Anda di halaman 1dari 66

DEMOKRASI ADALAH SEBUAH PILIHAN

CARA HIDUP BERBANGSA DAN


BERNEGARA, BAGAIMANA DEMOKRASI
PANCASILA DAN PROYEKSINYA
PERKEMBANGAN DI MASA YANG AKAN
DATANG
Istilah demokrasi berasal dari Bahasa
Yunani,yaitu ‘’Demos’’ yang berarti rakyat atau
‘’Kratos’’ berarti pemerintah. Jadi demokrasi
APA ITU berarti pemerintahan rakyat.

DEMOKRASI? Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme


system pemerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat
(kekuasaan warganegara) atas negara untuk
dijalankan oleh pemerintah negara tersebut
PENGERTIAN DEMOKRASI PANCASILA

Demokrasi Pancasila merupakan


demokrasi konstitusional dengan
mekanisme kedaulatan rakyat dalam
penyelenggara negaradann penyelenggara
pemerintahan berdasarkan konstitusi yaitu
Undang-Undang Dasar 1945
ARTI DEMOKRASI PANCASILA
• Demokrasi pancasila adalah demokrasi atau kedaulatan rakyat yang
didasari dan dijiwai oleh segenap silapancasila secaraintegratif
• Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan
kekeluargaan dan kegotong royongan yang ditujukan
kepadakesejahteraan rakyat.
• Dalam demokrasi pancasila sistem pengorganisasian negaradilakukan
oleh rakyat sendiri atau dengan persetujuan rakyat.
• Dalam demokrasi pancasila, kebebasan individu tidak bersifat mutlak,
tetapi harus diselaraskan dengan tanggungjawab sosial.
• Dalam demokrasi pancasila keuniversalan cita-2 demokrasi dipadukan
dengan cita-2 hidup bangsa indonesia yang dijiwaioleh
semangatkekeluargaan (tidak ada "dominasi mayoritas").
 Penyelenggaraan pemerintahan berjalan sesuai dengan
konstitusi
 Dilakukan kegiatan Pemilihan Umum (Pemilu) secara
berkesinambungan
 Menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dan melindungi hak
masyarakat minoritas
 Proses demokrasi dapat menjadi ajang kompetisi berbagai
ide dan cara menyelesaikan masalah
 Ide-ide yang paling baik bagi Indonesia akan diterima, dan
bukan berdasarkan suara terbanyak.
ASPEK-ASPEK
DEMOKRASI PANCASILA

- ASPEK FORMAL
- ASPEK MATERIL
- ASPEK NORMATIF
- ASPEK OTATIF (TUJUAN)
- ASPEK ORGANISASI
- ASPEK KEJIWAAN
LANDASAN POKOK SISTEM PEMERINTAHAN
DEMOKRASI PANCASILA

Majelis Permusyawaratan
Indonesia negara yang Rakyat memegang
berdasarkan hukum kekuasaan negara
tertinggi

Presiden adalah
Indonesia menganut
penyelenggara pemerintahan
system konstitusional
yang tertinggi di bawah
Majelis Permusyawaratan
Rakyat
LANDASAN POKOK SISTEM PEMERINTAHAN
DEMOKRASI PANCASILA

Pengawasan Dewan
Perwakilan Rakyat

Kekuasaan kepala Negara


Menteri negara adalah tidak terbatas
pembantu presiden,Menteri
negara tidak bertanggung
jawab kepada Dewan
Perwakilan Rakyat
DEMOKRASI DI INDONESIA

 Periode 1945-1949 dengan system demokrasi liberal


 Periode 1949-1959 dengan system demokrasi parlementer
 Periode 1959-1965 dengan system demokrasi terpimpin
 Periode 1965-1998 dengan system demokrasi Pancasila
era orde baru
 Periode 1998-sekarang dengan system demokrasi
Pancasila era reformasi
FUNGSI & TUJUAN DEMOKRASI
PANCASILA
TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI
IDEOLOGI NEGARA
Menurut penjelasan di Jurnal Office 2(2), berikut beberapa tantangan terhadap ideologi
Pancasila dari faktor internal maupun eksternal.
● Faktor Internal Pergantian rezim yang berkuasa melahirkan kebijakan politik yang
berorientasi pada kepentingan kelompok atau partai, sehingga ideologi Pancasila
sering diabaikan. Penyalahgunaan kekuasaan seperti korupsi, mengakibatkan
kepercayaan masyarakat kepada rezim yang berkuasa menurun. Hal ini bisa
mempengaruhi kepercayaan terhadap ideologi negara.
● Faktor Eksternal Pertarungan ideologi antar negara super power antara Amerika
Serikat dan Uni Soviet di tahun 1945-1990 yang berakhir pada bubarnya negara Soviet
sehingga Amerika menjadi negara super power satu-satunya. Menguatnya isu
kebudayaan global yang ditandai dengan masuknya ideologi asing dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, sebagai akibat dari keterbukaan informasi. Kebutuhan
dunia semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kemajuan
ideologi, sehingga terjadi eksploitasi sumber daya alam secara masif. Tentu saja
kondisi tersebut bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan dan memicu bencana
alam seperti banjir, dan kebakaran hutan.
PROYEKSI DEMOKRASI PANCASILA

Baik di masa kini maupun nanti di masa depan, proyeksi Demokrasi Pancasila harus menjadi sebuah
sistem pemerintahan yang berdasarkan kepada sila-sila yang terkandung dalam Pancasila.Demokrasi
Pancasila harus menjadi sistem pemerintahan yang berbasis kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Demokrasi pancasila harus ber-Ketuhanan yang Maha
Esa, berperikemanusiaan yang adil dan beradab, yang tujuannya untuk mempersatukan Indonesia demi
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Sebagai contoh:
1. Pemilihan Umum Kepala daerah Lahirnya PILKADA langsung layaknya pemilihan presiden dan wakil
presiden secara langsung di tahun 2004. Sebelum tahun 2005 kepala daerah dan wakilnya dipilih oleh
DPRD. Sejak berlakunya UU Nomor 32 tahun 2004 dan dengan diberlakukannya Undang Undang Nomor 22
Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, pilka da dimasukkan dalam bursa pemilu, sehingga
secara resmi bernama Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat
Pemilukada.2. Pemilu SerentakBelum lama ini, pada tahun 2018 dan 2019 dilaksanakan pemilukada
serentak di beberapa provinsi di Indonesia. Hal ini menjadi babak baru sebab berbeda dengan mekanisme
sebelumnya. Penyelenggaraan pemiluka da dilakukan secara serentak di beberapa provinsi dan
kabupaten/kota dengan berdasarkan pada UU Nomor 10 tahun 2016 dan pemilu secara serentak antara
Pemilihan Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dengan berasasrkan UU Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilu.
Di masa depan nanti, Demokrasi Pancasila harus menjadi sebuah sistem pemerintahan
yang senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan aspirasi, pemikiran, dan
akselerasi dari masyarakatnya. Demokrasi pancasila harus menjadi sebuah sistem
pemerintahan yang condong kepada kepentingan rakyat. Sebab demokrasi pancasila
adalah 'dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Hal itu bisa diimplementasikan
dalam pesta demokrasi yang berjalan tanpa manipulasi dan hal-hal lain seperti
kecurangan, politik uang dan politisasi sara, hingga black campaign. Namun demokrasi
harus menjunjung asas jujur dan adil. Jika itu terjadi barulah dapat dikatakan bahwa
demokrasi kita sesuai dengan kehendak rakyat. Jalan demokrasi sudah dipilih, maka
yang realistis adalah terus memperbaiki proses penyelenggaraan pemilu guna
menyongsong pemilu yang bersih dan berintegritas. Maka, demokrasi Pancasila tentu
bukan hal yang final dan selesai, karena tuntutan zaman serta konteks sosiologis-budaya
masyarakat Indonesia menuntut untuk melakukan perbaikan kepada arah demokrasi
yang lebih baik.
TERIMA KASIH
DEMOKRASI ADALAH SEBUAH PILIHAN CARA HIDUP BERBANGSA
DAN BERNEGARA, BAGAIMANA DEMOKRASI PANCASILA DAN
PROYEKSINYA PERKEMBANGAN DI MASA YANG AKAN DATANG

KELOMPOK 2:
1. IRVA RIZKY TIANA PRATIWI (2103100008)
2. PERTIWI (2103100011)
3. TIARA NANDA UTAMI (2103100013)
4. AISYAH ANINDYA PUTRI (2103100014)
5. FARDHAN (2103100015)
6. SELVI ANGRIANI CANIAGO (2103100016)
7. AIDIL PRAMUDA IMMAWAN (2103100039)
8. KURNIA CAHAYA (2103100048)
9. DEBI WAHYUNI PUTRI (2103100051)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
TAHUN 2022
1

LATAR BELAKANG
1. Pengertian Demokrasi
Demokrasi bukan merupakan suatu istilah asing bagi semua orang
Hampir semua negara di dunia dewasa ini menamakan dirinya sebagai
negara demokrasi. Hal ini menunjukkan bahwa gagasan demokrasi saat ini
semakin mendunia dan diakui sebagai bentuk pemerintahan yang lebih
bagus dibandingkan dengan sejumlah bentuk pemerintahan yang lain.
Namun demikian, pelaksanaan demokrasi di suatu negara tidak akan sama
dengan di negara lain. Sebab ada sejumlah faktor yang memengaruhi
pelaksanaan demokrasi di suatu negara, seperti; ideologi, latar belakang
sejarah, kondisi sosial budaya, tingkat kemajuan ekonomi, dan sebagainya.
Secara etimologi (bahasa), demokrasi berasal dari Bahasa Yunani,
yakni demos yang berarti rakyat dan cratos/cratein yang berarti
pemerintahan atau kekuasaan, sehingga secara bahasa demokrasi adalah
pemerintahan 12 rakyat atau kekuasaan rakyat. Konsep pemerintahan
rakyat mengandung tiga pengertian berikut:
a. Pemerintahan dari rakyat (government of the people), yang
berhubungan dengan pemerintah yang sah (dapat pengakuan dan
dukungan rakyat) dan tidak sah.
b. Pemerintahan oleh rakyat (government by the people), di mana
kekuasaan yang dijalankan atas nama dan dalam pengawasan
rakyat. Pemerintahan untuk rakyat (government for the people),
dimana kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah
dijalankan untuk kepentingan rakyat.
Secara terminologi (istilah), pada hakikatnya demokrasi merupakan
suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik di mana
individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara
memperjuangkan kompetisi atas suara rakyat (Schumpeter, 1950). Selain
itu, demokrasi juga dapat diartikan dengan bentuk pemerintahan di mana
keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung
didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari
rakyat dewasa (Hook, 1995). Lebih lanjut, demokrasi juga diartikan dengan
pemerintahan oleh rakyat, di mana kekuasaan tertinggi berada di tangan
rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang
mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas (Ravietch, 1991: 4).
Demokrasi merupakan konsep yang abstrak dan universal.
Demokrasi itu telah diterapkan di banyak negara dalam berbagai bentuk,
sehingga melahirkan berbagai sebutan tentang demokrasi, seperti
demokrasi konstitusional, demokrasi rakyat, demokrasi terpimpin,
demokrasi liberal, dan sebagainya. Namun, demikian pada dasarnya
demokrasi itu dapat dibedakan atas dua aliran, yaitu (Miriam Budiardjo,
1986: 55):
a. Demokrasi konstitusional, adalah demokrasi yang berawal dari
gagasan bahwa pemerintah yang demokratis adalah pemerintah
yang terbatas kekuasaannya dan tidak bertindak sewenang-wenang
terhadap warga negaranya. Pembatasan-pembatasan atas
2

kekuasaan pemerintah tersebut tercantum dalam konstitusi. Oleh


karena itu, pemerintahan ini sering disebut dengan pemerintahan
berdasarkan konstitusi. Demokrasi konstitusional banyak diterapkan
di berbagai negara dengan berbagai variasi, misalnya dengan nama
demokrasi liberal yang banyak diterapkan di negara-negara Barat.
Demokrasi Pancasila yang diterapkan di Indonesia dapat juga
dikategorikan ke dalam tipe demokrasi konstitusional.
b. Demokrasi proletar/demokrasi rakyat, merupakan tipe demokrasi
yang lebih mendasarkan diri pada ideologi Komunisme. Tipe
demokrasi ini banyak dianut oleh negara-negara komunis di Eropa
Timur, juga di Republik Rakyat China dan Korea Utara di Asia.
Oleh para pendukung demokrasi konstitusional, tipe demokrasi
proletar/demokrasi rakyat ini dianggap tidak demokratis. Sebab, menurut
peristilahan komunis, demokrasi rakyat adalah bentuk khusus demokrasi
yang memenuhi fungsi diktatur proletariat, dimana kaum proletar (kelas
buruh) yang memegang kekuasaan politik, sementara dalam konsep
demokrasi, seluruh rakyat tanpa kecuali ikut serta dalam proses
pengambilan kebijakan untuk kesejahteraan bersama.
Demokrasi yang banyak dipraktikkan sekarang ini adalah demokrasi
konstitusional dimana ciri khasnya adalah pemerintah yang terbatas
kekuasaannya oleh konstitusi (UUD) dan tidak dibenarkan bertindak
sewenang-wenang terhadap warga negaranya. Pembatasan-pembatasan
atas kekuasaan pemerintah ini tercantum dalam konstitusi (Miriam
Budiardjo, 1986: 52) atau dalam peraturan perundangan lainnya.
Demokrasikonstitusional ini sering juga disebut dengan demokrasi di bawah
system rule of law.
Demokrasi tidak hanya merupakan suatu sistem pemerintahan,
tetapi juga suatu gaya hidup serta tata masyarakat tertentu, yang karenanya
juga mengandung unsur-unsur moral. Selanjutnya, demokrasi semakin
berkembang dan melingkupi berbagai aspek, seperti; ekonomi, pendidikan,
pengajaran, organisasi, dan sebagainya. Organisasi mahasiswa sebagai
student government dalam alam demokrasi juga harus mengindahkan nilai
nilai demokrasi. Begitu juga dalam pendidikan dan pembelajaran di kelas
dituntut untuk demokratis.
Pengambilan keputusan dalam alam demokrasi dilakukan dengan
musyawarah, mufakat, atau dengan suara terbanyak (voting). Dalam
musyawarah, setiap anggota harus memiliki kebebasan dalam
mengemukakan pendapat baik secara lisan ataupun tertulis. Kebebasan
berbicara dan berpendapat adalah "darah hidup" setiap demokrasi
(Ravietch 1991:9). Setelah musyawarah dilaksanakan, pengambilan
keputusan dapat dilakukan dengan mufakat suara bulat (musyawarah untuk
mufakat) atau dengan pemungutan suara terbanyak (voting). Prinsip utama
dalam pengambilan keputusan ini adalah bahwa keputusan harus
ditentukan oleh mayoritas anggota tanpa mengabaikan kepentingan
minoritas (Ravietch, 1991: 6).
3

Setiap keputusan yang diambil dalam musyawarah atau voting harus


didukung oleh kelompok yang semula tidak setuju atau yang kalah dalam
voting. Dalam budaya politik masyarakat Indonesia baik pada tataran
pemerintahan terendah maupun pada pemerintahan tertinggi (pusat),
prinsip demokrasi yang selalu dipakai adalah musyawarah untuk mufakat
dalam kekeluargaan.
2. Sejarah Pertumbuhan Demokrasi
Demokrasi lahir melalui proses yang sangat panjang. Demokrasi
pada hakikatnya lahir karena dilatarbelakangi oleh beberapa hal sebagai
berikut.
a. Penindasan dan eksploitasi terhadap rakyat, terutama eksploitasi
tenaga dan pikiran rakyat, sehingga rakyat hanya punya kewajiban
tanpa hak. Sebaliknya, penguasa atau pemerintah tampak seolah-
olah hanya punya hak tanpa kewajiban bar.
b. Kondisi kehidupan masyarakat seperti di atas selalu mengakibatka
timbulnya konflik dengan korban yang lebih banyak di pihak rakyat.
c. Kesejahteraan bertumpu pada para penguasa, sedangkan rakyat
dibiarkan hidup melarat tanpa jaminan masa depan.
Kondisi di atas menempatkan rakyat sebagai objek penindasan oleh
penguasa. Lama kelamaan rakyat yang tertekan ingin adanya perubahan
sehingga mengadakan pemberontakan untuk menggulingkan kekejaman
dari penguasa. Setelah itu, rakyat menciptakan suatu bentuk pemerintahan
yang langsung diawasi oleh rakyat. Inilah cikal bakal pemerintahan
demokrasi yang kemudian berkembang hingga saat ini. Jika diurutkan
secara lebih rinci, pertumbuhan dan perkembangan demokrasi dapat
diurutkan sebagai berikut:
a Demokrasi Masa Yunani Kuno
Konsep demokrasi lahir di Yunani kuno dan dipraktikkan dalam hidup
bernegara antara abad IV Sebelum Masehi hingga abad VI Masehi.
Demokrasi yang dipraktikkan pada saat itu adalah demokrasi langsung,
artinya hak rakyat untuk membuat keputusan politik dijalankan oleh seluruh
rakyat atau warga negara (yang berjumlah kurang lebih 300.000 orang).
Demokrasi langsung dapat dilaksanakan pada waktu itu karena alasan :
a. Berlangsung dalam kondisi yang sederhana
b. Wilayahnya terbatas
c. Jumlah penduduknya sedikit Kelemahan pelaksanaan demokrasi
langsung di Yunani Kuno saat itu adalah lapisan budak, pedagang
asing, perempuan, dan anak-anak tidak punya hak suara dalam
pemilihan (ecclesia).
b. Demokrasi pada Abad Pertengahan.
Gagasan demokrasi Yunani Kuno boleh dikatakan berakhir ketika
bangsa Romawi dikalahkan oleh suku Eropa Barat dan Benua Eropa pada
Abad Pertengahan (abad VI Masehi sampai abad XII Masehi yang disebut
dengan Abad Kegelapan), yang dicirikan dengan:
1. Struktur masyarakatnya yang feodal.
2. Kehidupan spiritual dikuasai oleh Paus dan pejabat agama.
4

