Anda di halaman 1dari 33

MODUL 3

SISTEM NEUROPSIKIATRI
Tutor : dr. Rayhana, M. Biomed
Kelompok 1
Agung Kalimasyahda (2017730134)
MSM Zainul Haq (2017730146)
Muhammad Faridz S. (2017730149)
Ridwan Radithya S. (2017730156)
Adinda Wulan Novia (2017730133)
Connie Helensa (2017730139)
Gina Dwi Candrarini (2017730143)
Nadia Nu’ma Pratiwi (2017730151)
Yuni Kurnia Akbarianti (2017730159)
Skenario

Seorang Laki-laki 30 tahun dibawa ke Rumah


sakit karena kejang-kejang berulang. Kejang
berupa kelojotan seluruh badan. Pada saat dan
setelah kejang pasien tidak sadar. Pasien pernah
minum obat kejang selama 5 tahun. Sejak 3
bulan terakhir memberhentikan sendiri obat
kejangnya.
Kata Sulit Kata Kunci

 Kelojotan  Kejang yang  Laki-laki 30 tahun


sifatnya bergantian kaku  KU: Kejang Berulang
dan lemas secara cepat disertai kelojotan
(KBBI) seluruh badan.
 RPS : Tidak sadar pada
saat dan setelah kejang.
 RPO : Obat kejang 5
tahun, 3 bulan terakhir
berhenti
Pertanyaan
1. Apa definisi dan klasifikasi kejang ?
2. Apa etiologi dan faktor risiko dari kejang?
3. Bagaimana patomekanisme kejang?
4. Bagaiamana hubungan kejang dengan tidak sadar?
5. Mengapa kejang tidak sembuh walaupun sudah minum obat selama 5 tahun? Serta jelaskan mengapa 3
bulan terakhir pasien memutuskan pengobatan?
6. Mengapa kejang berupa kelonjotan seluruh tubuh?
7. Apa saja penyakit dengan gejala kejang?
8. bagaimana tatalaksana awal pada pasien?
9. Bagaimana alur diagnosis pada skenario?
10. Apa diagnosis banding pada pasien?
11. Bagaimana tatalaksana farmako dan non farmako pada skenario?
12. Apa komplikasi dan prognosis pada skenario?
13. Apa hukum sholat pada pasien tidak sadar?
14. Bagaimana hukum islam tentang aurat dalam tatalaksana medis?
Mind Map

Laki-laki 30
tahun Faktor
Risiko

Kejang Etiologi

Alur diagnosis
Patofisiologi

DD
Klasifikasi
Pem. penunjang

Farmako
Tatalaksana
Non-Farmako

Komplikasi

Prognosis
Kejang
Gangguan Pada Otak Kondisi yang
• Etiologi :
Mempengaruhi Otak
 Dipicu oleh penyakit/gangguan di otak,
Epilepsi Penyakit jantung
 kondisi
Tumor otak lain yang secara tidak langsung
Preeklamsia
Strokememengaruhi fungsi otak tinggi
Demam
Meningitis (infeksi Tekanan darah tinggi
selaput otak) yang tidak terkontrol
Ensefalitis (infeksi otak) Penyakit/gangg
Gangguan elektrolit
Idiopatik
Cedera otak pada bayi Penggunaan
uan di otakobat-
sewaktu melewati jalan obatan
lahir Kadar gula darah tidak
• Adalah gangguan aktivitas listrik di otak Cedera kepala yang normal
Penyakit
menyebabkan Penumpukan racun
• Tanda : gerakan tubuh yang tidak Trauma
degeneratif
perdarahan di otak dalam tubuh akibat
terkendali dan disertai hilangnya
Lumpuh otak/ cerebral gagal hati atau gagal
kesadaran palsy ginjal
• Dapat menjadi tanda adanya penyakit Sengatan atau gigitan
Penggunaan
pada otak, atau kondisi lain yang hewan berbisa
obat-obatan
memengaruhi fungsi otak. Tersengat listrik
Klasifikasi Kejang
 Kejang
Parsial • Generalisata
a.Gejala motorik
(Hilang kesadaran, tidak ada awitan fokal,
b. Gejala sensorik bilateral dan simetrik, tidak ada aura)
Parsial c. Gejala
sederhana autonomik <1
d. Gejala Psikis menit
Parsial Tonik-Klonik
kompleks Disertai gangguan 1-3
kesadaran, dapat menit
didahului bangkitan Mioklonik
parsial sederhana

