134
1) Apabila seseorang telah meninggal dunia, maka yang pertama kali
dilakukan adalah memejamkan matanya dan mengatupkan mulutnya.
Rasūlullāh SAW bersabda:
128
Muslim al-Hajjaj, Shahih Muslim, Kitab al-Janaiz, bab 4 fi ighmad al-Mayyiti wa ad-du’a’i lahu idza
Hudhiro, Hadis Nomor 7/920 (Riyadh: Dar Thayyibah, 1427 H/2006 M), hlm. 409.
129
Muhammad ibn ‘Isa ibn Tsawrah at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, Kitab al-Janaiz, bab 22, (Riyadh:
Maktabah al-Ma’arif, tth), hlm. 238.
135
2) Gantilah pakaian mayat itu dengan kain basahan dan yang paling baik
adalah sarung agar tidak terbuka auratnya.
3) Setelah itu dudukanlah mayat itu di atas ranjang atau balai-balai
tempat mandinya, lalu sapulah perut mayat itu dan tekanlah sedikit
jika mayat itu tidak dalam keadaan hamil, seraya disiramkan dengan
air yang bercampur dengan harum-haruman.
4) Lalu siramlah tubuh mayat itu dan mulailah dengan anggota
wudhunya serta anggota tubuhnya yang sebelah kanan. Hal ini
berdasarkan sabda nabi:
130
Muhammad ibn Isma’il al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Kitab al-Janaiz, bab 22, (al-Qahirah: al-
Matba’ah as-Salafiyah, tth), hlm. 388.
131
Ibid., 387 Kitab al-Janaiz, bab 8
136
7) Terakhir sekali hendaklah tubuh mayat itu dikeringkan dengan
handuk, kain yang tebal atau lain sebagainya. Rasūlullāh SAW ketika
dimandikan dibungkus dengan kain Yaman (untuk mengeringkannya)
lalu dibuka kembali.
d. Orang yang berhak memandikan mayat adalah:
1) Jika mayat itu perempuan, maka yang berhak memandikannya adalah
kaum wanita, demikian sebaliknya.
2) Istri lebih berhak memandikan suaminya, dan suaminya lebih berhak
memandikan istrinya. Hal ini sesuai sabda Rasūlullāh SAW:
132
Abi Yazid al-Qazwini (Ibnu Majah), Sunan ibn Majah,Kitab al-Janaiz, bab 9 (Riyadh: Maktabah al-
Ma’arif, tth), hlm. 260.
133
Ibid., hlm.260 Kitab al-Janaiz, bab 9.
137
dan demikian pula ‘Ali bin Abi Thalib pernah memandikan jenazah istri
beliau Fatimah r.a.
3) Anak boleh memandikan kedua orangtuanya, demikian pula
sebaliknya kedua orangtua (ibu/bapak) boleh memandikan anaknya.
e. Mengkafani Jenazah
Hal-hal yang perlu disiapkan adalah sebagai berikut:
1) Siapkan kain kafan berwarna putih sesuai dengan kebutuhan. Pilihlah
kain yang bagus, bersih dan dapat menutupi seluruh tubuh. Hal ini
didasarkan kepada Hadis Nabi SAW:
ِﻴﺾ
َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ اﻟْﺒَ ُﺴﻮا ِﻣ ْﻦ ﺛِﻴَﺎﺑِ ُﻜ ْﻢ اﻟْﺒ
َ ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ
ُ َﺎل َرﺳَ َﺎل ﻗ َ َﻋ ْﻦ ﲰََُﺮةَ ﻗ
َوَﻛ ﱢﻔﻨُﻮا ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣ َْﻮﺗَﺎ ُﻛ ْﻢ
“Pakailah diantara pakaian kamu yang putih warnanya, karena itu
pakaianmu terbaik. Dan kafanilah jenazah-jenazahmu itu dengan kain
putih itu”.135 (HR. Baihaqi)
134
Ibid., hlm 261 Kitab al-Janaiz, bab 12.
135
Abi Bakr Ahmad ibn al-Husein ibn ‘Ali al-Baihaqi, Sunan al-Kubra li al-Baihaqi, Kitab al-Janaiz,
bab 50, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1424 H/2003 M), hlm. 565.
