b. Metode II
Kali pertama dimandikan dengan air yang bercampur, pada kali kedua dengan air suci
untuk menghilangkan daun sadar, kemudian kali ketiga dengan air suci, diulangi sampai
tiga kali jumlahnya sembilan
A1. Air bercampur – A2. Air suci – A3. Air suci – B1. Air
bercampur B2. Air suci B3. Air suci – C1. Air
bercampur – C2. Air suci – C3. Air suci
DO`A MEMBELAH JERUK KERUT
َاللَّه َُّم َصفًّا لَه ُْم ُج ْن ٌد ُم ْحرَض ُ ْو َن
MENGKAFANI MAYIT
Setelah mayit dimandikan dengan cukup sempurna maka fardhu kifayah bagi tiap-tiap
orang yang hidup adalah mengkafaninya. Sekurang-kurang kafan selapis pakaian yang
dapat menutupi seluruh tubuh mayit.
Disunatkan terhadap mayit laki-laki dikafani sampai tiga lapis, setiap lapisan hendaknya
dapat menutup seluruh tubuhnya. Boleh juga ditambah dengan baju dan sorban.
Sedangkan mayit perempuan disunatkan lima lapis, masing-masing lapisannya adalah
sarung, baju kerudung, mukena dan dua lembar yang dapat menutupi seluruh tubuhnya.
Kain yang dipergunakan untuk kafan adalah kain yang halal dipakai oleh si mayit semasa
hidupnya, disunatkan kain yang berwarna putih yang masih baru dan dipakai wewangian
untuk selain orang yang ihram.
CARA MENGKAFANI
Sebelum dibalut, seluruh rongga tubuh mayit
ditutup dengan kapas. Disunatkan memakai kapas di sela-sela jari tangan dan kakinya.
Ambillah kain sarung kemudian baju, bagi mayit perempuan mukena dan bagi maayit laki-
laki sorban, lalu sisa untuk kafan. Posisikan tangan mayit seperti dalam shalat. Setelah
semua lapisan diletakkan (lapisan pertama dan kedua kafan penutup seluruh tubuh, lalu
baju di bagian atas dan sarung di bagian bawah, untuk laki-laki surban sedangkan untuk
perempuan
mukena) mukena /
surban
POSISI ASLINYA SEJAJAR
Ikatan balutan terdiri dari ; ujung kepala, leher, perut, lulut dan ujung kaki. Tali pengikat
diletakkan dibawah sekali, kemudian kafan pertama, kafan kedua (lapisan pertama dan
kedua sebagai pembungkus), lapisan ketiga terdiri dari sarung dan baju sedangkan surban
atau mukena berada diluar ujung kepala kafan.
َاللَّه َُّم َص ِ ّل عَىَل َس ِ ّي ِداَن ُم َح َّم ِد ِن النَّىِب ِ ّ اذَّل ِ ى َج َاء اِب ْ حل ّ َِق ْامل ُ ِبنْي ِ .
والسالم
A.Jika kita dapati keluarga kita meniggal dunia, yakinkan bahwa ruhnya telah berpisah dari
jasadnya dengan melakukan langkah-langkah berikut;
1)Periksa detak jantungnya dengan meraba urat nadi daerah tangan atau leher.
2)Periksa nafasnya dengan didengarkan langsung pada hidung dan mulutnya, atau ambil cermin
kemudian dekatkan pada hidung atau mulutnya untuk mendeteksi ada dan tidaknya uap air yang
keluar dari keduanya.
3)Bila nadinya berhenti dan nafasnya sudah tidak terdeteksi menandakan secara klinis telah mati.
4)Untuk lebih meyakinkan periksa oleh petugas kesehatan untuk meyakinkan kematian secara
medis.
B.Jika yakin sudah meninggal maka kewajiban kita sebagai muslim adalah melakukan Pengurusan
atau pemeliharaan jenazahnya (mayatnya).
Pengurusan jenazah dalam bahasa arab disebut tajhiz al-janazah ))جتهزي اجلنازة. Jenazah berasal dari
kata arab, “janazah” yang berarti; 1) usungan (keranda), 2) mayat, 3) upacara yang diadakan oleh
keluarga orang mati sejak kematiannya sampai penguburannya. Arti ketiga inilah yang dimaksud
dengan tajhiz al-janazah karena menyangkut perkara ritual. Yang termasuk pengurusan jenazah
yang paling pokok adalah sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat Ibnu Majah dan Ahmad
dari ‘Aisyah, meliputi;
1)memandikan jenazah,
2)mengkafani jenazah,
3)mensholati jenazah,
4)dan menguburkannya jenazah.
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pulang dari baqi kemudian menemuiku sedangkan aku
sedang sakin kepala, dan aku mengatakan padanya dan mengangkatkannya (menyandarkan)dan
dia berkata :” hai ‘Aisyah dan mengangkatnya: dan berkata lagi: ” Apa yang menimpamu ? kalau
kau meninggal sebelumku maka aku yang akan memelihara mayatmu, aku yang akan
memandikanmu, mengkafanimu,menyalatkanmu dan aku yang akan menguburmu”. ( H.R. Ibnu
Majah dan Ahmad).
Keempat kegiatan tersebut merupakan suatu prosesi ibadah yang cara pelaksanaanya telah
dituntun dan ditetapkan oleh Rasulullah saw. berdasarkan sabda-sabdanya (hadits) sehingga
kewajiban bagi seorang muslim untuk mengikutinya apa-apa yang telah ditetapkan dan
meninggalkan segala perkara yang tidak ditetapkan sebagaimana firman Allah SWT. dalam surat
al-Hasr ayat 7;
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-
Nya”.(Al-Hasr :7)
” Apa-apa yang dilarang oleh Nabi atas kalian maka jauhilah dan apa-apa yang Nabi perintahkan
untuk dilakukan maka kerjakanlah semampu kalian, karena sesungguhnya orang-orang sebelum
kalian celaka karena mereka banyak bertanya dan berselisih dengan nabi-nabi mereka “. ( H.R
Muslim)
Adapun Urgensi atau maksud dan tujuan dari prosesi penyelenggaraan jenazah adalah;
1)Proses ta’abbudi yakni suatu kewajiban seorang hamba kepada Khaliknya (Allah Subhanahu wa
Ta’ala ) sebagaimana ibadah-ibadah lainnya sebagai bukti ketaatan kepadanya.
2)Ittibaa’i ‘an al-Rasul, yakni mengikuti sunnah Rasullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai
bentuk ketaatan kepada sunnahnya.
3)Takrimul muslimin yaitu penghormatan terhadap eksistensi seorang muslim yang mulia
meskipun telah menjadi mayat.
4)Tazkiyatun an-nafsi yaitu prosesi pembersihan diri dari dosa baik bagi yang masih hidup yakni
yang melakukan pemeliharaan jenazah dengan mendapat pahala dan diampuni dosa maupun bagi
si mati yakni mendapat ampunan dosa karena dido’akan oleh yang hidup.
5)Tazakiratul maut yakni menjadi media pengingat kematian bagi orang yang masih hidup yang
umumnya sering lupa bahwa dirinya akan mati.