Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik
benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang
canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini. Di mana saja
kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam
benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan,
mereka mengatakan : “ Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa
sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu
(Muhammad) ”. Katakanlah : “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka
mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami
pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:78)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sakaratul maut?
2. Apa saja tanda-tanda sakaratul maut?
3. Bagaimana peran perawat dalam mendampingi pasien sakaratul maut?
4. Bagaimana perubahan tubuh setelah kematian?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui perilaku sakaratul maut dalam ajaran Islam. Bahwa
Setiap orang yang teledor di dunia ini, baik dengan kekufuran maupun
perbuatan maksiat lainnya akan dilanda gulungan penyesalan, dan akan
meminta dikembalikan ke dunia meski sejenak saja, untuk menjadi orang
yang insan muslim yang sholeh. Namun kesempatan untuk itu sudah hilang,
tidak mungkin disusul lagi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sakaratul Maut

       Istilah sakaratul maut berasal dari bahasa arab, yaitu “sakarat” dan “maut”.
Sakarat dapat diartikan dengan “mabuk” sedangkan “maut” berarti kematian. Dengan
demikian, sakaratul maut berarti orang yang sedang dimabuk dengan masa-masa
kematiannya1.

    Sakaratul maut merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang
memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian merupakan
kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilangnya respons
terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak atau
terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Sakartul maut dan kematian
merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta merup akan suatu fenomena
tersendiri. kematian lebih kearah suatu proses, sedangkan sakaratul maut merupakan
akhir dari hidup.

        Mengenai tanda-tanda khusul khotimah atau su’ul khotimah seseorang yang


sedang sakaratul maut, Usman bin Affan pernah berkata bahwa Nabi Muhammad
bersabda:

“Perhatikanlah orang yang hampir mati, seandainya kedua matanya terbelalak,


dahinya berkeringat, dan dua lubang hidungnya bertambah besar, membuktikan
bahwa ia sedang memperoleh kabar gembira, tetapi jika dia mendengar seperti orang
yang sedang mendengkur (ngorok) atau tercekik, wajahnya pucat, mulutnya
bertambah besar, berarti ia telah mendapat kabar buruk”.

1
Op.cit

2
    Adapun orang-orang mukmin yang sedang sakaratul maut, Nabi Muhammad telah
menggambarkan dengan sabdanya:

“Ketika menjelang roh orang mukmin dicabut, maka datanglah malaikat pencabut
nyawa membawa kain sutra yang didalamnya ada minyak kasturi dan sejambak
bunga yang wangi, kemudian roh orang Mukmin itu pun dicabut dengan lemah
lembut seperti mencabut rambut dari adonan tepung, lal u diserukan kepadanya:

“Wahai jiwa yang tenteram kembalillah kepada Tuhan-Mu dalam keadaan ridho dan
diridhoi dan kembalilah kepada rahmat dan kasih sayang Allah.”

Gambaran tentang beratnya sakaratul maut dijelaskan dalam Al Qur,an dan hadist,
diantaranya:

ْ َ‫َولَ ْو تَ َر ٰى إِ ْذ يَتَ َوفَّى الَّ ِذينَ َكفَ ُروا ۙ ا ْل َماَل ئِ َكةُ ي‬


َ ‫ض ِربُونَ ُو ُجو َه ُه ْم َوأَ ْدبَا َر ُه ْم َو ُذوقُوا َع َذ‬
‫اب ا ْل َح ِريق‬

Artinya: Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat mencabut nyawa orang-orang


kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata “rasakan olehmu
siksa neraka yang membakar” (niscaya kamu akan merasa sangat nyeri)2.

