Anda di halaman 1dari 5

Sifat Shalat Nabi (23): Bacaan Tasyahud

Akhir
By Muhammad Abduh Tuasikal, MSc - September 7, 2014

Bagaimanakah cara melakukan tasyahud akhir? Bagaimana bacaan di dalamnya?

35- Setelah itu melakukan gerakan shalat sama seperti rakaat sebelumnya hingga duduk tasyahud akhir. Cara
duduk tasyahud adalah dengan duduk tawarruk, baik shalat tersebut terdapat dua kali tasyahud, atau shalat
tersebut dua raka’at atau lebih. Hal ini sudah diterangkan sebelumnya pada Sifat Shalat Nabi (13): Cara
Tasyahud Awal dan Akhir.

Bacaan ketika tasyahud akhir sama dengan tasyahud awwal [Lihat: Sifat Shalat Nabi (20): Bacaan Tasyahud
Awal].

ِ ‫ﻼ ُم ﻋَ ﻠَ ْﻴ َﻚ اﻳﻬَ ﺎ‬
‫اﻟﻨﺒﻰ َو َر ْﺣ َﻤ ُﺔ ا ِ َوﺑ ََﺮﻛَﺎ ُﺗ ُﻪ‬ ُ ‫ﺎت اﻟﺼﻠَ َﻮ‬
ُ ‫ات اﻟﻄﻴ َﺒ‬
َ ‫ﺎت ِ ِ اﻟﺴ‬ ُ َ ‫ﺎت ْاﻟ ُﻤ َﺒﺎ َرﻛ‬
ُ ‫اﻟﺘ ِﺤﻴ‬
ِ ‫ﻮل ا‬ ُ ‫ﻴﻦ ا ْﺷﻬَ ﺪُ ا ْن ﻻَ اﻟَﻪَ اﻻ ا ُ َوا ْﺷﻬَ ﺪُ ان ُﻣ َﺤﻤﺪً ا َر ُﺳ‬ ِ ‫ﻼ ُم ﻋَ ﻠَ ْﻴﻨَﺎ َوﻋَ ﻠَﻰ ِﻋ َﺒ‬
َ ‫ﺎد ا ِ اﻟﺼﺎ ِﻟ ِﺤ‬ َ ‫اﻟﺴ‬
“At tahiyyaatul mubaarokaatush sholawaatuth thoyyibaat lillah. Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa
rahmatullahi wa barokaatuh. Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillahish sholihiin. Asyhadu alla ilaaha illallaah wa
asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rosuuluh.”

َ ِ ‫ﺖ ﻋَ ﻠَﻰ اﺑ َْﺮ‬ َ ‫ ﻛ َ َﻤﺎ َﺻﻠ ْﻴ‬، ‫آل ُﻣ َﺤﻤ ٍﺪ‬ َ َ


‫ اﻧ َﻚ‬، ‫ﻴﻢ‬
َ ‫اﻫ‬
ِ ‫آل اﺑ َْﺮ‬
ِ ‫ﻴﻢ َوﻋَ ﻠﻰ‬ َ ‫اﻫ‬ ِ ‫ َوﻋَ ﻠﻰ‬، ‫اﻟﻠ ُﻬﻢ َﺻﻞ ﻋَ ﻠﻰ ُﻣ َﺤﻤ ٍﺪ‬
َ ِ ‫ﺖ ﻋَ ﻠَﻰ اﺑ َْﺮ‬َ ْ‫ ﻛ َ َﻤﺎ ﺑَﺎ َرﻛ‬، ‫آل ُﻣ َﺤﻤ ٍﺪ‬ َ َ
‫آل‬
ِ ‫ َوﻋَ ﻠﻰ‬، ‫ﻴﻢ‬َ ‫اﻫ‬ ِ ‫ َوﻋَ ﻠﻰ‬، ‫َﺎر ْك ﻋَ ﻠﻰ ُﻣ َﺤﻤ ٍﺪ‬ ِ ‫ اﻟﻠ ُﻬﻢ ﺑ‬، ٌ‫َﺣ ِﻤﻴﺪٌ َﻣ ِﺠﻴﺪ‬
ٌ‫ اﻧ َﻚ َﺣ ِﻤﻴﺪٌ َﻣ ِﺠﻴﺪ‬، ‫ﻴﻢ‬ َ ‫اﻫ‬ِ ‫اﺑ َْﺮ‬

“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa shollaita ‘ala Ibroohim wa ‘ala aali Ibrohim,
innaka hamidun majiid. Allahumma baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa baarokta ‘ala Ibrohim
wa ‘ala aali Ibrohimm innaka hamidun majiid.”

