Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Skenario
Seorang laki – laki berusia 75 tahun diantar keluarganya ke Rumah Sakit
dengan penurunan kesadaran, sebelumnya pasien mempunyai riwayat
hipertensi. Pasien mengalami sakit berat sejak 3 hari yang lalu, dalam proses
perawatan pasien tidak mengalami perbaiakan, hari ke 4 mengalami proses
sakaratul maut. Secara medis pasien dinyatakan sudah akan meninggal.
Sakaratul maut ini diselesaikan dalam keadaan islami oleh orang yang
kompenten.

1.2 Kalimat Kunci


• Laki-laki berusia 75 tahun
• Keluhan Utama:
o Penurunan kesadaran
• Keluhan Tambahan :
o Pasien mengalami sakit berat sejak 3 hari yang lalu
o dalam proses perawatan pasien tidak mengalami perbaiakan
o hari ke 4 mengalami proses sakaratul maut
• Riwayat Penyakit Hipertensi

1.3 Mind Map

1
1.4 Peta Konsep

1.5 Rumusan Masalah


1. Jelaskan pengertian sakaratul maut berdasarkan Al Quran, Hadits dan
medis?
2. Bagaimana proses dan tanda-tanda sakaratul maut dari agama dan medis?
3. Apakah ada perbedaan sakaratul maut pada laki-laki dan perempuan?
Jelaskan!
4. Bagaimana proses sakaratul maut berdasarkan Hadits dan medis?
5. Bagaimana cara membimbing talqin dan istirja (siapa yg melakukan,
mengapa dilakukan, bagaimana bila pada tunarungu dan tunawicara)
6. Hal apa saja yang disyari’atkan terhadap orang yang baru meninggal
dunia?
7. Bagaimana penanganan jenazah dan doa takziyah?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sakaratul Maut Berdasarkan Al-Quran, Hadist, dan


Medis

Sakaratul maut merupakan kondisi seseorang yang sedang


menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu
untuk meninggal

َ ‫ق ۖ َٰذَ ِل َك َما ُك ْن‬


ُ ‫ت ِم ْنهُ تَ ِحيد‬ ِ ‫ت ِب ْال َح‬
ِ ‫س ْك َرة ُ ْال َم ْو‬ ْ ‫َو َجا َء‬
َ ‫ت‬

“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang


kamu selalu lari daripadanya.” (Al-Qaf/50 : 19)

Maksud sakaratul maut adalah kedahsyatan, tekanan, dan himpitan


kekuatan kematian yang mengalahkan manusia dan menguasai akal
sehatnya. Makna bil haq (perkara yang benar) adalah perkara akhirat,
sehingga manusia sadar, yakin dan mengetahuinya. Ada yang berpendapat
al haq adalah hakikat keimanan sehingga maknanya menjadi telah tiba
sakaratul maut dengan kematian

ِ َّ‫} َو ْالتَف‬28{ ‫اق‬


ُ ‫ت الس‬
‫َّاق‬ ُ ‫ظ َّن أَنَّهُ ْال ِف َر‬
َ ‫} َو‬27{ ‫ق‬ ِ َ‫كَآل إِذَا بَلَغ‬
َ ِ‫ت الت َّ َراق‬
ٍ ‫} َوقِي َل َم ْن َرا‬26{ ‫ي‬
ُ ‫س‬
‫اق‬ َ ‫} إِلَى َربِكَ يَ ْو َمئِ ٍذ ْال َم‬29{ ‫ق‬
ِ ‫بِالسَّا‬

“Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak)


sampai kerongkongan. Dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat
menyembuhkan”. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu
perpisahan. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan). Dan kepada
Rabbmulah pada hari itu kamu dihalau”. [Al Qiyamah: 26-30]
Imam Bukhari meriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anhuma,
ia bercerita (menjelang ajal menjemput Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

3
Bahwa di hadapan Rasulullah ada satu bejana kecil dari kulit yang berisi
air. Beliau memasukkan tangan ke dalamnya dan membasuh muka
dengannya seraya berkata: “Laa Ilaaha Illa Allah. Sesungguhnya kematian
memiliki sakaratul maut”. Dan beliau menegakkan tangannya dan berkata:
“Menuju Rafiqil A’la”. Sampai akhirnya nyawa beliau tercabut dan
tangannya melemas

Dari Anas Radhiyallahu anhu, berkata: “Tatkala kondisi


Nabi makin memburuk, Fathimah berkata: “Alangkah berat
penderitaanmu ayahku”. Beliau menjawab: “Tidak ada penderitaan atas
ayahmu setelah hari ini [Al Hadits]”

2.2 Tanda-tanda Sakaratul Maut


2.2.1 Menurut Medis
A. Beberapa bulan menjelang kematian
perubahan yang paling tampak dari orang yang sakaratul maut
adalah suasana hati dan perilakunya. Berikut ciri-cirinya :
• Menarik diri dari orang-orang terdekat, misalnya tidak mau
dikunjungi di rumah sakit.
• Lebih sering berdiam diri (pada anak-anak mungkin justru
tambah cerewet).
• Jarang makan atau minum.
• Berhenti melakukan hal-hal favorit atau hobi.
• Mudah lelah dan mudah tertidur.
• Mengompol (karena inkontinensia urine).

B. Beberapa minggu menjelang kematian


Seiring berjalannya waktu, tubuh orang yang mengalami
sakaratulmaut mengalami penurunan fungsi. Hal ini bisa terlihat
dari tanda-tanda berikut ini :
• Pola tidur berubah-ubah.