ْ Fَ‫سأ ُ ْن ِز ُل ِم ْث َل َما أَ ْنزَ َل هَّللا ُ ۗ َول‬


‫و‬F َ ‫وح إِلَ ْي ِه ش َْي ٌء َو َمنْ قَا َل‬َ ُ‫َو َمنْ أَ ْظلَ ُم ِم َّم ِن ا ْفتَ َر ٰى َعلَى هَّللا ِ َك ِذبًا أَ ْو قَا َل أُو ِح َي إِلَ َّي َولَ ْم ي‬
ِ F‫اب ا ْل ُه‬
‫ا‬FF‫ون بِ َم‬F َ ُ‫سطُو أَ ْي ِدي ِه ْم أَ ْخ ِر ُجوا أَ ْنف‬
َ ‫ َذ‬F‫ ز َْونَ َع‬F‫س ُك ُم ۖ ا ْليَ ْو َم ت ُْج‬ ِ ‫ت َوا ْل َماَل ئِ َكةُ بَا‬ ِ ‫تَ َر ٰى إِ ِذ الظَّالِ ُمونَ فِي َغ َم َرا‬
ِ ‫ت ا ْل َم ْو‬
ِّ ‫ُك ْنتُ ْم تَقُولُونَ َعلَى هَّللا ِ َغ ْي َر ا ْل َح‬
ْ َ‫ق َو ُك ْنتُ ْم عَنْ آ َياتِ ِه ت‬
َ‫ستَ ْكبِرُون‬

Artinya: Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan
terhadap Allah atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepada saya”, padahal tidak
ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: “Saya akan
menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah”. Alangkah dahsyatnya sekiranya
kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut,
sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah
2
Op.cit

3
nyawamu” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena
kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena)
kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya3.

Menurut beberapa hadist:

“Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang.” (HR Tirmidzi)

“Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di
selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa
serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)

“Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut
seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting
itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan
yang tersisa.” (Ka’b al-Ahbar, sahabat Rasulullah saw)

“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab,
lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan
melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri.” (Imam Ghozali
mengutip atsar Al-Hasan)

“Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke
seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya
ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap
akar rambut dan kulit kepala hingga kaki.” ( Imam Ghozali)4

B. Tanda-Tanda Sakaratul Maut


3

4
Log.cit

4
      Ciri-ciri pokok (secara medis) orang yang akan melepaskan nafasnya yang
terakhir (sakaratul maut), adalah sebagai berikut:

 penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai


pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung
hidung yang terasa dingin dan lembab,
 kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
 Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.
 Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene stokes.
 Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa
nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan
ingatan bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah
pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah menerima.

         Menurut Dadang Hawari, “orang yang mengalami penyakit terminal dan


menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis
spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang
ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. Sehingga, pasien terminal biasanya
bereaksi menolak, depresi berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan
keputusasaan. Oleh sebab itu, peran perawat sangat dibutuhkan untuk mendampingi
pasien yang dapat meningkatkan semangat hidup klien meskipun harapannya sangat
tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi kehidupan yang kekal.

Tanda-tanda kematian:

1. 100 hari : Seluruh badan rasa bergegar.

2. 60 hari : Pusat rasa bergerak-gerak.

5
3. 40 hari : Daun dengan nama orang yang akan mati di arash akan jatuh dan malaikat
maut pun datang kepada orang dengan nama tersebut lalu mendampinginya sehingga
saat kematiannya. Kadang-kadang orang yang akan mati itu akan merasa atau
nampak kehadiran malaikat maut tersebut dan akan sering kelihatan seperti sedang
rungsing.

4. 7 hari : Mengidam makanan.

5. 5 hari : Anak lidah bergerak-gerak.

6. 3 hari : Bahagian tengah di dahi bergerak-gerak.

7. 2 hari : Seluruh dahi rasa bergerak-gerak.

8. 1 hari : Terasa bahagian ubun bergerak-gerak di antara waktu subuh dan ashar.

9. Saat akhir : Terasa sejuk dari bagian pusat hingga ke tulang solbi (dibagian
belakang badan) Seelok-eloknya bila sudah merasa tanda yang akhir sekali,
mengucap dalam keadaan qiam dan jangan lagi bercakap-cakap.

