Anda di halaman 1dari 56

STUDI LITERATURE : HUBUNGAN KECANDUAN SMARTPHONE

DENGAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJA

SKRIPSI

OLEH :

ENDAH PUSPITASARI

010116A028

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja merupakan kelompok umur yang rentan terkena dampak dari

adanya perubahan gaya hidup, terkait dengan perkembangan kognitif dan

psikososial yang belum matang sehingga akan mudah terpengaruh oleh

lingkungan (Arisman,2009). Penggunaan smartphone dikalangan remaja

semakain memprihatinkan dan tentu memiliki dampak bagi remaja tersebut.

Menurut Harfiyanto (2015) terdapat dua dampak penggunaan smartphone,

yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif penggunaan

smartphone meliputi memudahkan remaja untuk berinteraksi dengan banyak

orang melalui sosial media. Hubungan jarak jauh tidak lagi menjadi masalah

dan menjadi halangan untuk berkomunikasi. Selain itu dampak negatif dari

penggunaan smartphone adalah anak menjadi kecanduan dalam bermain

smartphone dan mempermudah anak untuk mengakses berbagai situs yang

tidak selayaknya diakses.

Teknologi yang berkembang saat ini salah satunya yaitu gadget.

Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang yang mengikuti

perkembangan zaman, dan telah menjadi korban dari munculnya produk

komunikasi berupa gadget. Gadget digunakan oleh kalangan muda

2
diantaranya siswa usia sekolah dasar hingga dewasa. Penggunaan gadget pada

usia anak usia sekolah dasar, berbeda dengan remaja dan orang dewasa

(Manumpil,2015).

Menurut Damayanti (2017) pengguna gadget tahun 2016 mencapai

65,52 juta dan tahun 2017 sudah ada 74,9 juta. Tahun 2018 akan terus

berkembang mulai dari 83,5 juta hingga 92 juta pengguna gadget.

Berdasarkan usia, pengguna gadget terbanyak adalah usia 12-24 tahun yaitu

sebanyak 31%.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh European Union Kids

Online dan dipublikasikan oleh European Commission’s Safer Programme

terlihat bahwa aktifitas paling tinggi yang dilakukan oleh anak-anak dan

remaja ini adalah tugas sekolah (92%), bermain game (83%), melihat video

klip (75%), dan jejaring sosial (71%). Namun dibalik kemudahan yang

ditawarkannya, gadget juga dapat membawa sisi negatif bagi penggunannya.

Salah satu masalah kesehatan remaja saat ini adalah kurangnya

kebutuhan tidur. Pola tidur yang baik bagi remaja tidak kurang dari 7 jam

setiap malam. Perilaku penggunaan gadget menyebabkan pengurangan waktu

tidur, sehingga remaja sering bangun kesiangan dan mengantuk saat di

sekolah. Tidur pada remaja memiliki pola yang berbeda dibandingkan dengan

usia lainnya. Remaja lebih sering tidur waktu malam dan bangun lebih cepat

karena tuntutan sekolah, sehingga remaja seringkali mengantuk berlebihan

pada siang hari (Potter & Perry, 2010)

3
Kualitas tidur yang dibutuhkan untuk tidur pada remaja usia 12-15

tahun adalah 7-8 jam setiap malamnya (Tarwoto & Wartonah, 2009). Pola

tidur yang baik dapat memulihkan dan mengistirahatkan fisik, mengurangi

kecemasan, dan meningkatkan daya konsentrasi. Menurut Direktur Jendral

Informasi dan Komunikasi Publik Kementrian Komunikasi dan Informatika

(Kominfo), pada tahun 2015 pengguna ponsel di tanah air diperkirakan ada

270 juta smartphone digunakan oleh penduduk Indonesia yang sudah

melebihi penduduk Indonesia yang hanya sekitar 250 juta jiwa. Sedangkan

penggunaan smartphone di Indonesia di dominasi oleh remaja berusia 11-14

tahun sebesar 80% (Kemenkominfo, 2014).

Menurut hasil studi Millward Brown AdReaction (The Jakarta Post,

2011) diperoleh hasil bahwa Indonesia menjadi Negara dengan penggunaan

smartphone rata-rata tiga jam dalam satu hari. Dalam studi tersebut, diketahui

bahwa penggunaan smartphone di Indonesia memiliki rata-rata penggunaan

sekitar 181 menit perhari. Hal tersebut lebih rendah dari China dan Filipina

yaitu dengan rata-rata 174 menit dan 170 menit perharinya. Berdasarkan data

Batamnews pada tahun 2015, masyarakat Indonesia pada zaman sekarang

memiliki waktu rata-rata 5,5 jam per hari dan puncaknya terjadi pada malam

hari.

Banyak remaja kini menghabiskan sebagian besar waktu mereka

dengan memainkan gadget. Fenomena ini patut diwaspadai karena pemakaian

gadget dalam waktu lama dapat mengganggu kesehatan mereka. Berdasarkan

4
penelitian Hudo (2015), pemakaian gadget dalam waktu lama dapat

mengganggu kualitas tidur di kalangan remaja. Para remaja tersebut bisa

menghabiskan waktu seharian saat memainkan gadget.

Hasil penelitian Nashori (Nashori & Diana, 2010) mengungkapkan

bahwa kualitas tidur mempengaruhi prestasi belajar dan kendali diri. Nashori

dan Diana (2010) menyimpulkan bahwa suatu keadaan dimana tidur yang

dijalani individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran disaat terbangun.

Oleh karena itu, tidur yang cukup dan berkualitas sangat bermanfaat bagi

setiap individu. Nashori & Diana (2010) menjelaskan bahwa kualitas tidur

merupakan suatu keadaan dimana kesadaran seseorang akan sesuatu menjadi

turun, namun aktivitas otak tetap memainkan peran yang luar biasa dalam

mengatur fungsi penceranan, aktivitas jantung dan pembuluh darah, serta

fungsi kekebalan dalam memberikan energi pada tubuh dan dalam

pemrosesan kognitif, termasuk dalam penyimpanan, penataan dan pembacaan

informasi yang disimpan di dalam otak, serta perolehan informasi saat terjaga.

Menurut penelitian, pemakaian gadget dalam waktu lama ini

menyebabkan mereka memerlukan sekitar 60 menit lebih lama untuk tertidur

dari pada waktu biasanya. Dengan demikian, para remaja ini akan cenderung

tidur terlambat dari biasanya (Hudo, 2015). Dikutip dari CBS News,hubungan

dari sinar layar gadget dengan kesulitan untuk tidur ialah berkurangnya

produksi hormon melatonin, yaitu hormon yang memicu rasa kantuk yang

disebabkan oleh sinar tersebut. Menurut peneliti Sato (2015), jika pengguna

5
gadget berhasil untuk tidur setelah menggunakan komputer atau smartphone

mereka, kualitas tidur yang mereka dapatkan cenderung tidak sebagus kualitas

tidur orang-orang yang tidak menggunakan gadget.

Survei awal yang dilakukan peneliti melalui wawancara di SMP N 2

Ungaran dengan 10 siswa,didapatkan bahwa 6 sisa mengguankan smartphone

setiap hari dengan durasi 2-10 jam dan digunakan untuk melihat

youtobe,sosial media,mencari tugas sekolah, dan bermain game,4 siswa

menggunakan smartphone kurang dari 2 jam setiap harinya. Kepala sekolah

juga mengizinkan khususnya ke;as 7 dan 8 untuk emmbawa smartphone

engan syarat tidak digunakan saat jam pelajaran kecuali jika dibutukan.

Sehingga smartphone hanya digunakan untuk menghubungi wali murid untuk

menjemput anak jika ada perubahan jadwal sekolah. Berdasarkan latar

belakang peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “studi

literature : hubungan kecanduan smartphone dengan kualitas tidur pada

remaja”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “adakah hubungan antara kecanduan

smartphone dengan kualitas tidur pada Remaja?”

6
C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetaui hubungan antara kecanduan

smartphone dengan kualitas tidur pada remaja.

2. Tujuan khusus

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kelayakan

hubungan antara kecanduan smartphone dengan kualitas tidur pada

remaja.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi siswa

Sebagai masukan bagi siswa untuk memperbaiki kualitas tidur dan

mengurangi pemakaian smartphone

2. Bagi Sekolah

Sebagai masukan bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

dengan memberikan masukan kepada siswa untuk mengurangi

penggunaan smartphone terutama yang digunakan untuk bermain.