3. Kehidupan politik ditandai oleh perebutan kekuasaan di antara para


bangsawan. Dengan demikian kehidupan sosial, politik dan agama
ditentukan oleh elit-elit masyarakat (kaum bangsawan dan
ragamawan). Selama Abad Pertengahan, perbedaan pendapat
antara kalangan gereja dan ilmuwan sering menimbulkan
pertentangan yang tak terselesaikan. Misalnya, ketika pihak gereja
berpegang pada pendapat, bahwa dunialah yang dikitari matahari
(geocentrism) dengan berbagai alasan yang lebih didasarkan pada
keimanan, Nicholaus Copernicus (1473. 1543), seorang astronom
dari Polandia, melalui observasi empirik dan perhitungan matematik
yang cermat sampai pada kesimpulan yang menyatakan, bahwa
matahari merupakan pusat yang dikitari oleh benda-benda angkasa
lainnya (heleocentrism).
Sementara gereja berpegang pada geosentrisme sebagai ajaran
resmi, maka heleosentrisme dianggap merupakan penyimpangan dan
penganutnya bisa dikenai hukuman ekskomunikasi. Seorang pendeta
Dominikan yang menganut pandangan Copernicus, Gioroano Bruno (1548-
1600), dijatuhi hukuman bakar pada tiang pancang. Nasib yang sama
dialami oleh filsuf Italia, Lucilio Vanini (1585-1619).
Ilmuwan terkemuka lainnya yang terkena hukuman berat ialah
Galileo Galilei (1564-1642). la berhasil menciptakan teleskop yang efektif
untuk melakukan pengamatan terhadap sistem galaksi. Berdasarkan
pengamatannya, ia menegaskan dukungannya terhadap heleosentrisme.
Akibatnya, Galileo Galilei dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
c. Perkembangan Demokrasi di Prancis
Di Prancis, perkembangan demokrasi dimulai pada awal abad XII
Masehi dengan bermunculan pusat-pusat belajar yang bisa dianggap
sebagai cikal-bakal perguruan tinggi. Mereka ini kemudian membentuk
sebuah perhimpunan yang disebut universitas magistrorum et schofarum.
Perhimpunan ini sangat penting artinya dalam sejarah pendidikan tinggi
karena berhasil mendapat pengukuhan statusnya yang otonom
berdasarkan dekrit pimpinan tertinggi gereja.
d. Perkembangan Demokrasi Melalui Magna Charta tahun 1215 di
Inggris
Selanjutnya, tonggak baru kemunculan demokrasi ditandai dengan
kelahiran HAM melalui Magna Charta pada abad XII Masehi di Inggris.
Magna Charta merupakan piagam yang berisi perjanjian antara beberapa
bangsawan dan Raja Jhon di Inggris yang intinya menyatakan, bahwa raja
mengakui dan menjamin beberapa hak. Hal ini terjadi akibat kecaman
terhadap monarkhi dan gereja yang pada masa itu masih sangat dominan.
Dari sini timbul gagasan membatasi kekuasaan pemerintah dan menjamin
hak-hak politik rakyat sehinggaSecara etimologis, demokrasi berarti
kedaulatan ditangan rakyat (demos dan kratos).
Sebagai konsep demokrasi berlaku umum, dan universal, namun
pada saat diterapkan dalam suatu bangsa/negara maka implementasinya
senantiasa terikat oleh kondisi obyektif negara/bangsa yang bersangkutan.
5

Oleh karena itu, demokrasi nuansanya adalah budaya bukan ideologi,


sehingga berdemokrasi bukan harus seperti yang berkembang di Barat.
Untuk Indonesia, maka demokrasinya adalah Pancasila, artinya sebagai
sistem pemerintahan, maupun sebagai way of life, merujuk pada nilai-nilai
Pancasila.
Sebagai sistem pemerintahan, demokrasi mengembangkan
transparansi, toleransi, damai, teratur dan sebagai way of life demokrasi
menjunjung nilai-nilai persamaan, kebebasan, partisipasi dalam
menentukan kebijakan negara dan kesemua ini dalam kerangka nilai-nilai
Pancasila.
Demokrasi adalah nuansanya budaya, oleh karenanya budaya Barat
yang berintikan, pada basis kesadaran identitasnya adalah monism
(individualis), sekuler,
antroposentris, yang pada gilirannya melahirkan sistem demokrasi liberal
tentu akan
berbeda dengan Indonesia (demokrasi Pancasila), dimana budayanya
berbasiskan pada kesadaran identitas monopluralisme (individu-social,
jasmani-rokhani, makhluk pribadimakhluk Tuhan), religious, theologies.
Oleh karena itu, demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang
merujuk kepada basis kesadaran identitas bangsa Indonesia, yang tidak
semata-mata rational tetapi juga religious, yang tidak hanya mementingkan
kepentingan individu melainkan juga social, yang tidak hanya bersifat
kuatitatif (mayority) melainkan juga kualitatif (kebijaksanaan wisdom).
Demokrasi adalah sarana (alat) untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat, oleh karena itu, efektivitas dan produktivitas alat tersebut akan
dipengaruhi oleh kesesuaian dengan kondisi obyektif masyarakat dimana
alat tersebut digunakan dan siapa yang menggunakan alat tersebut
(pemangku kekuasaan). Dengan kata lain demokrasi yang efektif dan
produktif memerlukan prakondisi, baik dari pendidikan, ekonomi maupun
budaya (penghargaan hak dan kewajiban). Demokrasi sangat erat dengan
hak asasi manusia, karena itu demokrasi tidak akan bernilai apa-apa tanpa
dijiwai oleh HAM.
Pemerintah menurut hukum, dijelaskan dalam UUD 1945, yaitu:
• Indonesia adalah negara berdasarkan hukum (rechtstaat) bukan
berdasarkan kekuasaan (machtstaat). Pemerintah berdasarkan
sistem konstitusi sebagai hukum dasar, tidak bersifat absolutisme
atau kekuasaan tidak terbatas.
• Kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat.
• Kekuasaan pemerintah diimbangi kekuasaan parlemen dan lembaga
lembaga hukum (sistem konstitusional).
e. Demokrasi pada masa Renaissance
Renaissance merupakan gerakan yang menghidupkan kembali
minat pada sastra dan budaya Yunani Kuno yang berupa gelombang
gelombang kebudayaan dan pemikiran yang dimulai di Italia pada abad XIII
Masehi dan mencapai puncaknya pada abad XVI Masehi. Masa
Renaissance adalah masa di mana orang mematahkan ikatan dan
6

menggantinya dengan kebebasan bertindak yang sesuai dengan yang


dipikirkan (kebebasan berpikir dan bertindak). Reformasi Gereja
f. Reformasi gereja
Reformasi gereja merupakan gerakan revolusi agama yang terjadi di
Eropa pada abad XVI Masehi yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan
dalam gereja Katolik yang hasilnya adalah Protestanisme (ajaran dari
Martin Luther yang hidup pada tahun 1483 - 1546). Reformasi dimulai pada
pintu gereja Wittenberg (31 Oktober 1517), yang kemudian segera
memancing terjadinya serangan terhadap gereja. Martin Luther memiliki
keyakinan bahwa gereja telah keliru dalam beberapa kebenaran sentral dari
ke-Kristenan yang diajarkan dalam Kitab Suci.
Salah satunya adalah doktrin tentang pembenaran oleh iman
semata. Martin Luther mulai mengajarkan, bahwa keselamatan
sepenuhnya adalah pemberian dari anugerah Allah melalui Kristus yang
diterima oleh iman. Intinya, seruan Martin Luther kepada Gereja agar
kembali kepada ajaran-ajaran Alkitab telah melahirkan tradisi baru dalam
agama Kristen. Gerakan pembaruannya juga mengakibatkan perubahan
radikal di lingkungan Gereja Katolik Roma dalam bentuk Reformasi Katolik.
Ajaran Martin Luther disambut dimana-mana dan menyulut api
pemberontakan di Jerman dan sekitarnya. Sengketa dengan gereja
berjalan lama dan menyulut perang besar selama kurang lebih tiga puluh
tahun (1618-1648), dan berakhir dengan terjadinya perjanjian Whespalia
(1648).
Perjanjian Whespalia ini ditandatangani di Westphalen, Jerman.
Perjanjian tersebut dapat dikatakan telah mensahkan suatu sistem negara
bangsa karena telah mengakui bahwa gereja dan kerajaan kerajaan tidak
dapat lagi memaksakan kehendaknya kepada negara negara bagiannya
atau wilayahnya. Bahkan dalam perjanjian ini, pimpinan tertinggi gereja -
Paus - dibatasi kekuasaannya.
Perjanjian Westphalia dianggap sebagai peristiwa penting dalam
sejarah Hukum Internasional modern. Sebabnya adalah:
1. Mengakhiri perang panjang di Eropa yang melibatkan kaum Katolik
dan Protestan yang dimulai pada tahun 1618 hingga tahun 1648,
2. Hubungan antara negara-negara di dunia dilepaskan dari persoalan
hubungan kegerejaan dan didasarkan atas kepentingan nasional
negara itu masing-masing,
3. Kemerdekaan negara Nederland (Belanda), Swiss dan negara-
negara kecil di Jerman diakui dalam Perjanjian Westphalia.
Dua kejadian terakhir (renaissance dan reformasi gereja)
mempersiapkan Eropa masuk pada Aufkalrung (abad pemikiran) dan
rasionalisme yang mendorong mereka untuk memerdekakan pikiran dari
batas-batas yang ditentukan gereja untuk mendasarkan pada pemikiran
atau akal (rasio) yang selanjutnya melahirkan berbagai macam hak bagi
manusia.
Selanjutnya, demokrasi berkembang dan tumbuh subur hingga
dewasa ini. Akan tetapi, demokrasi modern sekarang ini merupakan sifat
7

hakiki dari demokrasi tidak langsung yang dilakukan melalui asas


perwakilan. Asas perwakilan ini kemudian mendasari lahirnya lembaga
legislatif.
Bentuk Demokrasi serta Kriteria Pemerintahan Demokrasi
Secara teoretis, demokrasi yang dianut oleh negara-negara di dunia
terbagi dua, yaitu: Demokrasi langsung, yaitu paham demokrasi yang
mengikutsertakan warga negaranya dalam permusyawaratan untuk
menentukan kebijakan umum dan undang-undang. b. Demokrasi tidak
langsung, yaitu paham demokrasi yang dilaksanakan melalui sistem
perwakilan yang biasanya dilakukan melalui pemilihan umum.
Dalam hubungannya dengan implementasi ke dalam sistem
pemerintahan, demokrasi melahirkan sistem yang bermacam-macam,
seperti demokrasi dengan sistem presidensial, demokrasi dengan sistem
parlementer, dan demokrasi dengan sistem referendum. Demokrasi
dengan sistem presidensial menyejajarkan antara parlemen dan presiden
dengan memberi dua kedudukan kepada presiden, yakni sebagai kepala
negara dan kepala pemerintahan.
Demokrasi dengan sistem parlementer meletakkan pemerintah
(kepala pemerintahan) dipimpin oleh perdana menteri dan kepala negara
bisa presiden, raja, ratu, kaisar, dan sebagainya yang menjadi simbol
kedaulatan dan persatuan. Demokrasi dengan sistem referendum
meletakkan pemerintah sebagai bagian (badan pekerja) dari parlemen. Di
beberapa negara ada yang menggunakan sistem campuran antara
presidensial dan parlemen (seperti Prancis dan Indonesia).
Selain itu, dalam implementasinya demokrasi juga melahirkan
sistem demokrasi yang berdasarkan pada filosofi negara, yaitu demokrasi
perwakilan liberal dan demokrasi satu partai (komunisme). Demokrasi
perwakilan liberal mendasarkan pada suatu filsafat kenegaraan bahwa
manusia adalah makhluk individu yang bebas, sehingga kebebasan
individu dijadikan sebagai dasar fundamental dalam pelaksanaan
demokrasi. Demokrasi satu partai lazim dianut oleh negara-negara
komunis, seperti Rusia, China, Vietnam, Korea Utara, dan negara komunis
lainnya. Demokrasi ini tidak mengenal perbedaan kelas dan semua warga
negara mempunyai persamaan dalam bidang hukum dan politik.
Berdasarkan uraian di atas dapat dapat dikatakan bahwa asas
demokrasi yang digunakan oleh negara-negara di dunia memberikan
implikasi yang berbeda dalam pelaksanaannya di masing-masing negara.
Artinya, sistem pemerintahan dan/atau sistem ketatanegaraan seperti apa
yang dianut oleh suatu negara, maka asas demokrasi dapat
diimplementasikan dalam sistem yang diterapkan dalam negara yang
bersangkutan.
Pada hakikatnya, pemerintahan atau sistem politik demokratis tidak
datang, tumbuh, dan berkembang dengan sendirinya. Demokrasi bukanlah
taken for granted (warisan), demokrasi membutuhkan usaha nyata dari
setiap warga maupun penyelenggara negara untuk berperilaku sedemikian
rupa sehingga mendukung pemerintahan atau sistem politik demokrasi.
8

Perilaku demokrasi yang terkait dengan nilai-nilai demokrasi akan


membentuk kultur (budaya) demokrasi.
Sebuah negara dapat dikatakan menganut sistem pemerintahan
demokrasi jika sudah menerapkan kriteria-kriteria pemerintahan yang
demokratis. Pemerintahan demokratis menurut International Conference Of
Jurists, Bangkok, tahun 1965 adalah:
1. Supremacy of Law (Hukum di atas segala hal)
2. Equality before the Law (Persamaan di hadapan hukum)
3. Constitutional guarantee of Human Rights (Jaminan konstitusional
terhadap HAM)
4. Impartial Tribune (Peradilan yang tidak memihak) C. Civic education
(Pendidikan kewarganegaraan) Sementara itu, Hendri B. Mayo
dalam Budiardjo (1977: 62) mengemukakan beberapa nilai yang
mendasari demokrasi seperti berikut :
• Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara
melembaga;
• Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam
suatu masyarakat yang sedang berubah;
• Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur;
• Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum;
• Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman
dalam masyarakat yang tercermin dalam keanekaragaman
pendapat, kepentingan serta tingkah laku; dan f. Menjamin
tegaknya keadilan.
Selanjutnya menurut Hendri B. Mayo, perincian itu tidak berarti bahwa
setiap masyarakat demokratis menganut semua nilai yang diperinci itu,
melainkan bergantung kepada sejarah serta budaya politik masing-masing.
Demokrasi memiliki arti penting bagi masyarakat yang
menggunakannya, sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk
menentukan sendiri jalannya organisasi negara dijamin (Kaelan dan
Achmad Zubaidi, 2007:55).
3. Prinsip Demokrasi
Dalam alam demokrasi, pengambilan keputusan dilakukan dengan
cara musyawarah, mufakat, atau dengan suara terbanyak (voting). Dalam
musyawarah setiap anggota harus memiliki kebebasan mengemukakan
pendapat baik secara lisan ataupun tertulis. Kebebasan berbicara dan
berpendapat adalah darah hidup setiap demokrasi (Ravitch, 1989: 9).
Setelah musyawarah dilaksanakan, pengambilan keputusan dapat
dilakukan dengan mufakat suara bulat (musyawarah mufakat) atau dengan
pemungutan suara terbanyak (voting). Prinsip utama dalam pengambilan
keputusan ini adalah bahwa keputusan harus ditentukan oleh mayoritas
anggota tanpa mengabaikan kepentingan minoritas (Ravitch, 1989: 6).
Setiap keputusan yang diambil dalam musyawarah atau voting harus
didukung oleh kelompok yang semula tidak setuju atau yang kalah dalam
voting. Dalam budaya politik masyarakat Indonesia baik pada tataran
pemerintahan terendah maupun pada pemerintahan tertinggi (pusat),
9

prinsip demokrasi yang selalu dipakai adalah musyawarah untuk mufakat


dalam kekeluargaan (Sihombing, 1984: 12).
Toleransi, saling menghargai, dan partisipasi merupakan prinsip
penting dalam demokrasi. Nilai-nilai ini akan terlihat dalam penyusunan dan
pelaksanaan program kerja dari suatu organisasi, dalam perilaku kehidupan
sehari-hari baik dalam keluarga, sekolah, ataupun dalam masyarakat.
Pelaksanaan dari nilai-nilai ini akan melahirkan program kerja yang
aspiratif, bukan kemauan seseorang/sekelompok orang. Biasanya program
kerja yang aspiratif ini akan didukung oleh semua anggota dalam
pelaksanaannya. Bahkan Ravitch (1989: 11) menyatakan, bahwa "konsep
partisipasi juga merupakan prinsip penting dalam demokrasi karena inti
tindakan demokrasi adalah partisipasi aktif pilihan warga sendiri dalam
kehidupan umum masyarakat dan bangsa mereka".
4. Demokrasi, Pemilu, dan Partai Politik
Unsur penting demokrasi yang perlu mendapat perhatian adalah
pemilu dan partai politik. Pemilu merupakan mekanisme demokrasi untuk
memutuskan pergantian pemerintah di mana rakyat dapat menyalurkan hak
politiknya secara bebas dan aman. Selain sebagai struktur kelembagaan
politik yang anggotanya bertujuan mendapatkan kekuasaan dan kedudukan
politik, partai politik juga merupakan wadah bagi penampungan aspirasi
takyat. Peran tersebut merupakan implementasi nilai-nilai demokrasi, yakni
keterlibatan masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap
penyelenggaraan negara, Pada hakikatnya, baik-buruknya pelaksanaan
demokrasi di suatu negara sangat tergantung dari kinerja dan pelaksanaan
peranan dari alat alat demokrasi yang ada dalam negara tersebut. Alat-alat
demokrasi itu adalah:
1. Partai politik,
2. Pemilihan Umum, dan
3. Lembaga-lembaga Negara.
Penjelasannya sebagai berikut:
a. Partai politikon
Terkait dengan partai politik adalah sistem kepartaian yang berbeda
pada setiap negara, antara lain:
• Sistem satu partai (dianut oleh negara-negara komunis, seperti
Republik Rakyat China).
• Sistem dwi partai (dianut oleh negara demokrasi maju, seperti
Amerika Serikat).
• Sistem banyak partai/multi partai (dianut oleh negara berkembang.
seperti Indonesia).
Partai politik itu sendiri dalam suatu negara memiliki peran sebagai
berikut:
1. Peran sebagai wadah penyalur aspirasi politik. Dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, rakyat pasti ingin dilibatkan dalam bidang
politik. Selain itu, kebijakan-kebijakan yang diambil dan ditetapkan
oleh pemerintah tidak semuanya yang dapat diterima oleh rakyat.
Rakyat boleh menyalurkan aspirasinya, baik untuk mendukung
10

ataupun mengkritik kebijakan. Salah satu wadah untuk menyalurkan


aspirasi tersebut adalah partai politik.
2. Peran sebagai sarana sosialisasi politik Budaya politik merupakan
produk dari proses pendidikan atau sosialisasi politik dalam sebuah
masyarakat. Dengan sosialisasi politik, individu dalam negara akan
menerima norma, sistem keyakinan, dan nilai-nilai dari generasi
sebelumnya, yang dilakukan melalui berbagai tahap, dan dilakukan
oleh bermacam macam agen, seperti keluarga, saudara, teman
bermain, sekolah (mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan
tinggi), lingkungan pekerjaan, dan tentu saja media massa, seperti
radio, TV, surat kabar, majalah, dan juga internet. Proses sosialisasi
atau pendidikan politik Indonesia tidak memberikan ruang yang
cukup untuk memunculkan masyarakat madani (civil society), yaitu
suatu LED masyarakat yang mandiri, yang mampu mengisi ruang
publik sehingga mampu membatasi kekuasaan negara yang
berlebihan.
3. Peran sebagai sarana pengatur konflik Konflik atau pertentangan
mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari apa
yang biasanya dibayangkan oleh kebanyakan orang. Secara umum,
kita sering beranggapan bahwa konflik mengandung benih dan
didasarkan pada pertentangan yang bersifat kasar dan keras.
Namun sesungguhnya, dasar dari konflik berbeda-beda, yang secara
sederhana dapat dikenali tiga elemen dasar yang merupakan ciri-ciri dari
situasi konflik yaitu:
1. Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat
dalam suatu konflik;
2. Unit-unit tersebut, mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam
dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-
nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan; dan
3. Terjadi atau terdapat interaksi antara unit-unit atau bagian-bagian
yang terlibat dalam sebuah konflik. Konflik merupakan suatu tingkah
laku yang tidak selalu sama atau identik dengan emosi-emosi
tertentu yang sering dihubungkan dan/atau dikaitkan dengannya,
seperti rasa kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi pada
lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada
lingkungan yang luas yaitu masyarakat.
Pada taraf masyarakat, konflik bersumber pada perbedaan antara
nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai dan norma-norma
di mana kelompok tersebut berada Demikian pula konflik dapat bersumber
dari perbedaan-perbedaan dalam tujuan, nilai dan norma, serta minat yang
disebabkan karena adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-
sumber sosial ekonomis di dalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang
ada dalam kebudayaan-kebudayaan lain.
Dalam menjalankan peran sebagai pengatur konflik ini, partai partai
politik harus benar-benar mengakar dihati rakyat banyak, peka terhadap
bisikan hati nurani masyarakat serta peka terhadap tuntutan kebutuhan
11

rakyat. Dengan munculnya partai-partai baru tentu saja persyaratan


mengakar di hati rakyat belum bisa terpenuhi dan bahkan boleh dikatakan
masih jauh dari harapan. Sedangkan partai politik yang lama pun belum
tentu telah memiliki akar yang kuat di hati rakyat, mengingat partisipasi
politik rakyat masih lebih banyak bersifat semu. Artinya rakyat baru memiliki
partisipasi yang nyata pada saat pelaksanaan pemilihan umum, sementara
pada proses-proses pembuatan keputusan politik, dan kontrol terhadap
pelaksanaan kebijakan politik masih tergolong dalam kategori yang relatif
rendah.

