Anda di halaman 1dari 63

TUGAS PATOLOGI

TENTANG GANGGUAN PADA SISTEM


PERSARAFAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1. ALBERTINA 5. SELVI LAURNA
2. EKA FEBRIANA 6. YANTO
3. NURYATI 7. LIGIA LAMBE
4. MARIA SORONTOU

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JAYAPURA
2020 - 2025
Pendahuluan
Penyakit saraf adalah gangguan, kelainan, atau kerusakan
yang terjadi pada sistem saraf manusia, sehingga
memengaruhi fungsinya.

Sistem saraf adalah sistem penghubung yang sangat kompleks


yang dapat mengirim dan menerima informasi dalam jumlah
besar secara bersamaan.

Otak, sumsum tulang belakang, dan saraf-saraf ini saling


bekerja sama dalam mengatur dan mengoordinasikan seluruh
aktivitas tubuh

Penyakit pada sistem saraf dapat terjadi secara perlahan dan


menyebabkan hilangnya fungsi secara bertahap (degeneratif ).
Namun, kondisi ini juga bisa terjadi secara tiba-tiba dan
menyebabkan masalah yang mengancam jiwa (akut).
ANATOMI

Gangguan Sistem Saraf, Mata Kuliah Patologi, S1 Farmasi, Sikes Jayapura 2022
ANATOMI

Gangguan Sistem Saraf, Mata Kuliah Patologi, S1 Farmasi, Sikes Jayapura 2022
ANATOMI

Gangguan Sistem Saraf, Mata Kuliah Patologi, S1 Farmasi, Sikes Jayapura 2022
SARAF

Gangguan Sistem Saraf, Mata Kuliah Patologi, S1 Farmasi, Sikes Jayapura 2022
GANGGUAN SISTEM SARAF
Radang pada Sistem Saraf

Stroke

Epilepsi

Parkinson

Alzheimer

Bells Palsy
Gangguan Sistem Saraf, Mata Kuliah Patologi, S1 Farmasi, Sikes Jayapura 2022
STROKE

Gangguan Sistem Saraf, Mata Kuliah Patologi, S1 Farmasi, Sikes Jayapura 2022
STROKE = Brain Attack

• Kematian … no 3

• Kecacatan … no 1

(Stroke is the champion)

Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang


terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis
baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24
jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak

Gangguan Sistem Saraf, Mata Kuliah Patologi, S1 Farmasi, Sikes Jayapura 2022
Definisi Stroke

Istilah stroke atau penyakit


serebrovaskular mengacu
kepada setiap gangguan
neurologik mendadak yang
terjadi akibat pembatasan
atau terhentinya aliran darah
melalui sistem suplai arteri
otak.

Definisi menurut WHO stroke


adalah terjadinya gangguan
fungsional otak fokal maupun
global secara mendadak dan
akut yang berlangsung lebih
dari 24 jam akibat gangguan
aliran darah otak
Apa yang terjadi pada stroke

BERAT :
•OTAK 1.200 - 1.400 GRAM (2 % BB)

PERLU MAKANAN YANG CUKUP DAN TERATUR


TIAP MENIT : 800 CC OKSIGEN
100 MGR GLUKOSA

TERHENTI SEL
30 DETIK TERGANGGU

TERHENTI KECACATAN
SEL MATI
3 MENIT
TERHENTI MENINGGAL
8 MENIT
Gangguan Sistem Saraf, Mata Kuliah Patologi, S1 Farmasi, Sikes Jayapura 2022
Defisit
lapang
pengelihatan

Defisit Defisit
emosional motorik

Manifestasi
Klinis
Defisit Defisit
Kognitif sensori

Defisit
Verbal
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Penatalaksanaan
umum khusus
• Airway and breating • TIK meningkat
• Circulation • Trombolitik agent
• Pengontrolan gula • Kejang
darah • Neuroprotektif drugs
• Posisi kepala pasien
• Pengontrolan tekanan
darah
• Pengontrolan demam
• Pengontrolan edema
serebri
Angiografi

CT-Scan
Sinar X
tengkorak

Pemeriksaan
penunjang
Ultrasonografi EEG (Elektro
Dopler Encephalogram)