3. Bagi peneliti lain

penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan data dasar untuk peneliti

selanjutnya yang berhubungan dengan kecanduan smartphone.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep remaja

1. Remaja

a. Pengertian remaja

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal

dari bahasa latin adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk

mencapai kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala

memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode

lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah

mampu mengadakan reproduksi (Ali & Asrori, 2010).

Menurut rice (dalam Gunarsa, 2010), masa remaja adalah masa

peralihan, ketika individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu

yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting

menyebabkan remaja melakukan pengendalian diri. Dua hal tersebut

adalah, pertama, hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan

lingkungan, dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik

di dalam diri remaja yang membuat remaja relatif lebih bergejolak

dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm and stress

period).

8
2. Fase remaja

Menurut Sarwono (2011) Dan Hurlock (2011) ada tiga tahap perkembangan

remaja, yaitu :

a) Remaja awal (early adolescence) usia 11-13 tahun

Seorang remaja pada tahap ini masih heran akan perubahan-perubahan

yang terjadi pada tubuhnya. Remaja mengembangkan pikiran-pikiran

baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.

Pada tahap ini remaja awal sulit untuk mengerti dan dimengerti oleh

orang dewasa. Remaja ingin bebas dan mulai berfikir abstrak.

b) Remaja madya (middle adolescence) 14-16 tahun

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Remaja merasa

senang jika banyak teman yang menyukainya. Ada kecendrungan

“narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman

yang mempunyai sifat yang sama pada dirinya. Remaja cendrung berada

dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang

mana. Pada fase remaja madya ini mulai timbul keinginan untuk

berkencan dengan lawan jenis dan berkhayal tentang aktivitas seksual

sehingga remaja mulai mencoba aktivitas-aktivitas seksual yang mereka

inginkan.

c) Remaja akhir (late adolesence) 17-20 tahun

9
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang ditandai

dengan pencapaian 5 hal, yaitu :

(1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

(2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang dan

dalam pengalaman pengalaman yang baru.

(3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

(4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri.

(5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self)

dan publik.

3. Ciri-ciri remaja

Menurut Gunarsa (2013) dalam menjelaskan ciri-ciri masa remaja awal

adalah sebagai berikut:

a. Tidak stabil keadaannya, lebih emosional

b. Mempunyai banyak masalah

c. Masa yang kritis

d. Mulai tertarik pada lawan jenis

e. Munculnya rasa kurang percaya diri, dan

f. Suka mengembangkan pikiran baru, gelisah, suka berkhayal dan suka

menyendiri.

10
4. Perkembangan psikis masa remaja

Widyawati (2010) menjelaskan tentang perubahan kejiwaan pada masa

remaja.

a. Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi:

1) Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan

sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering

terjadi pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.

2) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan

luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi

perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir

terlebih dahulu.

3) Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi

bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah.

b. Perkembangan intelegensia. Pada perkembangan ini menyebabkan remaja:

1) Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan

kritik.

2) Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku

ingin mencoba-coba.

5. Tahap perkembangan remaja

a. Perkembangan fisik

11
Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh ,otak

kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik.perubahan pada tubuh

ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat ubuh

b. Perkembangan kognitif

Menurut Santrock(2009) seorang remaja termotivasi untuk memahami

dunia karen aperilaku adaptasi secara biologi mereka.perkembangan

kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti

belajar,memori,menalar,berpikir dan bahasa.

c. Perkembangan kepribadian dan sosial

Perkembangan kepribadian adalah perubahan secara individu

berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara

unik,sedangkan perkembangan sosial berarti perubaan dalam

berhubungan dengan orang lain

B. Kecanduan smartphone

1. Pengertian

Smartphone adalah telepon yang memiliki kemampuan menyerupai

komputer dan sistem operasinya mampu menjalankan berbagai fungsi

aplikasi-aplikasi yang umum. Smartphone menawarkan kesempatan unik

untuk mempertahankan kontak terbatas dan spontan dengan oranglain melalui

komunikasi suara, pesan, panggilan video, dan layanan jaringan sosial (Young

& De Abreu, 2017).

12
Menurut Kim (2013) kecanduan smartphone adalah gangguan

psikologis yang ditandai dengan munculnya tandatanda gejala fisik dan

psikologis seseorang. Orang yang ketagihan menggunakan internet atau

smartphone tidak melakukan aktivitas fisik yang banyak karena mereka lebih

senang menghabiskan waktunya dengan menggunakan smartphone, mereka

umumnya mengabaikan kesehatan mereka. Adapun tanda fisik yang negatif

seperti sikap tubuh yang buruk, sakit punggung, sakit kepala migrain,

kebersihan pribadi yang tidak terjaga, makan yang tidak teratur, dan adanya

gangguan tidur dapat mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh, pola sekresi

hormon, jantung dan gangguan pola pencernaan.

Kecanduan dianggap oleh who sebagai ketergantungan, seperti terus

menerus menggunakan sesuatu untuk kepentingan, kenyamanan, atau

stimulasi, yang sering menyebabkan keinginan ketika tidak ada. Kecanduan

smartphone adalah perilaku yang dianggap sebagai kebiasaan bahkan ketika

suatu perilaku tersebut mengarah pada efek negatif dan memiliki konsekuensi

tertentu (Kim, 2013).

Menurut wieland (Kim,2013) orang yang kecanduan internet atau

smartphone tidak melakukan aktifitas fisik yang banyak, mereka umumnya

mengabaikan kesehatan mereka dan juga adanya tanda fisik negatif seperti

sikap tubuh yang buruk, sakit pinggang, sakit kepala, gangguan kualitas tidur,

dan gangguan pola pencernaan bahkan obesitas.

13
Menurut Griffiths (2010) terdapat enam kriteria dimensi dari

kecanduan smartphone, yaitu :

a. Salience : terjadi ketika suatu kegiaatan tertentu menjadi yang paling

penting dalam hidup seseorang dan mendominasi pemikiran mereka.

Contoh seseorang yang tidak menggunakan smartphone akan cenderung

memikirkannya.

b. Mood modification : keterlibatan yang tinggi dalam kegiatan tertentu

dimana perasaan senang dan tenang (seperti menghilangkan stress) saat

perilaku kecanduan itu muncul dan dapat dilihat sebagai strategi coping

yaitu, mengalami bangkitnya gairah untuk melarikan diri dari perasaan

yang tidak diinginkan.

c. Tolerance : proses dimana peningkatan aktifitas tertentu yang diperlukan

untuk mencapai efek tertentu.

d. Withdrawal : perasaan tidak menyenangkan atau efek fisik yang terjadi

ketika suatu aktifitas dihentikan atau tiba-tiba berkurang (seperti pusing,

insomnia) atau psikologisnya.

e. Conflict : mengacu konflik antara pecandu dan orang disekitar mereka,

konflik dengan kegiatan lain seperti pekerjaan, kehidupan sosial, hobi dan

minat yang menghabiskan waktu untuk aktifitas tertentu.

f. Relapse : hal ini merupakan dimana orang sebelum sembuh dari perilaku

kecanduannya sudah mengulangi kembali kebiasaanya. Dengan kata lain

kecenderungan mengulangi kembali kebiasaanya.

14
2. Aspek intensitas Penggunaan smartphone

Menurut Horrigan Saraswati(2018) aspek penggunaan smartphone

yakni :

a. Frekuensi

Frekuensi merujuk pada tingkatan atau seberapa sering subyek

bermain smartphone. Frekuensi bermain smartphone dengan frekuensi

tinggi adalah lebih dari 10 kali setiap harinya, frekuensi bermain gadget

dengan frekuensi sedang adalah antara 3-10 kali setiap harinya, dan

frekuensi bermain smartphone dengan frekuensi rendah adalah kurang

dari 3 kali setiap harinya.

b. Durasi.

Aspek ini mempunyai arti penting karena berapa lama waktu yang

digunakan untuk bermain smartphone. Durasi tinggi dalam bermain

smartphone t jika dalam sehari lebih dari 10 jam, durasi sedang jika

dalam sehari bermain smartphone antara 2-10 jam, durasi rendah jika

dalam bermain smartphone kurang dari 2 jam.

c. Fungsi

Menurut Pininta (2015) gadget memiliki fungsi sebagai media

komunikasi dan lainya. Fungsi lain dari gadget digunakan sebagai :

1) Memperlancar Komunikasi

Fungsi smartphone paling banyak dirasakan oleh penggunanya

adalah sebagai media komunikasi. Hanya dengan berdekatan dengan

15
smartphone seseorang bisa berkomunikasi dengan pengguna gadget

lainya meski tidak dalam satu tempat yang sama.

