Anda di halaman 1dari 20

Nama: Putri Eka Anggraini

Nim: 30323033

Prodi: D3 Farmasi - C2

Pengurusan Jenazah Muslim Di Situasi Normal dan di Masa Pandemi


Covid-19

Islam menganjurkan setiap muslim untuk selalu mengingat kematian. Namun


waktunya tidak pernah diketahui. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah, Dialah
yang mengetahui hari kiamat, dan Dialah yang menurunkan hujan dan mengetahui
apa yang ada di dalam rahim dan tidak ada yang tahu (pasti) apa yang akan dia
lakukan besok dan tidak ada yang tahu di bumi seperti apa dia akan mati.”
“Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengetahui (Qs Luqman: 34).
Islam sungguh-sungguh menghormati umat Islam yang telah meninggal sebagai
makhluk tertinggi yang diciptakan dan ditempatkan pada derajat yang tinggi oleh
Allah SWT.

Apabila seseorang meninggal dunia, maka sanak saudaranya harus menunaikan


kewajibannya terhadap jenazah, yaitu merawatnya sesuai Al-Qur’an dan Sunah,
merawat jenazah hukumnya fardu kifayah. Banyak hikmah yang bisa dipetik dari
setiap penerapannya dalam menangani jenazah. Dapat disimpulkan bahwa
seseorang sebenarnya tidak abadi, tetapi seseorang harus bersiap menghadapi
kematian. Ketika pikiran terpisah dari tubuh, manusia tidak bisa berbuat apa-apa.
Oleh karena itu, jangan sombong dan angkuh. Setelah ruh dan raga terpisah,
seseorang tidak dapat lagi memandikan, menutup aurat, mendoakan, atau
menguburkan raga. Namun banyak yang tidak mengambil hikmahnya, banyak
yang berdoa berjamaah namun hanya melebarkan garis, banyak pula yang diam
namun tidak mengetahui apa yang ada di baliknya.

Dalam Islam kematian ada dua cara yaitu Husnul khatimah dan su’ul khatimah,
Husnul khatimah berarti kesudahan yang baik yaitu kematian dalam keadaan iman
kepada Allah, sehingga berpeluang masuk surga. Sedangkan su’ul khatimah

1
sebaliknya yaitu kematian dalam keadaan tidak beriman dan ganjarannya adalah
neraka.” Manusia itu adalah makhluk, makhluk itu adalah ciptaan dan segala
sesuatu yang diciptakan itu akan musnah atau dalam artian manusia itu semuanya
akan mengalami kematian. Hal ini tercantum dalam beberapa firman Allah SWT
sebagai berikut:

“Sesungguhnya kamu akan mati dan Sesungguhnya mereka akan mati (pula)”
(QS. Az: zumar: 30).

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, dan Sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, Maka sungguh ia telah beruntung, kehidupan dunia
itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (QS. Al-Imran: 185).

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu
di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh” (QS. An-Nisa’: 78)

Katakanlah:“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka


Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan
dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu
Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al-Jumu’ah: 8)

Setiap orang telah ditakdirkan oleh Allah akan kematiannya. Dimana dan kapan
seseorang akan mati, itu hanya diketahui oleh Allah. Sebagaimana Allah berfirman
sebagai berikut:

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari


Kiamat; dan Dia-lab yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada
dalam rahim, dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa
yang akan diusahakannya besok, dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui
di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal” (QS. Luqman: 34).

Kematian adalah hal yang menakutkan. Sikap acuh tak acuh banyak orang
terhadap kematian disebabkan oleh kurangnya refleksi dan ingatan terhadapnya.
Bagi orang yang tidak mengingat kematian dengan sepenuh hati, namun dengan
hati yang terganggu oleh nafsu duniawi, ingatannya akan kematian tidak
mempunyai pengaruh yang kuat.

2
Ketahuilah bahwa hati orang seperti itu, yang sibuk dengan urusan duniawi,
mencari kesombongannya sendiri dan diperbudak oleh cinta kesenangan palsu,
melupakan kematian. Dalam kelalaiannya tersebut, ketika diingatkan akan
kematian, ia malah membencinya dan rela melupakannya. Karena datangnya
kematian tidak dapat ditunda atau disebabkan oleh kehendak hati manusia, maka
kematian hanya dapat terjadi atas izin Tuhan. Oleh karena itu, seorang hamba
harus mengingat kematian dengan penuh penyesalan dan rasa hormat.

Pada saat kematian, hendaknya kita dapat mengambil hikmah atau hikmah yang
dapat mengingatkan kita kepada Allah, dengan memikirkan bagaimana tanah kini
telah melenyapkan kecantikan dan ketampanan ketika kita sudah meninggal dunia
dan bagaimana tubuh mereka hancur dan membusuk di dalam kubur.

Pelaksanaan Fardhu Kifayah Terhadap Jenazah, Apabila jenazah telah jelas akan
status kematiannya, baik dari keterangan dokter ahli maupun dengan lain-lainnya,
maka dalam ajaran Islam, hendaklah disegerakan mengurusnya (mensucikan,
mengkafani, mensholatkan, menguburkan), hal ini didasarkan kepada sabda
Rasulullah SAW :

,‫ ( أسرعوا بالجنازة‬: ‫وعن أبي هريرة رضي هللا عنه عن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬

‫ع ْن ِرقَابِكُ ْم‬ َ َ‫ وإن تك سوى ذَلِكَ فَش ََر ت‬,‫فإن تك صالحة فخير تقدمونها إليه‬
َ ُ‫ضعُونَه‬

.)‫(رواه الترميذي‬

Artinya: Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa
Sallam bersabda: “Bersegera dalam mengurus jenazah, karena jika ia baik maka
engkau telah memajukan suatu kebaikan untuknya, dan jika tidak maka engkau
menurunkan suatu kejelekan dari lehermu.” HR. Al- Tirmizi.