Atonik

Klonik
Price, Sylvia.2006.Patofisiologi volume 2. Jakarta :
EGC
Mekanisme Kejang dan Penurunan Kesadaran
Aktivasi Terjadi depolarisasi
Na+ masuk Ketidakseimbangan
Rangsangan paroksimal di dan repolarisasi
berlebihan ion
saluran Ca+ kalium

Membran mudah dilalui oleh


ion Ca dan Na
Terputusnya
pengiriman impuls
Influks Ca
aspesifik ke seluruh
korteks akibat
Penurunan muatan listrik yang
berlebihan dan tidak Depolarisasi dan melepaskan
kesadaran muatan listrik berlebihan
terkendali di
thalamus
Silbernagl, Stefan. 2016. Patofisiologi, edisi 3. EGC: penerbit buku kedokteran.
Stephen L, Haurer. 2013. Harrison’s Neurolofy In Clinical Medicine. USA: Mc Graw Hill Education.
Kejang
Priguna, Sidharta. 2007. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta: Dian Rakyat.
Kejang Kelojotan

Lesi Fokus Lepas


Jaringan parut
korteks epiloptogen muatan
korteks serebri
serebri ik listrik

Mempengaruhi
medan listrik
daerah yang
berdampingan

Kejang Hipersingkronisas Neuron lain


kelonjotan i melepaskan
listrik
Kejang tidak sembuh walaupun sudah
minum obat 5 tahun
Tujuan OAE ini untuk
epilepsi terbagi menjadi 2 : dilakukan secara kendalikan kejang,
1. epilepsi idiopatik berlanjut dan tanpa ganggu fungsi
2. epilepsi simptomatik teratur mental, motorik, atau
tingkah laku.
epilepsi tidak bisa bisa dikontrol
obat antiepilepsi
sembuh total (OAE)
Hal ini terjadi karna
memberhentikan OAE

