوا ُتــوُ ِّف َي َواَ ْو َ ََّعنْ اَ ِبي َق َتا َد َة اَنَّ ال َّن ِبي
ْ
اب الفِطـ َر َة رواه الحـاكم ْ َ صـ َ َّ َ
َ صلى هللاُ َعل ْي ِه َو َسـل َم ا َّ َّ َ َ
َ ُّض َرفقا َل الن ِبي َ َ َ َ ْ ِّ
َ صى انْ ي َُوخ ُه القِ ْبلة ِاذااحْ ت َ َ هللا َواَ ْو
ِ ك َيا َرس ُْو َل َ ََمالِ ِه ل
والبيهقى
Dari Abu Qatadah. Bahwasannya Nabi Saw. Ketika sampai di Madinah, beliau
menanyakan seseorang yang bernama Al-Barra bin Ma’rur. Jawab yang hadir , “Ia
sudah meninggal dan mewasiatkan sepertiga hartanya kepada engkau dan
mewasiatkan pula supaya ia di hadapkan ke kiblat apabila ia sakit parah”. Kata
Rasululloh Saw , Betul pendapatnya. ( Riwayat Hakim dan Baihaqi
2. Orang sakit parah hendaklah diajarkan membaca kalimat tauhid الاله اال هللاyang
artinya tidak ada Tuhan selain Alloh.
Sabda Rasululloh Saw
صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم لَ ِّق ُن ْوا َم ْو َتا ُك ْم الَ ِالَ َه ِاالَّ هللاُ رواه مسلم واالربعة َ هللاِ َعنْ اَ ِبى ه َُري َْر َة َقا َل َرس ُْو ُل
Dari Abu Hurairah. Rasululloh Saw berkata, Ajarilah olehmu orang-orang yang sakit
parah (hampir mati) membaca kalimat : ُالَ ِالَ َه ِاالَّ هللا
3. Orang yang sakit parah hendaknya dibacakan surat Yasin. Sabda Rasululloh Saw :
ِا ْق َرء ُْوا َم ْو َتا ُك ْم َيس رواه ابو داودوالنسائى: صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َ ُّار َقا َل ال َّن ِبي ٍ ْن َي َس ِ َعنْ َمعْ َق ِل ب
Dari Ma’qal bin Yasar, Nabi Saw berkata “Bacakanlah olehmu surat Yasin kepada
orang yang sakit parah ( hampir mati ) ( Riwayat Abu Dawud dan Nasai )
Dari Aisyah : Sesungguhnya Rasululloh Saw. Ketika wafat ditutup dengan kain
tenunan Negri Yaman. ( Riwayat Bukhori dan Muslim )
3. Tidak ada halangan untuk mencium mayat bagi keluarganya atau sahabat-sahabatnya
yang sangat sayang dan berduka cita karena kematiannya.
ٌ ْن َم ْظع ُْـو َن َوه َُـو َمي
ِّت َح َّتى الـ ُّدم ُْو ُع َت ِسـ ْي ُل َعلَى َوجْ هِ ِه رواه َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسـلَّ َم ع ُْث َمـ
ِ ـان ب ِ َعنْ َعاِئ َش َة َق َّب َل َرس ُْو ُل
َ هللا
أحمد والترمذى
Dari Aisyah, “Rasululloh Saw, telah mencium Usman Bin Maz’un ketika ia telah mati,
sehingga tampak air mati mengalir di muka beliau.” ( Riwayat Ahmad dan Tirmidzi )
4. Ahli mayat yang mampu hendaklah segera membayar utang si mayat jika ia
berhutang, baik dibayar dari harta peninggalangannya ataupun dari pertolongan
keluarga sendiri
4
5
5
6
4. Membasuh seluruh sisi kanan tubuh dari yang dekat dengan wajah, kemudian berpindah
membasuh sisi kiri badan juga dari yang dekat dengan wajah. Kemudian membasuh bagian
sisi kanan dari yang dekat dengan tengkuk, lalu berpindah membasuh bagian sisi kiri juga
dari yang dekat dengan tengkuk. Dengan cara itu semua orang yang memandikan meratakan
air ke seluruh tubuh si mayit. Ini baru dihitung satu kali basuhan. Disunahkan mengulangi
dua kali lagi sebagaimana basuhan tersebut sehingga sempurna tiga kali basuhan.