a. Memandikan Jenazah.
Memandikan jenazah hukumnya Fardhu kifayah dan merupakan hak seorang
muslim selain orang yang mati syahid, Ibnu Abbas mengatakan :

‫سلَّ َم قَا َل فِي الَّذِي‬


َ ‫علَيْ ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ َّ ِ‫عنْ ُه َما أَنَّ النَّب‬
َ ‫ي‬ َ ‫َّللا‬
ُ َّ ‫ي‬َ ‫ض‬
ِ ‫َّاس َر‬
ٍ ‫عب‬َ ‫ع ْن اب ِْن‬
َ

َ ‫ع ْن َراحِ لَتِ ِه فَ َماتَ ا ْغ ِسلُ ْوهُ بِ َماءٍ َو ِسد ٌْر َو َكفَن ُْوهُ فِي ثَ ْوبِ ِه ( ُمتَّفَ ٌق‬
)ِ‫علَيْه‬ َ َ‫سق‬
َ ‫ط‬ َ

Artinya: Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi
wa Sallam bersabda: “Mengenai orang yang terjatuh dari kendaraannya

3
kemudian meninggal, mandikanlah ia dengan air dan bidara, dan kafankanlah
dengan dua lapis kainnya. (HR. Muttafaq Alaihi).

Dari hadis-hadis di atas dapat disimpulkan bahwa memandikan jenazah itu wajib
dan termasuk dalam fardhu kifayah, karena Rasulullah hanya mewajibkannya
pada sebagian orang saja.

Orang yang memandikan jenazah sebaiknya kerabat terdekat almarhum, jika ia


mengetahui hukum dan tata cara memandikan jenazah. Jika tidak maka dianjurkan
kepada orang yang shaleh, jujur, amanah, dan lemah lembut terhadap almarhum,
karena jika dia menemukan sesuatu yang baik pada almarhum, dia akan
memberitahukannya dan jika dia menemukan kesalahan atau cacat, dia akan
sembunyikan itu.

Syarat-Syarat Wajib Memandikan Jenazah

1). Jenazah merupakan orang Islam

2). Terdapat/masih ada bagian tubuhnya walaupun sedikit. (misalkan ketika orang
tersebut tertabrak kereta sehingga tubuhnya hancur berkeping-keping, namun
masih ditemukan bagian tubunya seperti kaki, maka itu wajib untuk dimandikan).

3). Meninggalnya bukan karena mati syahid (mati dalam peperangan ketika
membela agama Islam).

Yang berhak memandikan jenazah

1). Jika jenazah tersebut berjenis kelamin laki-laki maka yang wajib
memandikannya juga laki-laki, perempuan tidak diperbolehkan memandikan
jenazah tersebut kecuali istri dan mahramnya.

2). Jika jenazah tersebut berjenis kelamin perempuan maka yang wajib
memandikannya adalah perempuan, laki-laki tidak diperbolehkan memandikan
jenazah tersebut kecuali suami dan mahramnya.

3). Jika jenazah tersebut merupakan seorang istri, maka apabila suami dan
mahram masih ada, yang lebih berhak memandikan adalah suami.

4). Jika jenazah tersebut merupakan seorang suami, maka apabila istri dan
mahramnya masih ada, yang lebih berhak memandikan adalah istri

4
5). Kemudian jika jenazah tersebut adalah anak laki-laki yang masih kecil,
perempuan diperbolehkan untuk memandikannya. Begitu pula sebaliknya, jika
jenazah tersebut anak perempuan yang masih kecil, maka laki-laki diperbolehkan
untuk memandikannya.

Tahap pertama, Persiapan memandikan jenazah

Sebelum memulai memandikan jenazah menyiapkan segala sesuatu yang


diperlukan pada saat memandikan yaitu sebagai berikut:

1) Tempat memandikan sedapat mungkin terletak pada ruang tertutup untuk


menghindari fitnah dari orang-orang yang memandangnya karena jika tidak
tertutup kemungkinan pada jenazah itu terlihat hal-hal yang tidak baik.
2) Menyediakan air bersih, sabun, air kapur dan wangi-wangian secukupnya.
3) Menyediakan sarung tangan atau sejenisnya bagi yang memandikan dan
potongan serta gulungan kain kecil sebagai alat penggosok tubuh jenazah.
4) Kain basahan dan handuk atau kain yang dapat untuk mengeringkan jasad
jenazah setelah selesai dimandikan.

Tahapan kedua Memandikan Jenazah.

Sebelum memandikan lebih dahulu membersihkan tubuhnya dari najis atau


kotoran dengan cara sebagai berikut:

1) Menutupi sekujur tubuhnya dengan kain basahan atau kain panjang. Jadi
jenazah tidak boleh dalam keadaan telanjang.
2) Memasang kain sarung tangan bagi yang memandikan, kemudian memulai
membersihkan tubuh jenazah dari semua kotoran dan najis. Untuk
mengeluarkan kotoran dari rongga tubuhnya dapat dilakukan dengan cara
menekan-nekan perutnya secara perlahan.
3) Selama membersihkan badannya sebaiknya air terus dialirkan mulai dari
bagian kepala ke bagian kaki.
4) Setelah semua badannya dianggap bersih, baru jenazah diwudhu’kan
seperti wudhu orang hidup.

5
Tahapan ketiga. Mewudhu’kan jenazah

1) Mengalirkan air ke sekujur tubuhnya dengan memulai dari bagian kepala


sebelah kanan sampai ke kaki, kemudian melanjutkannya ke bagian kiri
dengan cara yang sama.
2) Membersihkannya dengan air sabun yang berakhir dengan air bersih yang
telah bercampur dengan air wangi-wangian.
3) Memandikan jenazah itu sebaiknya dilakukan tiga kali atau lebih dengan
cara yang sama sehingga dinyakini kebersihannya, sebagaimana yang
diperintahkan Nabi Muhammad SAW.
4) Setelah selesai memandikan maka tubuhnya dikeringkan dengan handuk
yang halus dan kemudian menutupi badannya kembali untuk dipindahkan
ke tempat pengafanan.

b. Mengkafani Jenazah.
Hukum mengkafani mayit dengan apa saja yang dapat menutupi tubuhnya
walaupun hanya dengan sehelai kain.

