Anda di halaman 1dari 11

TATA CARA

PENYELENGGARAAN JENAZAH

Oleh:

Dra. Hj. Rafikah,M. Ag

Dosen UIN STS Jambi

Disampaikan Pada Pelatihan Penyelenggaran


Jenazah Bagi Ibu-Ibu BKMT Sekabupaten
Merangin. Penyelenggara Pemerintah
Kabupaten Merangin

Tahun 2022
Materi Tata Cara Penyelenggaraan Jenazah
Oleh: Rafikah1
Ketika orang baru meninggal, maka dianjurkan bebrapa hal, antara
lain:

1. Memejamkan mata orang yang baru meninggal dunia

Dalil hadits dari Ummu Salamah Hindun bintu Abi Umayyah


radhiallahu’anha, ia mengatakan:

َّ ‫دخل رسو ُل هللاِ صلَّى هللاُ عليه وسلَّ َم على أبي سلمةَ وقد‬
‫شق‬
‫البصر‬
ُ ‫إن الرو َح إذا قُبِض تبِعه‬
َّ ‫ ثم قال‬. ‫ضه‬َ ‫ فأغم‬. ‫بصره‬ُ
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam ketika mendatangi Abu Salamah yang
telah meninggal, ketika itu kedua matanya terbuka. Maka Nabi shalallahu ‘alaihi
wa salam pun memejamkan kedua mata Abu Salamah dan bersabda:
“Sesungguhnya bila ruh telah dicabut, maka pandangan matanya mengikutinya”
(HR. Muslim no. 920).

2. Mendo’akan kebaikan kepada mayit

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam setelah memejamkan mata Abu Salamah,


beliau berdo’a:

‫الله م اغفر ألبي سلمة وارفع درجته في المهديين واخلفه في‬


‫عقبه في الغابرين واغفر لنا وله يا رب العالمين وافسح له في‬
‫قبره ونور له فيه‬
“Ya Allah ampunilah Abu Salamah, angkatlah derajatnya dan jadikan ia termasuk
orang-orang yang mendapatkan petunjuk, dan berilah ganti yang lebih baik bagi
anak keturunannya, dan ampunilah kami dan dia wahai Rabb semesta alam,
luaskanlah kuburnya dan terangilah” (HR. Muslim no. 920).

Boleh juga doa-doa lainnya yang berisi kebaikan untuk mayit.

1Dosen UIN Jambi, disampaikan pada pelatihan bagi ibuk-ibuk BKMT seKabupaten
Merangin.
3. Mengikat dagunya agar tidak terbuka

Syaikh Abdullah bin Jibrin rahimahullah mengatakan:

‫و شد حلييه و ذلك خمافة أن يبقى فمه مفتوحا حالة غسله و حالة جتهيزه‬
‫فيشد حىت ينطبق فمه مع أسنانه‬
“Ketika mayit meninggal ditutup mulutnya] yaitu karena dikhawatirkan mulutnya
terbuka ketika dimandikan dan ketika dipersiapkan. Sehingga hendaknya ditutup
sampai bersatu antara gigi dan mulutnya”

Adapun tata caranya longgar, biasanya dengan menggunakan kain yang lebar
dan panjang diikat melingkar dari dagu hinggake atas kepalanya, sehingga agar
mulutnya tertahan dan tidak bisa terbuka.

4. Menutupnya dengan kain

Berdasarkan hadits dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, beliau mengatakan:

ٍ‫ي بب ُْر ٍد ِحبَ َرة‬ َ ِ‫أن رسو َل هللاِ صلَّى هللاُ عليه وسلَّم ِحينَ ت ُ ُوف‬
َ ‫ي سُ ِج‬ َّ
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau wafat, beliau ditutup
dengan kain hibrah (sejenis kain Yaman yang bercorak)” (HR. Bukhari no. 5814,
Muslim no. 942).

