Anda di halaman 1dari 4

Tatalaksana Blighted Ovarium

Setelah blighted ovum ditegakkan dilakukan pengeluaran hasil


konsepsi. Pengeluaran dapat dilakukan secara operatif, dengan dilatasi
serviks dilanjutkan kuretase.
1. Dilatasi Serviks, bila serviks masih tertutup
2. Evakuasi Hasil Konsepsi

Chaudhry, A. N. et al. (2020) “Blighted Ovum: A Case Report,” Women Health, 6(1), hal. 3–4. doi: 10.17140/WHOJ-6-135.
Kurniati, I. D. et al. (2020) Pedoman nasional asuhan pasca keguguran yang komprehensif, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Poerwoko, A. O., Mochtar, A. B. dan Tjahjanto, H. (2008) “Efek Misoprostol Sublingual pada Kasus Blighted Ovum dan Missed Abortion,” Media Medika Indonesiana, 43(16), hal. 88–94.
1. Dilatasi Serviks
a. Menggunakan dilator higroskopis (laminaria)
b. Atau dengan obat-obatan seperti antiprogesterone dan
prostaglandin
Ukuran Uterus < 13 minggu Ukuran Uterus ≥ 13 Minggu
• Pemberian misoprostol sebanyak 400 ug per Penggunaan misoprostol menyebabkan dilatasi yang lebih
vaginam pada 3-4 jam sebelum tindakan kecil daripada laminaria tetapi hanya memerlukan tindakan
ATAU sublingual pada 2-3 jam sebelum satu hari saja pada hampir semua perempuan.
tindakan • Kehamilan 13-19 minggu: misoprostol atau laminaria
• Pemasangan laminaria ke dalam kanalis dapat digunakan
servikalis pada 6-24 jam sebelum tindakan • Kehamilan diatas 20 minggu: laminaria lebih disarankan

Catatan: pemberian misoprostol per vaginam Pemberian misoprostol sebanyak 400 ug per vaginam pada
dapat menyebabkan dilatasi yang cukup efektif 3-4 jam sebelum tindakan.
dengan efek samping minimal dibandingkan
pemberian sublingual.

Chaudhry, A. N. et al. (2020) “Blighted Ovum: A Case Report,” Women Health, 6(1), hal. 3–4. doi: 10.17140/WHOJ-6-135.

PoerwoKurniati, I. D. et al. (2020) Pedoman Nasional Asuhan Pasca Keguguran yang Komprehensif, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.ko, A. O., Mochtar, A. B. dan Tjahjanto, H. (2
2. Evakuasi Hasil Konsepsi
Evakuasi hasil dapat kuret tajam dan aspirasi vakum, tetapi yang
direkomenasikan berupa aspirasi vakum.
1. Kuret tajam, kuretase kurang aman dibandingkan dengan aspirasi
vakum dan jauh lebih menyakitkan bagi perempuan .
2. Aspirasi vakum, ukuran uterus di bawah 13 minggu, dilakukan
aspirasi vakum dengan aspirasi vakum manual (AVM). Untuk ukuran
uterus 13 minggu atau lebih, dilakukan dilatasi dan evakuasi (D&E).

Kurniati, I. D. et al. (2020) Pedoman Nasional Asuhan Pasca Keguguran yang Komprehensif, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Poerwoko, A. O., Mochtar, A. B. dan Tjahjanto, H. (2008) “Efek Misoprostol Sublingual pada Kasus Blighted Ovum dan Missed Abortion,” Media Medika Indonesiana, 43(16), hal. 88–94.
Pemilihan metode evakuasi tergantung pada:
(1) Tingkat fasilitas kesehatan;
(2) Keterampilan klinis operator;
(3) Ketersediaan alat, perlengkapan, dan obat;
(4) Kondisi klinis pasien, serta
(5) Preferensi atau pilihan pasien.

Kurniati, I. D. et al. (2020) Pedoman Nasional Asuhan Pasca Keguguran yang Komprehensif, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Poerwoko, A. O., Mochtar, A. B. dan Tjahjanto, H. (2008) “Efek Misoprostol Sublingual pada Kasus Blighted Ovum dan Missed Abortion,” Media Medika Indonesiana, 43(16), hal. 88–94.

Anda mungkin juga menyukai