SISTEM NEUROPSIKIATRI
Tutor : dr. Rayhana, M. Biomed
Kelompok 1
Agung Kalimasyahda (2017730134)
MSM Zainul Haq (2017730146)
Muhammad Faridz S. (2017730149)
Ridwan Radithya S. (2017730156)
Adinda Wulan Novia (2017730133)
Connie Helensa (2017730139)
Gina Dwi Candrarini (2017730143)
Nadia Nu’ma Pratiwi (2017730151)
Yuni Kurnia Akbarianti (2017730159)
Skenario
Laki-laki 30
tahun Faktor
Risiko
Kejang Etiologi
Alur diagnosis
Patofisiologi
DD
Klasifikasi
Pem. penunjang
Farmako
Tatalaksana
Non-Farmako
Komplikasi
Prognosis
Kejang
Gangguan Pada Otak Kondisi yang
• Etiologi :
Mempengaruhi Otak
Dipicu oleh penyakit/gangguan di otak,
Epilepsi Penyakit jantung
kondisi
Tumor otak lain yang secara tidak langsung
Preeklamsia
Strokememengaruhi fungsi otak tinggi
Demam
Meningitis (infeksi Tekanan darah tinggi
selaput otak) yang tidak terkontrol
Ensefalitis (infeksi otak) Penyakit/gangg
Gangguan elektrolit
Idiopatik
Cedera otak pada bayi Penggunaan
uan di otakobat-
sewaktu melewati jalan obatan
lahir Kadar gula darah tidak
• Adalah gangguan aktivitas listrik di otak Cedera kepala yang normal
Penyakit
menyebabkan Penumpukan racun
• Tanda : gerakan tubuh yang tidak Trauma
degeneratif
perdarahan di otak dalam tubuh akibat
terkendali dan disertai hilangnya
Lumpuh otak/ cerebral gagal hati atau gagal
kesadaran palsy ginjal
• Dapat menjadi tanda adanya penyakit Sengatan atau gigitan
Penggunaan
pada otak, atau kondisi lain yang hewan berbisa
obat-obatan
memengaruhi fungsi otak. Tersengat listrik
Klasifikasi Kejang
Kejang
Parsial • Generalisata
a.Gejala motorik
(Hilang kesadaran, tidak ada awitan fokal,
b. Gejala sensorik bilateral dan simetrik, tidak ada aura)
Parsial c. Gejala
sederhana autonomik <1
d. Gejala Psikis menit
Parsial Tonik-Klonik
kompleks Disertai gangguan 1-3
kesadaran, dapat menit
didahului bangkitan Mioklonik
parsial sederhana
Atonik
Klonik
Price, Sylvia.2006.Patofisiologi volume 2. Jakarta :
EGC
Mekanisme Kejang dan Penurunan Kesadaran
Aktivasi Terjadi depolarisasi
Na+ masuk Ketidakseimbangan
Rangsangan paroksimal di dan repolarisasi
berlebihan ion
saluran Ca+ kalium
Mempengaruhi
medan listrik
daerah yang
berdampingan
Terjadi bangkitan
Terjadi
epileptik
ketidakseimbangan
eksitasi dan inhibasi
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan laboratorium : darah dan urin
• Radiologi : neuroimaging ( ct scan dan mri )
• EEG
Tatalaksana Awal
• ABC Bila kejang tidak reda pada
• Oksigenasi Akses Koreksi kelainan tindakan ABC
• Penilaian tekanan darah intravena metabolik yang ada Kecuali, status epileptikus
• Nadi intubasi endotrakeal
• Saluran napas
• Penilaian suhu
• Posisi semi prone
• Letakkan spatel lidah di
rongga mulut Bila kondisi refrakter,
Pemberian obat antikejang /
lakukan pengawasan
antiepilepsi
diruangan intensif
Obat antikejang :
• Diazepam
• Lorazepam
• Midazolam
• Phenytoin (Dilatin)
• Propofol
Setyoahadi, B. dkk. 2012. EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in Internal Medicine). Volume I. Jakarta : Internal Publishing
Cline, D. M. et al., 2012. Tintinalli’s Emergency Medicine Manual 7th Ed., Mc Graw Hill.