2) Mengakses Informasi

Beberapa smartphone juga memiliki fungsi untuk mengakses

informasi. Informasi bisa kita dapatkan saat kita memegang

smartphone, smartwatch dan lain sebagainya.

3) Wawasan Bertambah

Dengan mudahnya kita mengakses informasi dari gadget, berarti

kita sedikit lebih maju dan bertambah wawasan kita. komunikasi

lancar, informasi mudah tentu akan menambah wawasan.

4) Hiburan

smartphone juga bisa kita gunakan untuk mengakses internet,

misalnya saja gadget musik layaknya MP3 dan lainya. kita juga bisa

mengakses video dari beberapa jenis gadget.

5) Gaya Hidup

Salah satu fungsi yang tak bisa dikesampingkan adalah

kenyataan bahwa gadget memperkuat kepercayaan diri seseorang.

Makin mewah gadget yang dimiliki seseorang, makin terlihat pula

gaya hidup seseorang.

3. Faktor yang mempengaruhi kecanduan smartphone

Menurut Young & De Abreu (2017) faktor yang mempengaruhi kecanduan

smartphone adalah :

16
a. Faktor sosiodemografi

Hasil penelitian (Smentanjuk,2014) telah meenunjukan bahwa

semakin muda usia, semakin banyak waktu yang dihabiskan menggunakan

ponsel, serta semakin banyak masalah yang terkait penggunaan ponsel.

b. Faktor psikologis

Penggunaan perangkat elektronik secara berlebihan menunjukkan

cirri psikologis seperti stress, kesepian, depresi, atau kecemasaan.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orang yang kesepian dan

cemas lebih memilih interaksi online. Meskipun internet dan smartphone

dapat memperbaiki hubungan sosial dengan seseorang, tetapi juga

memperburuk kesepian jika seseorang tidak memiliki hubungan sosial

sebelumnya (Reid & Reid, 2017).

c. Faktor keluarga

Kurangnya asuhan orangtua telah terbukti memiliki hubungan

dengan kerentaan dari kejahatan dunia maya yang tidak diinginkan. Sifat

keterlibatan orang tua dapat diklasifikasi lebih jauh.

d. Layanan jaringan sosial versus games

Smartphone digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk pencarian

informasi, hiburan, dan hubungan sosial. Aktivitas yang berpotensi faktor

resiko tinggi ketergantungan smartphone adalah penggunaan game dan

jejaring sosial. Karena layar smartphone lebih kecil jika dibandingkan

dengan komputer maka minat, kehadiran kenyamanan, dan ketertarikan

17
saat bermain game melalui smartphone dapat meningkat (Young & De

Abrau, 2017).

4. Dampak kecanduan smartphone

Menurut Kim (2013) kecanduan smartphone memberikan dampak

buruk dari segi aktivitas dan kesehatan diantaranya yaitu, tidak melakukan

aktivitas fisik yang banyak, mengabaikan kesehatan, sikap tubuh yang

buruk, sakit punggung, sakit kepala migrain, kebersihan pribadi yang

buruk, makan tidak teratur, dan adanya gangguan tidur dapat

mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh, pola sekresi hormon, jantung dan

gangguan pola pencernaan. Kecanduan smartphone sangat mempengaruhi

pada aktivitas sehari-hari, kualitas tidur serta interaksi sosial secara fisik.

Dampaknya jika kualitas tidur buruk akan menyebabkan badan menjadi

tidak bugar dan segar pada saat bangun pagi, selain itu juga menyebabkan

kesulitan berkonsentrasi serta menimbulkan beberapa penyakit.

Yuwanto (2010) menyebutkan beberapa dampak dari kecanduan

smartphone antara lain :

a. Konsumtif

Penggunaan smartphone dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan oleh

penyedia jasa layanan telepon genggam (operator) membuat seseorang

harus mengeluarkan biaya untuk bisa mengoperasikan beberapa fasilitas

tersebut.b

b. Psikologis

18
Dampak psikologis yang muncul adalah dimana seseorang merasa

gelisah atau tidak nyaman ketika tidak menggunakan atau tidak

membawa smartphone.

c. Fisik

Terjadi gangguan seperti gangguan tidur atau kualitas tidur yang berubah

dan penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan seseorang

menjadi lebih mudah terserang penyakit.

d. Relasi sosial

Berkurangnya kontak fisik secara langsung dengan orang lain

dikarenakan seseorang tersebut terlalu fokus dengan smartphone yang

dimilikinya atau lebih merasa nyaman berinteraksi dengan menggunakan

smartphone.

e. Akademis / pekerjaan

Berkurangnya waktu untuk mengerjakan sesuatu yang penting dengan

kata lain berkurangnya produktivitas sehingga mengganggu akademis

atau pekerjaan.

f. Hukum

Perasaan ingin menggunakan smartphone yang tidak terkontrol

menyebabkan seseorang menggunakan smartphone saat mengemudi

dapat membahayakan bagi diri sendiri dan pengendara lain.

19
5. Dampak smartphone

Menurut (kim,2013),dampal postitf dan negatif kecanduan smartphone

adalah

a. Dampak positif dan negatif kecanduan smartphone

1) Dampak positif

a) Memudahkan pekerjaan

b) Sumber aneka informasi

c) Media pembelajaran menarik

d) Meningkatkan logika

2) Dampak negatif

a) Gangguan kesehatan

 Kelainan musculoskeletal

 Gangguan mata

 Radiasi elektromagnetik

 Infeksi

 Kesehatan mental

 Gangguan tidur

b) Aktivitas fisik berkurang

c) Hubungan sosial

d) Prestasi akademik menurun

b. Pengukuran kecanduan smartphone

20
Pengukuran kecanduan smartphone diukur dengan menggunakan

kuesioner smartphone addiction scale (sas) yang diadaptasi dari alat ukur

min kwon dkk, dikembangkan di korea selatan pada tahun 2013.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 19 pertanyaan.

Terdapat kategori mulai dari 1;”sangat tidak setuju”, 2:”tidak setuju”,

3:”kurang tidak setuju”, 4:”kurang setuju”, 5:”setuju”, 6:”sangat setuju”

C. Kualitas tidur

1. Pengetian kulaitas tidur

Tidur adalah suatu kegiatan relatif tanpa sadar yang penuh,

ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan kegiatan urutan siklus yang

berulang-ulang dan masing masing menyatakan fase kegiatan otak dan tubuh

yang berbeda. Tidur bertujuan untuk memulihkan dan memperbaiki sistem

tubuh manusia (Tarwoto & Wartonah, 2009).

Tidur suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status

kesadaran yang terjadi selama periode tertentu.jika orang memperoleh tidur

yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih.beberapa ahli tidur yakin

bahwa perasaan tenaga yang pulih ini menunjukkan tidur memberikan waktu

untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan

yang berikutnya (Potter & Perry, 2010).

Peneliti menyimpulkan bahwa kualitas tidur adalah bentuk yang

bervariasi dari suatu keadaan dimana sistem fisiologis manusia

mengistirahatkan tubuhnya dalam waktu tertentu untuk memulihkan dan

21
memperbaiki sistem tubuh manusia dalam melakukan kegiatan sehari-hari

yang bisa dibangunkan dengan bantuan stimulus sensorik, audio maupun

stimulus lainnya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur

Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur, diantaranya

adalah :

a) Gaya hidup

Menurut institute of medicine didalam Potter & Perry (2010),

mengatakan bahwa perubahan gaya hidup dapat menyebabkan perubahan

pada kuantitas dan kualitas tidur. Gaya hidup yang bisa mengganggu

tidur diantaranya adalah jumlah jam kerja yang bertambah, banyak

pekerjaan dan menghabiskan banyak waktu untuk menonton televisi

serta menggunakan smartphone secara berlebihan. Smartphone

menyediakan beberapa fitur canggih dimana seringkali memberikan efek

candu, yang membuat penggunanya kadang lupa waktu.