Mengkafani mayit hukumnya sebagaimana memandikannya, yaitu fardhu


kifayah. Dalil mengkafani jenazah, rasulullah SAW bersabda:

َّ ‫علَى‬
ِ‫َّللا‬ َ ‫َّللا ف ََوقَ َع أَ ْج ُرنَا‬ ُ ‫سلَّ ِم تَلْتَم‬
ِ َّ َ‫ِس َو ْجه‬ َ ‫علَيْ ِه َو‬ ِ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫هَا َجرْ نَا َم َع َرس ُْو ُل‬
‫صعَبُ ابْ ُن عُ َمي ٍْر قُتِ َل يَ ْو َم أَ َح ٍد فَلَ ْم‬ ْ ‫شيْئًا ِمنْ ُه ْم َم‬َ ‫فَ ِمنَّا َم ْن َماتَ لَ ْم يَأْكُلْ م ِْن أَ ْج ِر ِه‬
‫طيْنَا ِر ْجلَيْ ِه‬
َ ‫غ‬
َ ‫سهُ خ ََر َجتْ ِرج ََْلةَ َو ِإذَا‬ َ ‫طيْنَا ِب َها َر ْأ‬
َ ‫غ‬َ ‫ن َِجدُ َما ُنك َِفتُهُ ِإ ََّّل بُرْ َدةً ِإ َذا‬
‫علَى‬َ ‫سهُ َوأَ ْن تَ ْجعَ َل‬َ ْ‫ي َرأ‬
َ ِ‫سلَّ َم أَ ْن نُغَط‬
َ ‫علَيْ ِه َو‬ ِ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ ُّ ِ‫سهُ فَأ َ َم َرنَا النَّب‬ َ ْ‫خ ََر َج َرأ‬
)‫اإل ْذخِ ِر (رواه البخاري‬
ِ َ‫ِر ْجلَيْ ِه مِن‬

Artinya: “Kami hijrah bersama Rasulullah SW Maka tentulah kami akan kami
terima pahalanya dari Allah. Karena di antara kami ada yang meninggal
sebelum memperoleh hasil-duniawi-sedikitpun. Misalnya Mash’ab bin Umair, ia
tewas terbunuh di perang Ubud dan tak ada buat kain kafannya kecuali burdah.
Jika kepalanya ditutup akan terbukalah kakinya dan jika kakinya ditutup maka
tesembul kepalanya. Maka Nabi SAW menyuruh kami buat menutupi kepalnya
dan menaruh rumput idzkir pada kedua kakinya.” (HR. Bukhari).

6
Berdasarkan hadits dari Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhu tentang orang
yang meninggal karena jatuh dari untanya, di dalam hadits tersebut Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ وك َِفنُو ُه في ثَ ْو َبي ِْن‬، ‫ا ْغسِلو ُه بماءٍ و ِسد ٍْر‬

“Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara. Dan kafanilah dia dengan dua
lapis kain” (HR. Bukhari no. 1849, Muslim no. 1206).

Kadar wajib dari mengkafani jenazah adalah sekedar menutup seluruh


tubuhnya dengan bagus. Adapun yang selainnya hukumnya sunnah. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ُ‫ِإذَا َكفَّنَ أَ َحدُكُ ْم أَخَاهُ فَلْيُ َحس ِْن َكفَنَه‬

“Apabila salah seorang diantara kalian mengkafani saudaranya, maka


hendaklah memperbagus kafannya” (HR. Muslim no. 943).

Kecuali orang yang meninggal dalam keadaan ihram, maka tidak ditutup
kepalanya. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

َ ‫ وَّل تُخ َِمروا رأ‬، ُ‫وَّل تُ َحنِطُوه‬


َ ُ‫ فإنَّ هللاَ يبْعَثُه‬، ُ‫سه‬
‫يوم القيام ِة يُلَبِي‬

“Jangan beri minyak wangi dan jangan tutup kepalanya. Karena Allah akan
membangkitkannya di hari Kiamat dalam keadaan bertalbiyah” (HR. Bukhari no.
1849, Muslim no. 1206).

Mengkafani jenazah:

Bila jenazah laki-laki, maka pembungkusannya sebagai berikut:

a) Letakkan satu per satu kain kafan yang telah disiapkan. Lalu lembar kain
bawah harus menjadi semakin lebar. Ada lima helai tali yang diikatkan di
bawah kain, satu di kepala, dada, punggung, lutut, dan tumit.
b) Setelah itu, jenazah dibaringkan secara perlahan memanjang di atas kain.
c) Kemudian tutup kain kafan dengan kain kiri atas dan lanjutkan dengan kain
berikutnya secara berurutan dan dengan cara yang sama.

7
d) Bila seluruh bak sudah dililitkan pada lambung kapal, diikat dengan tali
yang telah disiapkan di bawah.