b. Pemilihan Umum
Pemilihan umum memiliki 3 (tiga) fungsi penting dalam proses
berbangsa dan bernegara, yaitu sebagai berikut:
1. Rotasi kekuasaan
Dalam sebuah negara demokrasi, rotasi kekuasaan mutlak harus
ada. Seorang pemimpin selayaknya hanya memerintah dalam
periode yang dibatasi (bisa 2 kali periode saja). Banyak kalangan
yang menilai bahwa pemerintahan yang lebih dari dua kali periode
akan menjurus ke arah pemerintahan yang diktator/tirani. Banyak
contoh yang bisa disebutkan, seperti Presiden Soeharto
(Indonesia) yang memerintah lebih dari 6 kali periode (32 tahun),
Saddam Husein (Irak) yang memerintah dari tahun 1979 sampai
dengan tahun 2003 (24 tahun), dan pemerintahan yang lainnya
yang semuanya menjurus ke arah diktator.
2. Menciptakan perwakilan politik (dalam lembaga eksekutif dan
legislatif)
Pemilu bertujuan untuk memilih calon-calon wakil rakyat yang akan
memperjuangkan kesejahteraan rakyat di tingkat pusat dalam
lembaga eksekutif dan legislatif. Para calon wakil rakyat ini diusung
oleh partai politik dan diharapkan dapat menjadi ujung tombak bagi
penciptaan harapan dan keinginan rakyat.
3. Sarana pendidikan politik.
Untuk diketahui bersama, pemilu tidak sekadar persoalan memilih
dan dipilih, namun merupakan salah satu wahana pendidikan politik
untuk warga negara. Pendidikan politik menurut Alfian (1986: 235)
merupakan usaha yang sadar untuk mengubah proses sosialisasi
politik masyarakat sehingga mereka memahami dan benar-benar
menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sistem politik
yang ideal yang hendak dibangun. Sedang menurut Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, disebutkan, bahwa
pendidikan politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman
tentang hak kewajiban dan tanggung jawab setiap warga negara
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendidikan politik merupakan aktivitas yang terus berlangsung
sepanjang hidup manusia dan itu tidak mungkin terwujud secara utuh
kecuali dalam sebuah masyarakat yang demokratis dalam rangka
12

membentuk partisipasi politik. Partisipasi politik terwujud dalam


keikutsertaan individu secara sukarela dalam kehidupan politik
masyarakatnya, termasuk keikutsertaan dalam pemilu. Sehingga dikatakan
bahwa pemilu merupakan alat/sarana pendidikan politik.
Lembaga-lembaga negara terbagi:
1) Lembaga supra struktur politik, yaitu lembaga-lembaga tinggi negara
(seperti MPR, DPR, DPD, BK, MA, MK, KPK, dan lain-lain)
2) Lembaga infra struktur, seperti Parpol, Mass Media, Rakyat, serta
LSM (termasuk interest group/kelompok kepentingan dan pressure
wyl group/kelompok penekan).
Interest group/kelompok kepentingan bertujuan untuk
memperjuangkan sesuatu kepentingan dan memengaruhi lembaga-
lembaga politik untuk memperoleh keputusan yang menguntungkan dan
menghindari keputusan yang merugikan, seperti FPI atau Front Pembela
Islam yang memiliki kepentingan untuk menegakkan syariat Islam di tanah
air Sementara itu, pressure group/kelompok penekan merupakan sebuah
kelompok yang dapat memaksa atau mendesak pihak yang berada dalam
pemerintahan atau pimpinan agar bergerak ke arah yang diinginkan atau
justru berlawanan dengan desakannya, seperti Lembaga Swadaya
Masyarakat Peduli Nasib Petani yang bertujuan Will untuk
mensejahterakan nasib petani di Indonesia.
Demokrasi di Indonesia
Dalam sejarah ketatanegaraan negara Republik Indonesia yang
telah lebih dari setengah abad, perkembangan demokrasi mengalami
fluktuasi (pasang surut). Masalah pokok yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan kehidupan
ekonomi dan membangun kehidupan sosial politik yang demokratis dalam
masyarakat yang plural.
Fluktuasi demokrasi di Indonesia pada hakikatnya dapat dibagi
dalam lima periode:
1. Periode 1945-1949 dengan sistem Demokrasi Pancasila
Pada periode ini sistem pemerintahan Demokrasi Pancasila seperti
yang diamanatkan oleh UUD 1945 belum sepenuhnya dapat
dilaksanakan karena negara dalam keadaan darurat dalam rangka
mempertahankan kemerdekaan. Misalnya, Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) yang semula berfungsi sebagai pembantu
Presiden menjadi berubah fungsi sebagai MPR. Sistem kabinet yang
seharusnya Presidensial dalam pelaksanaannya menjadi sistem
Parlementer seperti yang berlaku dalam Demokrasi Liberal.
2. Periode 1949-1959 dengan sistem Demokrasi
Periode ini sangat menonjolkan peranan parlemen dan partai politik.
Pada periode ini berlaku Konstitusi RIS (1949-1950) dan UUDS 1950
(17 Agustus 1950-5 Juli 1959). Pada masa ini pula, Indonesia dibagi
dalam beberapa negara bagian. Pemerintahan dijalankan oleh
Perdana Menteri dan Presiden hanya sebagai lambang. Selanjutnya,
RIS ditolak oleh rakyat Indonesia, sehingga pada tanggal 17Agustus
13

1950, Presiden Soekarno menyatakan kembali ke Negara Kesatuan


dengan menggunakan UUD Sementara 1950. Kabinet pada sistem
demokrasi parlementer ini selalu silih berganti, akibatnya
pembangunan tidak berjalan lancar. Masing-masing partai lebih
memerhatikan kepentingan partai atau golongannya.
Setelah berjalan selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia
sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Parlementer
tidak cocok diterapkan di negara ini. Akhirnya Presiden menganggap
bahwa keadaan ketatanegaraan Indonesia membahayakan
persatuan dan kesatuan bangsa serta merintangi pembangunan
untuk mencapai masyarakat adil dan makmur, sehingga pada
tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengumumkan dekrit
mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD
1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950.
3. Periode 1959-1965 dengan sistem Demokrasi Terpimpin
Sistem Demokrasi Terpimpin merupakan sistem yang menyimpang
dari konstitusional. Periode ini sering juga disebut dengan periode
Orde Lama. Presiden Soekarno menjabat sebagai "Pemimpin Besar
Revolusi". Dengan demikian pemusatan kekuasaan ada di tangan
presiden. Terjadinya pemusatan kekuasaan di tangan presiden
menimbulkan penyimpangan dan penyelewengan terhadap
Pancasila dan UUD 1945 yang puncaknya terjadi perebutan
kekuasaan oleh PKI pada tanggal 30 September 1965 (G30S/PKI)
yang merupakan bencana nasional bagi bangsa Indonesia.
4. Periode 1965-1998 dengan sistem Demokrasi Pancasila (Orde Baru)
Demokrasi Pancasila Era Orde Baru yang merupakan demokrasi
konstitusional yang menonjolkan sistem presidensial. Periode ini
dikenal dengan sebutan pemerintahan Orde Baru yang bertekad
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen Secara tegas dilaksanakan sistem Demokrasi Pancasila
dan dikembalikan fungsi lembaga tertinggi dan tinggi negara sesuai
dengan amanat UUD 1945.
Dalam pelaksanaannya, sebagai akibat dari kekuasaan dan
masa jabatan presiden yang tidak dibatasi periodenya, maka
kekuasaan menumpuk pada presiden, sehingga terjadilah
penyalahgunaan kekuasaan. Akibatnya adalah tumbuh suburnya
budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Kebebasan berbicara
dibatasi, praktik demokrasi menjadi semu, dan Pancasila hanya
dijadikan sebagai alat legitimasi politik. Lembaga negara berfungsi
sebagai alat kekuasaan pemerintah. Oleh karena itu, lahirlah
gerakan reformasi yang dipelopori mahasiswa yang menuntut
reformasi dalam berbagai bidang. Puncaknya adalah dengan
pernyataan pengunduran diri Soeharto sebagai presiden
5. Periode 1998 - sekarang dengan sistem Demokrasi Pancasila (Orde
Reformasi).
14

Demokrasi Pancasila Era Reformasi berakar pada kekuatan multi


partai yang berupaya perimbangan kekuatan antar lembaga negara.
Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi ini adalah
demokrasi dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945,
dengan penyempurnaan pelaksanaannya dan perbaikan peraturan-
peraturan yang dianggap tidak demokratis, meningkatkan peran
lembaga-lembaga tinggi negara dengan menegaskan fungsi,
wewenang, dan tanggung jawab yang mengacu pada prinsip
pemisahan kekuasaan, dan tata hubungan yang jelas antara
lembaga-lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Demokrasi pada
periode ini telah dimulai dengan terbentuknya DPR - MPR hasil
Pemilu 1999 yang telah memilih presiden dan wakil presiden serta
terbentuknya lembaga lembaga tinggi yang lain. Dalam
perkembangannya, pemerintahan fokus pada pembagian
kekuasaan antara presiden dan parpol dalam DPR, sehingga rakyat
terabaikan.
Demokrasi Pancasila bukan demokrasi ala barat yang memberi
kebebasan dalam segala hal termasuk untuk mempersoalkan keberadaan
Tuhan atas bahkan juga tidak ber-Tuhan sekalipun. Demokrasi kita bukan
ala mereka yang ingin bebas berperilaku walau menyalahi hukum-hukum
Tuhan seperti menuntut kebebasan mengikat perkawinan sesama jenis,
lesbian, gay. biseksual dan transgender (LGBT). Demokrasi yang didesain
oleh Para Pendiri Bangsa Indonesia adalah demokrasi yang dibangun,
diilhami dan ditegakkan berdasar hikmah Ketuhanan, menjunjung tinggi
martabat kemanusiaan dalam bingkai persatuan untuk mencapai suatu
keadilan dan kemakmuran Bangsa (Salamun, 2017).
15

PEMBUKAAN

Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang merujuk pada sila ke 4


Pancasila, yakni secara filosofis bermakna: Demokrasi yang didasarkan
pada: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang dijiwai oleh Persatuan Indonesia, yang
dijiwai oleh Kemanusiaan yang adil dan beradab dan yang dijiwai oleh
Ketuhanan Yang Maha Esa dan yang menjiwai Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

ASPEK ASPEK DEMOKRASI PANCASILA


Pembahasan arti demokrasi Pancasila seperti diuraikan pada angka
1 dapat diperlengkapi dengan pembahasan melalui aspek-aspeknya.
Mengikuti pembahasan dari beberapa pihak, dapatlah dikemukakan di sini
adanya enam aspek, yaitu: aspek formal, aspek material, aspek normatif,
aspek optatif, aspek organisasi dan aspek kejiwaan.
a). Aspek formal.
Seperti telah dikemukakan berkali-kali bahwa demokrasi Pancasila
adalah "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah ke bijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan", yang ber arti bahwa demokrasi Pancasila
adalah demokrasi dengan per wakilan, dimana rakyat atau masyarakat
berpartisipasi dalam pemerintahan/penyelenggaraan negara melalui wakil-
wakilnya. Berhubung dengan itu aspek formal demokrasi Pancasila mem
persoalkan: proses dan caranya rakyat menunjuk wakil-wakil nya dalam
Badan-badan perwakilan rakyat dan dalam pemerin tahan dan bagaimana
mengatur permusyawaratan wakil-wakil rakyat secara bebas, terbuka dan
jujur ("fair") untuk menca pai konsensus bersama.
Aspek formal ini, terutama yang menyangkut proses penunjuk an
wakil-wakil rakyat melalui Pemilihan Umum diatur berdasar kan Undang-
undang Nomor 15 tahun 1969 tentang Pemilihan Umum, sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang No mor 4 tahun 1975 dan dengan
Undang-undang Nomor 2 tahun 1980. Terakhir Undang-undang itu diubah
lagi dengan Undang undang Nomor 1 tahun 1985.
b). Aspek materil.
Walaupun aspek formal demokrasi Pancasila telah dipenuhi belum
berarti bahwa demokrasi Pancasila telah terwujud, karena aspek formal ini
baru memperlihatkan bentuknya saja, sedangkan yang lebih penting adalah
isinya atau aspek materiilnya. Oleh karena itu perlu dibahas pula aspek
materiil demokrasi Pancasila ini. Aspek material demokrasi Pancasila
mengemuka kan gambaran manusta, dan mengakui harkat dan martabat
ma nusia dan menjamin terwujudnya masyarakat manusia (Indone sia)
sesuai dengan gambaran, harkat dan martabat manusia ter sebut Menurut
pandangan ini manusia adalah makhluk Tuhan yang diperlengkapi dengan
kesadaran keagamaan dan kesadaran akan norma-norma; ia bukanlah
individu in abstracto melainkan ia hidup in relatio, yaitu hidup dalam
16

hubungan dengan sesama manusia, dengan keluarga, dengan masyarakat


dengan alam seki tarnya dan juga dengan Tuhan. Jadi manusia itu juga
sebagai makhluk sosial. Demokrasi Pancasila mengemukakan gambaran
manusia (Menschenbild) sebagai subyek dan bukannya obyek semata-
mata.
Sebagai subyek dan juga sebagai makhluk Tuhan, manusia itu sama
derajat, artinya dalam kehidupan bernegara dan di hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, manusia itu mempunyai nilai yang sama dengan sesamanya.
Keadaan sama derajat dari manu sia ini lazimnya dipernyatakan dengan
kesamaan kedudukan dalam hukum ("equality before the law") dan
kesamaan ter hadap kesempatan ("equality for the opportunity").
Dalam praktek kehidupan sehari-hari kesamaan kedudukan dalam
hukum masih merupakan suatu cita-cita yang harus di perjuangkan untuk
diwujudkan. Demikian pula kesamaan ter hadap kesempatan masih harus
diwujudkan, sehingga setiap orang/warga negara dapat mengembangkan
akal, kecakapan dan ketrampilan masing-masing untuk meningkatkan
partisipasinya dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Salah satu
kesa maan terhadap kesempatan ini misalnya kesamaan pendidikan.
Sebagai konsekuensi lebih lanjut daripada pengakuan har kat dan
martabat manusia sebagai makhluk Tuhan ialah penga kuan terhadap hak-
hak asasi, kewajiban-kewajiban asasi serta kebebasan-kebebasan
fundamental manusia. Dalam kenyataan hidup bernegara pengakuan
terhadap hak-hak, kewajiban-kewajiban dan kebebasan-kebebasan
tersebut berbeda-beda seja lan dengan situasi dan kondisi politik, sosial
dan budaya yang ada pada sesuatu saat.
Terlepas daripada kenyataan-kenyataan praktek kehidupan
bernegara dalam hukum, kesamaan terhadap kesempatan dan jaminan
akan hak-hak dan kewajiban asasi serta kebebasan fun damental manusia
merupakan prinsip-prinsip materil demok rasi Pancasila.
c). Aspek normatif.
Aspek normatif demokrasi Pancasila mengungkapkan se perangkat
norma-norma yang menjadi pembimbing dan kreteria. dalam mencapai
tujuan kenegaraan/Seperangkat norma-norma tersebut harus dipatuhi dan
dijunjung tinggi oleh manusia yang menjadi anggota pergaulan hidup
bernegara, baik ia sebagai penguasa negara maupun ia sebagai warga
negara biasa. Dengan demikian seperangkat norma-norma itu merupakan
aturan per mainan dalam penyelenggaraan negara, keadilan commutativa,
distributiva, creativa, vindicativa, legalis dan protectiva. Seluruh keadilan ini
dimaksudkan untuk membatasi kekuasaan manusia terhadap manusia,
mencegah tindakan sewenang-wenang dan menciptakan ketertiban dan
perdamaian.
Dalam demokrasi Pancasila beberapa norma yang penting dan
harus ditonjolkan di sini ialah:
1) Persatuan dan solidarita, yang berarti adanya saling keter bukaan
antara penguasa negara dan warga negara, antara golongan dan
golongan dan antara warga negara dan warga negara, Saling
17