138
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ُﻛ ﱢﻔ َﻦ ِﰲ َ ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ
َ َﻋ ْﻦ ﻋَﺎﺋِ َﺸﺔَ َر ِﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ ﻋَْﻨـﻬَﺎ أَ ﱠن َرﺳ
ٌﺺ وََﻻ ِﻋﻤَﺎ َﻣﺔ
ٌ ْﺲ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻗَﻤِﻴ
َ ِﻴﺾ َﺳ ُﺤﻮﻟِﻴﱠ ٍﺔ ﻟَﻴ
ٍ َاب ﺑ ٍ ﺛ ََﻼﺛَِﺔ أَﺛْـﻮ
“Rasūlullāh SAW dikafani dalam tiga kain putih bersih dari kapas,
tanpa kemeja dan surban”.136 (HR.Bukhari).
Adapun kain kafan perempuan didasarkan kepada Hadis Nabi
SAW:
136
Al-Bukhari, op.cit., hlm. 392 Kitab al-Janaiz, bab 23.
137
Abi Dawud Sulaiman ibn al-Asy’ats as-Sijistani, Sunan Abi Dawud, Kitab al-Janaiz, bab 36 bab fi
al-Kafan al-Mar’ah, (Riyadh: Maktabah al-Ma’arif, tth), hlm. 568.
139
ْﺖ
ُ ِﱏ َِﲰﻌ َﺎﱃ ِﰱ َﻛ َﻔ ٍﻦ ﻓَﺈ ﱢَ ﻻَ ﻳـُﻐ: َﺎل
َ ِﺐ َر ِﺿ َﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋْﻨﻪُ ﻗ
ٍ َﻋ ْﻦ َﻋﻠِ ﱢﻰ ﺑْ ِﻦ أَِﰉ ﻃَﺎﻟ
ُ» ﻻَ ﺗَـﻐَﺎﻟُﻮا ِﰱ اﻟْ َﻜ َﻔ ِﻦ ﻓَِﺈﻧﱠﻪ: ُﻮل ُ ﻳـَﻘ-ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ- ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ َ َرﺳ
.« َﺐ َﺳ ْﻠﺒًﺎ َﺳﺮِﻳﻌًﺎ
ُ ﻳُ ْﺴﻠ
“Janganlah kamu berlebih-lebihan dalam memilih kain kafan karena ia
akan lekas rusak (hancur)”.138 (HR. Abu Dawud).
4) Mengkafani orang yang meninggal dalam keadaan ihram
Jika seseorang meninggal dunia dalam keadaan sedang berihram,
maka ia dimandikan seperti orang lainnya (yang tidak berihram). Ia
dikafani dengan kain ihramnya itu, tetapi kepalanya tidak ditutup dan
tidak diberi wangi-wangian, karena masih berlaku baginya ketentuan
hukum orang yang sedang berihram. Hal ini berdasarkan kepada
Hadis Nabi SAW:
138
Ibid., hlm. 567 bab 35 al-Karahiyah al-Maghalatin fi al-Kafan
139
Abi ‘Abd ar-Rahman Ahmad ibn Syu’aib ibn ‘Ali (An-Nasaiy), Sunan an-Nasa’iy, Kitab al-Janaiz,
bab 41 Kaifa yukaffanu al-Muhrimu idza mata?, (Riyadh: Maktabah al-Ma’arif, tth), hlm. 306.
140
Cara Mengkafani Jenazah
1) Jenazah Laki-laki
a) Siapkan tempat yang akan dipakai meletakkan jenazah
b) Letakkan tali jenazah pada 5 posisi, yaitu: ujung kepala, dada,
perut, lutut dan ujung kaki.
c) Bentangkan kain kafan yang telah disiapkan sejumlah 3 lembar
d) Letakkan celana dalam/cawat yang telah disiapkan dan di atas kain
cawat itu diberi kapas lipat secukupnya.
e) Taburilah kain kafan itu dengan serbuk kapur barus
f) Letakkan jenazah dalam keadaan masih tertutup dengan hati-hati,
pelan-pelan hingga benar-benar pas dalam posisi yang benar,
kemudian dibuka tutupnya.
g) Taburi badannya dengan serbuk kapur barus.
h) Tutuplah tujuh lubang, yaitu: 2 mata, 2 telinga, 2 lubang hidung dan
1 pusar, dengan kapas yang telah ditaburi serbuk kapur barus.