4
• Mengeluh atau mendesah karena menahan rasa sakit. Bicarakan
dengan dokter dan perawat untuk mendapatkan obat-obatan
pereda nyeri.
• Mengigau, berhalusinasi, atau mengalami disorientasi. Misalnya
bingung sedang berada di mana, siapa saja orang-orang di
sekitarnya, melihat cahaya terang, dan mengaku berbicara dengan
keluarga atau sahabat yang sudah meninggal.
• Tidak bisa meninggalkan tempat tidur sama sekali.
• Tidak bisa makan tanpa bantuan selang.
• Makin jarang buang air kecil atau buang air besar.
• Tekanan darah, detak jantung, dan irama pernapasan melemah.
• Suhu tubuh menurun dan meningkat secara tak pasti.
• Kulit, bibir, dan kuku jadi lebih pucat atau membiru karena aliran
darah berkurang.

C. Beberapa hari atau jam menjelang kematian


Biasanya orang yang sudah tinggal beberapa hari atau jam
mendekati ajalnya akan menunjukkan ciri-ciri berikut ini.
• Tiba-tiba gelisah atau jadi tampak bertenaga. Misalnya dengan
bicara panjang lebar atau minta jalan-jalan. Namun, gelombang
energi ini biasanya tidak bertahan lama. Dalam waktu beberapa
saat orang tercinta Anda mungkin akan jadi lemas lagi.
• Detak jantung sangat lemah, bahkan nyaris tak terdeteksi.
• Suhu tubuh menurun drastis.
• Tidak bisa makan sama sekali.
• Tidak buang air kecil atau buang air besar sama sekali.
• Pernapasan jadi sangat lambat.
• Muncul bercak-bercak ungu kebiruan di sekujur tubuh.

5
2.2.2 Menurut Agama
A. Kematian Seratus Hari Sebelum Ajal
Yang pertama adalah tanda kematian dengan jarak 100 hari sebelum
kematiannya. Tanda ini dimulai setelah waktu Ashar. Seluruh tubuh
manusia sedang sekarat akan merasa gemetar, bahkan berpikir itu
akan menyebar dari ubun-ubun ke ujung jari-jari kaki.Siapa saja
yang telah pernah merasakannya mengatakan bahwa tanda ini
memiliki rasa kenikmatan yang sangat luar biasa. Tapi sebenarnya
itu isyarat dari Allah untuk menjadi ciptaan-Nya yang akhir nya
semakin dekat.

B. Kematian Empat Puluh Hari Sebelum Ajal


Suatu tanda kematian akan dirasakan lagi pada saat hari ke-
40 dari hari kematian seseorang. Tandanya adalah seseorang
mampu merasakan suatu denyutan – denyutan yang terdapat di
bagian pusar. Waktu yang terjadi untuk tanda-tanda ini juga terjadi
ba’da Ashar. Dikatakan bahwa pada saat pusar berdenyut, terdapat
daun yang bertulis namanya yang berada pada Arsy telah gugur.
Kemudian malaikat maut segera mengambil satu helai daun itu.
Lalu mulai pada saat itu, dia akan mulai mengikutimu dimanapun
manusia tersebut berada. Bahkan dikatakan, manusia tersebut yang
mempunyai rasa keimanan yang cukup tinggi akan bisa melihat
wujud malaikat maut tersebut walaupun hanya sekilas. Dan orang
yang melihatnya biasanya akan bingung dan merasa takut karena
dia tahu bahwa waktunya di dunia ini tinggal sebentar.

C. Kematian pada Tujuh Hari Sebelum Ajal


Selanjutnya yaitu terdapat tanda kematian yang terjadi tujuh hari
pada saat sebelum kematian mendatangi seorang manusia. Waktu
terjadinya tanda tersebut juga pada ba’da Ashar. Biasanya manusia
yang akan mengalami kematian akan merasa perubahan pada

6
fisiknya serta akan ada perubahan signifikan pada kebiasaan yang
dijalaninya selama ini. Apa yang terjadi tujuh hari sebelum Maut
menjemput? Kejadiannya juga setelah Ashar. Isyaratnya mulai
dirasakan pada keadaan fisik, seperti perubahan kebiasaan.
Contohnya adalah seseorang yang mendadak punya selera makan
tinggi padahal sedang mengidap penyakit parah. Atau hal – hal lain
yang di luar kebiasaan dan tidak terduga sebagai kebiasaan wajar
dari orang tersebut.

D. Kematian Pada Tiga Hari Sebelum Ajal


Kemudian tanda kematian akan dirasakan menjelang 3 hari sebelum
kematian tiba. Pada waktu ini, seseorang yang memiliki kepekaan
serta rasa iman yang cukup tinggi akan bisa merasakan tanda
datangnya kematian secara nyata. Salah satu tanda ini yang
dimaksud adalah berdenyut pada dahi. Lebih tepatnya berada di
tengah-tengah dahi kita. Selain itu, jika ada seseorang melihat kita,
bola mata kita juga akan kehilangan warna aslinya alias memudar
dari sebelumnya. Kedua kaki kita akan terasa lebih lemah, telinga
tidak lagi tegak menawan, serta hidung akan terasa sesak atau
terbenam. Jika kamu melalui masa-masa ini suat saat ini, saya
sarankan agar kamu mulai berpuasa dan memperbanyak amalan
shaleh lainnya. Berpuasa disini selain meningkatkan amal ibadah
kita menjelang kematian juga dapat meminimalisir najis yang ada
di perut kita sehingga pada saat dimandikan akan lebih muda untuk
dibersihkan.