Disunahkan pula mencampur sedikit kapur barus di akhir basuhan bila si mayit bukan orang
yang sedang ihram.
Syekh Nawawi dalam kitabnya Kâsyifatus Sajâ menuturkan (Jakarta: Darul Kutub Islamiyah,
2008), disunahkan basuhan pertama dengan daun bidara, basuhan kedua menghilangkan daun bidara
tersebut, dan basuhan ketiga dengan air bersih yang diberi sedikit kapur barus yang sekiranya tidak
sampai merubah air. Ketiga basuhan ini dianggap sebagai satu kali basuhan dan disunahkan
mengulanginya dua kali lagi seperti basuhan-basuhan tersebut.
Masih menurut Dr. Musthafa Al-Khin bahwa mayit laki-laki harus dimandikan oleh orang laki-
laki dan sebaliknya mayit perempuan harus dimandikan oleh orang perempuan. Hanya saja seorang
laki-laki boleh memandikan istrinya dan seorang perempuan boleh memandikan suaminya. Satu hal
yang juga perlu diketahui, bahwa disyariatkannya memandikan mayit adalah dalam rangka
memuliakan dan membersihkannya. Ini wajib dilakukan kepada setiap mayit Muslim kecuali orang
yang mati syahid di dalam peperangan. Bila seorang perempuan meninggal dan ditempat itu
tidak ada perempuan, suami atau mahramnya maka mayatnya hendaklah di tayamumkan
saja, tidak boleh dimandikan laki-laki lain begitu juga sebaliknya. Kalau mayatna anak laki-laki
maka perempuan boleh memandikannya begitu juga sebaliknya.
Jika ada beberapa orang yang berhak memandikan, maka yang lebih berhak adalah keluarga
terdekatnya kalau ia mengetahui kewajiban mandi serta dapat dipercaya. Kalau tidak maka
berpidahlah kepada keluarga yang jauh yang amanah
Sabda Rasululloh SAW
ْلِك َخـ َر َج مِن ِ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َمنْ َغ َس َل َم ِّي ًتا َفاَدَّى فِ ْي ِه ااْل َ َما َن َة َولَ ْم ُي ْف
َ ش َعلَ ْي ِه َما َي ُك ْونُ ِم ْنـ ُه عِ ْنـ َد َذ َ هللا ِ َعنْ عَاِئ َش َة َقا َل َرس ُْو ُل
ظ مِنْ َو َر ٍع َواَ َما َن ٍة رواه احمد ً
ّ ان َيعْ لَ ُم َف َمنْ َت َر ْو َن عِ ْن َدهُ َح َ ُذ ُن ْو ِب ِه َك َي ْو َم َولَ َد ْت ُه ا ُ ُّم ُه َو َقا َل لِ َيالِ ِه اَ ْق َر ُب ُك ْم اِنْ َك
Dari Aisyah. Rasululloh SAW berkata “ Barang siapa memandikan mayat dan dijaganya
kepercayaan, tidak dibukakannya kepada orang lain apa-apa yang dilihat pada mayat itu,
maka bersihlah ia dari segala dosanya, seperti keadaannya sewaktu dilahirkan oleh ibunya.
Kata beliau lagi “ yang megepalainya hendaklah keluarga yang terdekat kepada mayat jika ia
pandai memandikan mayat. Jika ia tidak pandai, maka siapa saja yang dipandang berhak
karena wara’nya atau karena amanahnya ( HR Ahmad )
Air untuk mayat ini sebaiknya air dingin, kecuali jika berhajat pada air panas karena
sangat dingin atau karena susah menghilangkan kotorannya . baik juga memakai sabun atau
yang sejenisnya kecuali untuk membasuh yang penghabisan. Air pembasuh penghabisan itu
sebaiknya dicampur dengan sedikit kapur barus atau wangi-wangian yang lain.