Terjadi bangkitan
Terjadi
epileptik
ketidakseimbangan
eksitasi dan inhibasi

Peningkatan sekresi glutamate ke celah


sinaps, sehingga terjadi peningkatan
Hipereksitabilitas
jumlah ca2+ didalam sel
Penyakit dengan gejala kejang
Status Epilepsi Kejang berkepanjangan yang berlangsung terus menerus 30 menit atau lebih atau berulang tanpa
pulihnya kesadaran diantara kejang
Epilepsi gangguan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi secara terus menerus untuk
terjadinya suatu bangkitan epilepsi, dan juga ditandai oleh adannya faktor neurobiologis,
kognitif, psikologis dan konsekuensi sosial akibat kondisi tersebut
BANGKITAN gangguan kesadaran, gerakan atau perilaku paroksismal mirip dengan bangkitan epilepsi, namun
PSIKOGENIK tidak disebabkan oleh gangguan neurobiologis seperti epilepsi serta tidak disertai perubahan
NONEPILEPSI gelombang listrik pada perekaman elektroensefalografi (EEG)
Meningitis Infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter (lapisan dalam selaput otak) dan
arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis
yang superfisial.
ensefalitis Peradangan pada jaringan otak setempat (fokal) atau seluruhnya (difus).
Meningioma tumor jinak ekstra-aksial atau tumor yang terjadi di luar jaringan parenkim otak yaitu berasal
dari meninges otak.
Gejala Klinis :
•Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat beraktifitas atau pada pagi hari
•Mual, muntah
•Kejang
•Gangguan mental
•Perasaan tidak enak di kepala
Alur diagnosis
ANAMNESIS
Identitas : Laki-laki 30 tahun Nama,usia,alamat,pekerjaan
Keluhan utama: • Kejang → onset, durasi, frekuensi, kapan pertama kali muncul, tanda-
• kejang berulang tanda serangan,sifat kejang ?
• Keadaan saat terjadinya serangan:
duduk/berdiri/berbaring/tidur/
• gejala sebelum,selama, dan pasca serangan ?
Riwayat penyakit sekarang dan Hal yang memberatkan dan Hal yang meringankan ?
sistem lain: Disertai demam ? Sakit kepala ? Penglihatan terganggu ? Disertai penurunan
• Kejang berupa kelojotan seluruh kesadaran ?
badan Tanyakan gejala pada Sistem lain.
• Pada saat dan setelah kejang
tidak sadarkan diri
Riwayat penyakit dahulu Pernahkan merasakan hal yang sama ?
Sebelumnya ada trauma ? Atau penyakit lainya ?
( hipertensi,diabetes,kanker atau epilepsi ?
Riwayat keluarga Memiliki gejala yang sama ? Penyakit yang terdapat dikeluarga?
Riwayat pengobatan dan alergi: • Obat yang pernah dikonsumsi?
• obat kejang selama 5 tahun • Apakah ada R.alergi ?
• 3 bulan terakhir
memberhentikan sendiri obat
kejangnya
Riwayat Psikososial Tanyakan lingkungan rumah, perilaku keseharian
PEMERIKSAAN FISIK
 Kesadaran umum pasien
 Periksa tanda vital pasien
 Pemeriksaan kulit -> Sindrom Neurokutaneus
 Bekas gigitan di lidah -> Waktu serangan kejang berlangsung
 Bekas luka lecet -> Pasien jatuh akibat serangan kejang
 Pemeriksaan neurologi

Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan laboratorium : darah dan urin
• Radiologi : neuroimaging ( ct scan dan mri )
• EEG
Tatalaksana Awal
• ABC Bila kejang tidak reda pada
• Oksigenasi Akses Koreksi kelainan tindakan ABC
• Penilaian tekanan darah intravena metabolik yang ada Kecuali, status epileptikus 
• Nadi intubasi endotrakeal
• Saluran napas
• Penilaian suhu
• Posisi semi prone
• Letakkan spatel lidah di
rongga mulut Bila kondisi refrakter,
Pemberian obat antikejang /
lakukan pengawasan
antiepilepsi
diruangan intensif

Obat antikejang :
• Diazepam
• Lorazepam
• Midazolam
• Phenytoin (Dilatin)
• Propofol

Setyoahadi, B. dkk. 2012. EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in Internal Medicine). Volume I. Jakarta : Internal Publishing
Cline, D. M. et al., 2012. Tintinalli’s Emergency Medicine Manual 7th Ed., Mc Graw Hill.
STATUS EPILEPTIKUS
Status Epilepsi

Definisi
Kejang berkepanjangan yang berlangsung terus menerus 30 menit atau lebih atau berulang tanpa pulihnya kesadaran diantara kejang

Etiologi
Akut Kronik
• Gangguan metabolic Gangguan susunan saraf pusat lampau
• Sepsis Epilepsi
• Infeksi Susunan Saraf Pusat
• Stroke
• Obat-obatan
• Hipoksia
Progresif
• Tumor susunan saraf pusat
Epidemiologi
• Insidens SE episode pertama mencapai 42 kasus per 100.000 penduduk pertahunnya
• Rasio yang hampir sama pada laki-laki dan perempuan
• Lebih tinggi pada usia dekade pertama dan setelah usia 60 tahun
• Di RSCM, pada bulan juni 2013 - Januari 2014, terdapat 31 pasien SE.
Gejala Klinis
• Hilang kesadaran sejak awal kejang hingga akhir kejang
• Mata tiba-tiba melotot dan tertarik ke atas
• Tubuh kontraksi tonik
• Lidah tergigit
Status Epilepsi