keterbukaan ini memungkinkan adanya di alog yang mengarah pada


pengintegrasian berbagai macam gagasan, pendapat dan buah
pikiran. Integrasi tersebut dapat memperkokoh persatuan dan
solidarita, dimana de mokrasi Pancasila harus berpijak.
2) Keadilan, yang sebagaimana telah dikemukakan pada uraian
terdahulu mempunyai arti" memberikan kepada ma sing-masing apa
yang telah menjadi haknya atau bagian nya. Dalam
menyelenggarakan keadilan ini perlu diper hitungkan adanya
kesamaan dan perbedaan antar manusia. Oleh karena itu perlu
diperhatikan macam-macam keadilan seperti telah dikemukakan
pada uraian terdahulu, yaitu: keadilan commutativa, distributiva,
creativa, vindicativa, legalis dan protectiva. Seluruh keadilan ini
dimaksudkan untuk membatasi kekuasaan manusia terhadap
manusia, mencegah tindakan sewenang-wenang dan menciptakan
ketertiban dan perdamaian.
3) Kebenaran adalah kesamaan antara gagasan dan pernyataan dalam
kata dan perbuatan, atau antara Kepribadian dan pengakuannya.
Kebenaran dapat bertahan terhadap serangan-serangan atau
tuduhan-tuduhan, Norma keadilan akan lebih berarti bagi manusia
apabila dibarengi dengan norma kebenaran. Ketiga norma tersebut
di atas ditambah dengan norma cinta, yaitu cinta kepada Bangsa,
Tanah Air, Negara dan sesama warga negara dapat dituang kan ke
dalam peraturan hukum positif dan menjadi "atur an permainan"
dalam melaksanakan demokrasi Pancasila, yang harus ditaati oleh
siapapun.
d). Aspek optatif.
Aspek optatif demokrasi Pancasila, mengetengahkan tu juan atau
keinginan yang hendak dicapai. Adapun tujuan ter sebut ada tiga, yaitu:
1) Terciptanya Negara Hukum, sebagaimana dikehendaki oleh UUD
Negara, Negara Hukum memiliki ciri-ciri:
a) supremasi hukum, yaitu ketaatan kepada hukum atau "Rule of
law" baik pemerintah maupun warga negara biasa.
b) kesamaan kedudukan warga negara dalam hukum atau "equality
before the law."
c) asas legalitas, yaitu asas yang mengajarkan bahwa tiada
seorangpun dapat dihukum kecuali atas dasar peraturan
perundang-undangan yang telah ada.
d) pembagian kekuasaan-kekuasaan politik secara faktual dan
operasional dan menyerahkan masing-masing kekuasaan
kepada badan-badan tertentu.
e) prinsip bahwa hak-hak dan kewajiban-kewajiban asasi serta
kebebasan fundamental merupakan kuasa dari pada konstitusi
atau UUD.
2) terciptanya Negara Kesejahteraan atau "welfare state" yaitu Negara
yang berkewajiban menyelenggarakan kese jahteraan dan
kemakmuran semua warganegaranya Me nurut paham ini negara
18

wajib memperhatikan sebesar besarnya nasib warganegara masing-


masing, memberikan kepastian hidup, ketenangan dan taraf hidup
yang layak bagi kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) terciptanya Negara Kebudayaan atau "culture state" yaitu: negara
yang berkewajiban membimbing, bukan menguasai, kebudayaan
Nasional/Bimbingan kebudayaan ini berasas pada kemanusiaan
yang adil dan beradab. Karena sifat ke budayaan nasional sangat
erat pertaliannya dengan sifat negara maka peningkatan
kebudayaan, misalnya melalui pendidikan dalam arti luas, dengan
sendirinya membawa peningkatan daripada negara.
e). Aspek organisasi.
Aspek Organisasi demokrasi Pancasila mempersoalkan organisasi
sebagai wadah pelaksanaan demokrasi Pancasila di maksud, dimana
wadah tersebut harus cocok dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam
hubungan ini dapat dibedakan antara:
1) Lembaga-lembaga Negara,
2) Organisasi lembaga-lembaga dan kekuatan-kekuatan sosial politik
dalam masyarakat.
Organisasi sistem pemerintahan atau lembaga-lembaga Ne gara dan
organisasi lembaga-lembaga dan kekuatan Sosial politik ini hanya dapat
dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan oleh karena keduanya merupakan
dua sisi atau dua muka dari benda (hal) yang satu (yaitu demokrasi
Pancasila).
Organisasi sistem pemerintahan dalam demokrasi Pancasila dapat
diketemukan ditingkat Pusat atau Nasional dan dapat pula diketemukan di
tingkat Daerah dan lokal, yang kesemua nya telah diatur dan ditetapkan
dalam UUD 1945. Pada bagian berikut dari tulisan ini akan diuraikan lebih
lengkap organisasi sistem pemerintahan ini sebagai wujud pelaksanaan
demokrasi Pancasila di bidang supra struktur dan infra struktur politik.
f).Aspek Kejiwaan.
Sekalipun aspek-aspek yang disebutkan terdahulu telah terumus
dan tersusun dengan baik belum menjamin penyeleng garaan demokrasi
Pancasila, manakala tidak disertai atau diper lengkapi dengan aspek
kejiwaannya. Aspek kejiwaan demokrasi Pancasila ialah "semangat"
seperti yang dipakai dalam penjelas an tentang UUD 1945, Umum IV,
dalam kalimat sebagai berikut:
"Yang sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hi dup negara
ialah semangat (garis bawah dari penulis), semangat para penyelenggara
Negara, semangat para pemimpin pemerin tahan,"
Dalam jiwa Demokrasi Pancasila kita mengenal:
1) Jiwa demokrasi Pancasila pasif, yaitu jiwa yang minta per lakuan
secara demokrasi Pancasila sesuai dengan hak hak warganegara
dan manusia dalam persekutuan, golong an atau organisasi dan
dalam masyarakat Negara.
2) Jiwa demokrasi Pancasila aktif, yaitu jiwa yang mengan dung
kesediaan untuk memperlakukan pihak lain, sesama warganegara
19

dan manusia dalam persekutuan, golongan atau organisasi-


organisasi dan dalam masyarakat Negara sesuai dengan hak-hak
yang diberikan oleh demokrasi Pancasila.
Jiwa demokrasi Pancasila pasif dan aktif ini menghendaki
warganegara-warganegara berkepribadian, yang disatu pihak berani
menuntut hak-haknya, yang pada lain pihak memiliki watak cukup
untuk memberikan hak-hak atau meme nuhi kewajiban. Di samping
itu juga dikehendaki manusia yang adil dan beradab, dengan
toleransi yang tinggi, teng gang-menenggang serta saling
menghormati.
3) Jiwa demokrasi Pancasila rasional, yaitu jiwa obyektif dan masuk
akal tanpa meninggalkan jiwa kekeluargaan da lam pergaulan
masyarakat Negara. Para fungsionaris dan warganegara dituntut
bersikap obyektif rasional, berpe gang pada norma-norma hukum
politik dan norma-norma sosial yang berlaku.
4) Jiwa pengabdian, yaitu kesediaan berkorban demi me nunaikan
tugas jabatan yang dipangkunya dan yang lebih penting lagi ialah
kesediaan berkorban untuk sesama ma nusia masyarakat
sekelilingnya dan masyarakat Negara.
Demikianlah uraian demokrasi Pancasila menurut aspek aspeknya, dan
dengan pengertian seperti yang diterangkan di atas akan dicoba membahas
pelaksanaannya dalam praktek pemerintahan kita, dalam rangka
pembinaan Ketahanan Nasio nal dibidang politik.
Dalam demokrasi Pancasila beberapa norma yang penting dan harus
ditonjolkan di sini ialah:
1) Persatuan dan solidarita, yang berarti adanya saling keter bukaan
antara penguasa negara dan warga negara, antara golongan dan
golongan dan antara warga negara dan warga negara, Saling
keterbukaan ini memungkinkan adanya di alog yang mengarah pada
pengintegrasian berbagai macam gagasan, pendapat dan buah
pikiran. Integrasi tersebut dapat memperkokoh persatuan dan
solidarita, dimana de mokrasi Pancasila harus berpijak.
2) Keadilan, yang sebagaimana telah dikemukakan pada urai an
terdahulu mempunyai arti" memberikan kepada ma sing-masing apa
yang telah menjadi haknya atau bagian nya. Dalam
menyelenggarakan keadilan ini perlu diper hitungkan adanya
kesamaan dan perbedaan antar manusia. Oleh karena itu perlu
diperhatikan macam-macam keadilan seperti telah dikemukakan
pada uraian terdahulu.
Ciri-ciri demokrasi Pancasila adalah:
• Kedaulatan ada di tangan rakyat.
• Selalu berdasarkan kekeluargaa dan gotong royong.
• Cara pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk mencapai
mufakat.
• Adanya keselarasan antara hak dan kewajiban.
• Menghargai hak asasi manusia.
20

• Ketidaksetujuan terhadap kebijakan pemerintah disalurkan melalui


wakil-wakil rakyat.
• Tidak menganut sistem partai tunggal.
• Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, bebas, terbuka, jujur,
dan adil.
• Tidak adanya dikatator mayoritas dan tirani minoritas.
• Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan umum.
Prinsip Demokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila merupakan budaya demokrasi dengan
karakteristik khas Indonesia yang mengandung prinsip-prinsip. Berikur
prinsip-prinsip demokrasi Pancasila:
• Perlindungan hak asasi manusia.
• Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat.
• Badan peradilan merdeka yang berarti tidak terpengaruhi akan
kekuasaan pemerintah dan kekuasaan lain.
• Terdapat partai politik dan juga organisasi sosial politik yang
berfungsi menyalurkan aspirasi rakyat.
• Sebagai dasar pelaksanaan pemilihan umum.
• Kedaulatan ada di tanga rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar atau UUD 1945.
• Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
• Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, masyarakat, dan negara.
• Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.
• Menerapkan otonomi daerah untuk membatasi kekuasaan legislatif
dan eksekutif di tingkat pusat.
Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie dalam makalahnya yang bertajuk Cita
Ketuhanan Dalam Hukum Di Indonesia dan Nisbah Antara Hukum Islam
Dengan Hukum Adat menjelaskan jika Mendiang Dr. Mohammad Hatta
(proklamator kemerdekaan), misalnya, sebagai sesepuh yang banyak tahu
mengenai proses kelahiran Indonesia sebagai negara Pancasila, memiliki
pendapat jika sila ketuhanan Yang Maha Esa itu ialah sila yang memimpin
sila sila yang lain yang semestinya menentukan sikap dan perilaku manusia
Indonesia (Hatta, 1966).
Sementara itu, Prof. Mr. Dr. Hazairin memiliki pendapat bahwa di
atas dan di dalam Demokrasi Pancasila, ada satu lagi kedaulatan, bukan
kedaulatan rakyat, tapi kedaulatan Allah swt., yang disebutkan Ketuhanan
Yang Maha Esa yakni sila pertama dan utama dalam Pancasila (Hazairin,
1981). Tuntunan kedaulatan Tuhan yang disebut Prof. Hazairin sebagai
utama di atas dianggap misalnya oleh Prof. Dr. Ismail Suny, SH.MCL., yang
merinci ini secara panjang lebar dalam bukunya "Mekanisme Demokrasi
Pancasila" (Hazairin, 1981).
Prof. Dr. Slamet Imam Santoso (seorang pakar psikologi), memiliki
pendapat bahwa sila Ketuhanan Yang Maha Esa itu ialah sumber yang
paling dasar, yang penuturannya kemudian diterangkan dengan bertahap
21

(peri kemanusiaan kebangsaan), tata kerja (demokrasi) dan pada akhimya


tata penilaian dan pengawasan (keadilan) (Imam Santoso, 1979). Terhadap
pemahaman demokrasi Barat, Hatta menjelaskan jika kebebasan pribadi
pada akhimya akan menyebabkan ketidakadilan dalam masyarakat, karena
kedaulatan hanya terpusat pada beberapa pemilik modal.
Demokrasi Barat yang dilahirkan oleh Revolusi Perancis tanpa
membawa kemerdekaan rakyat yang sesungguhnya, tetapi memunculkan
kekuasaan kapitalisme, karenanya demokrasi politik saja tidak cukup untuk
menggapai demokrasi yang sesungguhnya yakni kedaulatan rakyat.
Sebaiknya ada juga kedaulatan ekonomi, yang menggunakan dasar, jika
semua pendapatan yang berkenaan penghidupan banyak orang harus
berlaku di bawah tanggungan orang banyak pula (Suleman, 2010).
Dalam renungan reflektifnya dengan judul "Demokrasi Kita",
Mohammad Hatta dalam (Latif, 2013) bernubuat bahwa demokrasi tidak
dapat dilenyapkan dari gerak kehidupan bangsa Indonesia. Dalam
pandangannya demokrasi dapat tertindas sementara karena kekeliruannya
sendiri, tapi sesudah dialami masalah yang pahit, dia akan tampil kembali
dengan penuh keinsafan. Berbeda dibanding beberapa negeri yang lain di
Asia, demokrasi di sini berurat berakar dalam pergaulan hidup. Karenanya
dia tidak bisa dilenyapkan untuk selamanya.
Menurut Hatta, paling tidak ada tiga sumber yang menghidupkan
harapan demokrasi dalam hati bangsa Indonesia, khususnya di lingkungan
para pimpinan gerakan. Pertama, adat kolektivisme dari permusyawaratan
desa. Kedua, tuntunan Islam yang menuntut keadilan dan kebenaran Ilahi
dalam masyarakat dan persaudaraan antara manusia sebagai makhluk
Tuhan. Ketiga, paham sosialis Barat, yang memikat perhatian banyak
pemimpin pergerakan berkebangsaan karena beberapa dasar
perikemanusiaan yang dibelanya dan menjadi arahnya.
Demokrasi Pancasila sebagai demokrasi yang didasari pada asas
kekeluargaan dan kegotongroyongan yang diperuntukkan pada
kesejahteraan rakyat, yang memiliki kandungan beberapa unsur
berkesadaran spiritual, kebenaran, kecintaan dan budi pekerti mulia,
berkepribadian Indonesia dan berkesinambungan (Hatta, 1998). Dalam
demokrasi Pancasila, mekanisme koordinasi negara dilaksanakan oleh
rakyat sendiri atau bisa saja dengan kesepakatan rakyat (Nasution, 2010).
Kebebasan pribadi dalam demokrasi Pancasila tidak memiliki sifat mutlak,
tapi harus disesuaikan dengan tanggung jawab sosial. Keuniversalan cita-
cita demokrasi dipadukan dengan cita-cita hidup bangsa Indonesia yang
dijiwai oleh semangat kekeluargaan, hingga tidak ada dominasi mayoritas
atau minoritas (Latif, 2013).
Demokrasi Pancasila pada hakikatnya merupakan etika yang
mengendalikan penyelenggaraan kedaulatan rakyat dan penyelenggaraan
pemerintahan negara, dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya,
dan pertahanan keamanan, untuk tiap-tiap warga negara Republik
Indonesia, organisasi kekuatan sosial politik, organisasi kemasyarakatan,
dan instansi kemasyarakatan yang lain serta lembaga-lembaga negara baik
22

di pusat atau di daerah. Demokrasi Pancasila mempunyai beberapa prinsip


yang berlaku, antara lain:
1) Kebebasan atau kesamaan (Freedom/Equality).
Kebebasan/kesamaan ialah dasar demokrasi (Yunus, 2016).
Kebebasan dipandang sebagai fasilitas mencapai perkembangan
dan memberi hasil optimal dari upaya orang tanpa pembatasan dari
penguasa. Dengan konsep kesamaan seluruh orang dipandang
sama, tanpa dibedakan dan mendapatkan akses dan peluang
bersama untuk meningkatkan diri sesuai kekuatannya. Kebebasan
yang dikandung dalam demokrasi Pancasila ini tidak memiliki arti
Free Fight Liberalism yang tumbuh di Barat, tetapi kebebasan yang
tidak mengusik hak dan kebebasan seseorang.
2) Kedaulatan Rakyat (People's Sovereignty). Dengan prinsip
kedaulatan rakyat, dasar peraturan yang dibentuk ialah kehendak
rakyat dan untuk kepentingan rakyat (Ridho, 2017). Proses seperti
ini akan menggapai dua hal; yakni, terjadinya kemungkinan
penyimpangan kekuasaan sangat kecil, dan kepentingan rakyat
dalam beberapa tugas pemerintah lebih terjaga. Perwujudan lain dari
prinsip kedaulatan adalah adanya pemantauan oleh rakyat.
Pemantauan dilaksanakan karena demokrasi tidak meyakini
kebaikan hati penguasa
3) Pemerintahan yang terbuka dan bertanggung jawab yang
mempunyai prinsip-prinsip:
• Dewan Perwakilan Rakyat yang representatif.
• Badan kehakiman/peradilan yang bebas dan merdeka.
• Pers yang bebas.
• Prinsip Negara hukum.
• Mekanisme dwi partai atau multi partai.
• Pemilihan umum yang demokratis.
• Konsep mayoritas.
• Jaminan akan hak-hak dasar dan hak-hak minoritas.
Demokrasi yang sekarang ini dipahami di Indonesia sebagai bagian
dari dampak konsep demokrasi modern. Semenjak awal mula
kemerdekaan sampai dengan zaman reformasi demokrasi mengalami
transisi dan corak yang lain. Praktik demokrasi menurut (Suny, 1984)
berdasarkan UUD mengalami perubahan demokrasi dalam tiga periode
yaitu:
1. Masa Republik Indonesia I, yakni periode demokrasi yang menonjol
peran parlemen dan partai-partai yang pada periode itu dinamakan
demokrasi parlementer;
2. Masa Republik Indonesia II, yakni demokrasi terpimpin yang dalam
beberapa faktor sudah menyimpang dari demokrasi konstitusional
yang secara formal sebagai landasannya dan memperlihatkan faktor
demokrasi rakyat;
23

