Anda di halaman 1dari 8

KASUS

1. Nn. W usia 25 tahun dengan diagnosa medis Anemia. Klien tampak lemah, wajah pucat, TD 90/70
mmHg, RR 80 x/ menit, Hb 9 gr/dl. Program terapi pagi ini adalah pemberian tranfusi darah PRC
untuk menaikkan kadar haemoglobin, Pengukuran TTV setiap 8 jam, pemberian bantuan ADL.
2. Ny. L usia 33 tahun dirawat dengan diagnosa medis : Anemia. Klien tampak pucat, lemas, TD
90/70 mmHg, konjungtiva anemis, Hb 9,5 gr/dl. Klien belum tahu tentang anemia dan diet yang
tepat untuk penderita anemia. Program terapi pagi ini adalah pemberian tranfusi darah PRC untuk
menaikkan kadar haemoglobin, Pengukuran TTV setiap 8 jam, pemberian bantuan ADL.
3. Tn.B umur 40 tahun dirawat dengan diagnosa medis Stroke Hemoragik hasil pengkajian
didapatkan data laken kotor basah oleh urine, Pasien menyatakan tidak nyaman tidur ditempat
tidur, keluarga takut untuk mengganti linen T: 160/95 mmHg, N: 88 R: 20, S: 37.1, hemiparese
sinistra BB :75 Kg TB:155 cm. Kulit disekitar tulang belakang berwarna kemerahan. Klien
mengatakan punggung terasa pegal dan perih, kuku klien tampak kotor dan panjang. Klien tidak
mampu menggerakkan anggota tubuhnya.
4. Tn. S umur 50 tahun dirawat RS dengan diagnosa medis Stroke hemoragik hasil pengkajian
didapatkan data rambut kotor , kusut, acak-acakan , klien menyatakan sudah 1 minggu belum
keramas, rambut berbau. T: 160/95 MmHg, N: 88 R: 20, S: 37.1, hemiparese sinistra BB :75 Kg
TB:155 cm. Kulit disekitar tulang belakang berwarna kemerahan. Klien mendapat terapi Piracetam
10 ml/ IV dan klien belum terpasang infus.
5. Tn. T umur 40 tahun dengan diagnosa medis AMI. Hasil pengkajian didapatkan data, EKG tampak
ST elevasi. T: 160/95 MmHg, N: 100 x/ menit, R: 30x/ menit, S: 39̊ C, akral hangat, BB :80 Kg,
TB:160 cm. Klien mengatakan sesak nafas dan mengeluh badan terasa lemah dan letih. Klien
tampak bed rest, tidak mampu ke kamar mandi sendiri, aktivitas sehari-hari membutuhkan bantuan
keluarga. Klien terpasang kateter sudah 8 hari, urine berwarna keruh, penis kotor dan bau, jumlah
urine tertampung 400 cc Kulit disekitar tulang belakang berwarna kemerahan. Klien mengatakan
punggung terasa pegal dan panas, lengan dan kaki terasa pegal dan kesemutan. hari ini klien
mendapat terapi Captopril 20 mg, Amphichillin 500 mg.
6. Tn. B umur 60 tahun dengan diagnosa medis Hipertensi. Hasil pengkajian didapatkan data, T:
160/95 MmHg, N: 100 x/ menit, R: 26x/ menit, S: 39̊ C, akral hangat, BB :80 Kg, TB:160 cm.
Klien mengatakan kepala terasi pusing dan mengeluh badan terasa lemah dan letih. Klien bed rest,
tidak mampu ke kamar mandi sendiri, aktivitas sehari-hari membutuhkan bantuan keluarga. Klien
terpasang kateter sudah 4 hari, urine berwarna keruh, penis kotor dan bau, jumlah urine
tertampung 400 cc Kulit disekitar tulang belakang berwarna kemerahan. Klien mengatakan
punggung terasa pegal dan panas, lengan dan kaki terasa pegal dan kesemutan. hari ini klien
mendapat terapi Captopril 20 mg, Amphichillin 500 mg.
7. Seorang laki-laki berusia 56 tahun di rawat di ruangan bedah  dengan keluhan luka pada
digiti manus II-III destra, saat ini pasien telah dilakukan operasi hari ke 2. Saat pengkajian 
ditemukan nyeri lokal, pembengkakan, eritema, keluar pus  dari sinus, skala nyeri 6,
diaphoresis, bibir tampak kering. Tanda-tanda vital  TD 130/90 mmHg, frekuensi nadi 96
kali/ mnt, suhu : 38,5 C, frekuensi napas : 24 kali/mnt.
8. Seorang perempuan berusia 20 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan keluhan
demam. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh sesak napas, napas pendek, badan
terasa lemah, batuk berdahak,TD 100/70mmHg, frekuensi napas 26x/menit, frekuensi nadi
115x/menit, suhu 38,7oC. Pasien mengatakan batuk sudah lama tidak sembuh
9. Seorang pria berusia 70 tahun dirawat diruang bedah dengan keluhan nyeri saat berkemih.
Hasil pengkajian  pasien memiliki riwayat hidronefrosis terjadi karena batu renal.
10. Seorang laki-laki berusia 25 tahun sedang menjalani terapi hemodialisa. Klien mengeluh
cemas dengan penusukan fistula. Pasien 2 bulan ini di diagnosis gagal ginjal kronis. Hasil
pemeriksaan tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 98 x/menit, respirasi 22x/menit, suhu, 37
C.