Penggunaan smartphone sebelum waktu tidur dan tengah malam

dapat meyita waktu untuk beristirahat. Memainkan ponsel pada tengah

malam menyebabkan waktu tidur menjadi berkurang dan beresiko tinggi

mengalami gangguan tidur (Idzikowski, 2012).

b) Penyakit

Banyak penyakit yang menimbulkan rasa sakit, sulit bernapas, mual

ataupun menyebabkan gangguan mood dan semua hal tersebut dapat

22
menyebabkan gangguan tidur (Potter & Perry, 2011). Bansil, dkk (2008)

menemukan bahwa dari 3587 penderita hipertensi, didapat 7.5%

mengalami gangguan tidur, 33.0% mengalami tidur pendek dan 52.1%

mengalami kualitas tidur buruk. Dapat disimpulkan apabila seseorang

memiliki penyakit, terutama penyakit kronis yang menimbulkan rasa

tidak nyaman dapat menyebabkan kualitas maupun kuantitas tidur

menjadi buruk.

c) Obat-obatan

Ada beberapa golongan obat yang menyebabkan gangguan pada

tidur. Obat-obatan tersebut antara lain adalah hipnotik, diuretik,

penghambat beta adregenik, narkotik, benzodiazepam, antihistamin dan

dekongestan (Potter & Perry, 2011).

d) Latihan fisik dan kelelahan

Orang-orang yang mengalami kelelahan tingkat menengah

biasanya akan tidur dengan nyenyak, khususnya bila kelelahannya

didapat dari latihan fisik atau menikmati pekerjaannya (potter & perry,

2011). Melakukan latihan fisik dapat membuat seseorang tidur lebih

nyenyak, meningkatkan jumlah waktu tidur dan mengurangi terbangun

pada saat tidur (Wang Et. Al. 2012).

e) Stress emosional

Menurut Potter & Perry (2011), stress merupakan situasi yang

sangat dikhawatirkan dapat mengganggu tidur seseorang. Cemas

23
berhubungan erat dengan kesulitan untuk tertidur dan tidurnya menjadi

terputus-putus, sedangkan depresi berhubungan dengan terbangun lebih

awal tapi bisa berhubungan dengan hypersomnia (Wold, 2008).

f) Lingkungan

Lingkungan tempat individu tidur memiliki pengaruh dalam

kemampuan seseorang untuk tertidur maupun mempertahankan tidurnya.

Ventilasi yang baik, temperatur yang sesuai dan pencahayaan yang redup

atau gelap diperlukan untuk tidur yang nyenyak. Selain itu, ukuran,

empuk dan posisi tempat tidur juga mempengaruhi kualitas tidur (potter

& perry, 2011). 7) kegaduhan menurut potter & perry (2011), kegaduhan

mempengaruhi aktivitas yang dapat menyebabkan terbangun dan tidur

menjadi terpotong-potong. Beberapa orang memerlukan situasi yang

sunyi agar bisa memulai tidurnya dan ada pula yang suka mendengarkan

suara musik yang pelan untuk bisa memulai tidurnya.

3. Alat ukur kualitas tidur

Kualitas tidur dapat diukur dengan menggunakankuesioner pitsburgh

sleep quality index (psqi). Smith menambahkan bahwa pitsburgh sleep

quality index (psqi) merupakan suatu instrumen yang efektif digunakan

dalam mengukur kualitas tidur. Kualitas tidur dapat diukur menggunakan 7

komponen,yaitu kualitas tidur subyektif, latensi tidur, lama tidur, efisiensi

kebiasaan tidur,gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi pada

siang hari dalam sebulan (Smyth, 2012).

24
Kuesioner pitsburgh sleep quality index (psqi) terdiri dari 19 item

pertanyaan dan dikelompokkan menjadi 7komponen. Untuk menentukan nilai

psqi global, masingmasingberbobot sama pada skala 0-3. Skor psqi

globalmemiliki skor dari 0-21. Skor yang lebih tinggi menunjukkan kualitas

tidur buruk. Dalam semua kasus, skor 0 menunjukkan tidak ada kesulitan,

sementara skor 3 menunjukkan kesulitan yang parah.

Komponen psqi yang terdiri dari 7 komponen skor tersebut kemudian

ditambahkan untuk menghasilkan satu global skor dengan kisaran 0-21 poin,

skor 0-5 menunjukkankualitas tidur baik dan skor 6-21 menunjukkan kualitas

tidur buruk. Kuesioner psqi telah dilakukan uji reliabilitas oleh university of

pittsburgh pada tahun 1988 dengan nilai alphacronbach 0,83.

D. Hubungan kecanduan smartphone dengan kualitas tidur

Perkembangan teknologi yang pesat membuat setiap individu dapat

dengan mudah mengakses segala informasi melalui smartphone. Kemudahan

dalam mengakses tersebut dapat mengakibatkan indvidu menggunakan

smartphone secara berlebihan dan menimbulkan kecanduan smartphone

(smartphone addiction). Kim (2013) menjelaskan bahwa terdapat enam aspek

yang kecanduan smartphone. Aspek yang pertama menurut Kim (2013) yaitu

daily life disturbance atau gangguan kehidupan sehari-hari. Daily life disturbance

mencakup kondisi dimana seseorang tidak mengerjakan pekerjaan yang

direncanakan, sulit berkonsentrasi dalam kelas, menderita sakit kepala ringan,

25
pengelihatan kabur, menderita sakit di pergelangan tangan atau di belakang leher

dan gangguan tidur.

Pengguna smartphone juga mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi

pada kegiatan atau pekerjaan yang sedang dilakukan karena terus memikirkan

smartphone yang dimilikinya. Pengguna smartphone akan menghabiskan waktu

untuk menggunakan smartphone yang dimiliki, sehingga hal tersebut

mengakibatkan timbulnya rasa sakit di kepala, pergelangan tangan atau di

belakang leher dan beberapa tempat lainnya.. Kondisi yang sedemikian akan

membuat seseorang menjadi sulit tidur sehingga waktu tidur akan berkurang.

Selain itu jika terlalu lama bertatapan dengan layar smartphone dalam

waktu lama maka akan menimbulkan kesulitan untuk tertidur karena sinar biru

yang menyerupai cahaya pada siang hari menyebabkan seseorang tetap terjaga,

dimana tubuh akan sesorang akan mudah mengantuk jika dalam keadaan cahaya

redup. Jika tidur berdekatan dengan smartphone dapat mempengaruhi kualitas

tidur dikarenakan pada saat malam hari smartphone yang diletakan didekat

tempat tidur, dalam keadaan aktif dapat berdering atau bergetar menandakan

adanya notifikasi pesan dan sebagainya maka otak akan bersiaga untuk menerima

stimulus dari luar yang berupa suara, cahaya, dan getaran dari smartphone,

selanjutnya otak mengirimkan sinyal tersebut sehingga menyebabkan remaja tetap

terjaga dimalam hari. Kesadaran ini menyebabkan otak terus waspada tanpa kita

sadari sehingga tidur berdekatan dengan smartphone akan dapat mengurangi

kualitas tidur

26
E. Kerangka teori

Dampak negatif penggunaan


smart phone :
Kecanduan smartphone a. Prestasi akademik menurun
b. Aktifitas berkurang
c. Gangguan kesehatan
1) gangguan mata
2) Infeksi
3) Radiansi elekromagnetik
Faktor yang mempengaruhi 4) Kesehatan mental
penggunaan smart phone : 5) Kelaianan
musculoskelktal
a. Faktpr sosio demografi 6) Gangguan tidur
b. Faktor psikologis
c. Faktor keluarga
d. Layanan jarinan sosial versus
games
Kualitas tidur

Faktor yang mempengaruhi


kualitas tidur:
a. gaya hidup
b. penyakit
c. obat-obatan
keterangan : d. latihan fisik dan kelelahan
e. stress emosional
F. Yang diteliti f. lingkungan

G. Yang tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Kim(2013), Potter & Perry (2011), Young & De Abreu (2017),

27
H. Kerangka konsep

kerangka konsep

variabel independent variabel dependent

Kecanduan Kualitas Tidur


smartphone

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

I. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah apa yang menjadi fokus dalam penelitian. Dalam

penelitian ini terdapat 2 macam variabel yaitu :

1. Variabel bebas (independent )

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecanduan smartphone

2. Variabel terikat (dependent)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas tidur

J. Hipotesis penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara

teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya

(Saryono, 2011). Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan kecanduan

smartphone dengan kualitas tidur pada remaja

28
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode yang direncanakan sebelumnya

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Metode survey diskriptif

didefinisikan sebagai suatu penelitian yang dilakukan untuk mendiskripsikan atau

menggambarkan suatu fenomena yang terjadi dimasyarakat, memotret masalah

kesehatan yang terkait dengan sekelompok penduduk (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian yang didalamnya tidak ada analisis hubungan antar variabel, tidak ada

variabel bebas dan terikat, bersifat umum yang membutuhkan jawaban dimana,

kapan, berapa banyak.

B. Metode penyesuaian dengan pendekatan meta analisis

1. Deskirpsi metode pendekatan meta analisis

Meta-analisis merupakan suatu metode penelitian untuk pengambilan

simpulan yang mengabungkan dua atau lebih penelitian sejenis sehingga

diperoleh paduan data secara kuantitatif (Sastroasmoro& Ismael,2014). Meta-

analisis bisa didapat dari berbagai sumber baik jurnal, buku, dokumentasi,

internet dan pustaka. Metode Meta-analisis adalah serangkaian kegiatan yang

berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat,

serta mengelolah bahan penulisan (Zed, dalam Nursalam, 2016).

