Anda di halaman 1dari 19

PENGURUSAN JENAZAH

(JANAIZ)
Daar En Nisa Islamic School

Juli 2019
Katakanlah, “Setiap yang bernyawa pasti
“Sesungguhnya akan merasakan
kematian yang kamu KEMATIAN.”
lari dari padanya, ia (QS. Ali Imran: 185)
pasti menemui kamu,
kemudian kamu akan
dikembalikan kepada
Di mana saja kamu berada,
Allah, yang mengetahui KEMATIAN AKAN
yang ghaib dan yang MENDAPATKAN KAMU,
nyata, lalu Dia kendatipun kamu di dalam
beritakan kepadamu benteng yang tinggi lagi
apa yang telah kamu kokoh.. (QS. An
Nisaa : 78)
kerjakan”
(QS. Al Jumu’ah 8)
APA YANG HARUS DILAKUKAN KETIKA (ADA) MENGHADAPI SAKARATUL MAUT?

 Pertama:
Jika memungkinkan hendaknya keluarga menasehati beliau untuk
memperbanyak taubat, istighfar, bersabar, menerima takdir, dan berbaik
sangka kepada Allah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ال يموتن أحدكم إال وهو يحسن باهلل الظن‬
“Janganlah salah seorang diantara kalian meninggal kecuali berbaik sangka
kepada Allah.” (HR. Muslim, dari Jabir bin Abdillah Al-Anshary)

 Kedua:
Hendaknya kalau beliau memiliki kewajiban kepada seseorang segera
menunaikan kewajiban tersebut (seperti hutang, amanat dll), kalau tidak
mungkin maka hendaklah beliau berwasiat.
 Ketiga:
Sebisa mungkin ada diantara keluarga yang menjaga beliau, sehingga jika
sewaktu-waktu beliau mau meninggal ada yang mentalqin (menyuruh atau
meminta membaca laa ilaha illallahu).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫لقنوا موتاكم ال إله إال هللا‬

“Talqinlah (tuntunlah) orang yang mau meninggal (untuk mengucapkan) Laa ilaaha
illallah.” (HR. Muslim, dari Abu Sa’id Al-Khudry)
Beliau shallalllahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
‫من كان آخر كالمه ال إله إال هللا دخل الجنة‬
“Barangsiapa yang ucapan terakhirnya “laa ilaaha illallah” maka akan masuk surga.”
(HR. Abu Dawud, dari Mua’dz bin Jabal, dan dishahihkan Syeikh Al-Albany).
 Keempat:
Banyak mendoakan dengan husnul khathimah khususnya ketika sakaratul maut dan tidak
mengucapkan ppada saat itu kecuali ucapan yang baik.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫إذا حضرتم المريض أو الميت فقولوا خيرا فإن المالئكة يؤمنون على ما تقولون‬
“Apabila kalian menghadiri orang yang sakit atau orang yang mau meninggal maka
ucapkanlah ucapan yang baik, karena sesungguhnya malaikat mengaminkan apa yang
kalian ucapkan.” (HR. Muslim, dari Ummu Salamah)

Adapun membaca Al-Quran atau surat Yasin ketika orang mau meninggal maka tidak ada
hadist yang shahih tentangnya.
Apabila seorang muslim telah dipastikan meninggal dunia, maka wajib (fardhu kifayah) bagi orang-
orang di sekitarnya untuk :

- Memejamkan mata mayit


- Mendo’akan
- Menutupnya dengan kain yang meliputi semua anggota tubuhnya. Tapi jika yang meninggal
sedang berihrom, maka kepala dan wajahnya tidak ditutupi

Selanjutnya, bersegera menyelenggarakan jenazahnya dengan tahapan sebagai berikut :