STATUS EPILEPTIKUS
Status Epilepsi
Definisi
Kejang berkepanjangan yang berlangsung terus menerus 30 menit atau lebih atau berulang tanpa pulihnya kesadaran diantara kejang
Etiologi
Akut Kronik
• Gangguan metabolic Gangguan susunan saraf pusat lampau
• Sepsis Epilepsi
• Infeksi Susunan Saraf Pusat
• Stroke
• Obat-obatan
• Hipoksia
Progresif
• Tumor susunan saraf pusat
Epidemiologi
• Insidens SE episode pertama mencapai 42 kasus per 100.000 penduduk pertahunnya
• Rasio yang hampir sama pada laki-laki dan perempuan
• Lebih tinggi pada usia dekade pertama dan setelah usia 60 tahun
• Di RSCM, pada bulan juni 2013 - Januari 2014, terdapat 31 pasien SE.
Gejala Klinis
• Hilang kesadaran sejak awal kejang hingga akhir kejang
• Mata tiba-tiba melotot dan tertarik ke atas
• Tubuh kontraksi tonik
• Lidah tergigit
Status Epilepsi
SE tonik
SE hiperkinetik
Patofisiologi Reseptor
Fosforilasi Penurunan Eksitasi menjadi tidak
Respon
protein, reseptor GABA berlebih sensitive Timbul
berlebihan
pembukaan dan serta disertai terhadap Status
terhadap
penutupan peningkatan penurunan neurotransmitt Epilepsi
GABA
kanal ion reseptor NMDA inhibisi er
Anamnesis (auto dan aloanamnesis), meliputi :
Keluhan • Menanyakan keluhan utama kepada orang yang membawa pasien ke rumah sakit
Utama
RPS • Apa yang terjadi selama serangan kejang berlangsung?
• Kapan pasien mengalami serangan kejang yang pertama kali selama ini?
• Apakah yang terjadi sesudah serangan kejang berlangsung?
• Bagaimana frekuensi serangan kejang?
• Kapan kejang berlangsung selama siklus 24 jam sehari?
• Apakah pasien mengalami semacam peringatan atau perasaan tidak enak pada waktu
serangan atau sebelum serangan kejang terjadi?
• Apakah ada jenis serangan kejang lebih dari satu macam?
R.Sistem • Apakah ada faktor pencetus?
RPD • Apakah sebelumnya pasien pernah datang ke unit gawat darurat?
• Apakah ada riwayat kejang demam?
• Apakah ada riwayat tumor otak?
RPO • Apakah ada periode bebas kejang sejak awal serangan kejang?
R.Psikososial • Apakah pasien bekerja? Dan apa jenis pekerjaannya?
• Apakah pasien mengemudikan kendaraan bermotor?
• Apakah pasien peminum alkohol?
RPK • Apakah di dalam keluarga ada yang menderita epilepsi?
Pemeriksaan Fisik
• ditemukan adanya kejang atau gangguan perilaku,
penurunan kesadaran
• Ditemukan sianosis
• Diikuti oleh takikardi dan peningkatan tekanan darah
• sering diikuti hiperpireksia.
Pemeriksaan penunjang :
• Elektroensefalografi
• Elektrolit ( Na, K, Ca, Mg) )
• Gula darah
• Analisis gas darah
• Urinalisis
Tatalaksana
Tatalaksana
Komplikasi SE konvulsif memilik dampak sistemik yang luas, yaitu :
•Sistem saraf pusat (Edema serebral, nekrosis akibat
penumpukan CO2)
•Kardiovaskular (Aritmia, henti jantung)
•Respirasi (Apneu, edema paru, acute respiratory distress
syndrome)
•Metabolik (Asidosis metabolik, hiperkalemia,
hiponatremia)
•Ginjal (Asidosis renal tubular, sindrom nefritik akut)
•Endokrin (Hipopitutarisme)
Prognosis • Prognosis SE ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu
usia, tipe bangkitan SE, durasi, kecepatan inisiasi tata
laksana, dan etiologi.
• Secara keseluruhan angka mortalitas pada usia dewasa
mencapai 26% dan meningkat dua kali lipat pada usia
>80 tahun yang mencapai 50%.