E. Kematian Sehari Sebelum Ajal


Akan tiba setelah waktu Ashar. Seseorang akan merasakan satu
denyutan di bagian belakang, yaitu di bagian ubun – ubun, yang
menandakan kita tidak akan sempat menemui waktu Ashar pada
hari berikutnya.

7
F. Tanda Akhir
Kita dapat merasakan satu kondisi sejuk di bagian pusat & hanya
akan turun ke pinggang & seterusnya akan naik kembali ke bagian
tenggorokan. Pada waktu ini sebaiknya kita tetap mengucap kalimat
Syahadat dan berdiam diri menantikan kehadiran malaikat maut.
Sebaiknya bila sudah terasa tanda yang akhir sekali, mengucap
dalam diam & jangan lagi berbincang – bincang.

2.3 Perbedaan Sakaratul Maut Pada Laki-laki dan Perempuan


Sebagai muslim dan mukmin seharusnya kita meyakini akan
adanya kematian sebagaimana dalam (Q.S. Al-Anbiya : 35).

ِ ‫ش ِر َونَ ْبلُو ُك ْم ۗ ْال َم ْو‬


‫ت ذَائِقَةُ نَ ْفس ُكل‬ َّ ‫ت ُ ْر َجعُونَ َوإِلَ ْينَا ۗ فِتْنَة َو ْال َخي ِْر بِال‬

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan


menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.
(Q.S. Al-Anbiya : 35).

Dan segala hal yang kita yakini dalam Islam dengan syarat harus
bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits (Q.S. Al-An’am : 155 dan
Q.S. Ali Imran : 31)

‫ارك أ َ ْنزَ ْلنَاهُ ِكت َاب َو َٰ َهذَا‬


َ َ‫ت ُ ْر َح ُمونَ لَ َعلَّ ُك ْم َواتَّقُوا فَات َّ ِبعُوهُ ُمب‬

“Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang


diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi
rahmat.” (Q.S. Al-An’am : 155)

8
‫ّللاَ ت ُ ِحبونَ ُك ْنت ُ ْم ِإ ْن ُق ْل‬ َّ ‫ّللاُ ۗ ذُنُوبَ ُك ْم لَ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْر‬
َّ ‫ّللاُ يُحْ بِ ْب ُك ُم فَات َّ ِبعُونِي‬ َّ ‫غفُور َو‬
َ ‫َر ِحيم‬

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,


ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu".
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Ali Imran : 31)
Dalam Al-Quran dan Hadits tidak ada penjelasan spesifik akan
perbedaan sakaratul maut laki-laki dan perempuan karna yang dialami
setiap manusia saat sakaratul maut sama. Yaitu akan mengalami
sulitnya bernafas dan berbicara karna telah tibanya ujung nyawa diatas
kerongkongan. Sebagaimana dalam firman Allah:
“Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah
(mendesak) sampai kerongkongan.
Dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat
menyembuhkan”. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu
perpisahan. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan). Dan kepada
Rabbmulah pada hari itu kamu dihalau”. [Al Qiyamah: 26-30]
Tetapi dalam sakaratul maut Allah telah menjelaskan bahwa
terdapat perbedaan antara mukmin dengan Fasiq (munafik atau kafir).
Bagi orang yang beriman, ruhnya akan lepas dengan mudah. Pasalnya,
malaikat maut akan mengambilnya dengan cara yang baik dan
menggembirakan.
Allah berfirman, “(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam
keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada
mereka): ‘Salamun ‘alaikum (keselamatan sejahtera bagimu)’,
masuklah ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu
kerjakan.” (QS. An Nahl: 32)
Sedangan bagi orang yang FASIK, sakaratul maut akan terasa
sangat menyakitkan dan sangat mengerikan bagi orang yang tak
beriman. Pasalnya, ruh orang yang tak beriman akan keluar dengan
sangat susah payah dan malaikat akan mencabut nyawa mereka dengan
paksa

9
Allah berfirman, “Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu
melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan
sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya,
(sambil berkata): ‘Keluarkanlah nyawamu.’ Di hari ini kamu dibalas
dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu
mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena)
kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.” (QS. Al
An’am: 93)

2.4 Proses Sakaratul Maut Berdasarkan Hadits dan Medis


2.4.1 Proses Sakaratul Maut Menurut Hadits
Kejadian pertama kali yang masuk dalam perkara akhirat ialah
bahwa para malaikat turun kepada orang yang sedang menunggu
kematian, lalu datang dan duduk disampingnya. Adapun orang yang
sedang sekarat tadi mampu melihat keberadaan mereka dengan
mata telanjang, dan mengerti pembicaraan mereka. Sedang yang
mereka bawa adalah kafan dan hanuth, yang dibawa dari surga
ataupun dari neraka (sesuai keadaan orang yang akan mati). Para
malaikat tadi juga mengucapkan amin atas do'a orang-orang yang
hadir pada saat itu, dan semua do'a di amini oleh malaikat, baik do'a
kebaikan ataupun do'a kejelekan.
Orang yang beriman, ruhnya akan lepas dengan mudah dan
ringan. Malaikat yang mendatangi orang yang beriman untuk
mengambil nyawanya dengan kesan yang baik lagi
menggembirakan. Dalilnya, hadits Al Bara` bin ‘Azib Radhiyallahu
‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata
tentang proses kematian seorang mukmin:
Seorang hamba mukmin, jika telah berpisah dengan dunia,
menyongsong akhirat, maka malaikat akan mendatanginya dari
langit, dengan wajah yang putih. Rona muka mereka layaknya sinar
matahari. Mereka membawa kafan dari syurga, serta hanuth