1. Memandikan
II. Mengkafani
III. Menyolatkan
IV. Menguburkan
MEMANDIKAN
Perlengkapan :
 Kain ganti beberapa buah dan handuk
 Tempat / ruangan yang tertutup yang terbatas hanya boleh dimasuki oleh
orang yang akan memandikan (mahrom juga terbatas)
 Meja untuk memandikan, usahakan yang ada lubang agar air siraman bisa
langsung mengalir/ terbuang. Atau meja yang dialasi batang pisang.
 Sarung Tangan
 Gunting untuk menggunting pakaian jenazah
 3bh Ember yang berisikan air biasa, air bidara, dan air kapur barus
 Daun bidara
 Sabun
 Sisir yang bergigi jarang sehingga diusahakan rambut tidak ikut rontok.
 Kapur Barus
MEMANDIKAN
Rukun : Niat dalam hati
Wajib : menyiramkan air ke seluruh tubuh jenazah
Sunnah : Menyiram sebanyak 3x, pada siraman pertama
diperintahkan diberi daun sider (bidara) dan saat ini boleh diganti
dengan air sabun. Sedangkan pada siraman terakhir diberi kapur
barus.
Catt : sebaiknya atap diberikan penutup, selain dalam menjaga
kemuliaan jenazah, juga menghindari hal yang tidak diinginkan.

Yang boleh memandikan


Sesuai dengan jenis kelamin
Suami / istri dibolehkan saling memandikan
Tahapan
Mengeluarkan / membersihkan kotoran dari dalam tubuh :
Mulut : cukup dengan membuka dagu bawah sehingga gigi
terlihat dan dapat dibersihkan dengan cutton bud.
Hidung : dibersihkan dengan cutton bud.
Jari2 tangan dan kaki : dibersihkan. Kuku tidak perlu dipotong
Lubang qubul dan dubur.
Catt : untuk membersihkan dubur, jika jenazah meninggal < 6
jam, jenazah masih dapat diposisikan setengah duduk dan kedua
kaki sebagaimana posisi perempuan yang hendak melahirkan...,
maka tekan2 perut di bawah pusar dengan lembut sehingga
kotoran bisa keluar lebih mudah.
Jika jenazah telah meninggal > 6 jam, maka membersihkannya
dengan posisi seperti apa adanya saja.
MENGKAFANI
Ulama sepakat wajibnya mayat itu
dimandikan dan dikafani apabila ia
telah baligh, selama ia tidak gugur
sebagai syahid, atau terbunuh secara
dzalim atau meninggal dalam hukum
qishash.” (Al-Iqna’ fii Masail Al-
Ijma’ , 1/182).
Jumlah kain kafan untuk wanita

Jumlah Kafan bagi mayat wanita


dalam hal ini sama dengan laki-laki,
sunnah untuk dikafani dengan tiga
lembar kafan, karena tidak ada dalil
yang membedakannya dengan lelaki.
(Kain dengan L 1,5m ; P 2,5m).
Catt : Jika lebar kain 1m, dapat digunakan 5 lembar
(jika diperlukan)
Aktivitas yang dilakukan dan
perlengkapan yang harus disediakan :
 Potong / gunting seluruh pinggiran panjang kain (antara
12 s/d 14m) selebar ­+ 2cm untuk dijadikan tali
pengikat.
 Sediakan kapas untuk pelapis (menutupi dan melapisi
bagian depan tubuh / aurat).
 Plastik kresek untuk tempat sampah / kotoran.
 Minyak Zaitun (jika diperlukan, misalnya untuk
membuka selotip yang biasanya ada pada jenazah yang
sebelumnya sempat dirawat di RS).
 Wewangian (bisa berupa kapur barus yang dihaluskan)
 Mengepang rambut (bagi jenazah perempuan yang
berambut panjang) menjadi 3 bagian.
Yang 5(lima) lembar :

2 lembar di bawah (2,5 m)


1 lembar di tengah (2,5 m)
1 lembar (5 m dibagi 2, tengahnya dilubangi untuk
tempat masuk kepala
 
 

Lubang kepala Potongan belahan


Sisa 2 meter bisa digunakan untuk membuat kerudung
(model segitiga)
MENYOLATKAN
Shalat jenazah terdapat tujuh rukun:

1- Berniat (di dalam hati).