Klasifikasi berdasarkan bentuk Kejang


Dengan gejala Motor yang Prominen Tanpa gejala yang prominen
SE Konvulsif SE non-konvulsif dengan koma
SE mioklonik SE konvulsif tanpa koma:
• Umum
• Status absans tipikal
• Status absans atipikal
• Status absans mioklonik
• Fokal
• Tidak diketahui umum/fokal

SE tonik
SE hiperkinetik

Patofisiologi Reseptor
Fosforilasi Penurunan Eksitasi menjadi tidak
Respon
protein, reseptor GABA berlebih sensitive Timbul
berlebihan
pembukaan dan serta disertai terhadap Status
terhadap
penutupan peningkatan penurunan neurotransmitt Epilepsi
GABA
kanal ion reseptor NMDA inhibisi er
Anamnesis (auto dan aloanamnesis), meliputi :
Keluhan • Menanyakan keluhan utama kepada orang yang membawa pasien ke rumah sakit
Utama
RPS • Apa yang terjadi selama serangan kejang berlangsung?
• Kapan pasien mengalami serangan kejang yang pertama kali selama ini?
• Apakah yang terjadi sesudah serangan kejang berlangsung?
• Bagaimana frekuensi serangan kejang?
• Kapan kejang berlangsung selama siklus 24 jam sehari?
• Apakah pasien mengalami semacam peringatan atau perasaan tidak enak pada waktu
serangan atau sebelum serangan kejang terjadi?
• Apakah ada jenis serangan kejang lebih dari satu macam?
R.Sistem • Apakah ada faktor pencetus?
RPD • Apakah sebelumnya pasien pernah datang ke unit gawat darurat?
• Apakah ada riwayat kejang demam?
• Apakah ada riwayat tumor otak?
RPO • Apakah ada periode bebas kejang sejak awal serangan kejang?
R.Psikososial • Apakah pasien bekerja? Dan apa jenis pekerjaannya?
• Apakah pasien mengemudikan kendaraan bermotor?
• Apakah pasien peminum alkohol?
RPK • Apakah di dalam keluarga ada yang menderita epilepsi?
Pemeriksaan Fisik
• ditemukan adanya kejang atau gangguan perilaku,
penurunan kesadaran
• Ditemukan sianosis
• Diikuti oleh takikardi dan peningkatan tekanan darah
• sering diikuti hiperpireksia.

Pemeriksaan penunjang :
• Elektroensefalografi
• Elektrolit ( Na, K, Ca, Mg) )
• Gula darah
• Analisis gas darah
• Urinalisis
Tatalaksana
Tatalaksana
Komplikasi SE konvulsif memilik dampak sistemik yang luas, yaitu :
•Sistem saraf pusat (Edema serebral, nekrosis akibat
penumpukan CO2)
•Kardiovaskular (Aritmia, henti jantung)
•Respirasi (Apneu, edema paru, acute respiratory distress
syndrome)
•Metabolik (Asidosis metabolik, hiperkalemia,
hiponatremia)
•Ginjal (Asidosis renal tubular, sindrom nefritik akut)
•Endokrin (Hipopitutarisme)
Prognosis • Prognosis SE ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu
usia, tipe bangkitan SE, durasi, kecepatan inisiasi tata
laksana, dan etiologi.
• Secara keseluruhan angka mortalitas pada usia dewasa
mencapai 26% dan meningkat dua kali lipat pada usia
>80 tahun yang mencapai 50%.
EPILEPSI
definisi gangguan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi secara terus menerus
untuk terjadinya suatu bangkitan epilepsi, dan juga ditandai oleh adannya faktor
neurobiologis, kognitif, psikologis dan konsekuensi sosial akibat kondisi tersebut