Apabila jenazah berjenis kelamin perempuan maka cara penutupnya adalah


sebagai berikut:

a) Penutup sebaiknya dibuat paling banyak lima lapis/lembar dengan


ketentuan sebagai berikut:
1. Lembaran pertama diletakkan paling bawah (bawah) untuk
mengelilingi seluruh tubuh.
2. Kain kedua direntangkan di bawah kepala sebagai kerudung
(penutup kepala).
3. Kain ketiga direntangkan dari bahu hingga pinggang sebagai baju
kurung.
4. Kain keempat direntangkan dari pinggang sampai kaki seperti kain
sarung.
5. Kain kelima disampirkan di pinggul, berfungsi sebagai rok.
b) Sebelumnya, tali pengikat ditempatkan di bawah rangka. Jenazah yang
dibalut dengan kain-kain ini mulai dibungkus sebagai berikut:
i. Pertama-tama dikenakan kain yang kelima, yaitu pada bagian
pinggul (seperti rok).
ii. Kedua, gunakan kain keempat sebagai kain sarung.
iii. Ketiga, gunakan kain ketiga sebagai baju kurung.
iv. Keempat, gunakan kain lain sebagai kerudung (penutup kepala).
Kelima, lilitkan kain pertama (alas) ke seluruh badan, sambung
kedua tepi kain dari sisi kanan ke sisi kiri. Lalu gulung keduanya ke
kanan dan ke dalam.
c) Bila semua kain sudah dipakai sesuai dengan tujuan penggunaannya, ikat
tali yang sudah jadi di bawah. Jika lima lapis kain seperti disebutkan di atas
tidak dapat diperoleh, maka menurut kesepakatan para ilmuwan, cukup
menutupinya dengan kain yang dapat menutupi seluruh tubuhnya.

8
c. Menshalatkan Jenazah
Syarat sahnya salat jenazah sama dengan syarat sahnya salat biasa, namun
salat jenazah tidak dibatasi pada waktu-waktu tertentu, melainkan dapat
dilakukan kapan saja.
Sholat jenazah yang sah adalah Fardhu Kifayah berdasarkan Hadits Nabi SAW
:
ُ‫ َوإِنَّه‬،‫علَى َجنَائ ِِزنَا أَرْ بَعًا‬
َ ‫ ( كَانَ زَ يْدُ بْ ُن أَرْ قَ َم يُكَبِ ُر‬: ‫الر ْح َم ِن ب ِْن أَبِي لَيْلَى قَا َل‬ َ ‫ع ْن‬
َّ ‫عبْ ِد‬ َ ‫َو‬
) ‫ كَانَ َرسُو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم يُكَبِ ُرها‬: ‫سأَلْتُهُ فَقَا َل‬
َ َ‫علَى َجنَازَ ة َخ ْمسًا ف‬
َ ‫َكب ََّر‬
‫رواه مسلم واألربعة‬

Artinya: Abdurrahman Ibnu Abu Laila berkata: Zaid Ibnu Argom Radliyallaahu
‘anhu biasanya bertakbir empat kali atas jenazah di antara kami, tetapi ia
pernah bertakbir lima kali atas suatu jenazah. Lalu aku tanyakan hal itu
padanya, ia menjawab: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bertakbir
seperti ini. (HR. Muslim dan Imam empat).

Dalil shalat jenazah terdapat pada hadits berikut ini:

ِ ‫اإل َما ُم ثُ َّم يَقْ َرأُ بِفَاتِ َح ِة الْ ِكتَا‬


‫ب بَعْ َد‬ ِ ‫علَى الْ َجنَازَ ةِ أَ ْن يُكَف َِر‬
َ ِ‫أَنَّ السُّنَةَ فِي الصََّلة‬

ُ ‫سلَّ َم َويُ ْخ َل‬


‫ص‬ َ ‫علَيْ ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ َ ِ ‫علَى النَّ ِبي‬ َ ُ‫ير ِة األَ ْولَى س ًِّرا فِي نَفْ ِس ِه ثُ َّم ي‬
َ ‫صلِى‬ َ ‫الت ْك ِب‬

َ ‫ت َو ََّل يَقْ َرأُ فِي‬


َ ُ‫ش ْيءٍ ِمنْ ُهنَّ ثُ َّم ي‬
‫س ِل ُم س ًِّرا فِي نَ فْ ِس ِه‬ َ ِ‫الدعا َء فِي الْ َجنازَ ةِ فِي التَّ ْكب‬
ِ ‫يرا‬

‫صحِ ي ُح‬ ِ ْ‫قَا َل فِي الْفَت‬


َ ُ‫ح َوإِ ْسنَادُه‬

Artinya: Membaca takbir, kemudian setelah takbir pertama itu hendaklah ia


membaca al-fatihah secara berbisik-bisik, lalu membaca shalawat Nabi SAW,
kemudian setelah takbir berikutnya hendaklah membacakan doa bagi jenazah
tanpa membaca apa-apa lagi, kemudian memberi salam dengan berbisik-bisik
(menurut pengarang kitab al-Fatah sanadnya sah).

9
Cara Mensholatkan Jenazah Perempuan:

a. Membaca niat (dalam hati)


Niat:

‫ض ِكفَايَ ِة إِ َما ًما َمأْ ُم ْو ًما هللِ تَعَالَى‬ ٍ ‫علَى هَ ِذ ِه الْ َميِئَ ِة أَرْ بَ َع تَ ْكبِ َرا‬
َ ْ‫ت فَر‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫صلَّى‬

Usholli ‘ala hadzahihil mayyitati arba’a takbirotin fardho kifayatin


imaman/ma’muman lillahi ta’ala.

Artinya:”Saya niat sholat atas jenazah perempuan ini empat kali takbir fardu
kifayah, sebagai imam/makmum hanya karena Allah Ta’ala.”

b. Takbir dan dilanjutkan dengan membaca Surat al-Fatihah.


c. Takbir lagi dan diteruskan dengan membaca shalawat Nabi:

َ ‫علَى آ ِل‬
‫سيِ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫علَى‬
َ ‫ َو‬،ٍ‫سيِ ِدنَا ُم َح َّمد‬ َ ‫اللَّ ُه َّم‬
َ ‫ص َّل‬

Allahumma sholli alaa muhammad wa ala aali muhammad

Artinya: “Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan keluarga


Muhammad”

d. Takbir lagi dan membaca doa untuk jenazah yang sedang dishalati:
‫عنْ َها‬
َ ‫ْف‬ َ ‫اللَّ ُه َّم ا ْغفِرْ هَا َوارْ َح ْم َها َو‬
ُ ‫عافِ َها َواع‬