10
(wewangian) dari syurga. Mereka duduk di sampingnya sejauh mata
memandang. Berikutnya, malaikat maut hadir dan duduk di dekat
kepalanya sembari berkata: “Wahai jiwa yang baik –dalam riwayat-
jiwa yang tenang keluarlah menuju ampunan Allah dan
keridhaannya”. Ruhnya keluar bagaikan aliran cucuran air dari
mulut kantong kulit. Setelah keluar ruhnya, maka setiap malaikat
maut mengambilnya. Jika telah diambil, para malaikat lainnya tidak
membiarkannya di tangannya (malaikat maut) sejenak saja, untuk
mereka ambil dan diletakkan di kafan dan hanuth tadi. Dari
jenazah, semerbak aroma misk terwangi yang ada di bumi..”[al
hadits].
Sedangkan orang kafir, maka ruhnya akan keluar dengan susah
payah, ia tersiksa dengannya. Nabi menceritakan kondisi sakaratul
maut orang kafir atau orang yang jahat dengan sabdanya:
“Sesungguhnya hamba yang kafir -dalam riwayat lain- yang
jahat jika akan telah berpisah dengan dunia, menyongsong akhirat,
maka malaikat-malaikat yang kasar akan dari langit dengan wajah
yang buruk dengan membawa dari neraka. Mereka duduk
sepanjang mata memandang. Kemudian malaikat maut hadir dan
duduk di atas kepalanya dan berkata: “Wahai jiwa yang keji
keluarlah engkau menuju kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya”.
Maka ia mencabut (ruhnya) layaknya mencabut saffud (penggerek
yang) banyak mata besinya dari bulu wol yang basah.

11
2.4.2 Proses Sakaratul Maut Menurut Medis

Selama proses kematian, sistem tubuh dimatikan. Orang yang


sekarat memiliki energi lebih sedikit dan mulai tidur lebih banyak
dan lebih banyak. Tubuh menjaga sedikit energi yang dimilikinya
dan akibatnya, membutuhkan lebih sedikit makanan dan makanan.
Pada hari-hari (atau kadang-kadang minggu) sebelum kematian,
orang makan dan minum lebih sedikit. Mereka mungkin kehilangan
minat pada makanan dan minuman, dan Anda seharusnya tidak
memaksa mereka untuk makan. Faktanya, mendorong makanan atau
minuman pada orang yang sekarat dapat membuatnya tersedak -
pada saat ini, menjadi sulit untuk menelan dan mulutnya sangat
kering.
Ketika orang tersebut makan dan minum lebih sedikit, ia akan
lebih jarang buang air kecil dan buang air besar. Orang tersebut juga
dapat mengalami kehilangan kontrol kandung kemih dan usus.
Orang yang sedang sekarat mungkin menjadi bingung, gelisah atau
gelisah, yang bisa jadi akibat otak menerima oksigen lebih sedikit.

12
Kulit juga akan menunjukkan efek sirkulasi yang melambat dan
lebih sedikit oksigen - ekstremitas, dan kemudian, seluruh tubuh,
mungkin menjadi dingin bila disentuh dan dapat berubah menjadi
biru atau abu-abu terang. Beberapa kulit mungkin menunjukkan
tanda-tanda bintik-bintik, yang merupakan bercak biru kemerahan.
Ketika orang itu semakin dekat dengan kematian, akan semakin sulit
untuk bernapas. Respirasi akan bising dan tidak teratur; kadang-
kadang akan tampak seolah orang itu tidak bisa bernapas sama
sekali. Ketika ada cairan di paru-paru, itu bisa menyebabkan suara
yang dikenal sebagai kematian. Dimungkinkan untuk meredakan
kegaduhan dan kemacetan dengan mengangkat kepala orang
tersebut. Jika orang yang sekarat mengalami rasa sakit, ia biasanya
akan diberikan obat untuk mengatasinya
Ketika kita melihat seseorang mati, kita mungkin memiliki
pandangan tentang bagaimana cara orang tersebut harus mengatasi
kematian secara emosional dan spiritual. Penting untuk diingat
bahwa setiap orang mengalami kematian secara berbeda. Beberapa
orang perlu mengucapkan selamat tinggal atau mendengar kata-kata
terakhir dari orang lain sebelum mati, beberapa tidak. Beberapa
orang lebih suka mengambil bagian dalam ritual keagamaan,
sementara yang lain mungkin tetap diam sampai akhir dan
meninggal ketika semua orang telah meninggalkan ruangan. Dokter
dan profesional lain yang mengatasi pasien yang sekarat
menyarankan orang yang dicintai untuk menghindari untuk
membicarakan keinginan atau kebutuhan mereka sendiri kepada
pasien tersebut. Mereka juga memberitahu keluarga untuk terus
berbicara dengan nyaman kepada orang yang sekarat, mendengar
mungkin merupakan salah satu hal terakhir yang harus dilakukan.
Kematian klinis terjadi ketika detak jantung, pernapasan, dan
sirkulasi seseorang berhenti. Empat hingga enam menit kemudian,