5. Dianjurkan bersegera mempersiapkan mayit untuk dikubur

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah


Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ُ‫ وإن يَك‬، ‫فخير تُقَ ِد ُمونَ َها‬


ٌ ً‫ فإن تَكُ صالحة‬، ِ‫عواْ بالجنازة‬
ُ ‫أَس ِْر‬
‫ فش ٌَّر تضعونَهُ عن رقابكم‬، َ‫ِس َوى ذلك‬
“Percepatlah pengurusan jenazah. Jika ia orang yang shalih di antara kalian, maka
akan jadi kebaikan baginya jika kalian percepat. Jika ia orang yang bukan
demikian, maka keburukan lebih cepat hilang dari pundak-pundak kalian” (HR.
Bukhari no. 1315, Muslim no. 944).
Selain dari yang telah disebutkan, ada 4 kewajiban terhadap jenazah yang
mesti dilakukan oleh orang yang hidup. Empat hal ini dihukumi fardhu kifayah,
artinya harus ada sebagian kaum muslimin yang melakukan hal ini terhadap mayit.
Jika tidak, semuanya terkena dosa. Dalam Islam, kewajiban seorang muslim
terhadap jenazah adalah memandikan, mengkafani, menshalatkan dan
menguburkannya. Pahala yang dijanjikan oleh Allah Swt. sangat besar dalam
pengurusan jenazah ini, sebagaimana hadis Nabi saw.:

ٌ ‫صلَّى َعلَى َجنَ َازةٍ فَلَهُ قي َريا‬


‫ط‬ َ ‫ال َم ْن‬َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَْي يه َو َسلَّ َم ق‬ ‫ي‬ ‫ي‬
‫َع ْن أَِب ُهَريَْرةَ َعن الني يي‬
َ ‫َّب‬
‫ال‬
َ َ‫ط ق‬ ُ ‫ت ََي أ َََب ُهَريْ َرةَ َوَما الْ يق َريا‬
ُ ْ‫ال قُل‬
َ َ‫ان ق‬ ‫وضع يِف الْ َق ْيْب فَ يقرياطَ ي‬
َ َ َ ُ‫َوَم ْن اتَّبَ َع َها َح َّىت ت‬
.(‫ُح ٍد )رواه مسلم‬ ُ ‫مثْ ُل أ‬
‫ي‬

“Dari Abu Hurairah [diriwayatkan] dari Nabi saw. beliau bersabda: Siapa saja
yang menshalatkan jenazah, maka baginya pahala satu qirath dan siapa yang
mengantarnya hingga jenazah itu diletakkan di liang kubur, maka baginya pahala
dua qirath. Saya bertanya: Wahai Abu Hurairah, seperti apakah qirath itu? Ia
menjawab: Yaitu seperti gunung Uhud” [HR. Muslim].

Kewajiban terhadap jenazah ini hukumnya fardhu kifayah, yaitu kewajiban


yang akan gugur apabila dikerjakan oleh sebagian umat Islam. Jika tidak ada yang
mengerjakannya, maka seluruh umat Islam menanggung dosanya.

Empat hal yang mesti dilakukan terhadap mayit oleh yang hidup adalah:

1. Memandikan;

a. Syarat dalam Memandikan Jenazah

Sebelum mengetahui tata cara memandikan jenazah beserta doanya,


perlu diketahui syarat orang yang bisa memandikan jenazah dan syarat
jenazah yang dimandikan.

1) Syarat Orang Yang Dapat Memandikan Jenazah

- Beragama Islam, baligh, berakal atau sehat mental.

- Berniat memandikan jenazah.


- Mengetahui hukum memandikan jenazah

- Amanah dan mampu menutupi aib jenazah.

2. Syarat Jenazah yang Dimandikan

- Beragama Islam

- Ada sebagian tubuhnya meski sedikit yang bisa dimandikan

- Jenazah tidak mati syahid

- Bukan bayi yang meninggal karena keguguran. ( Janin yang belum


mengeluarkan suara tangisan, ini menurut madzhab Imam Syafi’i.
Sedangkan menurut madzhab Imam Ahmad, yang tidak perlu dimandikan
adalah janin yang keguguran di bawah 4 bulan).

b.Ketentuan Memandikan Jenazah

Ada beberapa ketentuan yang harus diketahui sebelum tata cara


memandikan jenazah beserta doanya:

- Orang yang paling utama memandikan dan mengkafani jenazah laki-laki


adalah orang yang diberi wasiat, kemudian bapaknya, kakeknya, keluarga
kandungnya, keluarga terdekatnya yang laki-laki, dan istrinya.