2- Berdiri bagi yang mampu.
3- Melakukan empat kali takbir (tidak ada ruku’ dan sujud).
4- Setelah takbir pertama, membaca Al Fatihah setelah
ta’awwudz (tidak membaca do’a iftitah sebelum Al Fatihah)
5- Setelah takbir kedua, membaca shalawat ibrahimiyah
(sebagaimana sholawat pd sholat fardhu, minimalnya adalah
allahumma sholli ‘ala Muhammad).
6- Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk mayit. Inilah
maksud inti dari shalat jenazah.
7- Salam setelah takbir keempat.
SHALAT JENAZAH
TERDAPAT 7( TUJUH)
RUKUN:

1- Berniat (di dalam hati).


2- Berdiri bagi yang mampu.
3- Melakukan empat kali takbir (tidak ada ruku’ dan sujud).
4- Setelah takbir pertama, membaca Al Fatihah (HR. Bukhari No.1335,
Abu Dawud No.3198, at-Tirmidzi No.1027, dan Ibnu Majah No. 1495.)
5- Setelah takbir kedua, membaca shalawat untuk Nabi shallallaahu
‘alayhi wasallam (minimalnya adalah allahumma sholli ‘ala
Muhammad).
Ini semua berdasarkan hadits Abu Umamah, bahwasanya ada seorang
shahabat mengabarinya,”Sesungguhnya termasuk sunnah dalam shalat jenazah
agar imam bertakbir, kemudian membaca surat Al Fatihah setelah takbir yang
pertama secara sirr, lalu dilanjutkan dengan membaca shalawat untuk Nabi dan
berdo’a dengan ikhlas untuk si mayit pada tiga takbir yang berikutnya, dan dia
tidak membaca padanya satu surat pun, kemudian setelah itu dia salam dengan
sirr pula.” (shahih : diriwayatkan oleh asy-syafi’i dalam al-Umm II/608,
6- Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk mayit. Inilah maksud inti dari shalat
jenazah.
Di antara yang bisa dibaca pada do’a setelah takbir ketiga:

‫ َونَقِّ ِه ِم َن‬،‫ج َو ْالبَ َر ِد‬


ِ ‫ َوا ْغ ِس ْلهُ ِب ْال َما ِء َوالثَّ ْل‬،ُ‫ َو َو ِّس ْع َم ْد َخلَه‬،ُ‫ َوأَ ْك ِر ْم نُ ُزلَه‬،ُ‫ف َع ْنه‬ ُ ‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهُ َوارْ َح ْمهُ َو َعافِ ِه َوا ْع‬
‫ َو َز ْوجًا َخ ْيرًا‬،—‫ َوأَ ْهالً َخ ْيرًا ِم ْن— أَ ْهلِ ِه‬،—‫ َوأَ ْب ِد ْل —ُه َدارًا َخ ْيرًا ِم ْن— َدار ِه‬،—‫س‬ ِ َ‫ض— ِم َن— ال َّدن‬ َ َ‫ْال َخطَايَ—ا َك َ—ما نَقَّ ْي َت— الثَّ ْو َب— ْاألَ ْبي‬
‫ب ْالقَب ِْر‬ِ ‫ َوأَ ِع ْذهُ ِم ْن َع َذا‬،َ‫ َوأَ ْد ِخ ْلهُ ْال َجنَّة‬،‫ِم ْن َز ْو ِج ِه‬
ِ َّ‫ب الن‬
‫ار‬ ِ ‫َو َع َذا‬
Allahummaghfirla-hu warham-hu wa ‘aafi-hi wa’fu ‘an-hu wa akrim nuzula-hu, wa wassi’ madkhola-hu,
waghsil-hu bil maa-i wats tsalji wal barod wa naqqi-hi minal khothoyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadho
minad danaas, wa abdil-hu daaron khoirom min daari-hi, wa ahlan khoirom min ahli-hi, wa zawjan khoirom
min zawji-hi, wa ad-khilkul jannata, wa a’idz-hu min ‘adzabil qobri wa ‘adzabin naar.

“Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari beberapa hal
yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan
kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan,
sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik
dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada
keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan
masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim no. 963)
7- Salam setelah takbir keempat.
Tujuh rukun di atas disebutkan oleh Muhammad Al Khotib dalam kitab Al Iqna’.
Do’a setelah takbir keempat:
ُ‫اللَّهُ َّم الَ تَحْ ِر ْمنَا أَجْ َرهُ َوالَ تَ ْفتِ َّن بَ ْع َدهُ َوا ْغ ِفرْ لَنا َ َولَه‬
Allahumma laa tahrimnaa ajro-hu wa laa taftinnaa ba’da-hu waghfir lanaa wa la-hu

“Ya Allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak memperoleh pahalanya dan jangan
sesatkan kami sepeninggalnya, ampunilah kami dan ampunilah dia”.

Do’a khusus untuk mayit anak kecil:


‫اَللَّهُ َّم اجْ َع ْلهُ لَنَا فَ َرطًا َو َسلَفًا َوأَجْ رًا‬
Allahummaj’ahu lanaa farothon wa salafan wa ajron
“Ya Allah! Jadikan kematian anak ini sebagai simpanan pahala dan amal baik serta pahala
buat kami”. (HR. Bukhari secara mu’allaq -tanpa sanad- dalam Kitab Al-Janaiz, 65 bab
Membaca Fatihatul Kitab Atas Jenazah 2: 113)

Catatan : Untuk mayit perempuan, kata –hu diganti –haa.


Posisi Imam saat Sholat Jenazah
Jika Jenazah 1 orang Laki2

imam
Jika Jenazah 1 orang perempuan

imam

Jika Jenazah 2 orang (laki2 & perempuan)

imam
Pengaturan Shaf dalam Shalat Jenazah :
Dianjurkan untuk membentuk 3(tiga) shaf atau
lebih. Diantara dalilnya sbb :
- Hadits dari Abu Umamah Ra : Rasulullah saw menshalati jenazah bersama
7 orang. Kemudian beliau menyusun shaf : 3 orang di shaf I, 2 orang di shaf
II, dan 2 orang di shaf III (HR. Thabrani dlm al-Kabir, hasanli ghairih).
- Hadits dari Malik bin Hubairah : Rasulullah saw bersabda “Jika ada
seorangmuslim yang meninggal, kemudian dishalati 3 shaf kaum muslimin
maka do’anya dikabulkan. (dalam riwayat lain “diampuni”). (HR. Abu
Daud, Turmudzi, Ibnu Majah, Hakim, dan yang lainnya. Hadits ini statusnya
hasan).

Adapun batasan minimal dari sebuah barisan dinamakan shaf adalah terdiri
dari 2(dua) orang serta tidak ada batasan maksimalnya. Imam Al-Qodhi Ali
bin Muhammad bin Ali Asy-Syaukani menyatakan : “batasan minimal
sebuah barisan disebut shaf adalah terdiri dari dua lelaki dan tidak ada
batasan maksimalnya”. (Nailul Authar : 4/47)
SELESAI
Referensi a.l :
 https://rumaysho.com/4905-ringkasan-pengurusan-jenazah.html
 Syarah Rukun Islam Jilid 2 Shalat, Media Tarbiyah, November 2010, Yazid bin
Abdul Qadir Jawas,
 https://
konsultasisyariah.com/802-apa-yang-dilakukan-ketika-orang-mau-meninggal.
html
 https://bimbinganislam.com

SEMOGA BERMANFAAT
ALLAHU’ALAM BISHSHOWAB

Anda mungkin juga menyukai