29
2. Informasi jumlah dan jenis artikel

Jumlah artikel yang digunakan yaitu 6 artikel terdiri dari artikel jurnal

nasional berjumlah 4 dan artikel jurnal internasional berjumlah 2. Untuk jenis

artikel yang digunakan yaitu artikel hasil penelitian atau research articel.

Telusur jurnal nasional Goggle Scholar dengan alamat

https://scholar.google.com/ dengan menggunakan keywords: kecanduan

smartphone, kualitas tidur dan telusur juranl internasional menggunakan

database PMC dengan alamat www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc dengan

menggunakan keywords : addiction and smartphone sleep quality

3. Isi Artikel

Memaparkan isi dari artikel yang ditelaah dengan isi sebagai berikut:

a. Artikel pertama

Judul Artikel : perilaku penggunaan gadget dengan kualitas tidur

pada remaja

Nama Jurnal : Holistik Jurnal Kesehatan

Penerbit : Universitas Sam Ratulangi

Volume & Halaman : Vol.13,No.3,Hal 233-239

Tahun Terbit : September,2019

Penulis Artikel : Umi Romayati Keswara, Novrita Syuhada, Wahid

Tri Wahyudi

Tujuan penelitian : mengetahui hubungan perilaku penggunaan gadget

dengan kualitas tidur pada remaja

30
Metode penelitian

 Desain : Cross-Sectional 

 Sampel : 119 responden dengan teknik proportional random

sampling

 Instrumen : kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Indeks (PSQI) dan

kuesioner Smartphone Addiction Scale (SAS)

 Metode analisis : chi-square

ISI ARTIKEL

Hasil penelitian : Sebagian besar responden memiliki perilaku penggunaan

gadget yang tidak baik, yaitu sebanyak 68 orang (57,1%)

dan sebagian besar responden memiliki kualitas tidur yang

buruk, yaitu sebanyak 77 orang (64,7%). Hasil uji statistik

diperoleh p-value = 0,000 dan OR= 4,696 yang dapat

diartikan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara

tingkat kecanduan gadget dengan kualitas tidur.

Kesimpulan :Ada hubungan perilaku penggunaan gadget dengan

kualitas tidur pada remaja.

b. Artikel kedua

Judul Artikel :Hubungan tingkat Kecanduan Gadget dengan

Kualitas Tidur pada Siswa SDN 7 Mataram di Kota

31
Mataram dan SDN 1 Gunungsari di Kabupaten

Lombok Barat

Nama Jurnal : Jurnal Kedokteran

Penerbit : Universitas mataram

Volume & Halaman : Vol.6,No.1,Hal 12-17

Tahun Terbit : 2017

Penulis Artikel : Yofani Lauruntia

Tujuan penelitian:mengetahui Hubungan tingkat Kecanduan

Gadgetvdengan Kualitas Tidur pada Siswa SD

Metode penelitian

 Desain : Cross-Sectional 

 Sampel : 104 siswa dnen teknik purposive sampling

 Instrumen : Pittsburg Sleep Quality Indeks

(PSQI) dan Smarthphone Addiction Scale-

Short Version (SAS-SV)

 Metode analisis : korelasi gamma

ISI ARTIKEL

Hasil penelitian : Dari 104 responden, sebagian besar tingkat

kecanduan gadget responden termasuk dalam kategori

risiko rendah 78(75,0%) dan mengalami kualitas tidur

baik 76(73,1%). Analisis data menggunakan uji

32
korelasi gamma didapatkan (p) = 0,205 dan (r) = 0,293

tidak terdapat korelasi yang bermakna antara tingkat

kecanduan gadget dengan kualitas tidur.

Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

tingkat kecanduan gadget dengan kualitas tidur.

c. Artikel ketiga

Judul Artikel : Hubungan intensitas penggunaan smartphone dengan

kualitas tidur mahasiswa Program Studi Sarjana

Keperawatan Stikes Bhamadi Slawi

Nama Jurnal : Jurnal Ilmu Teknologi Kesehatan Bhamada

Penerbit : STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi

Volume & Halaman : Vol.10, No.1, hal 73-78

Tahun Terbit : April, 2019

Penulis Artikel : Desi Tri Hastuti, Dwi Budi Prastiani, Khodijah

ISI ARTIKEL

Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan intensitas penggunaan

smartphone dengan kualitas tidur mahasiswa program

studi sarjana keperawatan Stikes Bhamadi Slawi

Metode Penelitian

 Desain : cross sectional.

33
 Sampel : 176 siswa dengan teknik teknik proporsional

random sampling

 Instrumen : kuesioner intensitas penggunaan smartphone sebelum

tidur dan kuesioner PSQI.

 Metode analisis : korelasi kendall tau

Hasil Penelitian :intensitas penggunaan smartphone pada

kategri tinggi (58%), dan kualitas tidur buruk

(79%). Hasil Berdasarkan hasil analisis korelasi

kendall tau diperoleh nilai korelasi keeratannya

0,327 dalam kategori cukup dan nilai signifikansi

sebesar 0,000 (<0,05) yang diartikan ada

hubungan positif yang cukup signifikan antara

intensitas penggunaan smartphone dengan

kualitas tidur mahasiswa

Kesimpulan : ada hubungan positif yang cukup signifikan

antara intensitas penggunaan smartphone dengan kualitas tidur, mahasiswa

yang menggunakan smartphone dengan intensitas tinggi, memiliki kualitas

tidur yang buruk

d. Artikel keempat

Judul Artikel : hubungan antara kecanduan internet dengan kualita

tidur pada siswa SMA kristen 1 tomohon

Nama Jurnal : Medik Dan Rehabilitasi

34
Penerbit : Universitas Sam Ratulangi Manado

Volume & Halaman : Vol 1 No 2, Hal 1-8

Tahun Terbit : Desember,2018

Penulis Artikel : Bery J Lombogia

ISI ARTIKEL

Tujuan Penelitian :untuk mengetahui hubungan antara kecanduan

internet dengan kualita tidur pada siswa SMA kristen 1

tomohon

Metode Penelitian

 Desain : crosssectional

 sampel : 93 responden dengan teknik stratified random

sampling.

 Instrumen : kuesioner Internet Addiction Test (IAT) dan kuesioner

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

 Metode analisis : korelasi Spearman.

Hasil Penelitian : tingkat kecanduan internet pada kategori sdang

(78,5%), kualita tidur buruk (62,4%), hasil uji statistik mendapatkan nilai

r=0,245, p = 0,018 yang dapat diartikan bahwa ada hubungan positif

dengan tingkat korelasi lemah antara kecanduan internet dengan kualitas

tidur pada siswa SMA Kristen 1 Tomohon

Kesimpulan :

35
Terdapat hubungan positif dengan tingkat korelasi lemah antara

kecanduan internet dengan kualitas tidur pada siswa SMA Kristen 1

Tomohon. Sebagian besar siswa memiliki kecanduan internet tingkat

sedang dan sebagian besar siswa juga memiliki kualitas tidur yang buruk.

e. Artikel kelima

Judul Artikel : Smartphone addiction proneness in relation to sleep

and morningness–eveningness in German adolescents

Nama Jurnal : Journal of Behavioral Addictions

Penerbit : Journal of Behavioral Addictions

Volume & Halaman : Vol.5 no 3 , Hal 465–473

Tahun Terbit :Juni,2016

Penulis Artikel : Christoph Randler, Lucia Wolfgang, Katharin Matt1,

Eda Demirhan, Mehmet Bari¸S Horzum And ¸Senol

Be¸Soluk

ISI ARTIKEL

Tujuan Penelitian : mengetahui hubungan antara kecanduan smartphone,

usia, jenis kelamin

Metode Penelitian

 Desain : cross sectional

 Sampel :342 responden dengan teknik convenience sampling

36
 Instrumen : Smartphone Addiction Proneness Scale (SAPS),

Smartphone Addiction Scale Composite Scale of Morningness

(CSM) dan Composite Scale of Morningness (CSM), Smartphone

Addiction Scale – Short Version (SAS-SV)

 Metode analisis : uji anova

Hasil Penelitian : ada korelasi sedang dan negatif pada penggunaan

smartphone apda malam hari, durasi tidur selama

seminggu berkorelasi negatif dengan ekcanduan

smartphone,dimana perempuan memiliki nilai

kecanduan lebih tinggi lebih tinggi (2,39 ± 0,78)

dibandingkan anak laki-laki (2,04 ± 0,63).

dibandingka laki-laki. Durasi tidur yang lebih rendah

ditemukan pada remaja muda

Kesimpulan : ada hubungan antara kecanduan smartphone usai,

jenis kelamin. Perempuan lebih memiliki kecanduan tinggi dibanding laki-

laki.

f. Atikel ke enam

Judul Artikel : Relationship of smartphone use severity with sleep

quality, depression, and anxiety in university students

Nama jurnal : Journal of Behavioral Add

Penerbit : Süleyman Demirel University, Isparta, Turkey

37
Volume & Halaman : Vol.4 no2 , Hal 85-92

Tahun Terbit : April,2015

Penulis Artikel :Kadir Demirci, Mehmet Akgönül And Abdullah

Akpinar

ISI ARTIKEL

Tujuan Penelitian : untuk menyelidiki hubungan antara keparahan

penggunaan ponsel cerdas dan tidur kualitas, depresi,

dan kecemasan pada mahasiswa

Metode Penelitian

 Desain : cross sectional

 Sampel : 319 responden dengan teknik convenience sampling

 Instrumen : Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Beck

Depression Inventory (BDI), and Beck Anxiety Inventory (BAI,

Smartphone Addiction Scale (SAS).

