rumaysho.com/4905-ringkasan-pengurusan-jenazah.html
1- Memandikan
2- Mengafani
3- Menyolatkan
4- Menguburkan
Empat hal di atas hanya berlaku pada mayit muslim. Adapun mayit kafir, tidak
dishalatkan baik kafir harbi maupun dzimmi. Boleh memandikan orang kafir, namun
cuma dalam dua keadaan. Dan wajib mengafani kafir dzimmi dan menguburkannya,
tetapi hal ini tidak berlaku bagi kafir harbi dan orang yang murtad. Adapun orang yang
mati dalam keadaan ihram (sedang berumrah atau berhaji), jika dikafani, maka
kepalanya tidak ditutup.
Berikut kami sebutkan point-point penting yang mesti dilakukan yang terdapat pada
empat hal di atas. Sebagai rujukan utama kami adalah fikih ulama Syafi’i dari penjelasan
Al Qodhi Abu Syuja’ dalam Matan Al Ghoyah wat Taqrib, ditambah beberapa dari
penjelasan lainnya.
Memandikan Mayit
Ada dua mayit yang tidak dimandikan: (1) orang yang mati dalam medan perang (mati
syahid), (2) janin yang belum mengeluarkan suara tangisan, ini menurut madzhab Imam
Syafi’i. Sedangkan menurut madzhab Imam Ahmad, yang tidak perlu dimandikan adalah
janin yang keguguran di bawah 4 bulan.
1/5
Mayit disiram dengan bilangan ganjil, yaitu boleh tiga, lima kali siraman atau lebih dari
itu. Namun jika mayit disiram dengan sekali siraman saja ke seluruh badannya, maka itu
sudah dikatakan sah.
Pada siraman pertama diperintahkan diberi daun sider (bidara) dan saat ini boleh
diganti dengan air sabun. Sedangkan pada siraman terakhir diberi kapur barus.
Mengafani Mayit
Mengafani mayit dilakukan dengan tiga helai kain berwarna putih, tidak ada pakaian dan
tidak imamah (penutup kepala).
Menyolatkan Mayit
5- Setelah takbir kedua, membaca shalawat (minimalnya adalah allahumma sholli ‘ala
Muhammad).
6- Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk mayit. Inilah maksud inti dari shalat
jenazah.
Tujuh rukun di atas disebutkan oleh Muhammad Al Khotib dalam kitab Al Iqna’.
َ
ُ ْ ﺴﻠ
ﻪ ِ ْ وَاﻏ،ﻪُ َ ﺧﻠَ ْ ﻣﺪ
َ ْ وَوَﺳﻊ،ﻪ ُ َ م ﻧ ُُﺰﻟْ ِ وَأﻛ ْﺮ،ﻪ ُ ْ ﻒ ﻋ َﻨ
ُ ْ ﻪ وَﻋ َﺎﻓِﻪِ وَاﻋ ُ ﻤ
ْ ﺣَ ﻪ وَاْر ُ َ ا َﻟﻠﻬُﻢ اﻏ ِْﻔْﺮ ﻟ
َ َ ﺨﻄ َﺎﻳ َﺎ ﻛ َﻤﺎ ﻧ َﻘﻴ ْﺖ اﻟﺜﻮ
،ﺲ ِ َ َ ﻦ اﻟ ﺪﻧ َ ﻣ ِ ﺾ َ َ ب ا ْﻷﺑ ْﻴ ْ َ َ َ ْ ﻦ اﻟ
َ ﻣ ِ ِ وَﻧ َﻘﻪ،ِ ﻤﺎِء وَاﻟﺜﻠ ِْﺞ وَاﻟ ْﺒ ََﺮد َ ْ ﺑ ِﺎﻟ
َ ﺧ ﻴ ﺮا ﻣ َ َ
ُ ْ ﺧﻠ
ﻪ ِ ْ وَأد،ِﺟﻪ ِ ْﻦ َزو ْ ﻣ
ِ ﺧﻴ ًْﺮا َ ﺟﺎ ً ْ وََزو،ِﻦ أﻫْﻠ ِﻪ ْ ِ ً ْ َ ً وَأﻫْﻼ،ِﻦ د َارِه ْ ﻣ ِ ﺧﻴ ًْﺮاَ ﻪ د َاًرا ُ ْ وَأﺑ ْﺪ ِﻟ
ِ ب اﻟﻨﺎ رِ ب اﻟ َْﻘﺒ ْﺮِ وَﻋ َﺬ َا ِ ﻦ ﻋ َﺬ َا ْ ﻣ ِ ُ ﻋﺬ ْه ِ َ وَأ،ﺔ
َ ﺠﻨَ ْﻟ
Allahummaghfirla-hu warham-hu wa ‘aafi-hi wa’fu ‘an-hu wa akrim nuzula-hu, wa wassi’
madkhola-hu, waghsil-hu bil maa-i wats tsalji wal barod wa naqqi-hi minal khothoyaa
kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danaas, wa abdil-hu daaron khoirom min
daari-hi, wa ahlan khoirom min ahli-hi, wa zawjan khoirom min zawji- hi, wa ad-khilkul
jannata, wa a’idz-hu min ‘adzabil qobri wa ‘adzabin naar.