Lalu ditambah dengan doa meminta perlindungan dari empat perkara.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫اب ْاﻟ َﻘ ْﺒ ِﺮ‬


ِ ‫ﻨﻢ َو ِﻣ ْﻦ ﻋَ َﺬ‬ ِ ‫اﻵﺧ ِﺮ َﻓ ْﻠ َﻴﺘَ ﻌَ ﻮ ْذ ِﺑﺎ ِ ِﻣ ْﻦ ا ْرﺑ ٍَﻊ ِﻣ ْﻦ ﻋَ َﺬ‬
َ َ‫اب َﺟﻬ‬ ِ ‫ا َذا َﻓ َﺮ َغ ا َﺣﺪُ ﻛُ ْﻢ ِﻣ َﻦ اﻟﺘ َﺸﻬ ِﺪ‬
ْ ِ ‫َو ِﻣ ْﻦ ِﻓﺘْ ﻨ َِﺔ ْاﻟ َﻤ ْﺤ َﻴﺎ َو ْاﻟ َﻤ َﻤ‬
‫ﺎل‬
ِ ‫ﻴﺢ اﻟﺪﺟ‬ِ ‫ﺎت َو ِﻣ ْﻦ َﺷﺮ اﻟ َﻤ ِﺴ‬
“Jika salah seorang di antara kalian selesai tasyahud akhir (sebelum salam), mintalah perlindungan pada Allah
dari empat hal: (1) siksa neraka jahannam, (2) siksa kubur, (3) penyimpangan ketika hidup dan mati, (4) kejelekan
Al Masih Ad Dajjal.” (HR. Muslim no. 588).

Do’a yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan dalam riwayat lain,

ْ ِ ‫اﻟﻨﺎر َو ِﻓﺘْ ﻨ َِﺔ ْاﻟ َﻤ ْﺤ َﻴﺎ َو ْاﻟ َﻤ َﻤ‬ ِ ‫اب ْاﻟ َﻘ ْﺒ ِﺮ َوﻋَ َﺬ‬ ُ ُ‫اﻟﻠ ُﻬﻢ اﻧﻰ اﻋ‬
ِ ‫ﻮذ ِﺑ َﻚ ِﻣ ْﻦ ﻋَ َﺬ‬
ِ ‫ﺎت َو َﺷﺮ اﻟ َﻤ ِﺴ‬
‫ﻴﺢ‬ ِ ‫اب‬
‫ﺎل‬
ِ ‫اﻟﺪﺟ‬
“Allahumma inni a’udzu bika min ‘adzabil qobri, wa ‘adzabin naar, wa fitnatil mahyaa wal mamaat, wa syarri
fitnatil masihid dajjal [Ya Allah, aku meminta perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur, siksa neraka,
penyimpangan ketika hidup dan mati, dan kejelekan Al Masih Ad Dajjal].” (HR. Muslim no. 588)

Setelah itu berdoa dengan doa apa saja yang diinginkan. Dalam hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫اب ْاﻟ َﻘ ْﺒ ِﺮ َو ِﻓﺘْ ﻨ َِﺔ ْاﻟ َﻤ ْﺤ َﻴﺎ‬ِ ‫ﻨﻢ َوﻋَ َﺬ‬ َ َ‫اب َﺟﻬ‬ ِ ‫ا َذا َﺗ َﺸﻬﺪَ ا َﺣﺪُ ﻛُ ْﻢ َﻓ ْﻠ َﻴﺘَ ﻌَ ﻮ ْذ ِﺑﺎ ِ ِﻣ ْﻦ ا ْرﺑ ٍَﻊ ِﻣ ْﻦ ﻋَ َﺬ‬
‫ﺎل ُﺛﻢ ﻳَ ﺪْ ﻋُ ﻮ ِﻟﻨ َْﻔ ِﺴ ِﻪ ِﺑ َﻤﺎ ﺑَﺪَ ا ﻟَ ُﻪ‬ ْ ِ ‫َو ْاﻟ َﻤ َﻤ‬
ِ ‫ﻴﺢ اﻟﺪﺟ‬ ِ ‫ﺎت َو ِﻣ ْﻦ َﺷﺮ اﻟ َﻤ ِﺴ‬
“Jika salah seorang di antara kalian bertasyahud, maka mintalah perlindungan pada Allah dari empat perkara yaitu
dari siksa Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati dan dari kejelekan Al Masih Ad Dajjal, kemudian
hendaklah ia berdoa untuk dirinya sendiri dengan doa apa saja yang ia inginkan.” (HR. An Nasai no. 1310. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Dengan catatan, hendaklah dengan bahasa Arab atau yang lebih baik adalah dengan doa yang berasal dari Al
Quran dan hadits. Doa yang berasal dari Al Quran dan hadits begitu banyak yang bisa diamalkan.