 Metode analisis : Mann-Whitney U

Hasil Penelitian : Proporsi pengguna smartphone tinggi yang jauh

lebih tinggi mengalami depresi (p = 0,005). depresi dan kecemasan

berhubungan dengan tidur kualitas (β = 0,325, t = 4,725, p <0,01; β = 0,273, t

= 3,944, p <0,01; masing-masing). Tidak ada efek langsung dari tinggi

penggunaan smartphone pada kualitas tidur (β = –0.022, t = –0.379, hlm=

0,705). Selain itu, penggunaan ponsel pintar yang tinggi dan kurang tidur

38
kualitas juga terkait dengan depresi (β = 0,226, t = 4,131 p <0,01; β = 0,448, t

= 8,173, p <0,01). penggunaan smartphone yang tinggi dan kualitas tidur yang

buruk juga terkait dengan kecemasan (β = 0,240, t = 4,334, p <0,01; β =

0,424, t = 7,673, p <0,01

Kesimpulan : depresi, kecemasan, dan kualitas tidur dapat dikaitkan

dengan terlalu sering menggunakan smartphone. Terlalu sering digunakan

dapat menyebabkan depresi dan / atau kecemasan, yang pada gilirannya dapat

menyebabkan masalah tidur.

39
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Relevensi metode

1. Artikel pertama

Pada artikel pertama mengenai “perilaku penggunaan gadget dengan

kualitas tidur pada remaja” oleh Keswara (2019) menggunakan desain

penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui penggunaan

gafget dan kualitas tidur. Subjek yang remaja dengan banyak sampel 119

responden dengan teknik proportional random sampling. Instrumen yang

digunakan yakni Pittsburgh Sleep Quality Indeks (PSQI) sebanyak 9

pertanyaan untuk mengukur kualitas tidur dan kuesioner Smartphone

Addiction Scale (SAS) untuk mengetahui penggunaan gadget sebanyak 10

soal. Kedua instrumen ini sudah baku. Analisa data menggunakan chi

square yang digunakan untuk konsep uji chii square mudah untuk

dimengerti, dapat digunakankan untuk menganalisa data yang berbentuk

hitungan maupun peringkat, namun uji ini harus menggunakan banyak

sampel, uji ini hanya memberikan informasi tentang ada atau tidaknya

hubungan antara kedua varibel tidak dapat memberikan informasi

mengenai seberapa besar hubungan yang ada antara kedua variabel

40
(Sabri,2014). Hasil uji statistik mendapatkan nilai p 0,000 <0,05 yang

diartikan ada hubungan penggunaan gadget dengan kualitas tidur remaja.

2. Artikel kedua

Pada artikel kedua pada penelitian Lauruntia,dkk (2017) dengan

judul “ hubungan tingkat kecanduan gadget dengan kualitas tidur pada

siswa SDN 7 Mataram Di Kota Mataram Dan SDN 1 Gunungsari Di

Kabuaten Lombok Barat” yang bertujuan untuk mengetahui hubungan

tingkat kecanduan gadget dengan kualitas tidur. Subjek yang digunakan

yakni anak usia sekolah sebanyak 104 dengn teknik purposive sampling.

Instrumen yang digunakan yakni ada 2 untuk mengukur tingkat kecanduan

gadget menggunakan Smarthphone Addiction Scale-Short Version (SAS-

SV) dan untuk menggukur kualitas tidur menggunakan Pittsburg Sleep

Quality Indeks (PSQI) berdasarkan jenis kelamin. Analisa data yang

digunakan yakni analisis korelasi gamma, analisis ini digunakan untuk

korelasi peringkat mencari kekuatan dan arahan hubungan yang simetris

yang artinya variabel A dan variabel B dapat saling mempengaruhi. Namun

uji ini tidak memperhatikan adanya TIES atau bias, yaitu banyaknya

pasangan yang bisa dibentuk. Ties kalau diartikan secara mudah adalah

banyaknya responden pada peringkat yang sama, selain itu menuurt

Noether , gamma sttaistic lebih baik dibanding spearmen atau kendal tau

ketika data mengandung banyak observasi yang sama (Junaidi,2010). Hasil

41
uji statistik mendapatkan nilai r 0,293 dan p 0,205 yang diartikan tidak ada

hubungan yang bermakna antara tingkat kecanduan dengan kualitas tidur.

3. Artikel ketiga

Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti,dkk (2019) berjudul “hubungan

intensitas penggunaan smartphone dengan kualitas tidur mahasiswa

Program Studi Sarjana Keperawatan Stikes Bhamadi Slawi”. Desain

penelitian yang digunakan yakni cross sectional. Sampel yang digunakan

adalah usia remaja sebanyak 176 responden dengan teknik proporsional

random sampling. Kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner intensitas

penggunaan smartphone sebelum tidur dan kuesioner PSQI. Pada kuesioner

intensitas penggunaan smartphone merupakan kuesione tidak baku. Analisa

data yang digunakan yaitu korelasi kendall tau untuk melihat nilai keeratan

antara variabel. Menurut Noither kendal tau lebih mudah di tafsirkan di

banding Spearman R (Junaidi,2010). Serta memiliki kelebihan yaitu dapat

menganalisis sampel yang datanya lebih dari 10, juga dapat dicari koefisien

parsialnya (Sugiyono,2010). Hasil uji statistik didapatkan nilai koefisien

korelasi sebesar 0,327 dan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05),

artinya ada hubungan positif yang cukup signifikan antara intensitas

penggunaan smartphone dengan kualitas tidur mahasiswa.

4. Artikel keempat

Penelitian oleh Lombogia,dkk (2018) dengan judul “hubungan antara

kecanduan internet dengan kualitas tidur pada siswa SMA Kristen 1

42
Tomohon” menggunakan desain penelitian cross sectional atau potong

lintang yang digunakan untuk melihat hubungan antara keanduan internet

dan kualitas tidur. Subjek yang digunakan yakni anak remaja sebanyak 93

responden dengn teknik stratified random sampling. Instrumen yang

digunakan sudah baku yaitu Internet Addiction Test (IAT) untuk menguku

rkecanduan internet dan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

untuk mengukur kualitas tidur. Analisa data menggunakan uji korelasi

Spearman untuk melihat korelasi antara dua variabel. Hasil uji statistik

mendapatkan nilai pvalue = 0,018 (pvalue< 0,05)dan r = 0,245 (korelasi

lemah) yang diartikan bahwa terdapat hubungan lemah antara kecanduan

internet dengan kualitas tidur pada siswa SMA Kristen 1 TomohonArtikel

kelima

5. Artikel kelima

Penelitian yang dilakukan oleh Randler,et al (2019) dengan judul

“Smartphone addiction proneness in relation to sleep and morningness–

eveningness in German adolescents” menggunakan metode cross sectional

yag bertujuan untuk mengetahuai antara kecanduan smartphone,usia dan

jenis kelamin. Sampel yang digunakan sebanyak 342 responden dengan

teknik convenience sampling. Isntrumen yang digunakan Smartphone

Addiction Proneness Scale (SAPS) untuk tindakan kecenderungan

kecanduan smartphone Smartphone, Addiction Scale Composite Scale of

Morningness (CSM) untuk mengukur kecanduan dan Smartphone

43
Addiction Scale – Short Version (SAS-SV) untuk kecanduan

smartphone.hasil uji statistik menyatakan bahwa ada hubungan antara

kecanduan smartphone usai, jenis kelamin. Perempuan lebih memiliki

kecanduan tinggi dibanding laki-laki.