Fungsi
MRI
lumbal
Faktor Risiko Komplikasi

• Hipertensi • TIK meningkat


• Diabetes mellitus • Aspirasi
• Penyakit jantung • Atelektasis
• Serangan iskemik sepintas (TIA) • Kontraktur
• Obesitas • Distrimia jantung
• Hiper-agregasi trombosit • Malnutrisi
• alkoholism • Gagal napas
• Merokok
• Peningkatan kadar lemak darah
(kolesterol, trigliserida LDL)
• Hiperurisemia
• Infeksi
• Faktor genetik atau keluarga
Pencegahan Stroke

Primer Sekunder
(Sebelum Stroke) (Sesudah Stroke)
 Gaya hidup sehat  Gaya hidup sehat
 Modifikasi faktor risiko  Mengendalikan faktor
risiko
 Antiplatelet / anti
koagulan
 Terapi bedah
Epilepsi

Epilepsi adalah gangguan kronik


otak dengan ciri timbulnya gejala-
gejala yang datang dalam
serangan-serangan, berulang-ulang
yang disebabkan lepas muatan
listrik abnormal sel-sel saraf otak,
yang bersifat reversibel dengan
berbagai etiologi (Arif, 2000)
Etiologi

Epilepsi Primer (Idiopatik)

Epilepsi Sekunder (Simtomatik)


Manifestasi Klinis
 Manifestasi klinik dapat berupa kejang-
kejang, gangguan kesadaran atau
gangguan penginderaanK
 Kelainan gambaran EEG
 Tergantung lokasi dan sifat Fokus
Epileptogen
 Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi
tanda sebelum kejang epileptik (Aura dapat
berupa perasaan tidak enak, melihat
sesuatu, men cium bau-bauan tak enak,
mendengar suara gemuruh, mengecap
sesuatu, sakit kepala dan sebagainya)
Klasifikasi

1. Sawan Parsial (lokal, fokal)


2. Sawan Umum (Konvulsif atau
NonKonvulsif
3. Sawan Tak Tergolongkan
Pencegahan
Upaya sosial luas yang menggabungkan tindakan luas
harus ditingkatkan untuk pencegahan epilepsi.
Resiko epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang
menggunakan obat antikonvulsi yang digunakan
sepanjang kehamilan.
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama
yang dapat dicegah.
Melalui program yang memberi keamanan yang tinggi
dan tindakan pencegahan yang aman, yaitu tidak
hanya dapat hidup aman, tetapi juga mengembangkan
pencegahan epilepsi akibat cedera kepala.
Ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja,
wanita dengan latar belakang sukar melahirkan,
pengguna obat-obatan, diabetes, atau hipertensi)
Pemeriksaan Diagnostik
Riwayat perkembangan
Pungsi Lumbar
CT Scan
Elektroensefalogram(EEG)
Magnetik resonance imaging (MRI)
Kimia darah
Pemeriksaan laboratorium
Penatalaksanaan Medis
 Dilakukan secara manual,
Penatalaksanaan dilakukan secara individual untuk memenuhi
kebutuhan khusus masing-masing klien dan tidak hanya untuk
mengatasi tetapi juga diarahkan untuk mencegah terjadinya kejang

 Farmakoterapi :
Phenobarbital (luminal).
Primidone (mysolin)
Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin).
Carbamazine (tegretol).
Diazepam.
Nitrazepam (inogadon)
Ethosuximide (zarontine)
Na-valproat (dopakene)
Acetazolamide (diamox)
ACTH
Lanjutan...
 Pembedahan
Pembedahan diindikasikan untuk klien
yang mengalami epilepsi akibat tumor
otak (intra kranial), abses, kista atau
adanya anomali vaskuler.
PARKINSON

Tahun 1817 Dr. James Parkinson


mempublikasikan kasus pasien yang
mengalami “Shaking Palsy” (shake= gemetar,
palsy = kelumpuhan)

Sejak saat itu muncul istilah parkinsonism yaitu


menggambarkan gejala klinik yang ditandai
dengan gemetar, kekakuan, bradikenisia, dan
instabilitas postural