13
kematian biologis terjadi. Saat itulah sel-sel otak mulai mati karena
kekurangan oksigen, dan resusitasi tidak mungkin.
Secara umum, kematian dapat disebabkan karena adanya suatu
penyakit kronis, namun ada juga kematian yang disebabkan karena
suatu kondisi yang menyebabkan sistem fungsi pada tubuh
mengalami kerusakan secara mendadak seperti halnya pada
kecelakaan maut, serangan jantung dan lain sebagainya.
Terkait dengan skenario, pasien mengalami sakit berat yang tak
kunjung membaik dan memiliki riwayat hipertensi. Dari riwayat
hipertensi ini, akan menyebabkan timbulnya perburukan atau
komplikasi dari hipertensi itu sendiri yang mana akan menyebabkan
kemungkinan terjadinya stroke atau penyumbatan pembuluh darah
bahkan sampai kepada serangan jantung.
Berikut mekanisme terjadinya kematian pada pasien di skenario :

2.5 Talqin
Mentalqin adalah menuntun seseorang yang akan meninggal
dunia untuk mengucapkan kalimat syahadat Laa Ilaaha Illa
Allah. Mentalqin seseorang yang akan meninggal dunia disunnahkan

14
bagi orang yang ada di sisi orang yang akan meninggal dunia,
sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam:
“Tuntunlah seseorang yang akan meninggal dunia untuk
mengucapkan kalimat: ‘Laa ilaaha illa Allah’’

Dalam riwayat yang lain:


“Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah “Laa ilaaha illa
Allah” maka akan masuk surga”

Talqin dilakukan ketika orang yang mengalami sakratulmaut


tidak melafalkan kalimat syahadat. Jika ia telah melafalkan kalimat
syahadat, maka talqin tidak perlu dilakukan. Talqin juga ditujukan
kepada orang yang sadar dan mampu berbicara; karena orang yang
akalnya hilang tidak mungkin ditalqin. Sementara itu, orang yang tidak
mampu berkata, hendaknya mengulang-ulang kalimat syahadat di
dalam hatinya.
Para ulama mengatakan “hendaklah seseorang tidak
memaksa orang yang sedang sakaratulmaut dengan talqin dan tidak
mengatakan, “ucapkanlah kalimat Laa ilaaha illallah karena
dikhawatirkan membuatnya bosan, sehingga ia mengucapkan kata-kata
yang tidak layak. Orang yang menalqin hendaknya mengucapkan
kalimat itu hingga kira-kira ucapannya dapat didengar dan dipahami
oleh orang-orang yang sakaratulmaut, lalu orang yang sakaratulmaut
itu dapat mengucapkannya sendiri. Apabila ia telah mengucapkan
kalimat syahadat sekali, maka talqin tidak perlu diulangi lagi selama
tidak mengucapkan kata-kata yang lain setelah itu. Jika memang ia
mengucapkan kata-kata yang lain setelah itu, maka pembaca kalimat
Laa ilaaha illallah perlu diulangi lagi agar kalimat itu menjadi akhir
perkataannya.”
Bukanlah yang dinamakan mentalqin dengan menyebut-
nyebut kalimat syahadat di depan orang orang akan meninggal dunia

15
dan memperdengarkannya, akan tetapi dengan memerintahkan
seseorang yang akan meninggal dunia agar mengucapkannya. Dalilnya
adalah Hadits Anas radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk salah seorang sahabat dari
kalangan Anshar lalu mengatakan:
“Wahai paman, ucapkanlah: “Laa ilaaha illa Allah.” Beliau
bertanya: “Apakah paman dari pihak ibu atau bapak? Jawabnya: “Dari
pihak ibu”. Maka ia berkata: “Apakah lebih baik bagi diriku untuk
mengucapkan: “Laa ilaaha illa Allah?” . Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab : “Ya”

2.6 Istirja
Salah satu kalimah thayyibah yang Nabi ajarkan kepada
umatnya adalah kalimat istirja’ (kepulangan). Kalimat istirja’ adalah
sebagai berikut:

َ ‫إ َِنَّا َ َّّلِلَ َوإَنَّا إَلَ ْي َه َر‬


َ‫اجعُون‬

“Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya


kita kembali.”
Kalimat istrija’ tersebut terdapat dalam al-Quran Surat al-
Baqarah ayat 156. Sesuai dengan koteks ayatnya, kalimat ini diucapkan
jika kita sedang mendapatkan musibah sekecil apapun. Namun, pada
kenyataanya banyak yang mengdentikan pengucapan kalimat istrija’ ini
ketika mendengar orang meninggal dunia. Padahal, sejatinya kalimat ini
diucapan untuk seluruh musibah meskipun hanya kasura (tertusuk duri).
Dalam tafsir al-Qurthubi diungkapkan definisi musibah
sebagai berikut:
“Bencana yang manusia mengenainya meskipun kecil dan (kata
musibah) digunakan dalam hal yang buruk (dibenci).”
Sebagai contoh penggunaan kalimat istirja’ ini, dalam tafsir al-
Qurthubi terdapat kisah yang dituturkan Ikrimah. Suatu malam lampu

16
Rasulullah saw. padam. Kemudian Rasulullah saw. mengucapkan,
“innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn (Sesungguhnya kita adalah milik
Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kita kembali).”