i) Tutupkan lembaran kapas yang telah ditaburi serbuk kapur barus
pada: wajah muka, leher kanan dan kiri, ketiak kanan dan kiri,
lengan siku kanan dan kiri, di bawah dan atas pergelangan tangan,
kedua lingkaran lutut, kedua lubang bawah dan kedua pergelangan
kaki.
j) Pakaikan celana dalam/cawat dengan rapi.
k) Sedekapkan tangannya dengan posisi tangan kanan di atas tangan
kiri dan sela-selai jari-jarinya dengan kapas.
l) Bungkuskan kain kafan dari arah kiri jenazah ke kanan, kemudian
dari arah kanan ke kiri, hingga tertutup rapat dan rapi seluruh
tubuhnya.
m)Ikatkanlah tali-tali yang telah diposisikan dengan tali hidup.
n) Tutuplah jenazah dengan kain lurup yang telah disediakan.
2) Jenazah Perempuan
a) Siapkan tempat yang akan dipakai meletakkan jenazah.
b) Letakkan tali jenazah pada 5 posisi, yaitu: ujung kepala, dada,
perut, lutut, dan ujung kaki.
c) Bentangkan kain kafan yang telah disiapkan sejumlah dua lembar.
141
d) Letakkan mukena/kerudung pada posisinya.
e) Letakkan baju jenazah pada posisinya
f) Letakkan celana dalam/cawat yang telah disiapkan dan di atas kain
cawat itu diberi kapas lipat secukupnya.
g) Taburilah kain kafan itu dengan serbuk kapur barus
h) Letakkan jenazah dalam keadaan masih tertutup dengan hati-hati,
pelan-pelan, sehingga benar-benar pas dalam posisi yang benar,
kemudian dibuka tutupnya.
i) Taburi badannya dengan serbuk kapur barus.
j) Tutuplah tujuh lubang, yaitu: 2 mata, 2 telinga, 2 lubang hidung,
dan 1 pusar, dengan kapas yang telah ditaburi serbuk kapur barus.
k) Tutupkan lembaran kapas yang telah ditaburi serbuk kapur barus
pada: wajah muka, leher kanan dan kiri, ketiak kanan dan kiri,
lengan siku kanan dan kiri, di bawah dan atas pergelangan tangan,
kedua lingkaran lutut, kedua lubang bawah dan kedua pergelangan
kaki.
l) Pakailah celana dalam/cawat dengan rapi
m)Pakaikan mukena/kerudung dengan rapi
n) Pakaikan baju jenazah dengan rapi
o) Pakaikan kain basahan dengan rapi
p) Sedekapkan tangannya, dengan posisi tangan kanan di atas
tangan kiri, dan sela-selai jari-jarinya dengan kapas.
q) Bungkuskan kain kafan dari arah kiri jenazah ke kanan, kemudian
dari arah kanan ke kiri, hingga tertutup rapat dan rapi seluruh
tubuhnya.
r) Ikatkanlah tali-tali yang telah diposisikan dengan tali hidup
s) Tutuplah jenazah dengan kain lurup yang telah disediakan.140
f. Menshalatkan Jenazah
Setelah mayat dimandikan, kemudian dikafankan dengan baik, maka
wajib kifayah bagi umat Islam untuk menshalatkan saudaranya sesama
muslim.
140
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Tuntunan Merawat Jenazah, (Yogyakarta: Surya Sarana
Grafika, 2011), hlm. 17-23
142
1) Dasar Hukumnya
141
At-Tirmidzi, op.cit., hlm. 253 Kitab al-Janaiz, bab 70 Ma Ja’a fi ash-Sholah ‘ala al-Madyuni.