6. Artikel ke enam

Penelitian Demirci et al (2015)” Relationship of smartphone use

severity with sleep quality, depression, and anxiety in university students”

menggunakan metode cross sectional yang bertujuan untuk menyelidiki

hubungan antara keparahan penggunaan ponsel cerdas dan tidur kualitas,

depresi, dan kecemasan pada mahasiswa. Sampel yang diguankan sebnayak

319 responden dnegan teknik convenicne sampling. Instrumen yang

digunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk kualitas tidur, Beck

Depression Inventory (BDI) untuk mengukur depresi, and Beck Anxiety

Inventory (BAI) untuk mengukur kecemasan, Smartphone Addiction Scale

(SAS) untuk mengukur kecanduan smarthphone. Hasil yang didapat ada

hubuangan depresi kecemasan,kualitas tidur pada penggunan gaget yang

berlebihan.

Beberapa artikel diatas menggunakan metode dengan desain

crossectional,dimana model ini mempermudah peneliti dalam melakukan

penelitian karena biaya penelitian yang dilakukan relatif murah,

memungkinkan sampling dari populasi dari masyarakat umum, hasil

penelitian dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus. Namun

44
metode ini sulit untuk menentukan sebab akibat karena pengambilan data

resiko dan efek dialakukan pada saat yang bersamaan sehingga dibutuhkan

data tambahan atau penelitian lanjutan untuk dapat menemukan hubungan

sebab akibat tersebut, selain itu dibutuhkan jumlah subjek yang cukup

banyak (Sayogo,2009).

B. Relevansi hasil

Smartphone menjadi kebutuhan sekunder di era moderen saat ini.

Smartphone banyak digunakan dikalangan remaja saat ini, dimana

penggunaannya dapat menimbulkan beberapa dampak. Menurut Harfiyanto,

dkk (2015), ada dua dampak penggunaan gadget yaitu dampak positif dan

dampak negatif. Dampak positif dari penggunaan gadget meliputi memudahkan

remaja untuk berinteraksi dengan orang banyak lewat sosial media. Selain itu

dampak negatif dari penggunaan gadget adalah remaja lebih banyak

menghabiskan waktu untuk berkomunikasi di sosial media dibandingkan

belajar. Menurut Manumpil, dkk(2015), remaja menggunakan gadget dalam

sehari kurang lebih 3 jam. Pemakaian smartphone dalam waktu lama ini

menyebabkan mereka memerlukan sekitar 60 menit lebih lama untuk tertidur

dari pada waktu biasanya. Dengan demikian, para remaja ini akan cenderung

tidur terlambat dari biasanya. Kecanggihan dan kemudahan yang disediakan

smartphone saat ini menyebabkan banyak orang terperangkap untuk selalu

beraktifitas menggunakan smartphone (Mawitjere, Onibala, & Ismanto, 2017).

45
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2019)” hubungan intensitas

penggunaan smartphone dengan kualitas tidur mahasiswa Program Studi

Sarjana Keperawatan Stikes Bhamadi Slawi” menemukan adanya hubungan

positif yang cukup signifikan antara intensitas penggunaan smartphone dengan

kualitas tidur, dimana responden yang menggunakan smartphone dengan

intensitas tinggi memiliki kualitas tidur yang buruk. Hasil uji statisik 0,000 <

0,05 dengan nilai koefisin korelasi sebesar 0,327 dalam kategori cukup. Sejalan

dengan penelitian Lombogia (2018) “hubungan antara kecanduan internet

dengan kualitas tidur pada siswa SMA kristen 1 tomohon” menunjukan bahwa

hubungan positif dengan tingkat korelasi lemah antara kecanduan internet

dengan kualitas tidur pada siswa dan sebagian besar siswa memiliki kecanduan

internet tingkat sedang dan sebagian besar siswa juga memiliki kualitas tidur

yang buruk. Hasil uji statistik 0,018 <0,05 dengan nilai r sebesar 0,245 dalam

kategori lemah.

Namun Berbeda dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Lauruntia

(2017) “Hubungan tingkat Kecanduan Gadget dengan Kualitas Tidur pada

Siswa SDN 7 Mataram di Kota Mataram dan SDN 1 Gunungsari di

Kabupaten Lombok Barat“ menemukan secara statistik tidak terdapat korelasi

yang bermakna antara tingkat kecanduan gadget dengan kualitas tidur, nilai p

0,205 >0,05. Nilai korelasi yang didapat sebesar 0,293 menunjukkan arah

korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah (r = 0,2 - <0,4). Arah

korelasi bertanda positif pada penelitian ini diartikan bahwa semakin tinggi

46
tingkat kecanduan gadget maka semakin buruk kualitas tidur atau semakin

rendah tingkat kecanduan gadget maka semakin baik kualitas tidur.

Pada penelitian Keswara (2019) pada remaja di Lampung Tengah dengan

judul “perilaku penggunaan gadget dengan kualitas tidur pada remaja”

menemukan bahwa adanya hubungan perilaku penggunaan gadget dengan

kualitas tidur pada remaja. Hasil uji statistik 0,000 <0,05 dengan nilai OR

(4,696). Adanya hubungan perilaku penggunaan gadget dengan kualitas tidur

pada remaja disebabkan karena penggunaan gadget terlebih saat malam hari

akan menggangu jadwal tidur seseorang, selain itu jika terlalu lama bertatapan

dengan layar gadget dalam waktu lama maka akan menimbulkan kesulitan

untuk tertidur karena sinar biru yang menyerupai cahaya pada siang hari

menyebabkan seseorang tetap terjaga, dimana tubuh akan sesorang akan

mudah mengantuk jika dalam keadaan cahaya redup.

Hasil tersebut menyatakan bahwa dampak kecanduan smartphone dapat

mempengaruhui kualiats tidur, pada penelitian Demirci,et al “ Relationship of

smartphone use severity with sleep quality, depression, and anxiety in

university students “ menyatakan bahwa proporsi dalam penggunaan

smartphone yang tinggi dapat mengakibatkan seseorang mengalami depresi,

kecemasan. Namun tidak memliki efek langsung pada kualitas tidur. Depresi,

kecemasan, dan kualitas tidur dapat dikaitkan dengan terlalu sering

menggunakan smartphone. Terlalu sering digunakan dapat menyebabkan

47
depresi dan / atau kecemasan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan

masalah tidur.

Menurut Paska dan Yan (2011) faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya

kecanduan internet terdiri dari faktor gender, tujuan dan waktu penggunaan,

kondisi sosial ekonomi dan kondisi psikologis. Menurut Paska dan Yan (2011)

jenis aplikasi smartphone yang digunakan dapat menjadi penyebab individu

tersebut mengalami kecanduan. Hasil penelitian Randler,et al(2016)”

Smartphone addiction proneness in relation to sleep and morningness–

eveningness in German adolescents” yang mendapatkan hasil bahwa ada

hubungan antara kecanduan smartphone usai, jenis kelamin. Perempuan lebih

memiliki kecanduan tinggi dibanding laki-laki.

Adanya hasil penelitian yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Lauruntia (2017) bisa disebabkan oleh subjek penelitian yang berbeda.

Lauruntia (2017) melakukan penelitian dengan subjek anak usia sekolah

sedang penelitian yang lain menggunakan subjek anak remaja. Menurut

Paudel et al (2017) faktor yang berhubungan dengan perilaku menggunakan

gadget yakni usia, Usia mempengaruhi keterampilan seseorang dalam

menggunakan gadget. Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai anak-

anak dengan usia yang lebih besar lebih cenderung menggunakan gadget

dibandingkan dengan anak-anak yang usianya kecil. Hal ini dikarenakan anak

usia yang lebih besar sudah terampil dalam menggunakan gadget

dibandingkan dengan anak yang usianya kurang dari 4 tahun 5. Carson dan

48
Kuzik menyatakan bahwa setiap pertambahan satu bulan dalam usia akan

terjadi pertambahan durasi penggunaan gadget sebesar 9,3 menit dari

pemakaian biasanya (Carson,2017). Selain itu usia juga mempengaruhi

tingkat pengetahuan, hal tersebut dapat mempengaruhi hasil jawaban

kuesioner yang diberikan.