3. Masa Republik Indonesia III, yakni periode demokrasi Pancasila


yang disebut demokrasi konstitusional menampakkan demokrasi
presidensial, periode ini usai bertepatan dengan jatuhnya
pemerintahan Orde Baru yang selanjutnya demokrasi Indonesia
masuk zaman baru yang disebut zaman reformasi, yang dengan
diawali adanya perubahan UUD 1945 dengan menonjolkan
kebebasan berpolitik yang lebih riil dan penguatan sistem
presidensial.
Demokrasi Pancasila
Demokrasi yang secara resmi mengkristal di dalam UUD 1945 dan
yang saat ini berlaku di Indonesia biasa disebut "Demokrasi Pancasila".
Meskipun sebenarnya dasar-dasar konstitusional bagi demokrasi di In
donesia sebagaimana yang berlaku sekarang ini sudah ada dan berlaku
jauh sebelum tahun 1965 tetapi istilah "Demokrasi Pancasila" itu baru
dipopulerkan sesudah lahir Orde Baru (1966). Istilah ini lahir sebagai lawan
(dilawankan) terhadap istilah "Demokrasi Terpimpin" di bawah
Pemerintahan Soekarno.
Sebagaimana akan diuraikan dalam bab berikutnya sejak tahun
1957/1958 Soekarno mencetuskan ide "Demokrasi Terpimpin" sebagai
usaha pemusatan kekuasaan berada di tangannya". Gagasan ini kemudian
berhasil dibakukan secara yuridis dalam bentuk Ketetapan MPRS No.
VIII/MPRS/1965 tentang "Prinsip prinsip Musyawarah untuk Mufakat dalam
Demokrasi Terpimpin sebagai Pedoman bagi Lembaga-lembaga
Permusyawaratan/Perwakilan". Ketika Orde Baru lahir gagasan Demokrasi
Terpimpin ditolak secara terang terangan sehingga pada tahun 1968
kembali MPRS mengeluarkan Ketetapan No. XXXVII/MPRS/1968 tentang
Pencabutan Ketetapan MPRS No. VIII/ MPRS/1965 dan tentang Pedoman
Pelaksanaan Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan atau sesuai dengan diktum Tap tersebut
tentang Demokrasi Pancasila. Dengan demikian dalam perwujudannya
sebagai aturan hukum baik Demokrasi Terpimpin maupun Demokrasi
Pancasila itu adalah berisi teknis pelaksanaan pengambilan keputusan
dalam permusyawaratan. Menurut Demokrasi Terpimpin inti dari
permusyawaratan adalah "musyawarah untuk mufakat" yang bilamana hal
itu tidak dapat dicapai maka musyawarah harus menempuh salah satu jalan
berikut.
a. Persoalannya diserahkan kepada pemimpin untuk mengambil
kebijaksanaan dengan memperhatikan pendapat-pendapat yang
bertentangan.
b. Persoalannya ditangguhkan.
c. Persoalannya ditiadakan sama sekali.
Sedangkan konsep Demokrasi Pancasila juga mengutamakan
musyawarah untuk mufakat, tetapi pemimpin tidak diberi hak untuk
mengambil keputusan sendiri dalam hal "mufakat bulat" tidak tercapai. Bagi
Demokrasi Pancasila sesuai Tap MPRS No. XXXVII/MPR/1968 untuk
mengatasi kemacetan karena tidak dapat dicapainya "mufakat bulat" maka
24

jalan voting (pemungutan suara) bisa ditempuh sesuai dengan prosedur


yang dikehendaki Pasal 2 Ayat (3) dan Pasal 6 Ayat (2) UUD 1945.
Perumusan Demokrasi Pancasila sebagaimana diatur Tap No.
XXXVII/MPRS/1968 yang sekadar mengatur teknis musyawarah ini pada
tahun 1973 kembali dicabut dengan Tap No. V/MPR/1973 bersama dengan
pencabutan terhadap beberapa produk MPR lainnya yang dianggap tidak
dapat dipakai lagi sebagai peraturan perundang-undangan.
Tetapi lebih dari sekadar soal teknis prosedural upaya memberikan
pengertian bagi "Demokrasi Pancasila" sudah banyak dikemukakan.
Pejabat Presiden Soeharto pada pidato kenegaraan tanggal 16 Agustus
1967, antara lain menyatakan bahwa Demokrasi Pancasila berarti
demokrasi, kedaulatan rakyat yang dijiwai dan diintegrasikan dengan sila-
sila lainnya. Hal ini berarti bahwa dalam menggunakan hak-hak demokrasi
haruslah selalu disertai dengan rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang
Maha Esa menurut keyakinan agama masing-masing, haruslah menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan martabat dan harkat manusia,
haruslah menjamin dan mempersatukan bangsa, dan harus dimanfaatkan
untuk mewujudkan keadilan sosial. Pancasila berpangkal tolak dari paham
kekeluargaan dan gotong-royong. Sebelum itu seminar II Angkatan Darat
yang berlangsung pada bulan Agustus 1966 mengeluarkan "Garis Garis
Besar Kebijaksanaan dan Rencana Pelaksanaan Stabilisasi Politik" yang
dalam Bidang Politik dan Konstitusional dirumuskan dengan:
"Demokrasi Pancasila seperti yang dimaksud dalam Undang
Undang Dasar 1945, yang berarti menegakkan kembali asas-asas negara
hukum di mana kepastian hukum dirasakan oleh segenap warga negara, di
mana hak-hak asasi manusia baik dalam aspek kolektif, maupun dalam
aspek perseorangan dijamin, dan di mana penyalahgunaan kekuasaan
dapat dihindarkan secara institusional. Dalam rangka ini perlu diusahakan
supaya lembaga-lembaga dan tata kerja Orde Baru dilepaskan dari ikatan-
ikatan pribadi dan lebih diperlembagakan (deperzonalization,
institusinalization. "S")
Dari sudut hubungan antar lembaga-lembaga negara atau antar
aparatur demokrasi terlihat bahwa Demokrasi Pancasila sebagaimana
diatur dalam UUD 1945 memberikan kekuasaan yang besar kepada
presiden. Presiden dipilih dan diangkat oleh MPR yang separo anggotanya
adalah anggota-anggota DPR. Kekuasaan Presiden ini besar karena ia
tidak bisa dijatuhkan oleh DPR. Memang DPR dapat mengusulkan sidang
istimewa MPR untuk meminta pertanggungjawaban Presiden sebagai
mandataris MPR jika Presiden dianggap sungguh-sungguh melanggar
haluan negara, tetapi prosedur atau persyaratan untuk ini tidaklah mudah,
karena harus melalui tahap-tahap memorandum tertentu. Oleh sebab itu,
jika seorang presiden sudah dipilih dan diangkat oleh MPR maka ia
memegang kekuasaan yang besar untuk terus memerintah sampai habis
masa jabatannya. Pada pihak lain, DPR sebenarnya mempunyai pengaruh
dalam sistem politik karena (seharusnya) dewan ini menyalurkan aspirasi
dan tuntutan-tuntutan rakyat. Presiden tidak dapat membubarkan DPR,
25

sebagaimana DPR tidak dapat menjatuhkan Presiden; dan untuk itu


Presiden perlu memperhatikan suara-suara anggota DPR. Secara tidak
langsung Demokrasi Pancasila menghendaki terjadinya hubungan yang
harmonis antara eksekutif dan legislatif melalui proses konsensus sehingga
keseimbangan yang wajar antara konsensus dan konflik akan tercipta."
Wilopo mengemukakan bahwa di dalam sistem UUD 1945 jelas ada
keseimbangan atau checks and balances yang khas antara Pemerintah dan
DPR; DPR kuat karena tidak dapat dibubarkan oleh Pemerintah dan begitu
pula Pemerintah kuat karena tidak dapat dijatuhkan oleh DPR.
Partisipasi Rakyat
Pengaturan partisipasi rakyat dalam kehidupan demokrasi secara
positi ditentukan dalam peraturan-peraturan perundangan yang berlaku.
Demokrasi pancasila sebagai suatu sistem pemerintahan yang
berdasarkan kedaulatan rakyat, maka Rakyatlah yang menentukan bentuk
dan isi pemerintahan yang dikehendaki sesua dangan hati nuraninya.
Segala langkah kebijaksanaan pemerintah harus berdasarkan atas hast
musyawarah. Kearifan dalam mengambil keputusan yang akan merupakan
pedoman dan gans kebijaksanaan itu adalah sesuai dengan jiwa pancasila.
Pengaturan demokrasi pancasila tidak hanya dalam masalah politik namun
juga meliputi masalah ekonomi, sosial dan kebudayaan. Pengaturan pokok
maslah itu terdapat didalam UUD 1945 dantaranya pasal 31 mengenai:
perekonomian, pasal 34 mengenai fakir miskin Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa demokrasi pancasila mencakup macam-macam
demokrasi Demokrasi berdasar atas konstitusi, yaitu UUD itu sendiri
merupakan realisasi pancasila sebagai dasar negara.
1. Landasan Hukum Demokrasi Pancasila
Dalam rangka pelaksanaan demokrasi pancasila, mengikuti aturan-
aturan hukum yang berlaku, karena indonesia adalah negara hukum. Dalam
hal ini pancasilam merupakan sumber dan segala sumber hukum lainnya.
Adapun sumber hukum tersebut diantaranya:
a. Proklamasi 17 Agustus 1945.
b. Dekrit Presiden 5 Juli 1959
c. SUPERSEMAR/Surat Perintah Sebelas Maret 1966.
d. Sumber-sumber hukum ini merupakan landasan peraturan-
peraturan lainnya
2. Tata Urutan Peraturan Perundangan
Tata urutan ini menggambarkan bahwa peraturan yang diatas
merupakan pangkal dari peraturan yang lebih rendah. Akibatnya ialah
peraturan yang lebih rendah itu tidak boleh bertentangan dengan peraturan
yang diatasnya. Adapun Tata Urutan Perundangan itu adalah sebagai
berikut:
UUD 1945
a. Ketetapan MPR
b. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang
c. Peraturan Pemerintah
26

d. Keputusan Presiden Peraturan-peraturan Pelaksanaan lainnya,


seperti: Peraturan Menteri, Instruksi Menteri dan lain-lain.
Demikianlah mengenai tata urutan peraturan perundangan dalam
sistem pemerintah di Indonesia.
3. Demokrasi Pancasila Sebagai "Way Of Life"
Life atau cara hidup yang anggap paling sesuai dalam rangka
terselenggaranya samping demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan
juga merupakan "Way Of pemerintahan dengan teratur. Demokrasi sebagai
suatu cara hidup yang baik antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut
Pertama segala pendapat atau perbedaan pendapat mengenai masalah
kenegaraan dan lain-lain yang menyangkut kehidupan negara dan
masyarakat diselesaikan melalui lembaga-lembaga negara. Hal ini disebut
bahwa penyelesaian melembaga; artinya lembaga-lembaga yang erat
hubungannya dengan penyelesaian masalah itu melalui wakil-wakil rakyat
yang duduk didalam lembaga negara seperti DPR dan DPRD.
Kedua: Diskusi. Sebagai suatu negara demokrasi dimana rakyar
diikutsertakan dalam masalah negara, maka pertukaran pikiran yang
bebas, demi terselenggaranya kepentingan rakyat maka diskusi harus
dibuka seluas-luasnya. Dalam hal ini maka semangat musyawarah, baik
dalam lembaga-lembaga perwakilan maupun dalam wadah-wadah lainnya
seperti mass media sudah sewajarnya dibina terus menerus.
4. Pancasila dan Pembangunan Nasional
Sebagaimana telah ditetapkan di dalam Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN) atau Ketetapan MPR No. 11/MPR/1983, pembangunan
nasional yang dilaksanakan dewasa ini adalah didalam rangka
pembangunan manusia Indonaesia seutuhnya dan pembe ngunan seluruh
masyarakat Indonesia. Pembangunan nasional secara singkat disebu
masyarakat maju, adil dan makmur berdasarkan pancasila. Oleh sebab itu
dapatan dikatakan, bahwa hakekat mengamalkan pancasila adalah
melaksanakan pembanguna nasional dalam segala bidang kehidupan.
Pemikiran mengenai pembangunan nasional telah tercantum
didalam pembukaan UUD 1945, dan diuraikan secara terperinci didalam
pasal-pasal atau batang tubuh UUD 1945. MPR sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi didalam negara kita kemudian menjabarkannya
didalam ketetapan MPR No. 11/MPR/1983. Dalam ketetapan MPR itu
dimuat tiga pola pembangunan yaitu:
1. Pola dasar pembangunan nasional (berlaku untuk seterusnya).
2. Pola Uum Pembangunan Jangka Panjang (berlaku selama 25-30 tahun)
3. Pola Umum Pembangunan Lima Tahun keempat Pelita IV (berlaku mulai
April 1984-31 Maret 1989).
Landasan idil pembangunan nasional adalah pancasila yang berart
pembangunan nasional dilaksanakan dengan dijiwai Ketuhanan Yang
Maha Esa berdasarkan atas asas kemanusiaan yang adil dan beradab,
dengan mementingkan persatuan Indonesia. Adapun landasan
konstitusionalnya adalah UUD 1945 Pembangunan nasional bertujuan
untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmu merata materiil dan
27

spiritual berdasarkan pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan Republik


Indonesia, yang merdeka, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam
suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis
serta dalam lingkunga pergaulan dunia yng merdeka, bersahabat, tertib dan
damai.
Pancasila sebagai sebuah ideologi dan acauan sistem demokrasi di
Indonesia telah melampaui waktu yang panjang. Memang, sebuah negera
apabila hendak menjadi sesuatu yang ideal, maka dalam
penyelenggaraannya haruslah berlandaskan demokrasi. Bukankah
pemerintahan yang demokrasi akan mencurahkan kebaikan pada rakyat
secara keseluruhan. Pada dasarnya demokrasi melekat pada kebebasan
dan partisipasi individu. Menggunakan kebebasan, hak-hak sipil, dan
politik, merupakan bagian dari kehidupan yang melekat pada individu
sebagai makhluk sosial. Partisipasi dalam kehidupan sosial dan politik
mengandung nilai intrinsik bagi kehidupan manusia. Semua itu sejalan
dengan cita-cita demokrasi Pancasila. Untuk itu, artikel ini mencoba
menyuguhkan praktik demokrasi di Indonesia dalam sejarahnya.
Demokrasi Pancasila Era Reformasi berakar pada kekuatan multi
partai yang berupaya perimbangan kekuatan antar lembaga negara.
Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi ini adalah demokrasi
dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, dengan
penyempurnaan pelaksanaannya dan perbaikan peraturan-peraturan yang
dianggap tidak demokratis, meningkatkan peran lembaga-lembaga tinggi
negara dengan menegaskan fungsi, wewenang, dan tanggung jawab yang
mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan, dan tata hubungan yang
jelas antara lembaga-lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Demokrasi
pada periode ini telah dimulai dengan terbentuknya DPR - MPR hasil
Pemilu 1999 yang telah memilih presiden dan wakil presiden serta
terbentuknya lembaga lembaga tinggi yang lain. Dalam perkembangannya,
pemerintahan fokus pada pembagian kekuasaan antara presiden dan
parpol dalam DPR, sehingga rakyat terabaikan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita tarik kesimpulan, bahwa pada
hakikatnya Indonesia menganut sistem demokrasi Pancasila, walaupun
pernah menerapkan sistem demokrasi yang lain. Sistem demokrasi
Pancasila mengutamakan musyarawah dan mufakat dalam mengatasi
segala macam persoalan. Sistem demokrasi parlementer dan demokrasi
terpimpin terbukti tidak cocok diterapkan di Indonesia. Walaupun sistem
demokrasi Pancasila yang diimplementasikan masih terjadi juga
penyimpangan, akan tetapi penyimpangan tersebut bukan berasal dari
sistemnya, namun berasal dari "manajemen" yang melaksanakannya. Jika
seandainya sistem demokrasi Pancasila dilaksanakan secara murni dan
konsekuen, Indonesia akan menjadi negara besar, bukan hanya dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi semata, akan tetapi juga dilihat dari
karakter yang dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia.
Penerapan sistem demokrasi Pancasila di Indonesia disesuaikan
dengan nilai-nilai sosial budaya bangsa Indonesia. Nilai-nilai budaya
28

bangsa Indonesia yang sangat banyak itu disederhanakan dengan


mengambil yang universalnya. Inilah yang disebut dengan nilai-nilai
Pancasila. Menurut Sihombing (1984: 9) untuk mendapatkan pengertian
Demokrasi Pancasila secara lengkap dan utuh diperlukan 2 alat pengukur
yang saling melengkapi, yaitu: 2 Alat pengukur yang konsepsionil, dan Alat
pengukur tingkah laku (kebudayaan).
Dari alat pengukur pertama dapat diambil pengertian, bahwa
demokrasi Pancasila adalah kedaulatan rakyat yang dijiwai dan
diintegrasikan dengan sila-sila Pancasila. Artinya dalam menggunakan hak-
hak demokrasi haruslah selalu disertai dengan rasa tanggung jawab
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan,
mampu mempersatukan bangsa serta dimanfaatkan untuk mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pengertian semacam ini lebih
bersifat formalistik dan diatur dalam UUD 1945 atau peraturan perundang-
undangan lainnya.
Sementara alat pengukur kedua bersifat kebudayaan, yaitu berupa
tingkah laku yang bersumber dari kebudayaan bangsa Indonesia.
Pengertian demokrasi melalui alat pengukur kedua ini melengkapi
pengertian melalui alat pengukur pertama, karena memberikan struktur
informal terhadap demokrasi Pancasila. Kearifan dan bijaksana dalam
tingkah laku merupakan kekhasan dalam demokrasi Pancasila.
Di masa yang akan datang Pancasila akan menjadi ideologi terbuka
Pancasila adalah ideologi terbuka. Ungkapan yang sederhana tetapi sarat
makna ini sekarang berkembang dan mulai membudaya dalam masyarakat
kita. Presiden Soeharto berulang kali menge mukakan, menegaskan dan
menjelaskannya. Kalangan Pejabat dan tokoh masyarakat mengikutinya.
Sebagaimana dapat dibaca dalam beberapa Bab buku ini, ungkapan atau
konsep yang sama dikemuka kan pula oleh sebagian penyumbang
karangan yang dibahas dalam se minar. Itu sekaligus berarti bahwa sifat
keterbukaan Pancasila seba gai ideologi mulai memperlihatkan salah satu
dimensi dalam praktek nya. Suasana pembahasan atau diskusi yang
terbuka, bebas dan ber tanggung jawab yang berlangsung selama seminar
mungkin makin memperjelas makna konsep Pancasila sebagai ideologi
terbuka bagi para peserta seminar. Melalui buku ini para pembaca
barangkali akan dapat pula menangkap sebagian, kalaulah tidak
seluruhnya, dari makna yang berhasil diperoleh oleh para peserta seminar
itu.
Memang suatu konsep yang abstrak seperti "Pancasila ada lah
ideologi terbuka "memerlukan waktu untuk memantapkan proses
pemahaman, penghayatan, pembudayaan dan pengamalannya dalam
masyarakat. Kahadiran proses itu menunjukkan bahwa roh atau jiwa dari
konsep itu hidup dan berkembang. Roh itu tumbuh secara inkrimental,
berangsur-angsur, dalam pemikiran dan praktek kehidupan masyarakat
sehari-hari. Ia berkembang bagaikan tanama yang tumbuh menjadi pohon
yang rindang. Agar proses pertumbuh annya wajar, sehat dan segar ia
memerlukan pupuk melalui pengem bangan pemikiran-pemikiran baru yang
29