142
Al-Bukhari, op.cit., hlm. 409 Kitab al-Janaiz, bab 64 at-Takbir ‘ala al-Janazati arba’an
143
c) Empat kali takbir
d) Membaca al-Fatihah secara sir
e) Membaca shalawat Nabi secara sir
f) Berdo’a
g) Memberi salam
Hal ini didasarkan kepada Hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi
dari asy-Syafii dari Abu Umamah bin Sahl yaitu:
ﱯ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ْﻞ أﻧﻪُ أﺧﱪﻩ رﺟﻞٌ ﻣﻦ أﺻﺤﺎب اﻟﻨ ﱠ ٍ أﺑﻮ أُﻣَﺎ َﻣﺔَ ﺑ ُﻦ َﺳﻬ-
وﺳﻠﻢ أن اﻟ ﱡﺴﻨﱠﺔَ ﰲ اﻟﺼﻼة ﻋﻠﻰ اﳉَﻨَﺎزة أن ﻳُ َﻜﺒﱢـَﺮ اﻹﻣﺎ ُم ﰒ ﻳﻘﺮأ ﺑﻔﺎﲢﺔ
ﱯ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﱠﻪاﻟﻜﺘﺎب ﺑﻌ َﺪ اﻟﺘﻜﺒ َﲑةِ اﻷوﱃ ﻳﻘﺮَأ ِﺳﺮا ﰲ ﻧﻔﺴ ِﻪ ﰒ ﻳُﺼﻠﻲ ﻋﻠﻰ اﻟﻨ ﱠ
وﳜﻠﺺ اﻟﺪﻋﺎء ﻟﻠﺠﻨﺎزة ﰲ اﻟﺘﻜﺒﲑات ﻻ ﻳـَ ْﻘَﺮأُ ﰲ ﺷﺊ ﻣﻨﻬﻦ ﰒ ُ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ
ﻳُ َﺴﻠﱢ ُﻢ ِﺳﺮا ﰲ ﻧﻔﺴﻪ
“Bahwa menurut sunnah dalam shalat jenazah itu hendaklah imam
bertakbir, kemudian setelah takbir pertama itu hendaklah ia membaca
al-Fatihah secara sir lalu membaca shalawat atas Nabi SAW, dan
setelah itu pada takbir-takbir berikutnya hendaklah dia membaca do’a
bagi jenazah dan tanpa membaca apa-apa lagi, kemudian memberi
salam secara sir pada dirinya”.143 (HR. Al-Baihaqi)
143
Al-Baihaqi, op.cit., hlm. 64 Kitab al-Janaiz, bab 118 bab al-qiroah fi as-Shalah al-Janazah
144
wanita, maka dishalatkannya dengan berdiri dekat pinggangnya….”144
(HR.Ibnu Majah)
144
Ibnu Majah, op.cit., hlm. 264 Kitab al-Janaiz, bab 21 Ma Ja’a fi aina yaqumu al-Imam idza Sholla
‘ala al-Janazah? Hadis Nomor 1494.
145
َآل
ِ ْﺖ َﻋﻠَﻰ إِﺑْـﺮَاﻫِﻴ َﻢ و
َ ﺻﻠﱠﻴ
َ ﺻ ﱢﻞ ﻋَﻠَﻰ ﳏَُ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋﻠَﻰ ِآل ﳏَُ ﱠﻤ ٍﺪ َﻛﻤَﺎ
َ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ
َآل
ِ ْﺖ َﻋﻠَﻰ إِﺑْـﺮَاﻫِﻴ َﻢ و
َ َآل ﳏَُ ﱠﻤ ٍﺪ َﻛﻤَﺎ ﺑَﺎ َرﻛ
ِ إِﺑْـﺮَاﻫِﻴ َﻢ َو ﺑَﺎرِْك َﻋﻠَﻰ ﳏَُ ﱠﻤ ٍﺪ و
ﱠﻚ ﲪَِﻴ ٌﺪ ﳎَِﻴ ٌﺪ
َ إِﺑْـﺮَاﻫِﻴ َﻢ إِﻧ
Ya Allah, limpahkanlah rahmat-Mu atas Muhammad dan
keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan kepada
Ibrahim dan keluarganya. Dan berkahilah Muhammad dan
keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberkahi Ibrahim dan
keluarganya. Sesungguhnya Engkaulah Maha Terpuji dan Maha
Mulia”