Bila Malaikat Mencabut Nyawa

Baginda Rasullullah SAW bersabda :

“Apabila telah sampai ajal seseorang itu maka akan masuklah satu kumpulan
malaikat ke dalam lubang-lubang kecil dalam badan dan kemudian mereka menarik
rohnya melalui kedua-dua telapak kakinya sehingga sampai ke lutut. Setelah itu
datang pula sekumpulan malaikat yang lain masuk menarik roh dari lutut hingga
sampai ke perut dan kemudiannya mereka keluar. Datang lagi satu kumpulan
malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut hingga sampai ke dada dan
kemudiannya mereka keluar. Dan akhir sekali datang lagi satu kumpulan malaikat

6
masuk dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong dan itulah yang
dikatakan saat nazak orang itu.”

Sambung Rasullullah SAW lagi:

“Kalau orang yang nazak itu orang yang beriman, maka malaikat Jibril  akan
menebarkan sayapnya yang disebelah kanan sehingga orang yang nazak itu dapat
melihat kedudukannya di syurga. Apabila orang yang beriman itu melihat syurga,
maka dia akan lupa kepada orang yang berada disekelilinginya. Ini adalah kerana
sangat rindunya pada syurga dan melihat terus pandangannya kepada sayap Jibril”

        Kalau orang yang nazak itu orang munafik, maka Jibril akan menebarkan sayap
disebelah kiri. Maka orang yang nazak tu dapat melihat kedudukannya di neraka dan
dalam masa itu orang itu tidak lagi melihat orang di sekelilinginya. Ini adalah kerana
terlalu takutnya apabila melihat neraka yang akan menjadi tempat tinggalnya.

       Dari sebuah hadis bahwa apabila Allah SWT menghendaki seorang mukmin itu
dicabut nyawanya maka datanglah malaikat maut. Apabila malaikat maut hendak
mencabut roh orang mukmin itu dari arah mulut maka keluarlah zikir dari mulut
orang mukmin itu dengan berkata:

“Tidak ada jalan bagimu mencabut roh orang ini melalui jalan ini kerana orang ini
sentiasa menjadikan lidahnya berzikir kepada Allah SWT”

     Setelah malaikat maut mendengar penjelasan itu, maka dia pun kembali kepada
Allah SWT dan menjelaskan apa yang diucapkan oleh lidah orang mukmin itu. Lalu
Allah SWT berfirman yang bermaksud:

“Wahai malaikat maut, kamu cabutlah ruhnya dari arah lain.”

7
        Sebaik saja malaikat maut mendapat perintah Allah SWT maka malaikat maut
pun cuba mencabut roh orang mukmin dari arah tangan. Tapi keluarlah sedekah dari
arah tangan orang mukmin itu, keluarlah usapan kepala anak-anak yatim dan keluar
penulisan ilmu.

Maka berkata tangan :

“Tidak ada jalan bagimu untuk mencabut roh orang mukmin dari arah ini, tangan ini
telah mengeluarkan sedekah, tangan ini mengusap kepala anak-anak yatim dan tangan
ini menulis ilmu pengetahuan.”

        Oleh kerana malaikat maut gagal untuk mencabut roh orang mukmin dari arah
tangan maka malaikat maut mencoba dari arah kaki. Malangnya malaikat maut juga
gagal melakukan sebab kaki berkata:

“Tidak ada jalan bagimu dari arah ini kerana kaki ini sentiasa berjalan berulang alik
mengerjakan solat dengan berjemaah dan kaki ini juga berjalan menghadiri majlis-
majlis ilmu.”

       Apabila gagal malaikat maut, mencabut roh orang mukmin dari arah kaki, maka
malaikat maut mencoba dari arah telinga. Sebaik saja malaikat maut menghampiri
telinga maka telinga pun berkata:

“Tidak ada jalan bagimu dari arah ini kerana telinga ini sentiasa mendengar bacaan
Al-Quran dan zikir.”

    Akhir sekali malaikat maut mencoba mencabut ruh orang mukmin dari arah mata
tetapi baru saja hendak menghampiri mata maka berkata mata:

“Tidak ada jalan bagimu dari arah ini sebab mata ini sentiasa melihat beberapa
mushaf dan kitab-kitab dan mata ini sentiasa menangis kerana takutkan Allah.”