Artinya: Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya,


selamatkanlah dia dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia”.

e. Takbir yang keempat kalinya, lalu membaca:


‫اللَّ ُه َّم َّل تحر ْمنَا أَ ْج َرها وَّل تَفْتِنَا بَعْدَها َوا ْغفِرْ لَنَا َو لَ َها‬
Artinya: “Ya Allah, janganlah Engkau haramkan Kami dari pahalanya, dan
janganlah Engkau beri fitnah pada kami setelah kematiannya serta
ampunilah kami dan dia.
f. Mengucapkan salam secara sempurna :
ُ‫علَيْكُ ْم َو َر ْح َمةُ هللاِ َو َب َركَاتُه‬
َ ‫لسََّل ُم‬

Artinya: “Keselamatan dan Rahmat Allah Semoga tetap kepada Kamu


sekalian”

Dikecualikan dalam hal ini dua jenis jenazah yang tidak wajib dishalati, yaitu:

10
1. Anak kecil yang belum baligh, karena Nabi n tidak menshalati putra beliau
Ibrahim ketika wafatnya sebagaimana diberitakan ‘Aisyah Radhiyallahu
‘anha : “Ibrahim putra Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal dunia
dalam usia 18 bulan, beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak
menshalatinya”.
2. Orang yang gugur fi sabilillah (syahid) karena Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam tidak menshalati syuhada perang Uhud dan selain mereka. Anas
bin Malik Radhiyallahu ‘anhu mengabarkan: “Syuhada perang Uhud tidak
dimandikan, dan mereka dimakamkan dengan darah-darah mereka, juga
tidak dishalati kecuali jenazah Hamzah”.

d. Menguburkan Jenazah

Hukum menguburkan jenazah adalah fardhu kifayah bagi yang masih hidup.
Ajaran Islam tidak mengharuskan jenazah dikuburkan pada waktu tertentu.
Sebagian besar ulama berpendapat bahwa menguburkan jenazah pada malam
hari dan siang hari sama-sama diperbolehkan. Manfaat dan tujuan
menguburkan jenazah adalah untuk mencegah bau badan menyebar dan
mencegah dimakan binatang buas. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menggali
kuburan lebih dalam. Jika kuburan berada di tanah yang keras, maka sunahnya
berupa lahat (lubang pada dinding kubur). Jika lokasi kuburan tidak stabil,
misalnya tanah bercampur pasir, sebaiknya dibuat lubang di tengah parit
kuburan (syaq). Apabila jenazah dimasukkan ke dalam kubur, kepala harus
diletakkan di kaki kubur, kemudian jenazah diturunkan ke dalam lubang kubur
atau lubang tengah, sambil condong ke kanan, menghadap kiblat. Jika syarat
tersebut terpenuhi maka kewajiban penguburan akan terpenuhi. Tujuan
penguburan adalah untuk menjaga kehormatan jenazah dan menjaga
kesehatan orang-orang di sekitar.

Ketika meletakkan mayat ke dalam kubur, di sunatkan membaca:

‫ رواه الترمذي وأبو داود‬.ِ‫علَى ِملَّ ِة َرسُو ِل هللا‬


َ ‫َّللا َو‬
ِ َّ ‫ِبس ِْم‬

11
Artinya: Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah. (Riwayat Tirmidzi dan
abu Daud)
‫ِس َرأْ ِس ِه‬
َ ‫علَى َجنَازَ ةٍ ثُ َّم أَتَى الْقَب َْر فَ َحثَى ق‬
َ ‫صلَّى‬ َّ ِ‫َر َوى ابْ ُن َم َجاهُ أَنَّ النَّب‬
َ .‫م‬. ‫ي ص‬
ٍ ‫ثَ ََلثَ َحثَيَا‬
.‫ت‬

Artinya: Hadis Ibnu Majjah, bahwa nabi pernah menyembahyangi jenazah


kemudian pergi ke kubur dan beliau mengambil 3 kepal tanah dan
dilemparkannya ke dalam kubur dari jurusan kepalanya.

a) Beberapa sunat yang berhubungan dengan kubur


1) Apabila jenazah dimasukkan ke dalam kuburan, jika jenazahnya
perempuan, maka sunah meliputi menutup bagian atasnya dengan
kain atau sejenisnya.
2) Disunahkan membuat kuburan sekitar satu inci di atas tanah agar
terlihat.
3) Tandai kuburan di sebelah kepala dengan batu atau apalah.
4) Tandai di sebelah kepalan tangan di kuburan dengan batu atau
apalah.
5) Letakkan daun basah di atas kuburan.
Penjelasannya adalah hadis Ibnu Abbas yang menjelaskan bahwa
Nabi SAW. Saya belum pernah melakukan itu.
6) Tuangkan air ke kuburan.
7) Setelah jenazah dikuburkan, para pengiring orang yang disunat
berhenti sejenak untuk mendoakannya (memohon ampun dan
tegas menjawab pertanyaan malaikat).
b) Larangan yang berhubungan dengan kuburan
1. Pemasangan batu bata pada kuburan.
2. Duduklah di atasnya.
3. Membangun rumah di atasnya.
4. Membuat tulisan di atasnya.
5. Mengubah kuburan menjadi masjid.
c) Pengangkutan jenazah.

Mengenai undang-undang yang memperbolehkan jenazah dikeluarkan


dari negara kematian dan dikuburkan di negara lain, sebagian ulama

12
khawatir akan kemungkinan merusak nama baik jenazah, dan ada pula
yang berpendapat bahwa undang-undang ini haram.

Sebagian ulama berpendapat bahwa asal usul sesuatu yang sah adalah
asalkan dipelihara dengan baik maka (mungkin) tidak ada yang
menghalanginya, namun di sini dalil pelarangannya tidak ada.

d) Pembongkaran kuburan.