Dari ummi Attiyah, “Nabi SAW, telah menemui kami sewaktu kami memandikan anak beliau
yang perempuan, lalu beliau berkata, Mandikanlah tiga kali, lima kali atau lebih kalu kamu
pandang baik lebih dari itu, dengan air serta daun bidara, dan basuhan yang penghabisan
hendakah dicampur dengan kapur barus ( HR. Bukhori dan Muslim )
2. Mengafani mayat
Hukum mengafani mayat adalah fardu kifayah atas orang yang hidup. Kafan diambil dari harta
simayat sendiri jika ia meninggalkan harta. Kalau ia tidak meninggalkan harta, maka kafannya menjadi
kewajiban orang yang wajib memberi belanjanya ketika ia hidup. Kalau ia juga tidak mampu,
hendaklah diambil dari Baitul mal, dan diatur menurut hukum agama islam. Jika tidak ada Baitul mal
6
7
maka menjadi kewajiban muslim yang mampu, begitupun keperluan yang lainnya yang bersangkutan
dengan mayat.
Kafan sekurang-kurangnya selapis kain yang menutupi seluruh badan mayat, baik laki-laki
ataupun perempuan. Sebaiknya untuk laki-laki tiga lapis kain, tiap lapis menutupi seluruh badannya.
Sebagian ulama berpendapat bahwa salah satu dari 3 lapis itu hendaklah izar ( kain mandi),
sedangkan dua lapis lagi menutup seluruh badannya.
Cara mengafaninya, dihamparkan sehelai-sehelai dan diatas tiap-tiap lapis itu ditaburkan wangi-
wangian, seperti kapur barus dan sebagainya, lalu mayat diletakan diatasnya. Kedua tangannya di
letakkan diatas tangan kiri atau kedua tangan itu diluruskan menurut lambungnya ( rusuknya ).
Mayat perempuan sebaiknya di kafani dengan lima lembar kain, yang basahan (kain bawah),
tutup kepala, kerudung, dan kain yang menutupi seluruh badannya . Cara mengapaninya mula-mula
dipakaikan kain basahan, baju, tutup kepala, lalu kerudung, kemudian dimasukan kedalam kain yang
meliputi seluruh badannya. Diantara beberapa lapisan kain tadi sebaiknya diberi wangi-wangian
misalnya kapur barus. Kecuali orang yang mati ketika sedang dalam ihram haji atau umroh, ia tidak
boleh diberi harum-haruman dan jangan pula di tutup kepalanya.
3. Menyalatkan mayat
صلُّ ْوا َعلَى َم ْو َتا ُك ْم رواه ابن ماجه
َ
“Salatkanlah olehmu orang-orang yang mati” (Riwayat Ibnu Majah)
Syarat menyalatkan mayat :
1. Syarat – syarat shalat yang juga menjadi syarat salat mayat, seperti menutup aurat,
suci badan dan pakaian, menghadap kiblat.
2. Dilakukan sesudah mayat dimandikan dan dikafani
3. Letak mayat itu disebelah kiblat orang yang menyalatkan, kecuali kalau salat itu
dilaksanakan diatas kubur atau salat gaib
Rukun menyalatkan mayat :
1. Niat, sebagaimana salat yang lain.
2. Takbir 4 kali dengan takbirotul ihrom
3. Membaca fatihah sesudah takbirotul ihram
4. Membaca salawat atas Nabi Saw. Sesudah takbir kedua
5. Mendo’akan mayat sesudah takbir ketiga
6. Berdiri jika mampu
7. Membaca salam
Beberapa sunat salat mayat
1. Mengangkat tangan pada waktu mengucapkan takbir-takbir tersebut ( takbir 4x )
َ ت ْال َج َن
از ِة َ صلّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َك
ِ ان َيرْ َف ُع َي َد ْي ِه فِى َج ِمي ِْع َت ْك ِبي َْرا َ اَ َّن ُه: ْن ُع َم َر
ِ َعنْ اب
Dari Ibnu Umar. “ Sesungguhnya Nabi Saw, mengangkat kedua tangan nya pada
semua takbir salat jenazah. ( Riwayat Baihaqi )
7
8
Salat gaib
Salat atas mayat yang gaib itu sah walaupun sesudah dikuburkan. Sah pula salat diatas
kubur.