epidemiologi Menurut WHO, diperkirakan 50jt orang diseluruh dunia menderita epilepsy. Di
Indonesia belum diketahui secara pasti. PERDOSSI mengatakan di beberapa RS di 5
pulau besar di Indonesia mendapatkan 2.288 penyandang epilepsy dengan 21.3%
merupakan pasien baru. RSCM penyandang epilepsy yang rutin kontrol tiap bulan
berkisar 30-40 orang; 5-6orang pasien epilepsy baru berobatsekitar 5-6 orang tiap
bulannya. Rerata usia pasien adalah usia produktif yaitu 35,2 (16-76) tahun
etiologi Idiopatik
Kriptogenik
Simtomatik
Gejala klinisi  Bangkitan tonik-klonik
 Bangkitan tonik
 Bangkitan klonik
 Bangkitan mioklonik
 Bangkitan atonik
 Bangkitan absans tipikal
 Bangkitan absans atipikal
 Bangkitan fokal/parsial
Diagnosis Epilepsi adalah suatu penyakit atau gangguan di otak yang di tegakan jika terdapat:
1. Paling sedikit 2 kali bangkitan tanpa provokasi (atau refleks) dengan jarak antara
2 bangkitan tersebut >24
2. Satu kali bangkitan tanpa provokasi (atau refleks) dan kemungkinan terjadi
bangkitan berikutnya (60%) setelah terjadi 2 kali bangkitan tanpa provokasi
dalam 10 tahun kedepan.
3. Diagnoisis sindrom epilepsi
Pem. fisik Head to Toe
Luka lecet  bekas serangan
(BECTS)
Lidah: bekas gigitan pada lidah
Orongfaring, laring, orofaringeal: speech arrest ketidakmampuan berbicara
Air liur yang keluar
(CAE)
Kedipan mata yang random/ klonus mata ke atas, sedikit deviasi mata ke atas.
Pem. EEG (elektroensefalografi)
penunjang MRI
Pemeriksaan Lab
tatalaksana  Obat anti epilepsy (OAE)
 Karbamazepin, levetirasetam, fenitonin.
 Anak: Okskarbazepin
 Pembedahan
 Lansia: Gabapentin, lamotrigine
 Stimulasi nervus vagus
 Diet ketogenic
BANGKITAN PSIKOGENIK
NONEPILEPSI
Definisi Bangkitan psikogenik non epilepsi atau lebih sering disebut Psycogenic nonepileptic seizure
(PNES) merupakan gangguan kesadaran, gerakan atau perilaku paroksismal mirip dengan
bangkitan epilepsi, namun tidak disebabkan oleh gangguan neurobiologis seperti epilepsi serta
tidak disertai perubahan gelombang listrik pada perekaman elektroensefalografi (EEG)
Epidemiologi • Prevalensi kejang non epilepsi psikogenik sekitar 2-33 kasus per 100.000 populasi.
• Sekitar 50-70% pasien didiagnosis epilepsi tidak mengalami kejang, dan hanya 15% saja
yang benar-benar epilepsi.
• KPNE terjadi lebih sering pada wanita dibandingkan laki-laki, yakni sekitar 70% dari semua
kasus.
• Kejang psikogenik bisa terjadi pada remaja, anak-anak dan orang tua.
Etiologi Beberapa contoh penyebab Penyebab paling sering menyebabkan kejang non epilepsi
kejang non epilepsi oleh karena yaitu :
faktor psikologik : 1. Penghentian konsumsi alcohol
1. Serangan panik 2. Penghentian konsumsi Benzodiazepine
2. Cut off atau serangan 3. Massive sleep deprivation
menghindar 4. Penggunaan kokain
3. Respon terlambat terhadap 5. Psikogenik (gangguan konversi somatisasi,
stres berat malingering)
6. Cedera kepala akut (dalam satu minggu)
7. Infeksi system saraf pusat atau neoplasma
8. Uremia
9. Eklampsia
10. Demam tinggi
11. Hipoksemia
12. Hiperglikemia atau hipoglikemia
13. Gangguan elektrolit
Klasifikasi 1. Pseudoseizures:gangguan panik yang sendiri sering terjadi pada orang dengan epilepsi
2. Gangguan disosiatif, di mana kejang-kejang biasanya berkepanjangan, menyerupai kejang