ُْﺴ ْﻠﻪِ ْﻒ َﻋْﻨﻪُ َوﻋَﺎﻓِ ِﻪ َوأَ ْﻛ ِﺮْم ﻧـُُﺰﻟَﻪُ وََو ﱢﺳ ْﻊ ُﻣ ْﺪ َﺧﻠَﻪُ وَاﻏ ُ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ا ْﻏﻔِْﺮ ﻟَﻪُ وَارْﲪَْﻪُ وَاﻋ
َﺲِ ﺾ ِﻣ ْﻦ اﻟ ﱠﺪﻧ ُ َْب ْاﻷَﺑْـﻴُ ْﺞ َوﺑـََﺮٍد َوﻧـَ ﱢﻘ ِﻪ ِﻣ ْﻦ اﳋَْﻄَﺎﻳَﺎ َﻛﻤَﺎ ﻳـُﻨَـﻘﱠﻰ اﻟﺜـﱠﻮ ٍ ﲟَِﺎ ٍء َوﺛـَﻠ
ْﻼ َﺧْﻴـﺮًا ِﻣ ْﻦ أَ ْﻫﻠِ ِﻪ َوزَْوﺟًﺎ َﺧْﻴـﺮًا ِﻣ ْﻦ زَْوِﺟ ِﻪ َوﻗِ ِﻪ ً َوأَﺑْ ِﺪﻟْﻪُ دَارًا َﺧْﻴـﺮًا ِﻣ ْﻦ دَا ِرﻩِ َوأَﻫ
َاب اﻟﻨﱠﺎر
َ َﱪ َو َﻋﺬ ِْ ﻓِْﺘـﻨَﺔَ اﻟْﻘ
”Ya Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, maafkanlah dia,
selamatkan dia, muliakan dia, lapangkan tempatnya, dan
bersihkanlah dia dengan air, air salju dan air embun. Sucikanlah dia
dari dosa sebagaimana kain putih yang disucikan dari noda. Dan
gantilah rumahnya dengan tempat yang lebih baik lagi, demikian
juga keluarganya dan pasangannya yang lebih baik dan peliharalah
dia dari bencana kubur dan siksa neraka”.
ﺻﻐِ ِﲑﻧَﺎ َوَﻛﺒِ ِﲑﻧَﺎ َوذَ َﻛ ِﺮﻧَﺎ َوأُﻧْـﺜَﺎﻧَﺎ َوﺷَﺎ ِﻫ ِﺪﻧَﺎ َوﻏَﺎﺋِﺒِﻨَﺎ
َ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ا ْﻏﻔِْﺮ ﳊَِﻴﱢـﻨَﺎ َوَﻣﻴﱢﺘِﻨَﺎ َو
اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َﻣ ْﻦ أَ ْﺣﻴَـﻴْﺘَﻪُ ِﻣﻨﱠﺎ ﻓَﺄَ ْﺣﻴِ ِﻪ َﻋﻠَﻰ ا ِﻹﳝَﺎ ِن َوَﻣ ْﻦ ﺗَـ َﻮﻓﱠـْﻴﺘَﻪُ ِﻣﻨﱠﺎ ﻓَـﺘَـ َﻮﻓﱠﻪُ َﻋﻠَﻰ
ُﻀﻠﱠﻨَﺎ ﺑـَ ْﻌ َﺪﻩ
ِ ُا ِﻹ ْﺳﻼَِم اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ﻻَ َْﲢ ِﺮْﻣﻨَﺎ أَ ْﺟَﺮﻩُ َوﻻَ ﺗ
”Ya Allah, berilah keampunan bagi kami, baik yang hidup maupun
yang mati, yang kecil maupun yang besar, laki-laki atau
perempuan, yang hadir maupun yang ghaib (sedang bepergian). Ya
Allah, siapa yang Engkau hidupkan dari kami, hidupkanlah dia
146
dalam iman dan siapa yang Engkau wafatkan dari kami,
wafatkanlah dia dalam Islam. Ya Allah, janganlah terhalang kami
dari pahalanya dan janganlah kami disesatkan sepeninggalnya”.
145
Al-Bukhari, op.cit., hlm. 405 Kitab al-Janaiz, bab 51 as-Sur’ah bi al-Janazah
147
kehendaki. Bagi orang yang tidak ikut mengantarkan jenazah itu, bila
menyaksikan jenazah diusung dihadapannya, hendaklah berdiri.
Sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa anjuran untuk berdiri ini
sudah mansukh, sebagian lagi ada yang mengatakan boleh berdiri dan
boleh pula duduk di waktu jenazah berlalu.
146
Abu Daud, op.cit., hlm. 582 Kitab al-Janaiz, bab 83 Ma yaqulu idza marro bi al-qubur.