Perintah: Buat Asuhan Keperawatan untuk kasus di atas !


KASUS ROLEPLAY IMPLEMENTASI SESUAI SOP (KLPK XI)

Tn. Marijan umur 60 tahun dirawat di RS “SUKA SEMBUH” dengan diagnosa medis Hipertensi.
Hasil pengkajian didapatkan data, T: 160/95 MmHg, N: 100 x/ menit, R: 26x/ menit, S: 39̊ C,
akral hangat, BB :80 Kg, TB:160 cm. Klien mengatakan kepala terasi pusing dan mengeluh badan
terasa lemah dan letih. Klien bed rest, tidak mampu ke kamar mandi sendiri, aktivitas sehari-hari
membutuhkan bantuan keluarga. Klien terpasang kateter sudah 4 hari, urine berwarna keruh, penis
kotor dan bau, jumlah urine tertampung 400 cc Kulit disekitar tulang belakang berwarna
kemerahan. Klien mengatakan punggung terasa pegal dan panas, lengan dan kaki terasa pegal dan
kesemutan. hari ini klien mendapat terapi Captopril 20 mg, Amphichillin 500 mg.
Perintah:
Laksanakan tindakan pengukuran Tekanan darah dan Pengukuran Nadi sesuai SOP RS
SUKA SEMBUH
LAMPIRAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE (SOP)

RS SUKA SEMBUH

1. MENGUKUR TEKANAN DARAH

Melakukan pengukuran tekanan darah, hasil dari curah jantung dan tahanan pembuluh
perifer, menggunakan sfigmomanometer. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada setiap
klien yang baru masuk ruang rawat inap, setiap pergantian sif, atau berdasarkan kebutuhan
klien.

Tujuan

Mengkaji hemodinamik dan keadaan umum klien.

Persiapan Alat

Nampan berisi:

1. Stetoskop.

2. Sfigmomanometer raksa atau aneroid dengan bola karet dan manset.

3. Kapas alkohol.

4. Bengkok.

5. Buku catatan dan alat tulis.

Prosedur Pelaksanaan

1. Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien.

2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya.


3. Cuci tangan.

4. Atur posisi klien, baik duduk atau berbaring dengan nyaman, dan sangga lengan klien
setinggi jantung dengan telapak tangan menghadap ke atas.

5. Buka pakaian klien yang menutupi lengan atas.

6. Palpasi arteri brakialis dan pasang manset 2,5 cm di atas denyut arteri brakialis.
Stetoskop diletakkan di atas arteri brakialis tanpa terhalang manset.

7. Pasang sfigmomanometer aneroid pada manset, sejajar dengan arteri brakialis, dan
pastikan lilitan manset rapi dan tidak ketat.