2.7 Hal-hal Yang Disyari’akan Terhadap Orang Yang Baru Meninggal


Dunia
1. Memejamkan mata orang yang baru meninggal dunia
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam ketika mendatangi
Abu Salamah yang telah menghembuskan nafas terakhirnya
sedangkan kedua matanya terbelalak maka Beliau shalallahu ‘alaihi
wa salam memejamkan kedua mata Abu Salamah dan berkata:
‫ص ُر‬ َ ‫لرو َح إَذَا قُ َب‬
َ َ‫ اتَّبَعَهُ ا ْلب‬,‫ض‬ ُّ َ ‫إَنَّ ا‬

‘’Sesungguhnya bila ruh telah dicabut, maka pandangan matanya


mengikutinya”
Ketika memejamkan mata jenazah tidak ada dzikir atau doa tertentu
yang berdasarkan dalil yang shahih. Adapun yang diriwayatkan oleh
imam Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf dan imam Al-Baihaqiy
dalam Sunan Al-Kubra tentang dzikir ketika memejamkan mata
jenazah dari Bakr bin Abdillah rahimahullah bahwasanya beliau
berkata:
“Jika engkau memejamkan mata jenazah maka katakanlah:

‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي َه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬ ُ ‫علَى َملَّ َة َر‬
َ َ‫س ْو َل هللا‬ َ ‫س َم هللاَ َو‬
ْ َِ ‫ب‬
“Dengan menyebut nama Allah dan di atas agama Rasulullah”
Jadi tidak ada dzikir atau bacaan doa yang shahih dari
Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam dalam masalah ini

17
2. Mendoakan Kebaikan
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam setelah
memejamkan mata Abu Salamah berdo’a:
,َ‫ َو ْافسَحْ لَهُ فَي قَب َْره‬, َ‫ارفَ ْع د ََر َجتَهُ فَي ا َ ْل َم ْهدَيَين‬ ْ ‫ َو‬,َ‫سلَ َمة‬
َ ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغ َف ْر َِلَبَي‬
‫س َلم‬ َ ‫اخلُ ْفهُ فَي‬
ْ ‫ع َقبَ َه َر َواهُ ُم‬ ْ ‫ َو‬,‫َونَ َو ْر لَهُ فَي َه‬

“Ya Allah ampunilah Abu Salamah,angkatlah derajatnya di tengah


orang-orang yang mendapatkan petunujuk dan gantilah dalam anak
keturunannya yang ada setelahnya dan ampunilah kami dan dia
wahai Tuhan semesta alam dan luaskanlah kuburnya, terangilah dia
di dalamnya, dan berilah penggantinya dalam keturunannya.”

3. Mengikat Dagunya
Dalil masalah ini adalah dalil nzhar (akal) yang shahih, yaitu
di dalamnya terdapat kemaslahatan yang sangat jelas bagi jenazah,
yaitu agar mulutnya tidak terbuka sehingga tidak dimasuki serangga
dan agar tidak menyebabkan jeleknya pemandangan wajahnya
ketika dipandang oleh orang lain.
Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan: “Setahu saya tidak ada
dalil atsar dalam masalah ini namun yang ada hanya dalil akal yaitu:
agar mulutnya tidak terbuka sehingga tidak dimasuki serangga dan
agar tidak menyebabkan jeleknya pemandangan wajahnya ketika
dipandang oleh orang lain”.
Adapun tata caranya adalah mengikatnya dengan kain yang
lebar dan panjang lagi mencakup seluruh dagunya dan diikatkan
dengan bagian atas kepalanya agar mulutnya tidak terbuka.

4. Melemaskan Persendian
Proses pelemasan ini dilakukan ketika jenazah baru
meninggal dunia ketika tubuhnya masih dalam keadaan hangat
adapun jika sudah lama atau tubuhnya sudah dingin maka tidak perlu
dilemaskan karena tubuhnya sudah kaku. Apabila kita lemaskan

18
dalam kondisi jenazah sudah kaku maka akan menyakiti jenazah dan
hal ini tidak diperbolehkan karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
salambersabda:

‫س َر َه َحيًّا‬ َ َ‫ع ْظ َم ا ْل َمي‬


ْ ‫ت َك َك‬ ْ ‫َك‬
َ ‫س ُر‬
“Memecah tulang orang yang telah meninggal dunia adalah seperti
memecahnya dalam keadaan hidup”
Berkata penulis kitab Aunul Ma’bud ketika mengomentari
hadits ini: “Berkata Ath Thibiy: Di dalamnya terdapat isyarat
bahwasanya orang yang meninggal dunia tidak boleh dihinakan
sebagaimana ketika masih hidup.Berkata Ibnu Malik: Dan
bahwasanya orang yang meninggal dunia merasa tersakiti .Berkata
Ibnu Hajar: Kelazimannya menunjukkan bahwa ia merasakan
kelezatan sebagaimana orang yang masih hidup.Dan Ibnu Abi
Syaibah telah mengeluarkan atsar dari Ibnu Mas’ud ia berkata:
‫أَذَى ا ْل ُم ْؤ َمن فَي َم ْوته َكأَذَاهُ فَي َحيَاته‬
“Menyakiti seorang mukmin ketika telah meninggal dunia seperti
menyakitinya ketika di masa hidupnya”.
• Adapun caranya adalah sebagai berikut:
• Dilipat lengannya ke pangkal lengannya kemudian dijulurkan
lagi
• Dilipat betisnya ke pahanya dan pahanya ke perutnya kemudian
dikembalikan lagi
• Jari-jemarinya dilemaskan juga dengan ditekuk dengan lembut

5. Melepas pakaian yang melekat di badannya


Seluruh pakaian yang melekat pada jasad jenazah hendaknya
dilepas sehingga tidak ada satu helai kainpun yang melekat pada
jasadnya kemudian diganti dengan kain yang menutupi selurut
jasadnya.