Pada tahun 1921, Charles Foix berhasil


mengungkapkan kelainan secara tepat dibatang
otak, yaitu di subtansia nigra mesensefalon
sebagi substrat penyakit parkinson
Definisi
Penyakit Parkinson

• Penyakit gangguan syaraf kronis dan


progreresif yang ditandai dengan:
• T : Tremor (gemetar)
• R : Rigiditas (kekakuan otot)
• A : Akinesia/ Bradikenisia
(berkurangnya kecepatan gerakan)
• P : Postural Disability (misalnya:
postur tubuh membungkuk, gaya
berjalan yang kecil-kecil, kepala
sedikit menunduk)
Epidemiologi

Penyakit
Faktor parkinson
Onset terjadi
Peningkatan lingkungan yang terjadi
pada usia >60
usia tidak begitu <50 tahun
tahun
berpegaruh mungkin ada
faktor genetik
Prevalensi
Usia

• Penyakit Parkison paling banyak dialami pada usia lanjut dan jarang
ditemukan pada umur dibawah 30 tahun. Sebagian besar kasus ditemukan
pada usia 40-70 tahun, rata-rata pada usia 58-62 tahun dan kirakira 5% muncul
pada usia dibawah 40 tahun. (PERDOSSI, 2008).

Amerika

• Angka prevalensi penyakit Parkinson di Amerika Utara diperkirakan sebesar


160 per 100.000 populasi dengan angka kejadian sekitar 20 per 100.000
populasi. Prevalensi dan insidensi penyakit Parkinson semakin meningkat
seiring bertambahnya usia. Prevalensi berkisar antara 0,5-1% pada usia 65-69
tahun. Pada umur 70 tahun prevalensi dapat mencapai 120 dan angka kejadian
55 kasus per 100.000 populasi pertahun. Prevalensi meningkat sampai 1-3%
pada usia 80 tahun atau lebih.

Indonesia

• Di Indonesia belum ada data prevalensi penyakit Parkinson yang pasti, namun
diperkirakan terdapat sekitar 400.000 penderita penyakit Parkinson. Penyakit
ini lebih banyak ditemukan pada pria dari pada wanita dengan angka
perbandingan 3:2 (Joesoef, 2007).
Etiologi
Faktor resiko tidak diketahui, tetapi terdapat hipotesis,
diantaranya; infeksi oleh virus yang non konvensional
(belum diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang
sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum
di ketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau
dipercepat.
Selain itu, beberapa hal yang dapat menyebabkan gejala
parkinson, antara lain:
 Obat, seperti : fenotiazin, benzamid, metildopa, dan
reserpin, metoklopramid, SSRI, Amiodarone, Diltiazem,
Asam Valproat
 Keracunan logam berat (Mn)
 Anoksia (keracunan Co)
 Pasca trauma, dll.
Patofisiologi
Abnormalitas patologis yang utama : degenerasi sel
dengan hilangnya neuron dopaminergik yang
terpigmentasi di pars compacta subtansia nigra di otak
dan ketidakseimbangan sirkuit motor ekstrapiramidal
(pengatur gerakan di otak)
Pada orang normal, dopamine berkurang 5% perdekade
Pada penderita parkinson, dopamine berkurang 45%
selama dekade pertama setelah diagnosis
Biasanya gejala baru muncul ketika dopamine di striatal
sudah berkurang sampai 80%
Degenerasi saraf dopamine pada nigrostriatal
menyebabkan peningkatan aktivitas kolinergik striatal -
> efek tremor
Patofisiologi
• Pada tahun 1921, Charles Foix
berhasil mengungkapkan secara
tepat kelainan di batang otak,
yaitu di subtansia nigra
mesensefalon sebagai substrat
penyakit parkinson.