8
       Setelah gagal maka malaikat maut kembali kepada Allah SWT. Kemudian Allah
SWT berfirman yang bermaksud :

“Wahai malaikatKu, tulis AsmaKu ditelapak tanganmu dan tunjukkan kepada roh
orang yang beriman itu.”

     Sebaik saja mendapat perintah Allah SWT maka malaikat maut menghampiri roh
orang itu dan menunjukkan Asma Allah SWT Sebaik saja melihat Asma Allah dan
cintanya kepada Allah SWT maka keluarlah roh tersebut dari arah mulut dengan
tenang.

Abu Bakar R.A. telah ditanya tentang kemana roh pergi setelah ia keluar dari jasad.
Maka berkata Abu Bakar R.A: Roh itu menuju ketujuh tempat :

1. Roh para Nabi dan utusan menuju ke Syurga Adnin.

2. Roh para ulama menuju ke Syurga Firdaus.

3. Roh mereka yang berbahagia menuju ke Syurga Illiyyina.

4. Roh para shuhada berterbangan seperti burung di syurga mengikut kehendak


mereka.

5. Roh para mukmin yang berdosa akan tergantung di udara tidak di bumi dan tidak
di langit sampai hari kiamat.

6. Roh anak-anak orang yang beriman akan berada di gunung dari minyak misik.

7. Roh orang-orang kafir akan berada dalam neraka Sijjin, mereka diseksa berserta
jasadnya hingga sampai hari Kiamat.

9
Telah bersabda Rasullullah S.A.W: Tiga kelompok manusia yang akan dijabat
tangannya oleh para malaikat pada hari mereka keluar dari kuburnya:

1. Orang-orang yang mati syahid.

2. Orang-orang yang mengerjakan solat malam dalam bulan ramadhan.

3. Orang berpuasa di hari Arafah.

C. Peran Perawat dalam Mendampingi Pasien Sakaratul Maut

     Karena batapa sakitnya proses sakaratul maut itu, maka perawat muslim memiliki
peran dalam mendampingi pasien muslim dalam proses sakaratul maut, antara lain
sebagai berikut :

1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT.

        Pada sakaratul maut perawat harus membimbing agar berbaik sangka kepada
Allah sebagaimana Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslem. Jangan sampai
seorang dari kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah,
selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi, Aku ada pada sangka-sangka
hambaku, oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan sangkaaan yang baik .
Selanjutnya Ibnu Abas berkata, Apabila kamu melihat seseorang menghadapi maut,
hiburlah dia supaya bersangka baik pada Tuhannya dan akan berjumpa dengan
Tuhannya itu. Selanjutnya Ibnu Mas´ud berkata : Demi Allah yang tak ada Tuhan
selain Dia, seseorang yang berbaik sangka kepada Allah maka Allah berikan sesuai
dengan persangkaannya itu. Hal ini menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua berada
ditangannya.

2. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut

10
       Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan
orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian
disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena
bisa saja kerongkongannya kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit
untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat
meredam rasa sakit yang dialami orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal
itu dapat mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat5.

3. Mengajarkannya atau mengingatkannya untuk mengucapkan kalimat syahadat


yaitu La ilaha illallah Muhammad Rasulullah.

     Perawat muslim dalam mengajarkan atau mengingatkanya kalimah laaillallah


dapat dilakukan pada pasien terminal menjelang ajalnya terutama saat pasien akan
melepaskan nafasnya yang terakhir.

    Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi kebutuhan
fisiknya juga harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien muslim agar diupayakan
meninggal dalam keadaan Husnul Khatimah. Perawat membimbing pasien dengan
mentalkinkan (membimbing dengan melafalkan secara berulang-ulang), sebagaimana
Rasulullah mengajarkan dalam Hadist Riwayat Muslim.

“Talkinkanlah olehmu orang yang mati diantara kami dengan kalimat Laailahaillallah
karena sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika
matinya maka itulah bekalnya sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya
dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya menuju surga”.