19
Dalil amalan ini adalah :
A. Para sahabat mengatakan ketika akan memandikan
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam:
“Kami tidak tahu, apakah kami melepas pakaian Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa salam sebagaimana kami melepas pakaian
orang yang meninggal dunia di antara kami ataukah tidak “
B. Agar badannya tidak cepat rusak karena pakaian yang
melekat padanya akan memanaskan tubuhnya.
Jenazah apabila terkena hawa panas maka akan cepat rusak.
Kadang-kadang keluar kotoran yang akan mengotorinya sehingga
akan tampak menjijikkan dan menimbulkan bau yang tidak sedap.

6. Menutup Seluruh Jasad Jenazah Dengan Kain


Setelah seluruh pakaian yang melekat pada badannya ketika
meninggal dunia dilepas lalu ditutupi dengan kain yang menutupi
seluruh jasadnya. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhuma berkata:

“Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika


meninggal dunia jasad beliau ditutup dengan pakaian bergaris ala
Yaman”.
Para ulama’ menjelaskan bahwa hikmah dari ditutupnya seluruh
jasad jenazah adalah agar tidak tersingkap tubuh dan auratnya yang
telah berubah setelah meninggal dunia.

7. Menyegerakan Pemakaman
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu
anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya

20
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Segerakanlah pemakaman jenazah. Jika ia termasuk orang-orang


yang berbuat kebaikan maka kalian telah menyajikan kebaikan
kepadanya. Dan jika ia bukan termasuk orang yang berbuat
kebaikan maka kalian telah melepaskan kejelekan dari pundak-
pundak kalian.”

8. Segera melunasi hutang-hutangnya


Yakni hutang yang berkaitan dengan hak Allah seperti:
zakat, kafarah, nazar dan lain-lainnya ataupun hutang yang berkaitan
dengan hak anak turun bani Adam semisal hutang dari proses pinjam
meminjam, jual beli, upah pekerja dan lain-lainnya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
“Jiwa seorang mukmin bergantung dengan utangnya
sehingga ditunaikan “
Imam asy Syaukaniy berkata: “Di dalam hadits tersebut terdapat
anjuran untuk menunaikan hutang orang yang meninggal dunia dan
pemberitaan bahwa jiwanya bergantung dengan hutangnya sehingga
ditunaikan.Dan ini terbatasi dengan orang yang memiliki harta yang
dapat dipergunakan untuk menunaikan hutangnya.Adapun orang
yang tidak memiliki harta untuk menunaikan hutangnya maka
sungguh telah datang hadits-hadits yang menunjukkan bahwasanya
Allah akan menunaikan hutangnya bahkan ada beberapa riwayat
yang menjelaskan bahwa apabila seseorang memiliki kecintaan
untuk membayar hutangnya ketika meninggal dunia maka Allah
akan menanggung penunaian hutangnya walaupun ia memiliki ahli
waris yang tidak mau menunaikan hutangnya”

21
9. Segera Menunaikan Wasiatnya
Syaikh al Utsaimin dalam Asy Syarh Al Mumti’ mengatakan,
para ahli ilmu berkata: “seyogyanya wasiat ditunaikan sebelum
jenazah dikuburkan….”.
Lalu beliau mengatakan: “Wasiat dengan sesuatu yang wajib
hukumnya wajib segera ditunaikan dan sesuatu yang sunnah
hukumnya sunnah tetapi mempercepat penunaiannya sebelum
dishalati dan dikubur adalah sesuatu yang dituntut baik yang wajib
maupun yang sunnah “

2.8 Penanganan Jenazah dan Doa Takziyah


Hal-hal yang harus dilakukan terhadap orang yang sudah
meninggal adalah merawat jenazahnya yang dimulai sejak
menyiapkannya, memandikannya, mengkafaninya, menshalatkannya,
hingga menguburkannya. Merawat jenazah termasuk salah satu
kewajiban umat Islam yang termasuk dalam wajib kifayah, artinya
kewajiban yang kalau dikerjakan oleh sebagian umat Islam maka
gugurlah kewajiban sebagian umat Islam lainnya.
1. Memandikan Jenazah
Hukum memandikan mayat bagi orang Muslim yang hidup
adalah fardlu kifayah. Yang wajib dimandikan adalah mayat
Muslim yang tidak mati syahid, yaitu orang yang mati karena
dalam pertempuran fi sabilillah melawan orang kafir. Orang
yang mati syahid tidak perlu dimandikan, sebagaimana sabda
Rasulullah Saw. tentang orang-orang yang gugur dalam
pertempuran Uhud: “Jangan kamu mandikan mereka, karena
sesungguhnya setiap luka dan darah akan semerbak bau kesturi
pada hari kiamat, dan tidak usah mereka dishalati” (HR. Ahmad
dari Jabir).Orang yang memandikan mayat sebaiknya adalah
keluarga terdekat dari si mayat, kalau dia tahu cara
memandikannya. Apabila mayat itu laki-laki seharusnya yang