Menurut Lam (2014) kecanduan internet gaming addiction memiliki

beberapa resiko yang cukup besar yaitu dapat menyebabkan masalah pada

tidur termasuk insomnia, durasi tidur yang pendek, dan kualitas tidur yang

buruk. Tidur berhubungan dengan perubahan aliran darah otak, peningkatan

aktivitas korteks, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan hormon

epinefrin. Gabungan kegiatan tersebut membantu penyimpanan memori dan

proses belajar. Sehingga dengan adanya gangguan pada tidur akan memicu

perubahan-perubahan pada kegiatan di bawah kendali otak seperti perilaku,

proses belajar, dan proses mengingat (Potter & Perry, 2010).

Terkait dengan beberapa penelitian diatas, Carter et al (2016) menyatakan

bahwa media telekomunkasi seperti gadget, smartphone bersifat interaktif

mobile media dan aplikasii yang memiliki dampak buruk pada kesehatan tidur

anak-anak. selain itu fiture unik media dan teknologi seluler memunculkan

resiko kesesehatan potensial bagi anak-anak seperti nyeri muskuloskleletal

dan ketidaknyamanan menggunakan smartphone dan tablet telah diidentifikasi

sebagai risiko kesehatan yang relevan dengan perangkat genggam (Well,et al

2015). Selain itu tambahan cahaya yang dipancarkan dari telepon pintar telah

49
dianggap mengganggu sekresi melatonin yang berperan untuk permulaan

tidur (LeBourgeois et al., 2017).

C. Pernyataan Hasil

Berdasarkan hasil ulasan diatas ditemukan bahwa ada hubungan antara

kecanduan smartphone dengan kualitas tidur, dengan hasil p value < 0,000 dari

hasil tersebut peneliti menemukan bahwa semakin tinggi kecanduan atau

intensitas dalam penggunaan gadget maka semakin buruk kualitas tidur. Selain

itu jenis kelamin dan usia berhubungan dengan kecanduan smartphone dimana

perempuan lebih tinggi memiliki kecanduan dibanding laki-laki. Penggunaan

smartphone terlalu sering dapat menyebabkan depresi dan kecemasan yang

pada gilirannya dapat menyebabkan masalah tidur.

D. Keterbatasan

Dalam penelitian ini peneliti memiliki keterbatasan yakni kriteria

pencarian sampel yang digunakan peneliti dari semua usia (anak, remaja dan

dewasa).

50
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil ulasan artikel maupun jurnal yang telah penulis

paparkan, dapat disimpulkan bahwa kecanduan smartphone mengakibatkan

kualitas tidur yang buruk pada remaja, adanya hubungan antara kecanduan

smartphone dan kualitas tidur pada remaja. Semakin tinggi intenistas

penggunaan gadget atau kecanduan gadget maka semakin buruk kualitas tidur

remaja. Penggunaan smartphone tinggi lebih banyak pada perempuan

dibanding laki-laki.

B. Saran

1. Bagi siswa

Diharapkan dapat mengurangi penggunaan gadget yang berlebihan karena

akan berdampak buruk bagi kesehatan, disarankan dalam satu hari kurang

dari 2 jam dengan frekuensi 3 kali setiap harinya

2. Bagi sekolah

51
Diharapkan pihak sekolah selalu mengingatkan dalam pembatasan

penggunaan gadget serta tidak memperbolehkan pemakaian gadget di

lingkungan sekolah.

3. Bagi peneliti lain

Diharapkan peneliti lain dapat mengembangan penelitian selanjutnya

dengan menggunakan desain, dan instrumen yang berbeda sehingga

mendapatkan hasil yang lebih mampu memperlihatkan hubungan antara

kecanduan gadget dan kualitas tidur.

52
DAFTAR PUSTAKA

Arisman.(2009).Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan, Jakarta: EGC

Ali, M. dan Asrori, M., (2010). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik.
Cetakan ke enam. Jakarta: PT. Bumi Aksar

Carson V, Kuzik N. (2017). Demographic correlates of screen time and objectively


measured sedentary time and physical activity among toddlers: a cross-
sectional study. BMC Public Health. Vol. 17(1):187.

Carter, B., Rees, P., Hale, L., Bhattacharjee, D., & Paradkar, M. S. (2016).
Association between portable screen-base media device access or use and
sleep outcomes: A systematic review and meta-analysis. Journal of American
Medical Association Pediatrics, 170, 1202–1208

Damayanti.(2017).Hubungan Penggunaan Gadget Dengan Pencapaian Tugas


Perkembangan Anak Usia Remaja Awal Sdn Di Kecamatan Godean

Demirici,et al.(2015). Relationship of smartphone use severity with sleep quality,


depression, and anxiety in university students. Journal of Behavioral Add Vol.4
no2 , Hal 85-92

Gunarsa, S. D., (2013). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung
Mulia.

Griffiths M. (2010).Computer Game Playing and Social Skills: A Pilot Study. Aloma.
Vol.27:301-310.

Harfiyanto, Doni, dkk.(2015). Pola Interaksi Sosial Siswa Pengguna Gadget di SMA
Negeri 1 Semarang.

53
Hastuti,D.T.(2019). hubungan intensitas penggunaan smartphone dengan kualitas
tidur mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan Stikes Bhamadi Slawi.
Jurnal Ilmu Teknologi Kesehatan Bhamada.Vol.10(1).73-78

Hudo., Larrisa. (2015). Gadget Mengganggu Waktu Tidur Remaja. Artikel lifestyle
sindonews. (https://lifestyle.sindonews.com).

Hurlock, E. B..(2011). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Edisi 5. Jakarta: Erlangga

Junaidi. (2010). Statistika Non-Parametrik. Fakultas Ekonomi Universitas Jambi.


Jambi

Kim, D. J., Kwon, M., Cho, H., & Yang, S. (2013). The Smartphone addiction Scale:
Development and Validation of a Short Version for Adolescents. Plus One
Journal.Vol 8

Keswara Umi R.2019. perilaku penggunaan gadget dengan kualitas tidur pada remaja.
Holistik Jurnal Kesehatan.Vol.13(3);233-239

Lauruntia,Y.(2017). Hubungan tingkat Kecanduan Gadget dengan Kualitas Tidur


pada Siswa SDN 7 Mataram di Kota Mataram dan SDN 1 Gunungsari di
Kabupaten Lombok Barat.Jurnal Kedokteran.Vol.6(1);12-17

Lam, L. T. (2014). Internet gaming addiction, problematic use of the internet, and
sleep problems: a systematic review. Journal Curr Psychiatry

LeBourgeois, M. K., Hale, L., Chang, A.-M., Akacem, L. D., Montgomery- Downs,
H. E., & Buxton, O. M. (2017). Digital Media and sleep in childhood and
adolescence. Pediatrics, 140(Supplement 2), S92–S96.
https://doi.org/10.1542/peds.2016-1758J

Lombogia,BJ.(2018). Hubungan Antara Kecanduan Internet Dengan Kualita Tidur


Pada Siswa SMA Kristen 1 Tomohon. Jurnal Medik Dan
Rehabilitasi.Vol.1(2);1-8

Manumpil,dkk. 2015. Hubungan Penggunaan Gadget dengan Tingkat Prestasi Siswa


di SMA NEGERI 9 Manado. Ejoural Keperawatan.3(2)

Nashori, F. & Diana, R. R. (2010). Perbedaan kualitas tidur dan kualitas mimpi natara
mahasiswa laki-laki dan perempuan. Humanitas: Indonesia Psychlogical

54
Journal, 2, 77-88

Nurdiani. Gadies (2015).Hubungan Antara Loneliness Dengan Smartphone Addiction

Paudel S, Jancey J, Subedi N, Leavy J. (2017). Correlatesof mobile screen media use
among childrenaged 0–8: a systematic review. BMJ open. Vol.7(10):e014585.

Potter,P.A&Perry,A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperwatan.Edisi Ketujuh,


Buku Ketiga.Jakarta:EGC

Potter,P.A & Perry, Anne G. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan (konsep,
proses, dan praktik). Jakarta : EGC

Randler,et al.(2016).Smartphone addiction proneness in relation to sleep and


morningness–eveningness in German adolescents. Journal of Behavioral
Addictions. Vol.5 no 3 , Hal 465–473

Sabri, L. (2014).Statistik Kesehatan (Ed. 1, Cet). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sarwono, S. W.(2011). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Santrock, John W.(2009). Perkembangan Anak. Edisi 11. Jakarta. Erlangga

Saraswati,L.M.(2018). Hubungan antara pola asuh permisif orangtua asuh permisif


orang tua dengan intensitas bermain gadget pada anak usia dini.

Saryono.(2009). Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula.


Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Smyth, Carole. (2012). The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).


http://consultgerim.org/uploads/File/trythis/trythis61.pdf.

55
56

Anda mungkin juga menyukai