-Orang yang paling utama memandikan dan mengkafani jenazah perempuan


adalah ibunya, neneknya, keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.

-Yang memandikan jenazah anak laki-laki boleh perempuan, sebaliknya untuk


jenazah anak perempuan boleh laki-laki yang memandikanya.

- Jika seorang perempuan meninggal, sedangkan yang masih hidup semuanya


hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami. Atau sebaliknya, seorang
laki-laki meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan
tidak mempunyai istri, jenazah tersebut tidak dimandikan tetapi cukup
ditayamumkan oleh seorang dari mereka dengan memakai sarung tangan.

Hukum ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW dalam dalam hadis Abu
Daud dan Baihaqi yang berbunyi, "Jika seorang meninggal di tempat laki-laki dan
tidak ada perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuan-
perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya, maka kedua jenazah itu
ditayamumkan, lalu dikuburkan karena kedudukannya sama seperti tidak
mendapat air." (H.R Abu Daud dan Baihaqi)

c.Peralatan Memandikan Jenazah

Ada beberapa peralatan yang dibutuhkan sebagai tata cara memandikan


jenazah beserta doanya:

- Tempat memandikan jenazah di tempat yang tertutup


- Air secukupnya
- Sabun, air yang diberi bubuk kapur barus dan wangi-wangian
- Sarung tangan untuk memandikan jenazah
- Sedikit kapas
- Potongan atau gulungan kain kecil-kecil

- Handuk dan kain basahan

Selanjutnya: Niat Memandikan

Untuk jenazah perempuan

‫ع ْن ه ِذ ِه ْال َميِتَ ِة ِللِ تَعَالَى‬


َ ‫ن ََويْتُ ْالغُ ْس َل اَدَا ًء‬

"Nawaitul ghusla ada-an ‘an hadzihil mayyitati lillahi ta’ala."

Artinya: “Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah


(perempuan) ini karena Allah Ta’ala.”

Untuk jenazah laki-laki

‫ت ِللِ تَ َعالَى‬ ْ َ‫ع ْن هذ‬


ِ ‫اال َم ِي‬ َ ‫ن ََويْتُ ْالغُ ْس َل اَدَا ًء‬

"Nawaitul ghusla ada-an ‘an hadzal mayyiti lillahi ta’ala."

Artinya: “Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah


(laki-laki) ini karena Allah Ta’ala.”

Untuk jenazah perempuan

ِ ِ ‫ع ْن ه ِذ ِه ْال َم ِيتَ ِة‬


‫لل تَ َعالَى‬ َ ‫ن ََويْتُ ْالغُ ْس َل اَدَا ًء‬
"Nawaitul ghusla ada-an ‘an hadzihil mayyitati lillahi ta’ala."

Artinya: “Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah


(perempuan) ini karena Allah Ta’ala.”

Untuk jenazah laki-laki

‫ت ِللِ تَعَالَى‬ ْ َ‫ع ْن هذ‬


ِ ِ‫اال َمي‬ َ ‫ن ََويْتُ ْالغُ ْس َل اَدَا ًء‬

"Nawaitul ghusla ada-an ‘an hadzal mayyiti lillahi ta’ala."

Artinya: “Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah


(laki-laki) ini karena Allah Ta’ala.”