relevan dan perlu pula dis rami dan disiangi dengan praktek-praktek yang
konkrit dalam keh dupan sehari-hari. Melalui itu semua menjadilah ia suatu
konsep yang hidup dan dinamis. Kehadirannya terasa riil, komunikatif dan
menja mah dalam berbagai bidang kehidupan dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
Sejalan dengan itu para anggota masyarakat akan merasakan dan
mengakuinya sebagai milik bersama yang paling hakiki yang menjadi
landasan, pengarah dan tujuan kehidupan bersama mere ka dalam
berbagai dimensinya. Ideologi mereka yang terbuka itu hidup dan
berkembang bersama-sama dinamika perkembangan kehi dupan mereka
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Suatu inte raksi yang wajar dan
sehat terjalin dengan intimnya antara ideologi mereka yang terbuka dengan
realita kehidupan mereka sehari-hari dari masa ke masa. Generasi berganti
dan jaman berubah, tetapi ha kekat yang terkandung dalam ideologi mereka
yang terbuka itu te tap sama. Dalam sifat keterbukaan itu suatu ideologi
yang berkuali tas tinggi menemukan kekuatannya yang menjadikannya
kenyal dan tahan uji. Menjadilah ia suatu ideologi yang tak lekang oleh
panas, tak lapuk oleh hujan dan tak berkarat oleh perjalanan jaman.
Demikianlah menurut pandangan kita suatu ideologi terbuka
mengandung semacam dinamika internal yang memungkinkannya untuk
memperbaharui diri atau maknanya dari waktu ke waktu se hingga isinya
tetap relevan dan komunikatif sepanjang jaman, tanpa menyimpang dari
apalagi mengingkari hakekat atau jatidirinya. Pem baharuan diri (self-
renewal) atau pengembangan maknanya itu bukan berarti merevisi apalagi
mengganti nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya. Bilamana nilai-
nilai dasar itu direvisi apalagi sama sekali diganti, maka ideologi tersebut
sudah kehilangan hake kat atau jatidirinya, dan oleh kerena itu meskipun
secara formal ia mungkin masih ada, secara substansi ia tidak lagi hadir
karena sudah aya direvisi atau sama sekali diganti oleh nilai-nilai dasar
baru.
Dinamika internal yang terkandung dalam suatu ideologi ter tek buka
biasanya mempermantap, mempermapan dan memperkuat re man levansi
ideologi itu dalam masyarakatnya. Tetapi hal itu tergantung uh pada
kehadiran beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut adalah kualitas nilai-
nilai dasar yang terkandung dalam ideologi itu. Faktor list kedua adalah
persepsi, sikap dan tingkah laku masyarakat terhadap hr nya. Faktor ketiga
ialah kemampuan masyarakat mengembangkan ang pemikiran pemikiran
baru yang relevan tentang ideologinya itu. enja Faktor keempat menyangkut
seberapa jauh nilai-nilai yang terkan ras dung dalam ideologi itu
membudaya dan diamalkan dalam kehidup an bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara dengan berbagai dimen sinya. Tanpa mengurangi makna
faktor-faktor lain yang mungkin kan masih ada, pembicaraan kita akan
dibatasi pada keempat faktor ini. Dalam beberapa Bab berikut pembaca
akan menemukan se jumlah definisi yang dikemukakan penulisnya,
termasuk yang diku tip dari karya pakar asing, tentang ideologi. Meskipun
rumusan defi nisi-definisi tersebut berbeda, pembaca tentunya akan dapat
30

mem peroleh makna yang esensi yang terkandung dalam semua rumusan
Dalam diskusi seminar terjadi pembahasan yang hangat dan kriti tentang
makna ideologi ini, tetapi tetap dalam suasana saling meng si dan saling
memperkaya pengetahuan.
Bagi suatu bangsa dan negara ideologi adalah wawasan, pan
dangan hidup atau falsafah kebangsaan dan kenegaraannya. Ole karena
itu ideologi mereka menjawab secara meyakinkan pertanya an mengapa
dan untuk apa mereka menjadi satu bangsa dan mendim kan negara.
Sejalan dengan itu ideologi adalah landasan dan sekal gus tujuan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernega ra mereka dengan
berbagai dimensinya. Sebagai ideologi nasiona Pancasila mengandung
sifat itu.
Dari semua definisi yang dikemukakan dalam beberapa Ba berikut
kita mengetahui bahwa ideologi itu berintikan serangkaia nilai (norma) atau
sistem nilai dasar yang bersifat menyeluruh da mendalam yang dimiliki dan
dipegang oleh suatu masyarakat ata bangsa sebagai wawasan atau
pandangan hidup mereka. Melalui rang kaian atau sistem nilai dasar itu
mereka mengetahui bagaiman cara yang paling baik, yaitu secara moral
atau normatif dianggap be nar dan adil, dalam bersikap dan bertingkah laku
untuk memelihara mempertahankan dan membangun kehidupan duniawi
bersama de ngan berbagai dimensinya.
Nilai-nilai dasar yang terangkai atau menyatu menjadi sat sistem itu,
sebagaimana halnya dengan nilai-nilai dasar Pancasila, biasanya
bersumber dari budaya dan pengalaman sejarah suatu masya rakat atau
bangsa yang menciptakan ideologi itu. Dengan lain perka taan, nilai-nilai
dasar itu berakar dan hidup dalam realita kehidupan mereka, terutama pada
waktu mereka berkonsensus untuk menjadi kannya menjadi ideologi
bersama. Memang betul bahwa nilai-nilai dasar itu secara sendiri-sendiri,
karena sifatnya yang fundamental, biasanya ditemukan pula dalam
masyarakat atau bangsa-bangsa lain. Sehubungan dengan itu masing-
masing nilai dasar itu, seperti nilai nilai dasar Pancasila kita, secara sendiri-
sendiri biasanya bersifat uni versal. Tetapi, persepsi suatu masyarakat dan
bangsa tentangnya dan keberhasilan masyarakat atau bangsa itu
merangkaikannya kedalam satu sistem nilai mereka sendiri menunjukkan
keorisinilan dan ke khasannya sebagai ideologi mereka. Bangsa kita
mengakui bahwa li ma nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila secara
sendiri-sendi ri mungkin saja bersifat universal, karena masyarakat atau
bangsa bangsa lain mungkin pula memilikinya. Tetapi, persepsi bangsa kita
yang melihat, memahami dan menghayati kelima nilai dasar itu da lam satu
rangkaian yang utuh, satu sistem nilai dasar yang saling ber kaitan, saling
menjiwai, saling mengisi dan saling memperkuat telah menjadikannya
ideologi hasil ciptaan bangsa kita sendiri. Disitulah letak keorisinilan dan
kekhasan Pancasila sebagai ideologi masyara kat, bangsa dan negara kita.
Sebagaimana dapat dibaca dalam sumbangan karangan Alfian (Bab
IX) kekuatan suatu ideologi tergantung pada kualitas tiga di mensi yang
terkandung di dalam dirinya. Yang pertama adalah di mensi realita, yaitu
31

bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi itu secara riil
berakar dan hidup dalam masyarakat atau bangsanya, terutama karena
nilai-nilai dasar tersebut bersum ber dari budaya dan pengalaman
sejarahnya. Sebagaimana diketahui Pancasila memenuhi dimensi ini
dengan baik sekali. Yang kedua ada lah dimensi idealisme, yaitu bahwa
nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme, bukan lambungan
angan-angan, yang mem beri harapan tentang masa depan yang lebih baik
melalui perwujud an atau pengamalannya dalam praktek kehidupan
bersama mereka sehari-hari dengan berbagai dimensinya. Menurut
pandangan kita, Pancasila juga memenuhi dimensi kedua ini dengan baik
sekali. Yang ketiga adalah dimensi fleksibilitas atau dimensi
pengembangan, yaitu bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang
memungkinkan dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran-
pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau
mengingkari hakekat atau jatidiri yang terkandung dalam nilai-nilai
dasarnya Sesungguhnya Pancasila juga memenuhi dimensi ketiga ini
denga baik sekali, terutama karena dinamika internal yang terkandung d
lam sifatnya sebagai ideologi terbuka. Jadi secara ideal-konseptu Pancasila
adalah ideologi yang kuat, tangguh, kenyal dan bermut tinggi. Itulah
sebabnya mengapa bangsa kita meyakininya sebagai deologi yang terbaik
bagi dirinya. Demikianlah menurut pandanga kita secara ideal-konseptual
Pancasila berhasil memenuhi fakto pertama, yaitu dari segi kualitasnya,
sebagai ideologi terbuka yan bermutu tinggi. Bagaimana dengan tiga faktor
lainnya?
Meskipun secara ideal konseptual suatu ideologi terbuka perti
Pancasila diketahui dan diyakini oleh masyarakat atau bangu nya memiliki
kualitas yang prima, hal itu belumlah menjamin pe wujudan, realisasi atau
pengamalannya sebagaimana mestinya, ata sebagaimana yang
sesungguhnya dikehendaki oleh ideologi itu, di lam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mereka d ngan berbagai
bidangnya. Persepsi, sikap dan tingkah laku masy rakat atau bangsa
berperan penting sekali dalam proses perwujuda realisasi atau pengamalan
ideologinya. Itulah faktor kedua.
Menurut Soerjanto Poespowardojo (Bab III), ideologi adala suatu pilihan
yang jelas dan membawa komitmen untuk mewujud kannya. Sejajar
dengan itu, Sastrapratedja (Bab VI) mengemuka kan bahwa ideologi
memuat orientasi pada tindakan. Ia merupaka pedoman kegiatan untuk
mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalamnya. Tetapi persepsi yang
menyertai orientasi, pedoman da komitmen berperan penting sekali dalam
mewarnai sikap dan ting kah laku ketika melakukan tindakan, kegiatan atau
perbuatan di lam rangka mewujudkan atau merealisasikan nilai-nilai yang
terka dung dalam ideologi itu. Logikanya, suatu ideologi menuntut kepa da
mereka yang meyakini kebenarannya untuk memiliki persepsi, kap dan
tingkah laku yang pas, wajar dan sehat tentang dirinya, t dak lebih dan tidak
kurang. Melalui itulah dapat diharapkan akan lahir dan berkembang sikap
32

dan tingkah laku yang pas dan tepat da lam proses perwujudannya dalam
berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Fungsi Pancasila untuk orientasi ke depan mengharuskan bangsa
Indonesia selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dihadapinya.
Kemajuan ilmu pengetahuan, kecanggihan teknologi dan lajunya sarana
komunikasi membuat dunia semakin kecil dan menguatkan
interdependensi di kalangan bangsa-bangsa di dunia. Ini berarti bahwa
pembangunan nasional tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor dalam
negeri melainkan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terkait secara
mondial.
Bangsa Indonesia yang sedang sibuk membangun dengan usaha
memecahkan masalah dalam negeri seperti kemiskinan, kesenjangan
sosial dan lain sebagainya mau tidak mau ikut terseret ke dalam jaringan
politik dunia, yang semakin dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan ekonomi
raksasa, globalisasi ekonomi jelas memberikan dampaknya yang cukup
jauh, baik dalam bentuk ancaman ketergantungan yang mempersulit usaha
bangsa menuju kemandirian, maupun dalam bentuk pemupukan modal di
kalangan kelompok elit yang tidak selalu sejalan dengan kebijakan
pemerataan kesejahteraan. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa
bangsa Indonesia dihadapkan pada tantangan survival, yaitu tantangan
memiliki cara hidup dan tingkat kehidupan. yang wajar secara manusiawi
dan adil.
Tantangan itu hanya bisa diatasi apabila bangsa Indonesia di satu
pihak tetap mempertahankan identitasnya dalam ikatan persatuan nasional
dan di lain pihak mampu mengembangkan dinamikanya, agar mampu
bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Dinamika tersebut mengandalkan
kemampuan untuk mengadakan adaptasi terhadap proses kehidupan yang
baru dan menjalankan inovasi untuk menciptakan kualitas kerja dan kualitas
produk yang makin baik.
Daya saing masyarakat hanya akan meningkat, apabila selalu
dipupuk sikap yang rasional dan kritis serta kreativitas di kalangan
masyarakat. Untuk menjawab tantangan tersebut jelaslah Pancasila perlu
tampil sebagai Ideologi Terbuka, karena ketertutupan hanya akan
membawa kepada kemandegan
Keterbukaan bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar Pancasila,
tetapi mengeksplisitkan wawasannya secara lebih konkrit, sehingga
memiliki kemampuan yang lebih tajam untuk memecahkan masalah-
masalah yang baru. Nilai-nilai dasar yang telah diletakkan oleh para pendiri
negara berupa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, yang merupakan sumber gagasan seluruh
cipta, rasa, karsa dan karya bagi segenap upaya dalam melanjutkan
perjuangan bangsa untuk mewujudkan kepentingan dan tujuan nasional
Bangsa Indonesia. Jadi nilai-nilai dasar Pancasila tidak boleh diubah, yang
boleh berubah adalah nilai operasionalnya (nilai instrumental), yaitu nilai-
33

nilai yang merupakan pengamalan, pengembangan dan pengkaryaan dari


nilai dasar.
Pancasila sebagai ideologi terbuka memberikan landasan yang kuat
bagi tumbuhnya pola sikap, pola pikir dan pola tindak yang bersifat
tradisional menuju berkembangnya cipta, rasa dan karsa yang maju dan
mandiri untuk menyongsong dinamika kehidupan sesuai perubahan
perubahan yang dinamis.
Suatu ideologi adalah terbuka, sejauh tidak dipaksakan dari luar,
tetapi terbentuk justru atas kesepakatan masyarakat, sehingga merupakan
milik masyarakat. Sebaliknya ideologi tertutup memutlakan pandangan
secara totaliter, sehingga masyarakat tidak mungkin memilikinya.
Sebaliknya masyarakat dan bahkan martabat manusia akan dikorbankan
untuknya.
Pancasila sebagai Filsafat dan Ideologi Nasional
Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang bersifat
mendasar dan tidak langsung bersifat operasional. Oleh karena itu, setiap
kali harus dieksplisitkan. Eksplisitasi dilakukan dengan menghadapkannya
pada berbagai masalah yang selalu silih berganti melalui refleksi yang
rasional, sehingga terungkap makna rasionalnya Dengan demikian jelaslah
bahwa penjabaran ideologi dilaksanakan melalui interprestasi dan
reinterprestasi yang kritis.
Disitulah dapat ditunjukkan kekuatan ideologi terbuka hal yang tidak
didapatkan dalam ideologi tertutup karena memiliki sifat dinamis dan tidak
akan membeku. Sebaliknya ideologi tertutup mematikan cita cita atau nilai-
nilai dasar dan hanya menunjukkan sebagai fosil-fosil mati
Dalam menjabarkan nilai-nilai dasar Pancasila menjadi semakin
operasional dan dengan demikian semakin menunjukkan fungsinya bagi
bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai masalah dan tantangan
dewasa ini, perlu diperhatikan beberapa dimensi yang menunjukkan.cin
khas dalam orientasi Pancasila.
Ada tiga dimensi sekurang-kurangnya yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Dimensi Teleologis, yaitu menunjukkan bahwa pembangunan
mempunyai tujuan, yaitu mewujudkan cita-cita Proklamasi 1945.
Hidup bukanlah ditentukan oleh nasib, tertapi tergantung pada
rakhmat Tuhan Yang Maha Esa dan usaha manusia. Dengan
demikian dimensi ini menimbulkan dinamika dalam kehidupan
bangsa Manusia mempunyai cita-cita, mempunyai semangat dan
mempunyai niat ataupun tekad. Oleh karena itu, manusia mampun
mewujudkan cita-cita, semangat, niat ataupun tekadnya itu ke dalam
kenyataan dengan daya kreasinya;
2. Dimensi Etis, ciri ini menunjukkan bahwa dalam Pancasila, manusia
dan martabat manusia mempunyai kedudukan yang
sentral. Seluruh proses pembangunan diarahkan untuk mengang kat
derajat manusia, melalui penciptaan mutu kehidupan yang
manusiawi. Ini berarti bahwa pembangunan yang manusiawi harus
mewujudkan keadilan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan
34

aya. Di lain pihak manusiapun dituntut untuk bertanggungjawab atas


usahanya dan pilihan yang ditentukannya. Dimensi etis menuntut
pembangunan yang bertanggungjawab:
3. Dimensi Integral-Integratif, yaitu menempatkan manusia tidak secara
individualisme melainkan dalam konteks strukturalnya.
Manusia adalah pribadi, namun juga relasi Oleh karena itu manusia
harus dilihat dalam keseluruhan sistem, yang meliputi masyarakat,
dunia dan lingkungannya. Pembangunan diarahkan bukan saja
kepada peningkatan kualitas manusia, melainkan juga kepada
peningkatan kualitas strukturnya. Hanya dengan wawasan yang utuh
demikian itu keseimbangan hidup bisa terjamin.
Berdasarkan uraian di atas, perlu diciptakan struktur proses berikut ini
dalam bidang-bidang kehidupan masyarakat, yaitu: Pertama, perlunya
dinamisasi kehidupan masyarakat, agar tumbuh mekanisme sosial yang
mampu menanggapi permasalahan dengan daya inovasi, kreasi dan
kompetisi.
Kedua, perlunya demokratisasi masyarakat yang mampu
membentuk setiap warganegara menjadi dewasa dan mampu bertindak
berdasarkan keputusan pribadi dan tanggungjawab pribadi. Kedewasaan
demokrasi tercermin dalam kesanggupan sikap insani untuk melihat
masalah di lingkungannya, menganalisanya, mengambil keputusan dan
berani melaksanakan pilihannya secara bertanggungjawab
Ketiga, perlu terjadinya fungsionalisasi atau refungsionalisasi lembaga-
lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga masyarakat. Suatu sistem
kehidupan mempunyai bagian-bagian yang menjalankan fungsinya masing-
masing. Tidak berfungsinya satu bagian akan mengganggu kelancaran
seluruh sistem, sehingga tidak berjalan secara wajar. Namun, beban yang
berkelebihan pada satu bagian akan mengganggu pula arus gerak sistem
secara keseluruhan. Untuk itu diperlukan kooperasi dan koordinasi yang
hidup seimbang di antara bagian-bagian sistem masyarakat.
Keempat, perlu dilaksanakan institusionalisasi nilai-nilai yang membuat
seluruh mekanisme masyarakat berjalan dengan wajar dan sehat.
Kekuatan dan dinamika kehidupan masyarakat tercipta bukan saja dalam
penghayatan nilai-nilai luhur tersebut, melainkan harus disertai dengan
pelembagaan nilai-nilai luhur tersebut dalam berbagai bidang kehidupan,
sehingga terjadi hubungan yang saling mendukung antara aktor (sebagai
pelaku) dan structure (sebagai jaringan yang mengkondisikannya).
Sesungguhnya bangsa Indonesia sejak dahulu kala telah
mempraktikkan prinsip prinsip demokrasi. Hanya saja praktik demokrasi
yang terjadi masih sederhana dan bukan pada tingkat negara, Ketika di
tingkat atas (negara) praktik peme rintahan masa lalu masih feudal, akan
tetapi di tingkat bawah (desa) sudah ber langsung praktek demokrasi yang
sederhana. Menurut Mohammad Hatta dalam Padmo Wahyono (1990),
desa-desa di Indonesia sudah menjalankan demokrasi Misalkan dengan
adanya pemilihan kepala desa dan adanya rembug desa.
35