tonik-klonik umum, atau berubah secara alami, pingsan seperti pada mantra pingsan atau
presincopal, atau mantra kosong yang mirip mensimulasikan kejang tidak ada
3. Berpura-pura sakit, pura-pura kejang yang disengaja untuk menghindari situasi tertentu,
misalnya penjara.
Gejala Klinis Gejala neurologis: kelemahan anggota gerak, nystagmus
Gejala psikogenik: muntah, disfagia, nyeri perut, dan diare, kejang (meronta-ronta anggota
badan
secara tidak sinkron dan gerakan kepala-ke-sisi yang berulang; menyerang seseorang yang
mencoba
menahan pasien; menggigit tangan, menendang, gemetar, dan bergetar; postur melengkung
dan
postur melengkung pelvis; dan berteriak atau berbicara selama ictus)
Pasca seizure: apneu setelah kejang, keluar air mata, gigit lidah (lidah bag.depan=
pseudoseizzure,
lateral=epilepsy)
Pemeriksaan • Pemeriksaan darah
Penunjang • Pemeriksaan EEG
• Telemetri video
• Pemeriksaan CT san kepala
Tatalaksana • Penurunan dosis obat anti epilepsi
• Anti cemas (klobasam 5-10 mg setiap 24 jam)
• Anti depresan (courage 20 mg/flouxetine 10 mg setiap 24 jam) serta
• Psikofarmakoterapi (sertraline hingga dosis maksimum 200 mg)
Prognosis • Hampir separuh pasien epilepsi psikogenik mengalami kejang berulang
• Durasi penyakit mungkin merupakan faktor prognostik paling penting dalam
KPNE; semakin lama pasien telah dirawat karena epilepsi, semakin buruk
prognosisnya
• Pasien dengan kejang katatonik mempunyai prognosis lebih baik daripada
kejang tipe konvulsif
Hukum islam tentang aurat
dalam tatalaksana medis
 Ketika manusia berada dalam kondisi kesadaran yang
menurun/tidak sadar, kewajiban tersebut menjadi
tanggung jawab walinya, keluarganya atau muslim
lain yang ada disekitarnya karena terbukanya aurat
adalah suatu kemungkaran. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran
maka hendaklah dia mengubahnya dengan tangannya,
jika dia tidak mampu maka dengan lisannya, jika dia
tidak bisa dengan hatinya dan itu adalah selemah-
lemahnya iman” (HR Muslim)
 Jumhur fuqaha’ berpendapat bahwasannya boleh bagi
dokter ketika adanya sesuatu yang mendesak untuk
membuka aurat pasien baik laki-laki maupun perempuan,
baik yang berjenis kelamin sama dengannya atau berjenis
kelamin berbeda. Para fuqaha’ selanjutnya berpendapat,
boleh bagi seorang dokter muslim jika tidak ditemukan
dokter perempuan untuk mengobati pasien wanita, serta
melihatnya dan menyentuhnya sekedar untuk kebutuhan
yang mendesak, dengan catatan jika tidak ditemukan
adanya dokter perempuan. Dan dalam kondisi ketiadaan
dokter muslim, boleh diperiksa ke dokter dzimmy.
Hukum sholat pada pasien
tidak sadar
berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi
: Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda
‫ب‬
َّ ‫ش‬ ِ َ ‫حتَّى ي‬َ ‫ى‬ َ ِ ْ ‫ستَي‬ ٍ َ ‫ن ثَالَث‬ ُ َ ‫ ُرفِعَ الْقَل‬
ِّ ِ ‫صب‬
َّ ‫ن ال‬ ِ َ‫قظ وَع‬ ْ َ ‫حتَّى ي‬
َ ِ ‫نالنَّائِم‬
ِ َ‫ة ع‬ ْ َ‫م ع‬
‫ل‬ َ ‫ق‬
ِ ْ‫حتَّى يَع‬
َ ِ‫معْتُوه‬ َ ْ ‫ن ال‬
ِ َ‫وَع‬
“Pena diangkat dari tiga orang: orang yang tidur sampai
ia bangun, anak kecil sampai ia dewasa dan orang gila
sampai ia sadar.” (HR. Tirmidzi no. 1423. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Demikian
pendapat madzhab Malikiyah dan Syafi’iyah

Anda mungkin juga menyukai