Jika ada jenazah yang dikuburkan, janganlah menggalinya (memotongnya


haram), karena akan mencemarkan jenazah, kecuali dalam hal berikut:

1) Jenazah yang dikuburkan tidak dimandikan.


2) Tanpa kain kafan.
3) Jangan salat.
4) Jangan menghadap kiblat.
5) Dikuburkan di tanah sitaan atau dibungkus dengan kain sitaan
sementara pemiliknya meminta pengembalian. Atau
6) Barang-barang berharga jatuh ke dalam kubur.

Tidak ada kendala dalam pembongkaran makam lama, karena selama jenazahnya
musnah berarti ikut musnah pula tulang belulangnya. Untuk mengetahui berapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk menghancurkannya, Anda perlu berkonsultasi
dengan ahlinya, karena kondisi tempat akan berbeda-beda tergantung pada sifat
tanah di sana.

Tata Cara Menguburkan Jenazah

1) Memperdalam lubang kubur, supaya tidak tercium bau jenazah dan tidak
dimakan oleh binatang pemakan bangkai.
2) Meletakkan jenazah di tepi lubang atau liang kubur sebelah kiblat, lalu ditaruh
papan kayu atau semacamnya dengan posisi agak miring, supaya jenazah
tidak langsung tertimpa tanah.
3) Kemudian di atasnya ditaruh semacam bata posisi mendatar untuk menahan
tanah timbunan, sehingga tidak mengenai jenazah langsung. Khusus kondisi
tanah gembur seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
4) Meletakkan jenazah dengan memasukkan kepala jenazah dari arah kaki kubur,
atau dari posisi selatan jika di Indonesia.

13
5) Letakkan jenazah posisi miring ke kanan menghadap kiblat dengan menopang
tubuh menggunakan batu atau papan kayu, supaya jenazah tidak kembali
terlentang. Para ulama menyarankan untuk meletakkan tanah di bawah pipi
jenazah sebelah kanan setelah kain kafan dan semua tali dibuka, pipi
menempel langsung ke tanah.
6) Kemudian Meletakkan Papan di atas jenazah.
7) Ketika memasukkan jenazah ke liang kubur dan meletakkannya dianjurkan
membaca doa berikut:
Bismillahi Wa’alaa Millati Rosuulillaah
Artinya: “Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah.” (HR. At-Tirmidzi dan
Abu Daud), atau doa seperti di atas tadi.
8) Khusus jenazah perempuan, disarankan untuk membentangkan kain di atas
kuburnya pada waktu dimasukkan ke liang kubur. Sedangkan untuk mayat laki-
laki tidak dianjurkan.
9) Jenazah perempuan sebaiknya yang mengurus adalah laki-laki yang tidak
dalam keadaan junub atau tidak menyetubuhi istri mereka pada malam
sebelumnya.
10) Setelah jenazah diletakkan di lubang kubur, disarankan untuk menaburkan
tanah tiga kali dari arah kepala mayit, baru kemudian ditimbuni tanah.12.
Membaca doa setelah selesai menguburkan jenazah.

Saat menguburkan jenazah dianjurkan membaca doa berikut:

ُ‫اب السَّ َماءِ ل ُِروحِ ِه َوأَ ْك ِر ْم نُزُ لَه‬


َ ‫ اللَّ ُه َّم افْتَ ْح أَب َْو‬، ِ‫سُنَّ ِة َرسُو ِل هللا‬/ِ‫علَى ِملَّة‬
َ ‫بِس ِْم هللاِ َو‬

‫َو َو ِس ْع َم ْد َخلَهُ َو َو ِس ْع لَهُ فِي قَب ِْر ِه‬

Bismillāh wa ‘al millati/sunnati rasulillah. Allahummaftah abwabas sama’I li ruhihīhi


wa akrim nuzulahu, wa wassi’ madkhalahu, wa wassi’ lahu fi qabrihi.

Artinya: Dengan nama Allah dan atas agama rasul-Nya. Ya Allah, bukalah pintu-
pintu langit untuk roh jenazah, muliakanlah tempatnya, luaskanlah tempat
masuknya, dan lapangkanlah alam kuburnya.

Doa Sesudah Menguburkan Jenazah


Allahum-maghfir Lahuu
(Ya Allah, ampunilah dia).

14
Allahumm Tsabbit Huu
(Ya Allah, berilah keteguhan kepadanya).
Di baca 3X

Pengelolaan Jenazah Yang Terinfeksi Virus Corona Dari Sudut Pandang


Medis.

Kesehatan Saat ini kita sedang mengalami pandemi dimana virus corona baru
ditularkan melalui droplet. Droplet udara yang dikeluarkan saat batuk atau bersin,
atau droplet yang dikeluarkan saat batuk atau bersin. Aerosol, muntahan, kontak
dekat, feses. Masih diketahui kemungkinan penularan melalui udara. Ada bukti
bahwa infeksi dari tubuh yang terpapar virus corona bisa terjadi dalam waktu
sembilan jam setelah kematian. Secara khusus, tidak ada pengetahuan yang jelas
tentang batasan infeksi virus corona. Namun, penelitian di Jerman dan negara
lain yang menggunakan teknologi PCR menunjukkan bahwa virus corona dapat
dideteksi pada mayat bahkan setelah 12 hari.

Oleh karena itu, untuk mencegah penyebaran virus, setiap orang, termasuk yang
membawa jenazah, harus bisa melindungi diri, misalnya dengan menggunakan
alat pelindung diri (APD) level 3. Perlindungan jenazah, antara lain memandikan
jenazah, mendoakan pemakaman, dan menyampaikan belasungkawa kepada
pelayat. WHO menetapkan bahwa kematian akibat Covid-19 adalah kematian
yang disebabkan oleh gejala penyakit yang serupa (propoble) dan sesuai
(conform). Selain itu, orang yang meninggal namun tidak terkena infeksi virus
corona baru adalah orang yang tidak ada hubungannya dengan infeksi virus
corona baru, seperti mereka yang meninggal karena trauma atau kecelakaan.
Kematian karena trauma atau kecelakaan kecuali ditunda.