EPILEPSI
definisi gangguan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi secara terus menerus
untuk terjadinya suatu bangkitan epilepsi, dan juga ditandai oleh adannya faktor
neurobiologis, kognitif, psikologis dan konsekuensi sosial akibat kondisi tersebut
epidemiologi Menurut WHO, diperkirakan 50jt orang diseluruh dunia menderita epilepsy. Di
Indonesia belum diketahui secara pasti. PERDOSSI mengatakan di beberapa RS di 5
pulau besar di Indonesia mendapatkan 2.288 penyandang epilepsy dengan 21.3%
merupakan pasien baru. RSCM penyandang epilepsy yang rutin kontrol tiap bulan
berkisar 30-40 orang; 5-6orang pasien epilepsy baru berobatsekitar 5-6 orang tiap
bulannya. Rerata usia pasien adalah usia produktif yaitu 35,2 (16-76) tahun
etiologi Idiopatik
Kriptogenik
Simtomatik
Gejala klinisi Bangkitan tonik-klonik
Bangkitan tonik
Bangkitan klonik
Bangkitan mioklonik
Bangkitan atonik
Bangkitan absans tipikal
Bangkitan absans atipikal
Bangkitan fokal/parsial
Diagnosis Epilepsi adalah suatu penyakit atau gangguan di otak yang di tegakan jika terdapat:
1. Paling sedikit 2 kali bangkitan tanpa provokasi (atau refleks) dengan jarak antara
2 bangkitan tersebut >24
2. Satu kali bangkitan tanpa provokasi (atau refleks) dan kemungkinan terjadi
bangkitan berikutnya (60%) setelah terjadi 2 kali bangkitan tanpa provokasi
dalam 10 tahun kedepan.
3. Diagnoisis sindrom epilepsi
Pem. fisik Head to Toe
Luka lecet bekas serangan
(BECTS)
Lidah: bekas gigitan pada lidah
Orongfaring, laring, orofaringeal: speech arrest ketidakmampuan berbicara
Air liur yang keluar
(CAE)
Kedipan mata yang random/ klonus mata ke atas, sedikit deviasi mata ke atas.
Pem. EEG (elektroensefalografi)
penunjang MRI
Pemeriksaan Lab
tatalaksana Obat anti epilepsy (OAE)
Karbamazepin, levetirasetam, fenitonin.
Anak: Okskarbazepin
Pembedahan
Lansia: Gabapentin, lamotrigine
Stimulasi nervus vagus
Diet ketogenic
BANGKITAN PSIKOGENIK
NONEPILEPSI
Definisi Bangkitan psikogenik non epilepsi atau lebih sering disebut Psycogenic nonepileptic seizure
(PNES) merupakan gangguan kesadaran, gerakan atau perilaku paroksismal mirip dengan
bangkitan epilepsi, namun tidak disebabkan oleh gangguan neurobiologis seperti epilepsi serta
tidak disertai perubahan gelombang listrik pada perekaman elektroensefalografi (EEG)
Epidemiologi • Prevalensi kejang non epilepsi psikogenik sekitar 2-33 kasus per 100.000 populasi.
• Sekitar 50-70% pasien didiagnosis epilepsi tidak mengalami kejang, dan hanya 15% saja
yang benar-benar epilepsi.
• KPNE terjadi lebih sering pada wanita dibandingkan laki-laki, yakni sekitar 70% dari semua
kasus.
• Kejang psikogenik bisa terjadi pada remaja, anak-anak dan orang tua.
Etiologi Beberapa contoh penyebab Penyebab paling sering menyebabkan kejang non epilepsi
kejang non epilepsi oleh karena yaitu :
faktor psikologik : 1. Penghentian konsumsi alcohol
1. Serangan panik 2. Penghentian konsumsi Benzodiazepine
2. Cut off atau serangan 3. Massive sleep deprivation
menghindar 4. Penggunaan kokain
3. Respon terlambat terhadap 5. Psikogenik (gangguan konversi somatisasi,
stres berat malingering)
6. Cedera kepala akut (dalam satu minggu)
7. Infeksi system saraf pusat atau neoplasma
8. Uremia
9. Eklampsia
10. Demam tinggi
11. Hipoksemia
12. Hiperglikemia atau hipoglikemia
13. Gangguan elektrolit
Klasifikasi 1. Pseudoseizures:gangguan panik yang sendiri sering terjadi pada orang dengan epilepsi
2. Gangguan disosiatif, di mana kejang-kejang biasanya berkepanjangan, menyerupai kejang
tonik-klonik umum, atau berubah secara alami, pingsan seperti pada mantra pingsan atau
presincopal, atau mantra kosong yang mirip mensimulasikan kejang tidak ada
3. Berpura-pura sakit, pura-pura kejang yang disengaja untuk menghindari situasi tertentu,
misalnya penjara.