. Saat akan memandikan jenazah, jangan lupa untuk menggunakan sarung

tangan karet.
• Menutup aurat jenazah menggunakan kain.
• Bersihkan tubuh jenazah. Mulai dari gigi, lubang hidung, ketika, sela-sela
jari tangan dan kaki, serta rambutnya.
• Bersihkan pula kotoran di dalam tubuh jenazah. Agar kotoran dalam perut
jenazah keluar, tekan perutnya sampai kotoran tidak keluar lagi.
• Jika sudah, siram tubuh jenazah menggunakan air sabun sampai merata
ke seluruh bagiannya.
• Bilas tubuh jenazah yang sudah disiram air sabun dengan air bersih.
Sambil membaca niat sesuai dengan jenis kelamin jenazah yang sedang
dimandikan.
• Setelah membaca niat, siram dan basuh jenazah dari kepala hingga ujung
kaki menggunakan air bersih. Siram mulai dari bagian tubuh sebelah
kanan, kemudian sebelah kiri masing-masing tiga kali.
• Miringkan jenazah ke kiri untuk membersihkan bagian lambung kanan
sampai belakang.
• Miringkan jenazah ke kanan untuk membersihkan bagian lambung kiri
sampai belakang.
• Siram jenazah menggunakan air kapur barus secara merata dari ujung
kepala hingga kaki.
• Wudukan jenazah seperti orang yang mengambil wudu sebelum salat.
• Keringkan rambut. Jika perempuan, buka sanggulnya dan keringkan
menggunakan handuk, kemudian dikepang.
• Beri wewangian yang tidak mengandung alkohol, kemudian mulai
dikafani.

Mayit disiram dengan bilangan ganjil, yaitu boleh tiga, lima kali
siraman atau lebih dari itu. Namun jika mayit disiram dengan sekali siraman
saja ke seluruh badannya, maka itu sudah dikatakan sah. Pada siraman
pertama diperintahkan diberi daun sider (bidara) dan saat ini boleh diganti
dengan air sabun. Sedangkan pada siraman terakhir diberi kapur barus.

2. Mengafani Mayit

Mengurus jenazah laki-laki dan perempuan ada sedikit perbedaan. Berikut


tata cara mengurus jenazah perempuan setelah selesai dimandikan.

a. Mayit laki-laki:

- Menyiapkan 3-5 utas tali pengikat kain kafan. Tali ini kemudian diletakan secara
vertikal di bawah kain kafan lapis pertama. Sebelumnya, kain kafan sudah dipotong
terlebih dulu sesuai dengan ukuran tubuh jenazah.
- Beri wewangian pada kain kafan lapis pertama. Lalu, bentangkan kain kafan lapis
kedua.
- Beri wewangian pada kain kafan lapis kedua. Lalu, bentangkan kain kafan lapis
ketiga.
- Beri wewangian pada kain kafan lapis ketiga. Lalu, letakan jenazah di tengah-tengah
kain kafan lapis ketiga.
- Tutup jenazah menggunakan kain kafan dari bagian kanan, kemudian yang bagian
kiri.

-Kemudian, ikat kain kafan menggunakan tali yang sudah disiapkan.

b. Mayit Perempuan
• Menyiapkan 3-5 utas tali pengikat kain kafan. Tali ini kemudian diletakan secara
vertikal di bawah kain kafan lapis pertama. Sebelumnya, kain kafan sudah
dipotong terlebih dulu sesuai dengan ukuran tubuh jenazah.
• Bentangkan dua lembar kain kafan yang sudah dipotong sesuai dengan ukuran
tubuh jenazah.
• Letakan sarung pada bagian badan, yakni antara pusar sampai lutut.
• Siapkan gamis dan kerudung untuk jenazah.
• Siapkan kapas yang sudah diberi wewangian. Letakan di anggota badan tertentu,
seperti telinga dan hidung.
• Letakan jenazah di atas kain yang sudah disiapkan.
• Pakaikan jenazah gamis, sarung dan kerudung.
• Tutup jenazah menggunakan kain kafan dari bagian kanan, kemudian yang bagian
kiri. Kemudian, ikat kain kafan menggunakan tali yang sudah disiapkan.