2/5
“Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari
beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang
mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan
dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari
kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau
istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang
lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari
siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim no. 963)
Catatan: Do’a di atas berlaku untuk mayit laki-laki. Jika mayit perempuan, maka kata –hu
atau –hi diganti dengan –haa. Contoh “Allahummaghfirla-haa warham-haa …”. Do’a di atas
dibaca setelah takbir ketiga dari shalat jenazah.
َ
ْ ﺳﻠ ًَﻔﺎ وَأ
ﺟًﺮا َ َﻪ ﻟ َﻨ َﺎ ﻓََﺮﻃ ًﺎ و
ُ ْ ﺟﻌَﻠ
ْ ا َﻟﻠﻬُﻢ ا
Allahummaj’ahu lanaa farothon wa salafan wa ajron
“Ya Allah! Jadikan kematian anak ini sebagai simpanan pahala dan amal baik serta pahala
buat kami”. (HR. Bukhari secara mu’allaq -tanpa sanad- dalam Kitab Al-Janaiz, 65 bab
Membaca Fatihatul Kitab Atas Jenazah 2: 113)
َ
ُ َ ﺟَﺮه ُ وَﻻ َ ﺗ َْﻔﺘ ِﻦ ﺑ َﻌْﺪ َه ُ وَاﻏ ِْﻔْﺮﻟ َﻨﺎ َ وَﻟ
ﻪ ْ ﻣﻨ َﺎ أ ْ َ اﻟﻠﻬُﻢ ﻻ َ ﺗ
ْ ِ ﺤﺮ
Allahumma laa tahrimnaa ajro-hu wa laa taftinnaa ba’da-hu waghfir lanaa wa la-hu
“Ya Allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak memperoleh pahalanya dan jangan
sesatkan kami sepeninggalnya, ampunilah kami dan ampunilah dia”.
Menguburkan Mayit
Mayit dimasukkan dalam kubur dengan mengakhirkan kepala dan dimasukkan dengan
lemah lembut.
Bagi yang memasukkan ke liang lahat hendaklah mengucapkan: Bismillah wa ‘alaa millati
rosulillah (Dengan nama Allah dan di atas ajaran Rasulullah).
3/5
Dilarang mendirikan bangunan di atas kubur dan tidak boleh kubur disemen. Ini
pendapat dalam madzhab Syafi’i namun banyak diselisihi oleh kaum muslimin di negeri
kita karena kubur yang ada saat ini dipasang
kijing, marmer dan atap.
Boleh menangisi mayit asal tidak dengan niyahah (meratap atau meraung-raung dengan
suara teriak atau keras), diharapkan keluarga sabar dan ridho.
Masing-masing dari point di atas, insya Allah akan disajikan dalam bahasan tersendiri di
Rumaysho.Com.
Referensi:
Al Iqna’ fi Halli Alfazhi Abi Syuja’, Syamsuddin Muhammad bin Muhammad Al Khotib,
terbitan Maktabah At Taufiqiyyah.
Hasyiyah Al Qoulul Mukhtar fii Syarhi Ghoyatil Ikhtishor (Fathul Qorib), Muhammad bin
Qosim Al Ghozzi, ta’liq: Dr. Sa’adud Din bin Muhammad Al Kubbi, terbitan Maktabah Al
Ma’arif, cetakan pertama, tahun 1432 H.
Mukhtashor Abi Syuja’ (Matan Al Ghoyah wat Taqrib), Ahmad Al Husain Al Ashfahani Asy
Syafi’i, terbitan Darul Minhaj, cetakan pertama, tahun 1428 H.
Disusun di saat hujan mengguyur Warak, Panggang, Gunungkidul, 6 Safar 1435 H, 06: 15
AM
4/5
Akan segera terbit buku terbaru karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, yaitu Buku
Mengenal Bid’ah Lebih Dekat (harga: Rp.13.000,-). Bagi yang ingin melakukan pre order,
kirimkan format pemesanan via sms ke no 0852 0017 1222 atau via PIN BB 2AF1727A:
Buku Bid’ah#Nama#Alamat#no HP. Nanti akan diingatkan ketika buku sudah siap untuk
dikirim.
5/5