• Pemeriksaan makroskopis
memperlihatkan daerah yang
pucat (depigmentasi) pada pars
kompakta subtansia nigra yang
dengan jelas menunjukkan
lenyap atau berkurangnya
jumlah sel-sel neuromelanin
yang menghasilkan dopamin
pada penyakit parkinson
Gejala dan tanda
Tanda utama Tremor, pada saat istirahat keparahan relatif
stabil

Kekakuan, gerakan putar siku dan pergelangan


tangan berkurang, ekspresi wajah kaku

Melemahnya gerakan, langkah pendek-pendek,


lambaian tangan berkurang

Ketidak seimbangan tubuh, sering jatuh


Tanda non motorik

Inkontinensia Demensia

Depresi Dysphagia

Gangguan Konstipasi,
Tidur dll
Diagnosis
Kemungkinan diagnosis tepat jika pasien menunjukkan bradikinesia,
tremor, kekakuan
Perlu dilihat ada info sejarah penggunaan obat (drug induced
parkinsonism)
Dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan yang seksama,
umumnya diagnosis parkinson sudah dapat ditegakkan. Hanya sedikit
saja pemeriksaan penunjang lain dibutuhkan setelah evaluasi klinik
yang lengkap. Pada tiap kunjungan perlu diproleh:
 Tekanan darah yang diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri untuk
mendeteksi hipotensi ortostatik, yang dapat pula diperberat oleh
medikasi
 Menilai respon terhadap stress
 Mencatat dan menilai kemampuan fungsional
 Pemeriksaan penunjang
Sekali diagnosis, dapat dievaluasi perkembnagan penyakitnya dengan
skala Hoehn dan Yahr
Skala Hoehn dan Yahr
Stage 0 Tidak ada tanda-tanda penyakit

Stage 1 Tanda-tanda unilateral


Stage 1,5 Tanda-tanda unilateral dan bilateral

Stage 2 Tanda-tanda bulateral tanpa gangguan keseimbangan

Stage 2,5 Penyakit bilateral ringan


Stage 3 Penyakit bilateral ringan-sedang, terjadi ketidak seimbangan
tubuh, secara fisik masih mandiri

Stage 4 Penyakit parah, tidak mampu hidup sendiri

Stage 5 Tidak bisa berjalan atau berdiri tanpa bantuan


Tujuan terapi
Meminimalkan kecacatan (disability) dan efek
samping, serta meningkatkan kualitas hidup
semaksimal mungkin
Terapi Non Farmakologi

Nutrisi
Edukasi

Latihan
Terapi Farmakologi
Meningkatkan kadar dopamin endogen

• L- Dopa, prekusor dopa


• Carbidopa, Benserazid, menghambat metabolisme perifer oleh dopa
dekarbosilase
• Entacapon, tolcapon, menghambat degredasi dopa oleh O-
metiltransferase
• Selegilin, menghambat degredasi Dopa oleh MAO B
• Amantadin, meningkatkan sintesis dan pelepasan dopamin,
menghambat re-uptake

Mengatifkan reseptor dopamin dengan antagonis

• Bromokriptin, lisurid, agonis D2


• Pramipeksol, ropinirol, agonis D2 dan D3
• Pergolid, apomorfin, agonis D1 dan D2

Menekan aktifitas kolinergik dengan obat-obatan


anti kolinergik
• Benztropin, triheksifenidil
Alzheimer
Pengertian Alzheimer

suatu kondisi di mana sel-sel saraf di otak mati,


sehingga sinyal-sinyal otak sulit ditransmisikan
dengan baik.

Penyakit neurodegeneratif atau penurunan


fungsi saraf otak. Daya ingat penderita sangat
merosot hingga tak bisa mengurus dirinya sendiri

ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh


seorang ahli Psikiatri dan neuropatologi yang
bernama Alois Alzheimer.
ALOIS ALZHEIMER
• Penyakit Alzheimer sering
juga disebut dengan penyakit
tua karena sangat erat
kaitannya dengan usia oleh
karena itu sering juga ada
istilah dementia alzheimer.
• Dementia adalah gejala
kerusakan otak yang
mengganggu kemampuan
seseorang untuk berfikir,
daya ingat, dan fungsi
berbahasa.
• Hal tersebut membuat pasien
dementia kesulitan untuk
melakukan aktivitas sehari
hari.
KLASIFIKASI

Penyakit alzheimer merupakan penyakit


neurodegeneratif yang secara
epidemiologi terbagi 2 kelompok yaitu

Early Onset
(kelompok yang menderita pada usia
kurang 58 tahun)

Late Onset
(kelompok yang menderita pada usia
lebih dari 58 tahun)
FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT ALZHEIMER