Gejala Klinis Gejala neurologis: kelemahan anggota gerak, nystagmus
Gejala psikogenik: muntah, disfagia, nyeri perut, dan diare, kejang (meronta-ronta anggota
badan
secara tidak sinkron dan gerakan kepala-ke-sisi yang berulang; menyerang seseorang yang
mencoba
menahan pasien; menggigit tangan, menendang, gemetar, dan bergetar; postur melengkung
dan
postur melengkung pelvis; dan berteriak atau berbicara selama ictus)
Pasca seizure: apneu setelah kejang, keluar air mata, gigit lidah (lidah bag.depan=
pseudoseizzure,
lateral=epilepsy)
Pemeriksaan • Pemeriksaan darah
Penunjang • Pemeriksaan EEG
• Telemetri video
• Pemeriksaan CT san kepala
Tatalaksana • Penurunan dosis obat anti epilepsi
• Anti cemas (klobasam 5-10 mg setiap 24 jam)
• Anti depresan (courage 20 mg/flouxetine 10 mg setiap 24 jam) serta
• Psikofarmakoterapi (sertraline hingga dosis maksimum 200 mg)
Prognosis • Hampir separuh pasien epilepsi psikogenik mengalami kejang berulang
• Durasi penyakit mungkin merupakan faktor prognostik paling penting dalam
KPNE; semakin lama pasien telah dirawat karena epilepsi, semakin buruk
prognosisnya
• Pasien dengan kejang katatonik mempunyai prognosis lebih baik daripada
kejang tipe konvulsif
Hukum islam tentang aurat
dalam tatalaksana medis
Ketika manusia berada dalam kondisi kesadaran yang
menurun/tidak sadar, kewajiban tersebut menjadi
tanggung jawab walinya, keluarganya atau muslim
lain yang ada disekitarnya karena terbukanya aurat
adalah suatu kemungkaran. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran
maka hendaklah dia mengubahnya dengan tangannya,
jika dia tidak mampu maka dengan lisannya, jika dia
tidak bisa dengan hatinya dan itu adalah selemah-
lemahnya iman” (HR Muslim)
Jumhur fuqaha’ berpendapat bahwasannya boleh bagi
dokter ketika adanya sesuatu yang mendesak untuk
membuka aurat pasien baik laki-laki maupun perempuan,
baik yang berjenis kelamin sama dengannya atau berjenis
kelamin berbeda. Para fuqaha’ selanjutnya berpendapat,
boleh bagi seorang dokter muslim jika tidak ditemukan
dokter perempuan untuk mengobati pasien wanita, serta
melihatnya dan menyentuhnya sekedar untuk kebutuhan
yang mendesak, dengan catatan jika tidak ditemukan
adanya dokter perempuan. Dan dalam kondisi ketiadaan
dokter muslim, boleh diperiksa ke dokter dzimmy.
Hukum sholat pada pasien
tidak sadar
berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi
: Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda
ب
َّ ش ِ َ حتَّى يَ ى َ ِ ْ ستَي ٍ َ ن ثَالَث ُ َ ُرفِعَ الْقَل
ِّ ِ صب
َّ ن ال ِ َقظ وَع ْ َ حتَّى ي
َ ِ نالنَّائِم
ِ َة ع ْ َم ع
ل َ ق
ِ ْحتَّى يَع
َ ِمعْتُوه َ ْ ن ال
ِ َوَع
“Pena diangkat dari tiga orang: orang yang tidur sampai
ia bangun, anak kecil sampai ia dewasa dan orang gila
sampai ia sadar.” (HR. Tirmidzi no. 1423. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Demikian
pendapat madzhab Malikiyah dan Syafi’iyah