Imam dan orang yang salat sendiri disunahkan berdiri di arah mayat laki-laki atau di arah
tengah ( pinggang ) mayat perempuan.
Bebebrapa mayat boleh disalatkan bersama-sama. Jika mayat hanya diperoleh sebagian
anggota tubuhnya saja, anggota itu wajib juga di mandikan dan disalatkan. Sahabat
pernah menyakatkan tangan Abdur Rahman yang dijatuhkan burung, mereka dapat
mengenal tangannya itu dengan melihat cincinnya ( Riwayat Syafii)
Anak yang gugur sebelum sampai bulannya jika jelas hidupnya dengan tanda-tanda,
hukumnya sebagaimana mayat orang ( wajib dimandikan,dikafani, disalatkan dan
dikuburkan. Kalau tidak ada tanda-tanda hidupnya, tidak disalatkan. Mayat orang yang
tidak beragama islam tidak boleh disalatkan hanya boleh dimandikan dan dikafani,
karena Nabi Saw pernah menyuruh Ali memandikan dan mengafani bapaknya ( Riwayat
Abu Daud )
Firman Alloh Swt
َ صلِّى اَ َح ٍد ِم ْن ُه ْم َم
٨٣ : ات اَ َب ًدا التوبة َ َوالَ ُت
Dan janganlah kamu sekali-kali menyalatkan jenazah seorang yang mati diantara mereka
( Attaubah :184 )
Mati Syahid
Yang dimaksud mati syahid ialah orang yang terbunuh dalam peperangan melawan kafir
untuk menjungjung tinggi agama Alloh.
Orang yang mati syahid itu tidak dimandikan, tidak disalatkan dan cukup dikafani dengan
pakaiannya yang berlumuran darah itu.
Menurut pembagian ahli fiqih, syahid terbagi atas tiga bagian :
1. Syahid dunia dan akhirat, inilah yang dimaksud dengan syahid tersebut
2. Syahid dunia saja yaitu orang yang mati dalam peperangan melawan kafir, tetapi
bukan karena menjungjung tinggi agama Alloh, melainkan karena sebab-sebab yang
lain, misalnya ingin mendapat harta rampasan, karena kemegahan dan sebagainya.
3. Syahid akhirat saja yaitu mati teraniaya, mati terkejut,mati terkena penyakit
kolera,mati tenggelam, mati tertimpa sesuatu, mati kebakaran atau mati dalam
belajar agama Alloh
8
9
4. Menguburkan mayat
Menguburkan mayat hukumnya fardu kifayah atas yang hidup. Dalamnya kuburan
sekurang-kurangnya kira2 tidak tercium bau busuk mayat itu dari atas kubur dan tidak
dapat dibongkar oleh binatang buas, sebab maksud menguburkan mayat ialah untuk
menjaga kehormatan mayat itu dan menjaga kesehatan orang-orang yang ada disekitar
tempat itu.
Lubang kubur disunatkan memakai lubang lahad kalau tanah pekuburan itu keras, tetapi
jika tanah pekuburan tidak keras atau mudah runtuh, seperti tanah yang bercampur
dengan pasir, maka lebih baik dibikinkan lubang tengah.