Alasan berdoanya dengan bahasa Arab dikatakan oleh salah seorang ulama Syafi’iyah, Muhammad bin Al Khotib
Asy Syarbini rahimahullah,

‫ﺎء ا ْو ِذﻛْ ًﺮا ِﺑ ْﺎﻟﻌَ َﺠ ِﻤﻴ ِﺔ‬ ْ


ِ ‫اﻣﺎ َﻏ ْﻴ ُﺮ اﻟ َﻤﺎ ُﺛ‬. ‫ﻮر‬
ْ ‫ﻮر ِﺑﺎ ْن‬
ً َ‫اﺧﺘَ َﺮ َع دُ ﻋ‬ ْ ْ َ ْ
ِ ‫َﻓﺎن اﻟ ِﺨﻼ َف اﻟ َﻤ ْﺬﻛُﻮ َر َﻣ َﺤﻠ ُﻪ ِﻓﻲ اﻟ َﻤﺎ ُﺛ‬
‫اﻗﺘَ َﺼ َﺮ ﻋَ ﻠَ ْﻴﻬَ ﺎ ِﻓﻲ‬ ْ ‫ َو‬، ‫ﻳﺤﺎ ِﻓﻲ ْاﻻوﻟَﻰ‬ ً ‫ﺎم َﺗ ْﺼ ِﺮ‬ ِ ‫اﻓ ِﻌﻲ ﻋَ ْﻦ ْاﻻ َﻣ‬
ِ ‫ﻮز ﻛ َ َﻤﺎ َﻧ َﻘﻠَ ُﻪ اﻟﺮ‬
ُ ‫ِﻓﻲ اﻟﺼ َﻼ ِة َﻓ َﻼ ﻳَ ُﺠ‬
. ‫ َو َﺗ ْﺒ ُﻄ ُﻞ ِﺑ ِﻪ َﺻ َﻼ ُﺗ ُﻪ‬، ‫اﻟﺮ ْو َﺿ ِﺔ َوا ْﺷﻌَ ﺎ ًرا ِﻓﻲ اﻟﺜﺎ ِﻧ َﻴ ِﺔ‬

“Perbedaan pendapat yang terjadi adalah pada doa ma’tsur. Adapun doa yang tidak ma’tsur (tidak berasal dalil
dari Al Quran dan As Sunnah), maka tidak boleh doa atau dzikir tersebut dibuat-buat dengan selain bahasa Arab
lalu dibaca di dalam shalat. Seperti itu tidak dibolehkan sebagaimana dinukilkan oleh Ar Rofi’i dari Imam Syafi’i
sebagai penegasan dari yang pertama. Sedangkan dalam kitab Ar Roudhoh diringkas untuk yang kedua. Juga
membaca doa seperti itu dengan selain bahasa Arab mengakibatkan shalatnya batal.” (Mughnil Muhtaj, 1: 273).

Semoga bermanfaat. Insya Allah masih berlanjut pada permasalahan Sifat Shalat Nabi selanjutnya. Moga Allah
mudahkan.

Selesai disusun di siang hari di Pesantren DS, 26 Syawal 1435 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh Tuasikal, Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih
Dekat, Twitter @RumayshoCom, Instagram RumayshoCom

MILIKILAH BUKU KARYA USTADZ MUHAMMAD


ABDUH TUASIKAL YANG MEMBAHAS ORANG YANG
BERJENGGOT BUKANLAH TERORIS, BUKAN
TERMASUK ISIS DENGAN JUDUL “MENGIKUTI
AJARAN NABI BUKANLAH TERORIS”. HARGA
RP.14.000,-, TERBITAN PUSTAKA MUSLIM
YOGYAKARTA. LIHAT INFONYA DI SINI.

SEGERA PESAN VIA SMS +62 852 00 171 222 ATAU


BB 2A04EA0F ATAU WA +62 8222 604 2114. KIRIM
FORMAT PESAN: BUKU TERORIS#NAMA
PEMESAN#ALAMAT#NO HP#JUMLAH BUKU.

 
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
http://www.rumaysho.com

Lulusan S-1 Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan S-2 Polymer Engineering (Chemical Engineering) King Saud
University, Riyadh, Saudi Arabia. Guru dan Masyaikh yang pernah diambil ilmunya: Syaikh Shalih Al-Fauzan, Syaikh Sa'ad Asy-Syatsri
dan Syaikh Shalih Al-'Ushaimi. Sekarang menjadi Pimpinan Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul.

    

Anda mungkin juga menyukai