Demokrasi desa memiliki 5 unsur, yaitu:


1. Rapat,
2. Mufakat,
3. Gotong-royong,
4. Hak mengadakan protes bersama, dan
5. Hak menyingkir dari kekuasaan raja absolut..
Meskipun dalam sejarahnya, bangsa Indonesia sudah memiliki prinsip
demokrasi, namun prinsip demokrasi desa tidak dapat dijadikan sebagai
pola demokrasi modem. Namun, kelima unsur demokrasi desa dapat
dikembangkan menjadi demokrasi modern.
Indonesia telah berusia lebih dari 70 tahun. Dalam rentang waktu
selama itu pula, Indonesia telah menjadi negara demokrasi. Jikapun begitu,
sejarah pelaksanaan demokrasi di Indonesia berlangsung menarik. Dalam
upaya untuk mencari bentuk demokrasi yang paling tepat diterapkan di
negara Republik Indonesia, telah terjadi beberapa pergantian tipe
demokrasi. Ada semacam 'trial and error' dalam pencarian bentuk
demokrasi yang ideal.
Menurut Mirriam Budiardjo (1997), apabila dipandang dari
perkembangan sejarahnya, demokrasi di Indonesia hingga masa Orde Baru
dibagi menjadi tiga masa, yakni:
• Masa Republik I, yang dinamakan masa demokrasi parlementer.
• Masa Republik II, yaitu masa demokrasi terpimpin.
• Masa Republik III, Yaitu masa demokrasi Pancasila yang
menonjolkan system 2 presidensil.
Sementara Affan Gaffar (1999) membagi alur periodisasi demokrasi di
Indonesia ke dalam 4 periode, yaitu:
• Periode masa revolusi kemerdekaan.
• Periode masa demokrasi parlementer (representative democracy).
• Periode masa demokrasi terpimpin (guided democracy).
• Periode pemerintahan Orde Baru (Pancasila democracy).
Selain itu, perjalanan pelaksanaan demokrasi di Indonesia dapat pula di
bagi ke dalam periodisasi seperti di bawah ini.
1. Pelaksanaan demokrasi masa Revolusi tahun 1945-1950.
2. Pelaksanaan demokrasi masa Orde Lama yang terdiri dari:
a. Masa demokrasi Liberal tahun 1950 sampai 1959;
b. Masa demokrasi Terpimpin tahun 1959 sampai 1965.
3. Pelaksanaan demokrasi masa Orde Baru tahun 1966 sampai 1998.
4. Pelaksanaan demokrasi masa Transisi tahun 1998 sampai 1999.
5. Pelaksanaan demokrasi masa Reformasi tahun 1999 sampai
sekarang.(Winamo, 2006).
Indonesia masih merupakan sebuah negara yang menganut sistem
demokrasi. Namun demokrasi di tanah air berbeda dengan sistem
demokrasi di negara-negara Barat yang menganut demokrasi Liberal, atau
pun demokrasi timur yang lebih komunis. Demokrasi yang berlaku di
Indonesia adalah demokrasi yang berlandaskan nilai-nilai yang terkandung
dalam falsafah/ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
36

Pancasila sebagai dasar falsafah negara, merupakan dasar


pengembangan dan pelaksanaan demokrasi yang berjalan di Indonesia.
Dalam Pancasila ter kandung prinsip-prinsip demokrasi bukan prinsip-
prinsip kediktatoran. Dengan demikian, sistem politik yang sesuai dengan
situasi dan kondisi negara Indonesia adalah sistem politik demokrasi yang
berlandaskan pada Pancasila.
Oleh karena itu, demokrasi yang dianut di Indonesia disebut demokrasi
Pancasila. Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang dihayati oleh
bangsa dan negara Indonesia yang dijiwai dan diintegrasikan oleh nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia.
Lahimya konsep demokrasi Pancasila di Indonesia dapat ditelusuri pada
sidang-sidang BPUPKI antara bulan Mei sampai bulan Juli 1945, Meskipun
pem kiran akan demokrasi telah ada sejak dulu kala, namun pada saat
itulah, pemikiran mengenai demokrasi mengkristal menjadi wacana politik
dan publik. Ada semacam kesamaan pandangan di antara peserta sidang
BPUPKI tentang konsep negara yang berdasarkan pada kedaulatan rakyat
atau demokrasi. Pada saat itu para pendiri bangsa bersepakat bahwa
negara Indonesia merdeka haruslah negara demokrasi.
Dengan demikian, jelaslah bahwa landasan negara Indonesia sebagai
negara demokrasi tidak lepas dari produk pemikiran para pendiri bangsa
saat itu. Adapun produk dari perumusan sidang-sidang tersebut adalah
Pembukaaan UUD 1945 dan pasal-pasal dalam UUD 1945. Dalam
Pembukaan UUD 1945 pada Alinea 4 disebutkan: "...maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suaru UUD Negara RI yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara yang berkedaulatan rakyat...
Kemudian di dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 dinyatakan bahwa
kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan menurut ketentuan UUD. Oleh
sebab itu, tak bisa disangkal lagi bahwa demokrasi sejak awal berdiri
negara Indonesia sudah menjadi landasan sistem politik Indonesia. Tentu
saja system demokrasi yang berlaku adalah demokrasi Pancasila.
Demokrasi Pancasila meskipun tidak dibahasakan secara formal, lahir
dari ide atau rumusan yang ingin diterapkan oleh para pendiri Republik ini
sejak awal berdirinya negara Kesatuan Republik Indonesia. Demokrasi
Pancasila yang berintikan musyawarah untuk mencapai mufakat dengan
berpaham kekeluar gaan dan kegotongroyongan mempunyai ciri khas yang
membedakan demokrasi yang lainnya.
Demokrasi Pancasila adalah suatu paham demokrasi yang bersumber
pada kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang digali dari
kepribadian bangsa Indonesia sendiri yaitu Pancasila. Mengenai rumusan
singkat demokrasi Pancasila, tercantum dalam sila keempat Pancasila.
Rumusan tersebut pada dasarnya merupakan rangkaian yang bulat dan
utuh antara sila satu dengan sila yang lainnya.
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional dengan
mekanisme kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan negara dan
penyelengaraan pemerin tahan berdasarkan konstitusi yaitu Undang-
37

Undang Dasar 1945. Sebaga demokrasi, Pancasila terikat dengan UUD


1945 dan pelaksanaannya harus sesuai dengan Prinsip demokrasinya.
Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan pendapat mengenai
pengertian demokrasi Pancasila. Beberapa pengertian tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Menurut Prof. Dardji Darmadihardja, S.H.
Demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber
pada kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yang
perwujudannya seperti dalam ketentuan-ketentuan Pembukaan
UUD 1945.
2. Menurut Prof. Dr. Drs. Notonegoro, S.H.
Demokrasi Pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijak sanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang ber-
Ketuhanan Yang Maha esa, yang berperikemanusiaan yang adil dan
beradab, yang memper satukan Indonesia, dan yang berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Menurut Ensiklopedia Indonesia
Demokrasi Indonesia berdasarkan Pancasila yang meliputi bidang-
bidang politik, sosial dan ekonomi, serta yang dalam penyelesaian
masalah-masalah nasional berusaha sejauh mungkin menempuh
jalan permusyawaratan untuk mencapai mufakat.
Demokrasi yang berkembang di Indonesia bersumber pada ideologinya
yaitu Pancasila. Pancasila adalah ideologi nasional, yaitu seperangkat nilai
yang dianggap baik, sesuai, adil, dan menguntungkan bangsa. Oleh
karenanya, demokrasi di Indonesia bernama Demokrasi Pancasila.
Ciri atau prinsip dalam demokrasi Pancasila sedikit berbeda dengan
prinsip demokrasi secara universal. Karena ada nilai-nilai yang lahir dari
dalam diri bangsa Indonesia, maka memunculkan karakteristik demokrasi
yang berbeda. Ciri demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut:
1. Demokrasi yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, maksudnya bahwa
demokrasi selalu dijiwai dan diliputi oleh nilai-nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa.
2. Demokrasi yang menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia,
maksudnya dalam demokrasi Pancasila negara/pemerintah
menghargai dan melindungi hak-hak asasi manusia.
3. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat, maksudnya kepentingan
rakyat
4. Demokrasi yang didukung oleh kecerdasan warga negara,
maksudnya bahwa banyak harus diutamakan daripada kepentingan
pribadi. dalam demokrasi Pancasila didukung oleh warga negara
yang mengerti akan hak dan kewajibannya serta dapat melakukan
peranannya dalam demokrasi.
5. Demokrasi yang menerapkan prinsip pemisahan kekuasaan,
maksudnya bahwa dalam negara demokrasi menganut sistem
pemisahan kekuasaan, masing-masing lembaga negara memiliki
fungsi dan wewenang masing masing.
38

6. Demokrasi yang menjamin berkembangnya otonomi daerah,


maksudnya bahwa negara menjamin berkembangnya setiap daerah
untuk memajukan potensi daerahnya masing-masing sesuai dengan
ketentuan yang berlaku Demokrasi yang menerapkan konsep
negara hukum, maksudnya bahwa negara Indonesia berdasarkan
hukum, bukan kekuasaan belaka,
7. segala kebijaksanaan maupun tindakan pemerintah berdasarkan
pada hukum yang berlaku. Demokrasi yang menjamin
terselenggaranya peradilan yang bebas, merdeka. dan tidak
memihak, maksudnya badan peradilan yang tidak terpengaruhi dan
tidak dapat dipengaruhi oleh pihak lain.
8. Demokrasi yang menumbuhkan kesejahteraan rakyat, maksudnya
adalah demokrasi yang dikembangkan bertujuan untuk menjamin
dan mewujudkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas hidup
manusia dalam segala aspek kehidupan baik lahir maupun batin.
9. Demokrasi yang berkeadilan sosial, maksudnya bahwa tujuan akhir
upaya pelaksanaan ketatanegaraan adalah tercapainya keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Demokrasi Pancasila dapat diartikan secara luas ataupun secara
sempit. Secara luas, demokrasi Pancasila dapat diartikan sebagai
kedaulatan rakyat yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dalam
bidang politik, ekonomi, dan sosial. Adapun pengertian Pancasila
secara sempit adalah kedaulatan rakyat yang dilaksanakan menurut
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Dalam
pengertian lain, sistem demokrasi Pancasila memiliki dua asas, kedua
asas tersebut, yaitu:
• Asas kerakyatan yaitu asas kesadaran akan cinta kepada rakyat,
manunggal dengan nasib dan cita-cita rakyat, serta berjiwa
kerakyatan atau menghayati kesadaran senasib dan secita-cita
dengan rakyat. Asas musyawarah untuk mufakat
• Asas musyawarah untuk mufakat yaitu asas yang
memperhatikan aspirasi dan kehendak seluruh rakyat yang
jumlahnya banyak dan melalui forum permusyawaratan dalam
rangka pembahasan untuk menyatukan pendapat bersama serta
mencapai kesepakatan bersama yang dijiwai oleh kasih sayang
pengorbanan demi tercapainya kebahagiaan bersama.
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang wajib bertanggung
jawab kepada Tuhan yang Maha Esa, bertanggung jawab kepada
kemanusiaan dan bertanggung jawab kepada persatuan Indonesia.
Selain sistem demokrasi Pancasila, yang memiliki tanggung jawab yang
sama adalah warga negara Indonesia (WNI). Adapun tanggung jawab
warga negara Indonesia dalam pelaksanaan demokrasi Pancasila di
antaranya adalah:
• Setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab terhadap segala
pelaksanaan sistem demokrasi Pancasila.
39

• Setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab terhadap segala


pelak sanaan pemilu (Pemilihan Umum) secara langsung, umum,
bebas, dan rahasia serta jujur dan adil. 3. Setiap warga negara
Indonesia bertanggung jawab atas segala pelaksanaan hukum dan
pemerintahan Republik Indonesia.
• Setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab atas segala
usaha pembelaan negara.
• Setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab atas segala
pelaksanaan
• Hak Asasi Manusia (HAM), mempertahankan, dan mengisi
kemerdekaan Republik Indonesia.
Seperti halnya bentuk demokrasi pada umumnya, demokrasi Pancasila
pun sangat bergantung pada dua hal; institusi istruktur) dan perilaku (kultur)
demokrasi demokrasi Pancasila tidak akan terwujud apabila institusi
demokrasi dan perilaku demokrasi tidak berjalan dengan baik.
Institusi (struktur) demokrasi menunjuk pada tersedianya lembaga-
lembaga politik demokrasi yang ada di suatu negara. Suatu negara
dikatakan negara demokrasi apabila di dalamnya terdapat lembaga-
lembaga politik demokrasi. Lembaga-lembaga yang dimaksud tersebut
antara lain: pemerintahan yang buka dan bertanggung jawab, parlemen,
lembaga pemilu, organisasi politik lembaga swadaya masyarakat dan
media massa.
Adapun yang dimaksud sebagai perilaku kulturi demokrasi adalah berla
kunya nilai-nilai demokrasi di masyarakat. Masyarakat yang dikatakan
sebagai myarakat yang demokratis adalah masyarakat yang perilaku
hidupnya dalam keseharian ataupun dalam kehidupan kenegaraan
dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, Nilai-nilai demokratis tersebut meliputi
nilai perdamaian, kesuka relaan, keadilan, saling menghargai perbedaan,
menghormati kebebasan, teratur meminimaliai paksaan dan memajukan
ilmu pengetahuan Membangun kultur demokrasi berarti menegakan nilai-
nilai demokrasi pada masyarakat.
Dengan demikian, selain memerlukan institusi, hukum dan aturan serta
lembaga-lembaga negara lainnya, demokrasi yang sejati haruslah memiliki
sikap dan perilaku demokratis di dalam masyarakatnya. Dengan demikian,
demokras memerlukan kesadaran warga negara dalam menegakan nilai-
nilai demokrasi sebagai syarat hidupnya. Adapun syarat yang dibutuhkan
sebagai pengetahuan dan kesadaran warga negara meliputi tiga hal. Ketiga
hal tersebut adalah:
Pertama, kesadaran bahwa demokrasi adalah pola kehidupan yang
paling menjamin hak-hak warga masyarakat itu sendiri Demokrasi adalah
pilihan terbaik di antara yang buruk tentang pola hidup bernegara.
Kedua, demokrasi adalah sebuah learning process yang lama dan tidak
sekedar meniru dari masyarakat lain.
Ketiga, kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan
mentransformasikan nilai-nilai demokrasi pada masyarakat. (Zamroni,
2001).
40

Dalam sistem pemerintahan demokrasi Pancasila, terdapat landasan


formal yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, serta ketapan MPRS. Adapun
sistem pemerintahan demokrasi Pancasila jika melandaskan pada Batang
Tubuh UUD 1945, berdasarkan pada tujuh sendi pokok. Ketujuh sendi
pokok tersebut adalah sebagai berikut:
1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan hukum Negara Indonesia
berdasarkan hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan
belaka (Machstaat). Hal ini mengandung arti bahwa baik peme rintah
maupun lembaga-lembaga negara lainnya dalam melaksanakan
tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan tindakannya bagi
rakyat harus ada landasan hukumnya. Persamaan kedudukan dalam
hukum bagi semua warga negara harus tercermin di dalamnya.
2. Indonesia menganut sistem konstitusional. Pemerintah berdasarkan
sistem konstitusional (hukum dasar) dan tidak bersifat absolutisme
(kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). Sistem konsti tusional ini
lebih menegaskan bahwa pemerintah dalam melaksanakan
tugasnya dikendalikan atau dibatasi oleh ketentuan konstitusi.
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Majelis Permusyawaratan
Rakyat sebagai pemegang kekuasaan negara yang tertinggi. Seperti
telah disebutkan dalam Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 pada halaman
terdahulu, bahwa (kekuasaan negara tertinggi) ada di tangan rakyat
dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Dengan demikian, MPR
adalah lembaga negara tertinggi sebagai penjelmaan seluruh rakyat
Indonesia.
Sebagai pemegang kekuasaan negara yang tertinggi MPR mempunyai
tugas pokok, yaitu: Menetapkan UUD; Menetapkan GBHN, dan Memilih dan
mengangkat presiden dan wakil presiden. Wewenang MPR, yaitu:
a. Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh
lembaga negara lain, seperti penetapan GBHN yang
pelaksanaannya ditugaskan kepada Presiden.
b. Meminta pertanggungjawaban presiden/mandataris mengenai pelak
sanaan GBHN Melaksanakan pemilihan dan selanjutnya
mengangkat Presiden dan Wakil Presiden.
c. Mencabut mandat dan memberhentikan presiden dalam masa
jabatan nya apabila presider/mandataris sungguh-sungguh
melanggar Haluan negara dan UUD Mengubah undang-undang.
4. Presiden
Presiden adalah penyelenggara pemerintahan tertinggi di bawah
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Di bawah MPR, presiden ialah
penye lenggara pemerintah negara tertinggi. Presiden selain diangkat
oleh majelis juga harus tunduk dan bertanggung jawab kepada majelis.
Presiden adalah Mandataris MPR yang wajib menjalankan putusan-
putusan MPR. Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi DPR
mengawasi pelaksanaan mandat (kekuasaan pemerintah) yang
dipegang oleh presiden dan DPR harus saling bekerja sama dalam
41

pembentukan undang-undang termasuk APBN, Untuk mengesahkan


undang-undang, presiden harus mendapat persetujuan dari DPR. Hak
DPR di bidang legislatif ialah hak inisiatif, hak amandemen, dan hak
budget. Hak DPR di bidang pengawasan meliputi:

a. Hak tanya/bertanya kepada pemerintah.