22
memandikan juga laki-laki. Apabila mayat itu perempuan yang
memandikan juga perempuan. Kecuali untuk anak kecil, maka
boleh dimandikan oleh orang yang berlainan jenis kelamin. Nabi
bersabda: “Apakah yang menyusahkanmu seandainya engkau
mati sebelum aku, lalu aku memandikanmu dan mengkafani,
kemudian aku menshalatkan dan menguburmu” (HR. Ahmad,
Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ibnu Hiban, Ad-Daruquthni, dan Al-
Baihaqi dari ‘Aisyah).
Syarat wajib memandikan jenazah :
a) Jenazah/mayat itu orang Islam, bukan kafir.
b) Didapati tubuhnya sekalipun hanya sebagian.
c) Jenazah tersebut bukan mati syahid.
Yang berhak memandikan jenazah :
a) Jenazah laki-laki dimandikan oleh laki-laki, perempuan
dimandikan oleh perempuan, orang lain jenis yang boleh
memandikan adalah : muhrim, suami atau istri.
b) Yang lebih utama memandikan adalah keluarga dekat.
c) Orang memandikan jenazah apabila mendapati cacat tubuh
jenazah tidak boleh menceritakan kepada orang lain.
d) Apabila tidak mendapatkan orang yang sejenis,
muhrim/suami-istri, maka mayat ditayamumkan.
2. Mengkafani Jenazah
Hukum mengkafani jenazah atau mayat juga fardlu kifayah.
Mengkafani mayat berarti membungkus mayat dengan selembar
kain atau lebih yang biasanya berwarna putih, setelah mayat
selesai dimandikan dan sebelum dishalatkan serta dikubur.
Mengkafani mayat sebenarnya sudah cukup dengan satu lembar
kain saja yang dapat menutup seluruh tubuh si mayat.
Namun kalau memungkinkan, hendaknya mengkafani mayat
ini dilakukan dengan sebaik-baiknya. Karena itu dalam

23
mengkafani mayat ini ikutilah petunjuk-petunjuk yang diberikan
oleh Nabi Saw., di antaranya adalah sebagai berikut:
a) Kafanilah mayat dengan sebaik-baiknya. Nabi Saw.
bersabda: “Apabila salahseorang dari kamu mengkafani
saudaranya, maka hendaklah ia mengkafaninya dengan
baik” (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Daud dari Jabir).
b) Pakailah kain kafan yang berwarna putih.
c) Kafanilah mayat laki-laki dengan tiga lapis dan mayat
perempuan denganlima lapis. Lima lapis ini terdiri dari
sarung, baju kurung, kerudung, lalupembungkus dan
kemudian dibungkus satu lapis lagi.
d) Lulurlah mayat dengan semacam cendana, yaitu wangi-
wangian yang biasauntuk mayat, kecuali mayat yang
sedang berihram.
3. Menshalatkan Jenazah
Hukum menshalatkan mayat adalah fardlu kifayah
sebagaimana memandikan dan mengkafaninya. Menshalatkan
mayat memiliki keutamaan yang besar, baik bagi yang
menshalatkan maupun bagi mayat yang dishalatkan. Keutamaan
bagi yang menshalatkan mayat dinyatakan oleh Nabi Saw.
dalam salah satu haditsnya:“Barang siapa menyaksikan jenazah
sehingga dishalatkan, maka ia memperoleh pahala satu qirath.
Dan barang siapa menyaksikannya sampai dikubur, maka ia
memperoleh pahala dua qirath. Ditanyakan: “Berapakah dua

24
qirath itu?” Jawab Nabi: “Seperti dua bukit yang besar” (HR. al-
Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah).
Adapun rukun shalat jenazah (yang berlangsung selama
pelaksanaanshalat jenazah) adalah sebagai berikut:
a) Niat melakukan shalat jenazah semata-mata karena Allah.
b) Berdiri bagi orang yang mampu.
c) Takbir (membaca Allahu Akbar) empat kali.
d) Membaca surat al-Fatihah setelah takbir pertama.
e) Membaca doa shalawat atas Nabi setelah takbir kedua.
f) Berdoa untuk mayat dua kali setelah takbir ketiga dan
keempat.
g) Salam.

4. Mengubur Jenazah
Mengubur jenazah merupakan prosesi terakhir dari perawatan
jenazah. Hukumnya juga fardlu kifayah seperti tiga perawatan
sebelumnya. Waktunya boleh siang dan boleh malam, asal tidak
pas waktu matahari terbit, matahari terbenam, atau matahari
tepat di atas kita (tengah hari). Beberapa larangan yang perlu
diperhatikan terkait dengan mengubur jenazah di antaranya
adalah:
a) Jangan membuat bangunan diatas kubur
b) Jangan menjadikan tempat shalat diatas kubur
c) Jangan duduk di atas kubur
d) Jangan melakukan perbuatan-perbuatan di sekitar kubur
yang didasari oleh sisa kepercayaan-kepercayaan lama
yang tidak ada kebenarannya dalam Islam.

25
Doa Takziyah

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sakaratul Maut merupakan kejadian yang akan terjadi pada


manusia. sakit sakaratul maut pun akan dialami pada setiap manusia,
dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan
tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah
riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan
suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah
rencana Allah.
Secara umum, kematian dapat disebabkan karena adanya suatu
penyakit kronis, namun ada juga kematian yang disebabkan karena
suatu kondisi yang menyebabkan sistem fungsi pada tubuh mengalami
kerusakan secara mendadak seperti halnya pada kecelakaan maut,
serangan jantung dan lain sebagainya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Cassell, Dana K., Robert C. Salinas and Peter A.S. Winn. "The Encyclopedia of
Death and Dying." Facts on File. 2005
Marchant, Jo and Lucy Middleton. "Instant Expert: Death." New Scientist. Oct.
10, 2007. (March 10, 2010)
http://www.newscientist.com/article/dn12759-instant-expert-death.html

https://muslim.or.id
https://almanhaj.or.id/2570-sakaratul-maut-detik-detik-yang-menegangkan-dan-
menyakitkan.html
https://salafy.or.id
https://tafsirweb.com

28

Anda mungkin juga menyukai