148
kubur untuk meletakkan jenazah itu. Dan dianjurkan pula bahwa orang
yang turun meletakkannya adalah orang yang tidak menggauli istrinya
pada malam hari sebelumnya. Kemudian pada waktu meletakkannya
hendaklah membaca:
) ٢٤ / ٩) - ﺳﻨﻦ أﰉ داود
ي َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ِﻫﺸَﺎ ٌم َﻋ ْﻦ ﻋَْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ِﻦ َِﲝ ٍﲑ ﻋَ ْﻦ ﻫَﺎﻧِ ٍﺊ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ إِﺑْـﺮَاﻫِﻴ ُﻢ ﺑْ ُﻦ ﻣُﻮﺳَﻰ اﻟﺮﱠا ِز ﱡ
َﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ إِذَا ﻓَـَﺮغ
َ ﱠﱯ
َﺎل ﻛَﺎ َن اﻟﻨِ ﱡ َ ﻣَﻮَْﱃ ﻋُﺜْﻤَﺎ َن َﻋ ْﻦ ﻋُﺜْﻤَﺎ َن ﺑْ ِﻦ َﻋﻔﱠﺎ َن ﻗ
ُِﻴﺖ ﻓَِﺈﻧﱠﻪِ َِﺧﻴ ُﻜ ْﻢ َو َﺳﻠُﻮا ﻟَﻪُ ﺑِﺎﻟﺘﱠﺜْﺒ
ِ َﺎل ا ْﺳﺘَـ ْﻐ ِﻔُﺮوا ﻷ
َ َﻒ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ﻓَـﻘ
َ ﱢﺖ َوﻗ ِ ِﻣ ْﻦ َدﻓْ ِﻦ اﻟْ َﻤﻴ
ْاﻵ َن ﻳُ ْﺴﺄ َُل
”Mintakanlah ampun bagi saudaramu ini dan mohonkan ketetapan
baginya, karena sekarang ditanya”.147 (HR. Abu Daud)
Apabila musibah menimpa dari seseorang, maka tidak ada ucapan yang
pantas diucapkan selain ”Innā lillāhi wa inna ilaihi raji’ūn” (Al-
Baqarah/2:156). Dalam Hadis Rasūlullāh SAW disebutkan:
147
Abu Daud, op.cit., hlm. 579-580 Kitab al-Janaiz, bab 73, al-Istighfar ‘inda al-qabri li al-mayyit
149
)٤٧٥ / ٤) - ﺻﺤﻴﺢ ﻣﺴﻠﻢ
ُﻮل ﻣَﺎ ِﻣ ْﻦ
ُ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ ﻋَﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳـَﻘ َ ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ
َ ْﺖ َرﺳ ُ َﺖ َِﲰﻌ ْ َﻋ ْﻦ أُﱢم َﺳﻠَ َﻤﺔَ أَﻧـﱠﻬَﺎ ﻗَﺎﻟ
َاﺟﻌُﻮ َن} اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ أْﺟُﺮِْﱐ
ِ ُﻮل ﻣَﺎ أََﻣَﺮﻩُ اﻟﻠﱠﻪُ {إِﻧﱠﺎ ﻟِﻠﱠ ِﻪ َوإِﻧﱠﺎ إِﻟَْﻴ ِﻪ ر
ُ ُﻣ ْﺴﻠِ ٍﻢ ﺗُﺼِﻴﺒُﻪُ ُﻣﺼِﻴﺒَﺔٌ ﻓَـﻴَـﻘ
َﻒ اﻟﻠﱠﻪُ ﻟَﻪُ َﺧْﻴـﺮًا ِﻣْﻨـﻬَﺎ َ ِﻒ ِﱄ َﺧْﻴـﺮًا ِﻣْﻨـﻬَﺎ إﱠِﻻ أَ ْﺧﻠ ْ ِﰲ ُﻣﺼِﻴﺒ َِﱵ َوأَ ْﺧﻠ
”Bila seorang hamba terkena musibah lalu berkata: ”Sesungguhnya kita
semua dari Allah dan kelak akan kembali kepada-Nya, Ya Allah
berikanlah untukku dari malapetaka ini dan perbaikanlah nasibku setelah
malapetaka ini, niscaya Allah akan memberikan pahala dan ganti
kebaikan kepadanya”.148 (HR. Muslim)
148
Muslim, op.cit., hlm. 408 Kitab al-Janaiz bab 2 Ma yuqolu ‘inda al-mushibah Hadis Nomor 918.
149
Abu Daud, op.cit., hlm. 565. Kitab al-Janaiz, bab 30 fi sun’ati ath-Tha’am li ahli al-mayyit
150
Dialah yang menentukan ajalnya, maka suruhlah dia bersabar karena
tunduk pada perintah dan kekuasaan Allah”.
151