b. Hak interpelasi, yaitu meminta penjelasan atau keterangan
pemerintah.
c. Hak mosi (percaya/tidak percaya) kepada pemerintah.
d. Hak angket, yaitu hak untuk menyelidiki sesuatu hal.
e. Hak petisi, yaitu hak mengajukan usul/saran kepada pemerintah.
Menteri negara adalah pembantu presiden dan tidak bertanggung
jawab kepada DPR. Presiden memiliki wewenang untuk
mengangkat dan memberhentikan menteri negara, Menteri ini tidak
bertanggung jawab kepada DPR, tetapi kepada presiden.
Berdasarkan hal tersebut, berarti sistem kabinet kita adalah kabinet
kepresidenan presidensil Kedudukan menteri negara bertanggung
jawab kepada presiden, tetapi mereka bukan pegawai tinggi biasa,
menteri ini menjalankan kekuasaan pemerintah dalam prakteknya
berada di bawah koordinasi presiden.
6. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas Kepala negara tidak
bertanggung jawab kepada DPR tetapi ia bukan diktator, artinya
kekuasaan tidak tak terbatas, la harus memerhatikan sungguh-sungguh
suara DPR. Kedudukan DPR kuat karena tidak dapat dibubarkan oleh
presiden dan semua anggota DPR merangkap menjadi anggota MPR.
DPR sejajar dengan presiden. (Astuti, 2012).
7 Bentuk dan kedaulatan negara Indonesia ialah negara kesatuan yang
berbentuk republik, kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) serta
Indonesia adalah negara hukum (Pasal 1 ayat 1, 2, 3 UUD 1945).
Tentu saja sendi-sendi tersebut mengalami perubahan dan
penambahan pasca Amandemen UUD 1945. Secara skematis,
kelembagaan negara Republk Indonesia menurut UUD 1945 sekarang ini
adalah sebagai berikut:
Susunan Lembaga Negara RI sebelum Amandemen UUD 45:
• MPR UUD 1945
• DPR
• Presiden
• BPK
• DPA
• MA
Susunan Lembaga Negara R setelah Amandemen UUD 45
• UUD 1945
• BPK
• MPR
42

• DPD
• DPR
• Presiden dan Wakil Presiden
• MK
• MA
• KY
43

KESIMPULAN
Demokrasi sebagai suatu sistem telah dijadikan alternatif dalam
berbagai tatanan aktivitas bermasyarakat dan bernegara di beberapa
Negara. Ada dua alasan dipilihnya demokrasi sebagai sistem
bermasyarakat dan bernegara. Pertama, hampir semua negara didunia ini
telah menjadikan demokrasi sebagai asas yang fundamamental.; Kedua,
demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan
arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan Negara sebagai
organisasi tertingginya.
Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang
benar pada warga masyarakat tentang demokr Makna demokrasi sebagai
dasar hidup bermasyarakat dan bernegara mengandung pengertian
bahwa rakyatlah yang memberikan ketentuan dalam masalah-masalah
mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan negara.
Negara, karena kebijakan Negara tersebut akan menentukan
kehidupan rakyat. Dengan demikian Negara yang menganut sistem
demokrasi adalah Negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak
dan kemauan rakyat. Dari sudut organisasi, demokrasi berarti
pengorganisasian Negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas
persetujuan rakyat karena kedaulatan ditangan rakyat.
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan
kekeluargaan dan gotong royong yang ditujukan kepada kesejahteraan
rakyat, yang mengandung unsur-unsur berkesadaran religius,
berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi pekerti luhur, berkepribadian
Indonesia dan berkesinambungan. Demokrasi Pancasila juga merupakan
demokrasi konstitusional dengan mekanisme kedaulatan rakyat dalam
penyelenggaraan negara dan penyelengaraan pemerintahan berdasarkan
konstitusi yaitu Undang-undang Dasar 1945.
Sebagai demokrasi pancasila terikat dengan UUD 1945 dan
pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945.Dalam demokrasi
Pancasila, sistem pengorganisasian negara dilakukan oleh rakyat sendiri
atau dengan persetujuan rakyat. Dalam demokrasi Pancasila kebebasan
individu tidak bersifat mutlak, tetapi harus diselaraskan dengan tanggung
jawab sosial. Dalam demokrasi Pancasila, keuniversalan cita-cita
demokrasi dipadukan dengan cita-cita hidup bangsa Indonesia yang dijiwai
oleh semangat kekeluargaan, sehingga tidak ada dominasi mayoritas atau
minoritas.
Banyak negara menerapkan sistem politik demokrasi. Masing-
masing negara menerapkan sistem demokrasi dengan pemahaman
masing-masing. Keanekaragaman pemahaman tersebut dapat dirangkum
ke dalam 3 sudut pandang, yaitu ideologi, cara penyaluran kehendak
rakyat, dan titik perhatian. cara penyaluran kehendak rakyat:
44

a. Demokrasi langsung
Dalam sistem demokrasi langsung, rakyat secara langsung
mengemukakan kehendaknya dalam rapat yang dihadiri oleh
seluruh rakyat
b. Demokrasi perwakilan
c. Demokrasi perwakilan sistem referendum
d. Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum merupakan
gabungan antara demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan.
Pancasila sebagai sebuah ideologi dan acauan sistem demokrasi di
Indonesia telah melampaui waktu yang panjang. Memang, sebuah negera
apabila hendak menjadi sesuatu yang ideal, maka dalam
penyelenggaraannya haruslah berlandaskan demokrasi. Bukankah
pemerintahan yang demokrasi akan mencurahkan kebaikan pada rakyat
secara keseluruhan. Pada dasarnya demokrasi melekat pada kebebasan
dan partisipasi individu. Menggunakan kebebasan, hak-hak sipil, dan
politik, merupakan bagian dari kehidupan yang melekat pada individu
sebagai makhluk sosial. Partisipasi dalam kehidupan sosial dan politik
mengandung nilai intrinsik bagi kehidupan manusia. Semua itu sejalan
dengan cita-cita demokrasi Pancasila. Untuk itu, artikel ini mencoba
menyuguhkan praktik demokrasi di Indonesia dalam sejarahnya.
Pancasila, sebagai ideologi negara dalam kurun waktu 70 tahun,
yang juga menjadi pilar dalam berdemokrasi, ternyata telah memiliki rupa
yang berbeda seiring dengan perubahan wajah perpolitikan di negeri ini.
Apakah ini merupakan pertanda bahwa bangsa ini memang sedang belajar
untuk mencari format yang tepat dalam berdemokrasi, tentu yang sesuai
dengan jiwa Pancasila. Seperti apakah wujud dari demokrasi yang
berketuhanan, berkemanusiaan, berkebijaksanaan, dan berkeadilan yang
dapat mengikat kesatuan bangsa ini.Upaya mewujudkan Demokrasi
Pancasila yang ideal harus terus dilakukan dengan melakukan dekontruksi
secara berkelanjutan.
Dekontruksi di sini tidak diartikan sebagai penghancuran,
peniadaan, atau pembubaran. Kontruksi memang berarti pembangunan,
pendirian, dan sistemasi. Tetapi tidak serta merta terminologi lawannya,
dekonstruksi, mengatakan kebalikannya. Dekonstruksi yang
dimaksudkan adalah upaya untuk melakukan pembacaan ulang seluruh
realitas. Karena merupakan aktivitas membaca ulang, maka dekontruksi
atas Demokrasi Pancasila, berarti membaca seluruh realitas dari praktik
demokrasi yang telah berlangsung di bumi Pancasila ini.
Alasan diperlukannya demokrasi yang bersumber dari Pancasila
karena Pancasila sangat berperan penting dalam aspek kehidupan
masyarakat negara Indonesia. Yang mana menjunjung tinggi nilai-nilai
agama, rasa kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan.
Indonesia sendiri dalam menjalankan pemerintahannya yang dilandasi oleh
ideologi bangsa yaitu Pancasila. Namun, nilai - nilai yang terkandung dalam
Pancasila masih banyak yang belum diterapkan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara baik pejabat maupun masyarakatnya. Hal ini
45

terjadi dikarenakan masih kurangnya kesadaran dalam diri masing -


masing. Butir - butir dalam Pancasila tidak harus dihafalkan saja namun
yang paling penting adalah harus juga diterapkan dalam kehidupan sehari
- hari.
Kelima butir Pancasila tersebut, yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Jelas sekali disebutkan bahwa kita sebagai bangsa Indonesia memiliki
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Namun,
pada kenyataannya, masih banyak yang tidak memiliki kesadaran untuk
mencapai kelima butir Pancasila tersebut. Masih banyaknya sikap egois,
menguntungkan diri sendiri yang masih menjiwai bangsa Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita tarik kesimpulan, bahwa pada
hakikatnya Indonesia menganut sistem demokrasi Pancasila, walaupun
pernah menerapkan sistem demokrasi yang lain. Sistem demokrasi
Pancasila mengutamakan musyarawah dan mufakat dalam mengatasi
segala macam persoalan. Sistem demokrasi parlementer dan demokrasi
terpimpin terbukti tidak cocok diterapkan di Indonesia. Walaupun sistem
demokrasi Pancasila yang diimplementasikan masih terjadi juga
penyimpangan, akan tetapi penyimpangan tersebut bukan berasal dari
sistemnya, namun berasal dari "manajemen" yang melaksanakannya. Jika
seandainya sistem demokrasi Pancasila dilaksanakan secara murni dan
konsekuen, Indonesia akan menjadi negara besar, bukan hanya dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi semata, akan tetapi juga dilihat dari
karakter yang dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia.
Penerapan sistem demokrasi Pancasila di Indonesia disesuaikan
dengan nilai-nilai sosial budaya bangsa Indonesia. Nilai-nilai budaya
bangsa Indonesia yang sangat banyak itu disederhanakan dengan
mengambil yang universalnya. Inilah yang disebut dengan nilai-nilai
Pancasila.
Menurut Sihombing (1984: 9) untuk mendapatkan pengertian
Demokrasi Pancasila secara lengkap dan utuh diperlukan 2 alat pengukur
yang saling melengkapi, yaitu:
1. Alat pengukur yang konsepsionil, dan
2. Alat pengukur tingkah laku (kebudayaan).
Dari alat pengukur pertama dapat diambil pengertian, bahwa demokrasi
Pancasila adalah kedaulatan rakyat yang dijiwai dan diintegrasikan dengan
sila-sila Pancasila. Artinya dalam menggunakan hak-hak demokrasi
haruslah selalu disertai dengan rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, mampu mempersatukan
bangsa serta dimanfaatkan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
46

rakyat Indonesia. Pengertian semacam ini lebih bersifat formalistik dan


diatur dalam UUD 1945 atau peraturan perundang-undangan lainnya.
Sementara alat pengukur kedua bersifat kebudayaan, yaitu berupa
tingkah laku yang bersumber dari kebudayaan bangsa Indonesia.
Pengertian demokrasi melalui alat pengukur kedua ini melengkapi
pengertian melalui alat pengukur pertama, karena memberikan struktur
informal terhadap demokrasi Pancasila. Kearifan dan bijaksana dalam
tingkah laku merupakan kekhasan dalam demokrasi Pancasila.
47

DAFTAR PUSTAKA
Sutoyo, 2011. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi,
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Drs.H.Wirman Burhan,M.PKN. 2014. Pendidikan
Kewarganegaraan,Pancasila Dan Undang-Undang Dasar 1945,Jakarta:
Raja Grafindo Persada
A.Ubaedilah. 2015. Pancasila Demokrasi Dan Pencegahan Korupsi,
Jakarta: Prenadamedia Group.
Prof.Drs.S.Pamudji,MPA. 1981. Demokrasi Pancasila Dan Ketahanan
Nasional. Jakarta: PT.Bina Aksara
Oetojo oesman Dan Alfian, 1990. Pancasila Sebagai Ideologi.Jakarta:
perum percetakan negara RI
Arfani,Riza Noer. 1996. Demokrasi Indonesia Kontemporer. Jakarta: PT
Raja Grafindo Prasada
Budi Juliardi. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Rajawali
Pers
Prof. Dr. Kaelan,N.S.2016.Pendidikan Pancasila, Yogyakarta:
PARADIGMA.
Ahmad Jamalong. 2019. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
di Perguruan Tinggi, Depok: PT. Raja Grafindo Persada.
Dr. Fokky Fuad Wasitaatmadja. 2018. Falsafah Pancasila Epistemologi
Keislaman Kebangsaan, Depok: Prenada Media Group.
Dr.H.Kabul Budiono,M.Si. 2017. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan
Tinggi. Bandung: Alfabeta.
Dr.H.T.Efendy Suryana,S.H.,M.Pd. 2015. Pancasila Dan Ketahanan Jati
Diri Bangsa. Bandung: PT. Refika Aditama
Prof.Harun Zain,SE. 1995. Aktualisasi Pengamalan Pancasila Dan UUD
1945 Dalam Era Globalisasi. Jakarta: universitas Mercu Buana.
TGS. Prof.Dr. K.H. Saidurrahman, M. Ag. 2018. Pendidikan
Kewarganegaraan NKRI Harga Mati. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.
Gunawan Suswantoro. 2016. Mengawal Penegak Demokrasi. Jakarta:
Erlangga
Mulyana, M.Hum. 2005. Demokrasi dalam Budaya Lokal, Yogyakarta:
TIARA WACANA.
Drs. Hartono.1992. Pancasila, Jakarta: RINEKA CIPTA.
48

Prof. Dr. Mr. Drs. Notonogoro.1983. Pancasila Dasar Falsafah Negara,


Surabaya: PT. Bina Aksara.
Prof. Drs. H. Rustam E. Tamburaka, M.A.1995. Pendidikian Pancasila,
Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Sugeng Satya Dharma. 2007. Menatap Demokrasi. Aceh: Satker BRR
Penguatan Kelembagaan Kominfo
Prof. Drs. H. A.W. Widjaja. 1995. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan
Pancasila pada Perguruan Tinggi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Prasada.
Prof. Drs. Notonagoro SH. 1967. Beberapa Hal Mengenai Falsafah
Pancasila, Jakarta: Radar Jaya Offset.
Prof. Dr. H. Tukiran Taniredja, M.M. dkk.2015. Pendidikan
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah, Purwokerto:
ALFABETA. CV
Drs. Slamet Sutrisno, M.Si. 2006. Filsafat dan Ideologi Pancasila,
Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Syafrizal dkk.2021. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
Medan: Yayasan Kita Menulis.
H. Probosutedjo.1995. Pancasila dan UUD 1945 dalam Era Globalisasi,
Jakarta: Universitas Mercu Buana.

https://nasional.sindonews.com/read/617089/12/4-periode-
perkembangan-demokrasi-di-indonesia-
1638479558?_gl=1*14ndrpa*_ga*OGY1dzdTNXZLWHlxVGgtaHkxeEh0c
VlwYTVGNWRVUEx1RWdCR055elJWbzcySEVZTXN4LUktSXktTjRxQ25
qWA..
https://transnasional.ejournal.unri.ac.id/index.php/JTS/article/download
/1211/1202
https://www.kompas.com/
https://www.bladjar.com/kelebihan-dan-kekurangan-demokrasi/
https://nasional.sindonews.com/read/617089/12/4-periode-
perkembangan-demokrasi-di-indonesia-
1638479558?_gl=1*14ndrpa*_ga*OGY1dzdTNXZLWHlxVGgtaHkxeEh0c
VlwYTVGNWRVUEx1RWdCR055elJWbzcySEVZTXN4LUktSXktTjRxQ25
qWA..

https://transnasional.ejournal.unri.ac.id/index.php/JTS/article/download
/1211/1202
49

https://www.bladjar.com/kelebihan-dan-kekurangan-demokrasi/
https://www.kompasiana.com/devialrst/593d0312f87e614733ad64d2/s
udahkah-demokrasi-pancasila-berjalan-semestinya
https://katadata.co.id/intan/berita/62044d1365ae6/memahami-ideologi-
pancasila-sebagai-ideologi-terbuka
https://edukasi.okezone.com/read/2022/03/08/624/2558228/apa-
perbedaan-arti-pancasila-sebagai-dasar-negara-dan-pandangan-hidup
https://sipejar.um.ac.id/mod/resource/view.php?id=714198#:~:text=Pan
casila%20sebagai%20pandangan%20hidup%20bangsa%2C%20artinya%
20nilai%2Dnilai%20ketuhanan%2C,bermasyarakat%2C%20berbangsa%2
C%20dan%20bernegara
https://fisib.unpak.ac.id/berita/tantangan-demokrasi-di-indonesia
https://m.merdeka.com/jabar/macam-macam-demokrasi-di-indonesia-
dari-parlementer-hingga-pancasila-kln.html
https://www.smkgiki1.sch.id/read/18/pentingnya-kehidupan-demokrasi-
dalam-masyarakat
http://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/1006-politik-
identitas-tantangan-demokrasi-indonesia
https://katadata.co.id/intan/berita/61b9eb1f361c8/pengertian-demokrasi-
pancasila-ciri-ciri-dan-prinsipnya
https://edukasi.okezone.com/read/2022/02/22/624/2551175/kedudukan-
pancasila-sebagai-ideologi-terbuka-berikut-penjelasannya
https://edukasi.okezone.com/read/2022/02/22/624/2551175/kedudukan-
pancasila-sebagai-ideologi-terbuka-berikut-penjelasannya
https://jogja.suara.com/read/2021/10/18/074500/dimensi-dan-nilai-dasar-
pancasila-sebagai-ideologi-terbuka-penjelasan-lengkap
https://www.gramedia.com/literasi/dimensi-pancasila/
https://amp-tirto-id.cdn.ampproject.org/v/s/amp.tirto.id/pengertian-
demokrasi-pancasila-sejarah-prinsip-ciri-cirinya-
gcJE?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM%3D
#referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%2
4s&ampshare=https%3A%2F%2Ftirto.id%2Fpengertian-demokrasi-
pancasila-sejarah-prinsip-ciri-cirinya-gcJE
https://bobo.grid.id/read/082971500/perkembangan-demokrasi-di-
indonesia-mulai-dari-masa-awal-kemerdekaan-hingga-sekarang
https://osf.io/hwesf/download
50

https://bobo-grid-
id.cdn.ampproject.org/v/s/bobo.grid.id/amp/082971500/perkembangan-
demokrasi-di-indonesia-mulai-dari-masa-awal-kemerdekaan-hingga-
sekarang?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM
%3D#referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%25
1%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fbobo.grid.id%2Fread%2F08297150
0%2Fperkembangan-demokrasi-di-indonesia-mulai-dari-masa-awal-
kemerdekaan-hingga-sekarang
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ideologi

Anda mungkin juga menyukai