Secara klinis, jika seseorang meninggal, maka akan diperlakukan sama seperti
jenazah yang dirawat pada masa pandemi virus corona, jika hal ini memungkinkan
dan sesuai dengan ketentuan. Kematian di rumah sakit dapat mengakibatkan
kematian di luar rumah sakit dan lokasi lainnya. Petugas polisi kemudian akan
melakukan wawancara dan mengamati jenazah. Pemeriksaan fisik dan
komunikasi dilakukan, protokol kesehatan diterapkan, dan hak-hak keluarga
dihormati. Pengujian Kamar Mayat COVID-19 Semua petugas yang melakukan

15
kontak dengan jenazah akan mengenakan gaun tahan air, sepatu perahu, sarung
tangan, masker, dan kacamata bawah air sebelum dicuci dan dibungkus. Petugas
akan memakai masker, masker N.95 bila ada kemungkinan terkena semprotan air.
Personil mengenakan alat pelindung diri (APD) sesuai standar.

1. Ketika seorang pasien baru virus corona meninggal, staf medis mengeluarkan
peralatan medis seperti selang infus, kateter dan selang dari tubuh dan
melakukan tes usap. Penanganan jenazah akibat infeksi virus corona baru,
staf yang menangani jenazah, dan jenazah dalam peti mati akan diterima di
ruang perawatan. Lubang-lubang di tubuhnya ditutup dengan kapas. Jenazah
sudah dikeluarkan dari kantong jenazah. Jenazah yang dihasilkan disemprot
disinfektan.
2. Petugas pemandi jenazah dan pemakaman dibatasi maksimal dua orang.
Anggota keluarga yang ingin membantu memandikan juga harus dibatasi dan
harus menggunakan alat pelindung diri saat memandikan, sama seperti
petugas pemandi jenazah.
3. Menurut Fatwa MUI Nomor 18 Tahun 2020, mengkafani menutupi tubuh
seorang muslim. Setelah mengkafani jenazah, bungkus kembali dengan
plastik lalu tutup. Kerabat terdekat dapat melihat jenazah dari jarak 2 meter.
Pelayat wajib menjaga jarak 3 meter. Jenazah ditempatkan di peti mati. Tata
cara dan doa pemasukan jenazah ke dalam peti mati akan dilakukan sesuai
Fatwa MUI Nomor 18 Tahun 2020.
4. Doa pemakaman melawan Covid-19. Para pelayat yang hadir boleh berdoa
sesuai dengan protokol kesehatan. Sesuai Fatwa MUI Nomor 18 Tahun 2020,
anggota keluarga dan pelayat boleh mengikuti saat pemakaman.
5. Berdasarkan https://youtu.be/xuW8fz7-_W4 pemakaman, anggota keluarga
dan pelayat dapat menemani pemakaman jenazah sesuai Protokol Kesehatan.

Pengelolaan jenazah yang diduga tertular COVID-19 dari sudut pandang


hukum Islam

Secara umum, pengelolaan jenazah yang terpapar COVID-19 khususnya


memandikan dan mengkafani harus dilakukan oleh pihak yang berwenang sesuai
dengan protokol kesehatan. dengan memperhatikan ketentuan hukum syariah.
Sementara itu, salat dan pemakaman akan dilaksanakan seperti biasa dengan

16
tetap menjaga kewaspadaan agar tidak tertular virus corona. Dengan tetap
menjaga ketaatan beragama dan semangat persatuan yang tidak terbantahkan.
Ketika ada persoalan yang saling bertentangan, kita tidak bisa terjerumus ke
dalam kehancuran. Hingga saat ini, pandemi penyakit virus corona (Covid-19)
masih merajalela di Indonesia. Penting untuk menghindari risiko, terutama
menghindari paparan infeksi virus corona yang mematikan. Demikian pula,
sesuatu yang menimbulkan bahaya harus dihindari untuk menghindari paparan
virus, terutama ketika petugas pemakaman sedang memandikan jenazah yang
terinfeksi COVID-19.

Terkait pemakaman COVID-19, dalam Islam hak jenazah untuk dimandikan,


ditutupi, disalat, dan dikuburkan ada 4 atau kewajiban makhluk hidup adalah:
Mandi, menutup badan, berdoa, dan menguburkan sisa-sisa tahun. Oleh karena
itu, jika terjadi pertentangan antara hak orang yang hidup dan orang yang
meninggal, maka hak orang yang masih hidup lebih diutamakan daripada hak
orang yang sudah meninggal. Sesuai Fatwa MUI Nomor 18 Tahun 2020, apabila
jenazah terjangkit virus corona berdasarkan penetapan dokter, maka jenazah akan
dimandikan tanpa melepas pakaiannya. Jika menurut dokter tidak berbahaya,
pakaian tubuh dibuka saat mandi. Mayat harus berjenis kelamin sama. Silakan
tambahkan air yang banyak. Jika Anda memiliki masalah keselamatan dan tidak
perlu khawatir dengan masalah teknis tentang tindakan paksa yang
membahayakan nyawa, Tayamum adalah solusinya. Menurut para ahli terpercaya,
jika tidak memungkinkan untuk memandikan jenazah yang terinfeksi virus corona
sebelum dimasukkan ke dalam Tayamum, maka dapat pula dimasukkan ke dalam
Tayamum tanpa dicuci. Namun, mencapai hal tersebut tidaklah mudah.