Usia
(> 65 tahun)

Gaya Hidup
Riwayat
dan
Keluarga dan
Kesehatan
Genetika
Jantung

Jenis Kelamin
(Perempuan risiko
Alzheimer)
PENCEGAHAN PENYAKIT ALZHEIMER
Konsumsi
makanan
sehat

Terapkan
Hindari
Gaya
cidera
Hidup
kepala
Sehat

Olahragakan Olahragakan
Pikiran Anda Tubuh Anda
BELL’S PALSY
Pengertian Bell’s Palsy

Bell’s palsy adalah kelumpuhan nervus fasialis


perifer (N.VII), terjadi secara akut dan penyebabnya
tidak diketahui (idiopatik) atau tidak menyertai
penyakit lain yang dapat mengakibatkan lesi
nervus fasialis

Insiden BP dilaporkan sekitar 40-70% dari semua


kelumpuhan saraf fasialis perifer akut

Prevalensi rata-rata berkisar antara 10–30 pasien


per 100.000 populasi per tahun dan meningkat
sesuai pertambahan umur

terbanyak pada usia 21–30 tahun.

Lebih sering terjadi pada wanita daripada pria

adanya riwayat terpapar udara dingin seperti naik


kendaraan dengan kaca terbuka, tidur di lantai atau
bergadang sebelum menderita bell’s palsy
4 teori etiologi Bell’s palsy Patofisiologi Bell’s Palsy

Teori
iskemik
vaskuler

Teori
infeksi
virus

Teori
Teori
imunolog
herediter
i
Gambaran Klinis • timbul secara mendadak
• penderita menyadari
adanya kelumpuhan pada
salah satu sisi wajahnya
pada waktu bangun pagi,
bercermin atau saat sikat
gigi/berkumur
• Bell’s palsy hampir selalu
unilateral.
• Pada sisi wajah yang
terkena, ekspresi akan
menghilang sehingga
lipatan nasolabialis akan
menghilang
• kedipan mata berkurang
Diagnosis Diagnosa Banding

Otitis Media
Herpes Zoster
Supurativa dan
Otikus
ANAMNESIS
PEMERIKSAA Mastoiditis
N FISIK

Sindroma
Guillain – Barre
Trauma kapitis
dan Miastenia
Gravis
PEMERIKSAA PEMERIKSAA
N N
NEUROLOGI PENUNJANG
Tumor
Leukimia
Intrakranialis
Istirahat
terutama pada
keadaan akut

Kortikosteroid :
• steroid sangat efektif dan harus digunakan
untuk meningkatkan kemungkinan pemulihan
kembali fungsi nervus fasialis.
• Dosis : 60 mg/hari selama 5 hari lalu dilakukan
penurunan dosis dalam waktu 5 hari
Medikamentosa berikutnya yaitu diturunkan 10 mg/hari
Terapi
Antiviral :
• Dosis Acyclovir diberikan 400 mg 5 kali sehari
selama 10 hari atau Valaciclovir 500 mg 2 kali
sehari selama 5 hari
• Bell’s palsy awitan awal  antiviral yang
dikombinasikan dengan steroid tidak
meningkatkan probabilitas pemulihan kembali
Fisioterapi nervus fasilalis >7%

Operasi
Komplikasi Prognosis

Crocodile tear phenomene Prognosis Bell’s palsy baik yaitu sekitar 80-
90% penderita sembuh dalam waktu 6
Synkinesis minggu sampai tiga bulan tiga bulan tanpa
ada kecacatan
Tic Facialis sampai Penderita yang berumur 60 tahun atau
Hemifacial Spasme lebih, mempunyai peluang 40% sembuh
total dan beresiko tinggi meninggalkan
gejala sisa
Jika tidak sembuh dalam waktu 4 bulan,
maka penderita cenderung meninggalkan
gejala sisa
Hanya 23 % kasus Bells palsy yang mengenai
kedua sisi wajah

Bell’s palsy kambuh pada 10-15 % penderita

Sekitar 30 % penderita yang kambuh


ipsilateral menderita tumor N. VII atau
tumor kelenjar parotis

Anda mungkin juga menyukai