Sesampainya mayat dikuburan, kepalanya hendaklah diletakan disisi kaki kuburan, lalu
diangkat ke dalam lahad atau lubang tengah, dimiringkan ke sebelah kanannya,
dihadapkan ke kiblat. Ketika meletakan mayat kedalam kubur, disunatkan membaca :
ِ ِبسْ ِم هللا َو َع ٰل ِملَّ ٍة َرس ُْو ِل
هللا رواه الترمذى وابو داود
Dengan nama Alloh dan atas agama Rasululloh, ( Riwayat Tirmidzi dan Abu Daud )
Beberapa sunat yang bersangkutan dengan kubur
1. Ketika memasukan mayat ke dalam kubur, sunat menutup bagian atasnya dengan
kain atau yang lainnya kalau mayat itu perempuan
2. Kuburan itu sunat di tinggikan kira2 sejengkal dari tanah biasa, agar diketahui
3. Kuburan lebih baik di datarkan daripada di munjungkan
4. Menandai kuburan dengan batu atau yang lainnya disebelah kepalanya
5. Menaruh kerikil ( batu kecil-kecil ) diatas kuburan
6. Meletakan pelepah yang basah diatas kuburan. Keterangannya yaitu harist dari Ibnu
Abbas yang menerangkan bahwa Nabi Saw pernah mengerjakan demikian
7. Menyiram kuburan dengan air
8. Sesudah mayat dikuburkan , orang yang mengantarkannya disunatkan berhenti
sebentar untuk mendoakannya ( memintakan ampunan dan minta supaya keteguhan
dalam menjawab pertanyaan malaikat
Larangan yang bersangkutan dengan kuburan
1. Menembok kuburan
2. Duduk diatasnya
3. Membuat rumah diatasnya
4. Membuat tulisan-tulisan diatasnya
5. Membuat pekuburan menjadi mesjid
Memindahkan mayat
Mengenai hukum memindahkan mayat dari negeri tempat tinggalnya untuk dikuburkan di
negara lain, sebagian ulama berpendapat bahwa hukumnya haram karena dikhawatirkan
akan merusak kehormatan mayat. Sebagian ulama berpendapat hal itu tidak ada halangan,
9
10
asal terjaga dengan baik , karena asal hukum sesuatu adalah boleh, sedangkan disini tidak
ada dalil yang mengharamkannya.
Membongkar kuburan
Apabila mayat sudah dikuburkan, tidak boleh dibongkar kecuali kalau terjadi beberapa hal
berikut : mayat yang dikubur belum dimandikan, tidak dikafani, tidak disalatkan, tidak
menghadap kiblat, dikuburkan ditanah yang dirampas atau dibungkus dengan kain yang
dirampas, sedangkan yang empunya minta dikembalikan atau kedalam kuburan itu terjatuh
suatu barang yang berharga. Jika terjadi salah satu hal tersebut, kuburan boleh dibongkar
selama mayat belum membusuk.
Adapun membongkar kuburan yang sudah lama, tidak ada halangan asal mayat sudah
hancur, berarti tulang-tulangnya pun sudah hancur. Untuk mengetahui berapa lamanya baru
hancur, hendaklah ditanyakan kepada ahlinya.
Ta'ziyah
Melayat ahlu mayat itu sunat dalam tiga hari sesudah ia meninggak dunia, yang lebih baik
ialah sebelum dikuburkan.
Ahli mayat hendaklah sabar atas kedukaannya, serta menyerahkan halnya kepada Alloh
Memberi makan ahli mayat
Kaum kerabat, tetangga, sahabat dan handai taolan mayat hendaklah memberi makan
keluarga mayat karena sedang dalam keadaan kalut, belun sempat mengurus makanan
mereka sendiri. Itulah yang disyariatkan dalam agama islam.
Sabda Rasululloh Saw
ـر َط َعامًا َف َقـ ْـد اَ َتــا ُه ْم َم ْ صلَّى هللاُ َعلَ ْيـ ِه َو َسـلَّ َم ا
َ ِصـ َنعُوا اِل َ ِل َجعْ َفـ َ ُّْن َجعْ َف َر َقا َل لَمَّا َجا َء َنعْ ُى َجعْ َف َر ِحي َْن قُ ِت َل َقا َل ال َّن ِبي ِ َعنْ ُع َب ْي ِد
ِ هللا ب
ُيش ِغل ُه ْم رواه الخمسة االالنسائى ُ ْ
Dari Ubaidillah bin Ja’far. Ia berkata, “tatkala datang kabar meninggal nya Ja’far karena
terbunuh, Rasululloh Saw, bersabda, buatkanlah olehmu makanan untuk keluarga Ja’far,
karena mereka sedang menderita kesusahan. ( Riwayat Lima orang Ahli Hadist kecuali Nasai )
Ziarah kubur
Laki2 disunatkan menjiarahi kubur. Adapun bagi perempuan dimakruhkan karena tabiat
perempuan lemah hati dan lekas susah, maka dikhawatirkan akan mencucurkan air mata dan
akan berkeluh kesah serta berduka cita sehingga lupa akan kekuasaan Alloh.
Orang yang menziarahi kubur disunatkan memberi salam kepada ahli kubur dan mendoakan
mereka.
10