3. MenShalatkan/Menyolatkan Mayit

Shalat jenazah terdapat tujuh rukun:

a. Berniat (di dalam hati);


b. Berdiri bagi yang mampu;
c. Melakukan empat kali takbir (tidak ada ruku’ dan sujud);
d. Setelah takbir pertama, membaca Al Fatihah.
e. Setelah takbir kedua, membaca shalawat (minimalnya adalah allahumma
sholli ‘ala Muhammad).
f. Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk mayit. Inilah maksud inti dari
shalat jenazah.
g. Salam setelah takbir keempat.
Adapun doa yang dibacakan setelah takbir ketiga adalah sebagai
berikut:

‫ َوا ْغ يس ْلهُ يَبلْ َم ياء َوالثَّ ْل يج‬،ُ‫ َوَو ييس ْع َم ْد َخلَه‬،ُ‫ َوأَ ْك يرْم نُُزلَه‬،ُ‫ف َعْنه‬ ‫ي‬ ‫ي‬
ُ ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغف ْر لَهُ َو ْار ََحْهُ َو َعاف يه َو ْاع‬
،‫ َوأَبْ يدلْهُ َد ًارا َخ ْ ًريا يم ْن َدا يرهي‬،‫س‬ َّ ‫ض يم َن‬
‫الدنَ ي‬ َ َ‫ب اْألَبْي‬ َ ‫ت الث َّْو‬
َ ‫اَي َك َما نَقَّْي‬
َ َ‫اْلَط‬ْ ‫ َونَييق يه يم َن‬،‫َوالْ ََْبيد‬
‫ وأَعي ْذهُ يم ْن َع َذ ي‬،َ‫اْلَنَّة‬
‫اب الْ َق ْيْب و َع َذ ي‬
‫اب‬ ‫ي يي ي‬ ‫ي يي‬
َ َ ْ ُ‫ َوأ َْدخلْه‬،‫ َوَزْو ًجا َخ ْ ًريا م ْن َزْوجه‬،‫َوأ َْهالً َخ ْ ًريا م ْن أ َْهله‬
‫النَّا ير‬

Allahummaghfirla-hu warham-hu wa ‘aafi-hi wa’fu ‘an-hu wa akrim nuzula-


hu, wa wassi’ madkhola-hu, waghsil-hu bil maa-i wats tsalji wal barod wa
naqqi-hi minal khothoyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danaas,
wa abdil-hu daaron khoirom min daari-hi, wa ahlan khoirom min ahli-hi, wa
zawjan khoirom min zawji-hi, wa ad-khilkul jannata, wa a’idz-hu min ‘adzabil
qobri wa ‘adzabin naar.

“Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia
(dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat
yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es.
Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang
putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah
keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri
(atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia
ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.”

Do’a di atas berlaku untuk mayit laki-laki. Jika mayit perempuan, maka
kata –hu atau –hi diganti dengan –haa. Contoh “Allahummaghfirla-haa warham-
haa …”. Do’a di atas dibaca setelah takbir ketiga dari shalat jenazah.
Do’a khusus untuk mayit anak kecil:

ً ‫اَللَّ ُه َّم اجْ عَ ْلهُ لَنَا ف ََر‬


‫طا َو َسلَفًا َوأَجْ ًرا‬

Allahummaj’ahu lanaa farothon wa salafan wa ajron

“Ya Allah! Jadikan kematian anak ini sebagai simpanan pahala dan amal baik serta
pahala buat kami”.
Do’a setelah takbir keempat:

ُ‫اللَّ ُه َّم الَ تَحْ ِر ْمنَا أَجْ َرهُ َوالَ تَ ْفتِنَّ بَ ْعدَهُ َوا ْغفِرْ لَنا َ َولَه‬

Allahumma laa tahrimnaa ajro-hu wa laa taftinnaa ba’da-hu waghfir lanaa wa la-hu

“Ya Allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak memperoleh pahalanya dan
jangan sesatkan kami sepeninggalnya, ampunilah kami dan ampunilah dia”.
Untuk mayit perempuan, kata –hu diganti –haa.

4. Menguburkan Mayit

Mayit dikuburkan di liang lahat dengan diarahkan ke arah kiblat.

Mayit dimasukkan dalam kubur dengan mengakhirkan kepala dan dimasukkan


dengan lemah lembut. Bagi yang memasukkan ke liang lahat hendaklah
mengucapkan: Bismillah wa ‘alaa millati rosulillah (Dengan nama Allah dan di
atas ajaran Rasulullah).

Wassalam

Anda mungkin juga menyukai