    Selanjutnya Umar Bin Ktahab berkata Hindarilah orang yang mati diantara kami
dan dzikirkanlah mereka dengan ucapan Laailahaillahllah, maka sesungguhnya
mereka (orang yang meninggal) melihat apa yang tidak bisa, kamu lihat .

5
Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah

11
4. Menghadapkannya ke arah kiblat.caranya jika ia berbaring,maka lambung
kanannya diarahkan ke lantai.

   Disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah kiblat.
Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw.
Hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih
melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana
menghadap kiblat:

a. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya


dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia
menghadap kearah kiblat.

b. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke
kiblat. Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang
paling benar. Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah
orang tersebut berbaring kearah manapun yang membuatnya selesai.

5. Mendo’akannya agar dosanya diampunin dan dimudahkan keluarnya ruh .Wallahu


A’lam.

   Di samping berusaha memberikan sentuhan perawat muslim perlu berkomunikasi


terapeutik, antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah SAW bersabda:

“Bila kamu datang mengunjungi orang sakit atau orang mati, hendaklah kami
berbicara yang baik karena sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa yang
kamu ucapkan. Selanjutnya diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda
apabila kamu menghadiri orang yang meninggal dunia di antara kamu, maka tutuplah
matanya karena sesungguhnya mata itu mengikuti ruh yang keluar dan berkatalah

12
dengan kata-kata yang baik karena malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu
ucapkan.”

       Berdasarkan hal diatas perawat harus berupaya memberikan suport mental agar
pasien merasa yakin bahwa Allah Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat
hambanya, mendo’akan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh
terlepas, dari jasadnya.

D. Perubahan Tubuh Setelah Kematian

a. Rigor mortis (kaku) dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian, karena adanya
kekurangan ATP6 yang tidak dapat disintesa akibat kurangnya glikogen dalam tubuh.
Proses rigor mortis dimulai dari organ-organ involuntery, kemudian menjalar pada
leher, kepala, tubuh dan bagian ekstremitas, akan berakhir kurang lebih 96 jam
setelah kematian.

b. Algor mortis (dingin), suhu tubuh perlahan-lahan turun 1 derajat celcius setiap jam
sampai mencapai suhu ruangan.

c. Post mortem decompotion, yaitu terjadi livor mortis (biru kehitaman) pada daerah
yang tertekan serta melunaknya jaringan yang dapat menimbulkan banyak bakteri. Ini
disebabkan karena sistem sirkulasi hilang, darah/sel-sel darah merah telah rusak dan
terjadi pelepasan HB7.

BAB III
6
ibid
7
7 ibid

13
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam pandangan agama Islam merawat pasien merupakan tugas
mulia, baik secara tersurat maupun tersirat agama Islam sangat menuntut akan
hadirnya peran perawat (rufidah) di tengah masyarakat. Sakaratul maut
dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak
terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup.
B. KRITIK DAN SARAN
1. Menganjurkan pasien untuk tidak lupa melaksanakan kewajibannya
sebagai umat muslim
2. Klien yang mengalami kehilangan dan berduka hendaknya tidak terlalu
berlarut-larut dalam kesedihan karena akan menyebabkan depresi.
3. Dalam menangani klien yang mengalami kehilangan dan berduka, tenaga
kesehatan harus melakukan tindakan terhadap keluarga yang ditinggalkan
dengan cara menenangkan hati keluarga agar membantu keluarga
menerima kehilangan yg tidak bisa dielakkan.

DAFTAR PUSTAKA

14
https://www.google.com/search?q=pengertian+sakaratul+maut&ie=utf-8&oe=utf-
8

Smith, Sandra F, Smith Donna J dengan Barbara C Martin. Keterampilan


keperawatan klinis. Dasar untuk keterampilan maju, Ed keempat 1966. Appleton
& Lange, USA.

Penakut, Ruth F. Fundamental Keperawatan : healt manusia dan funsi.

Kozier, B. (1995). Fundamental Keperawatan : proses konsep dan praktek, etika


dan nilai nilai.

15

Anda mungkin juga menyukai