Namun, saat membersihkan jenazah yang terinfeksi virus corona baru, hal-hal
berikut harus diperhatikan:

A. Memandikan Jenazah
a) Memandikan jenazah tanpa melepas pakaian.
b) Petugas harus mengetahui jenis kelamin pasien.
Bila jenazah berjenis kelamin perempuan, maka harus dimandikan oleh pegawai
perempuan, dan bila jenazah laki-laki, maka harus dimandikan oleh pegawai laki-

17
laki. Namun dalam situasi ini, jika dalam keadaan darurat tidak ada orang yang
berjenis kelamin sama, hal tersebut diperbolehkan.
c) Petugas menyiramkan air ke seluruh tubuh jenazah untuk membersihkan
kotoran dan kotoran pada jenazah
d) Menurut para ahli terpercaya, bila ternyata karena suatu sebab tidak
memungkinkan untuk membasuh jenazah, maka jenazah dapat diganti dengan
tayamum. Dengan kata lain, mengusap wajah dan tangan.
e) Demikian pula bila pendapat ahli yang dapat dipercaya membuktikan bahwa
jenazah tidak dapat dimandikan atau dikuburkan, maka kedua-duanya dapat
dilewati.

B. Mengkafani Jenazah

a) Untuk mencegah penyebaran virus corona,bungkus jenazah dengan kain yang


menutupi seluruh badan dan masukkan ke dalam kantong jenazah agar kedap air

b) Setelah itu, simpan tubuh. Masukkan ke peti mati kedap air dan kedap udara .

C. Mensholatkan Jenazah

a) Setelah kain kafan siap, wajib memperlancar salat jenazah.

b) Sholat jenazah dilakukan dengan tetap menjaga jarak dan menjaga diri dari
penyebaran COVID-19, dilakukan di tempat yang aman.

c) Apabila tidak memungkinkan, dapat dilakukan salat jenazah dengan sholat


ghoib

D. Penguburan Jenazah

a) Dilakukan menurut aturan syariat tanpa adanya pencatatan kesehatan.

b) Jenazah ditaruh di dalam kubur, namun jenazah ditaruh di depan kubur tanpa
terlebih dahulu membuka peti atau kantong jenazah Ada kebutuhan.

c) Dalam keadaan darurat, diperbolehkan mengubur beberapa jenazah dalam satu


lubang sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh MUI,

d) Kemudian berdoa.

18
Kesimpulan

Umat Islam yang wafat akan ditempatkan pada kedudukan yang tinggi oleh Allah
SWT. Para kerabat wajib mengurus jenazah sesuai dengan kewajibannya
terhadap jenazah, yaitu sesuai Al-Qur’an dan Sunah. Fardu Kifayah mengurus
jenazah. Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari setiap menangani mayat. Kedua
jalan ini mempunyai makna bahwa dalam keadaan beriman kepada Tuhan,
kematian berakhir dan ada peluang masuk surga. Su'ul khatimah, sebaliknya, akan
mati dalam keadaan kafir, dan hukumannya adalah neraka. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Kematian adalah sesuatu yang
mengerikan, dan pikiran orang seperti itu begitu sibuk dengan hal-hal duniawi,
mencari harga diri, dan begitu terpikat oleh cinta akan kesenangan palsu sehingga
ia melupakan kematian. Faktanya, ketika dia mengingat kematian dalam keadaan
terlupakan, dia membencinya dan berusaha melupakannya. Kematian hanya
dapat terjadi atas izin Allah, sebab datangnya kematian tidak dapat ditunda atau
disebabkan oleh kehendak hati manusia. Perawatan terhadap orang yang
terinfeksi virus corona Dari sudut pandang medis, kematian akibat COVID-19
akibat gejala penyakit serupa (kemungkinan besar) tepat. WHO mendefinisikan
kematian akibat COVID-19 sebagai kematian yang disebabkan oleh gejala yang
sesuai dengan gejala penyakit yang serupa. Kamar mayat akan melakukan
pengujian COVID-19 pada semua staf yang terpapar air, sepatu perahu, sarung
tangan, masker, dan kacamata bawah air sebelum dibersihkan dan dikantongi.
Petugas pemakaman/penguburan dibatasi maksimal dua orang. Anggota keluarga
yang ingin membantu mandi juga akan dibatasi dan harus memakai alat pelindung
diri saat mandi. Fatwa MUI Nomor 18 Tahun 2020 mewajibkan umat Islam
menutup aurat. Penanganan jenazah yang diduga terinfeksi COVID-19,
khususnya pembersihan dan pengemasan, harus dilakukan oleh pihak yang
berwenang sesuai dengan protokol kesehatan. Pengelolaan terhadap entitas yang
diduga tertular COVID-19 harus dilakukan oleh pihak yang berwenang sesuai
dengan ketentuan hukum syariah dalam perspektif hukum Islam.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.uin-suska.ac.id/25984/7/7.%202017176HK-S2BAB%20II.pdf

https://janna.co.id/berita/rxpwvm430/doa-ketika-mayat-dimasukkan-ke-liang-
kubur#google_vignette

https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Pelatihan+Penguru
san+Jenazah+Melepas+Kematian+Dan+Hal-
Hal++Yang+Disunnahkan+Di+Desa+Binaan+Kelurahan+16+Ulu+Kota++Palemb
ang&btnG=#d=gs_qabs&t=1705636952919&u=%23p%3DzUuxkO0aDvgJ

https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=PELATIHAN+PEM
ULASARAAN+JENAZAH+BAGI+SISWA%2FI+MTS+INSAN+MADANI+DESA+T
EGALLEGA+KECAMATAN+CIGUDEG++KABUPATEN+BOGOR+Moh+Jazuli+1
%29+%2C+Ahmad+Yani+Nasution+2%29&btnG=#d=gs_qabs&t=170563681805
2&u=%23p%3DZKIIRHelQqMJ

https://scholar.google.co.id/scholar?start=10&q=susanti+nusantaraglobal.ac.id&hl
=id&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&t=1705635806661&u=%23p%3Dk54nK9taZcAJ

https://scholar.google.co.id/scholar?q=JIEBAR+vol+02+nomor+02+Oktober+202
1&hl=id&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&t=1705635536537&u=%23p%3Diz2Om4mDqc
oJ

20

Anda mungkin juga menyukai