8. Pastikan sfigmomanometer raksa sejajar dengan mata dan Anda berdiri kurang dari satu
meter dari sfigmomanometer.

9. Palpasi arteri brakialis sambil memompa manset hingga 30 mmHg di atas titik arteri
brakialis tidak teraba lagi, kemudian perlahan buka katup pada manset. Perhatikan titik
ketika denyut kembali teraba (sistolik palpasi).

10. Kempiskan manset sepenuhnya dan tunggu selama 30 detik.

11. Pasang stetoskop di telinga Anda.

12. Palpasi kembali arteri brakialis dan letakkan diafragma stetoskop diatasnya.

13. Tutup katup pada manset searah jarum jam hingga rapat.

14. Pompa manset hingga mencapai 30 mmHg di atas titik sistolik palpasi klien.

15. Buka katup secara perlahan sehingga memungkinkan raksa turun rata-rata 2–3 mmHg
per detik.

16. Perhatikan titik pada sfigmomanometer ketika denyut terdengar pertama kali.

Bunyi Korotkoffpertama menunjukkan tekanan sistolik.

17. Lanjutkan membuka katup secara bertahap dan perhatikan titik ketika denyut tidak
terdengar lagi. Bunyi Korotkoff keempat menunjukkan tekanan diastolik pada orang
dewasa.

18. Kempiskan manset dengan cepat dan tuntas.


19. Jika prosedur diulang, tunggu hingga 30 detik.

20. Buka manset dan lipat serta simpan dengan baik.

21. Tutup lengan atas dan bantu klien memperoleh posisi yang di-inginkan.

22. Bersihkan bagian telinga dan diafragma stetoskop dengan kapas alkohol.

23. Informasikan hasil kepada klien.

24. Cuci tangan.

25. Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan perawatan.

2. MENGKAJI DENYUT NADI RADIALIS

Menghitung frekuensi nadi, yaitu loncatan aliran darah yang dapat diraba pada berbagai
titik tubuh, melalui perabaan pada nadi. Pengkajian denyut nadi radialis dilakukan pada
setiap klien yang baru masuk ruang rawat inap, setiap pergantian sif, atau berdasarkan
kebutuhan klien.

Perhatian

1. Hindari mengukur tekanan darah pada ekstremitas yang terpasang infus; terdapat
trauma, mengalami paralisis atau paresis; atau tertutup gips.

2. Anjurkan klien untuk tidak melakukan latihan fisik atau merokok 30 menit sebelum
pengukuran.

3. Jika prosedur akan diulangi, tunggu selama 30 detik.

Tujuan

1. Mengidentifikasi frekuensi denyut nadi dalam satu menit.

2. Mengidentifikasi keadaan umum klien.

3. Mengidentifikasi integritas sistem kardiovaskular.

4. Mengidentifikasi riwayat penyakit.


Persiapan Alat

1. Jam tangan dengan jarum penunjuk detik, jam digital, atau polsteller.

2. Buku catatan dan alat tulis.

Prosedur Pelaksanaan

1. Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien.

2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya.

3. Cuci tangan.

4. Bantu klien ke posisi telentang atau duduk.

a. Jika telentang, letakkan tangan klien menyilang dada dengan telapak tangan
menelungkup.

b. Jika duduk, tekuk siku klien membentuk sudut 90 derajat dan sangga lengan bawah
dengan kursi atau tangan pemeriksa. Julurkan pergelangan tangan dengan telapak
tangan menghadap ke bawah.

5. Letakkan dua atau tiga jari tangan Anda di atas lekukan radialis, searah ibu jari, di sisi
dalam pergelangan tangan klien.

6. Berikan tekanan ringan di atas radius. Abaikan denyutan awal, kemudian kurangi
tekanan sehingga denyutan mudah diraba.

7. Hitung frekuensi denyut menggunakan jam tangan dengan jarum penunjuk detik atau
jam digital setelah denyutan teratur.

8. Lakukan penghitungan denyut selama 30 detik, kemudian kalikan dua.

9. Jika Anda baru pertama kali mengkaji denyut nadi klien atau klien memiliki denyut
yang tidak teratur, lakukan penghitungan selama satu menit penuh.

10. Kaji kekuatan, irama, dan kesamaan denyut.

11. Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman.

12. Cuci tangan.


13. Dokumentasikan pada catatan perawatan.

Anda mungkin juga menyukai