Anda di halaman 1dari 4

Mengupas Tentang Hati

KHUTBAH PERTAMA

‫ فَِإ ِن ا ْستَقَا َم‬،‫ق بِاِإْل ْن َع ِام َوالتَّ ْك ِري ِْم‬ َ َ‫ضلَهُ َعلَى َكثِي ٍْر ِم َّم ْن خَ ل‬ َّ َ‫ َوف‬،‫ق اِإْل ْن َسانَ فِي َأحْ َس ِن تَ ْق ِوي ٍْم‬ َ َ‫ْال َح ْم ُد هلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ خَ ل‬
َّ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإال‬،‫ب اَأْللِي ِْم‬ ِ ‫ َوِإالَّ ُر َّد فِي ْالهَ َوا ِن َو ْال َع َذا‬،‫ت النَّ ِعي ِْم‬ِ ‫ض ْي ُل فِي َجنَّا‬ِ ‫عَلى طَا َع ِة هللاِ ا ْستَ َم َّر لَهُ ه َذا التَّ ْف‬
‫ق‬ٍ ُ‫ { َوِإنَّكَ لَ َعلى ُخل‬:‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ َش ِه َد لَهُ َربُّهُ بِقَوْ لِ ِه‬،‫ق ْال َعلِي ِْم‬ ُ َّ‫ك لَهُ َوهُ َو ْال َخال‬ َ ‫هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬
ً ‫ َو َسلَّ َم تَ ْسلِيْما‬،‫ص َرا ِط ال ُم ْستَقِي ِْم‬ ِّ ‫ْج القَ ِوي ِْم َوال‬ ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه الَّ ِذ ْينَ َسارُوْ ا َعلَى النَّه‬ َ }‫َظي ِْم‬ ِ ‫ع‬
‫َأ‬
‫ َّم بَ ْع ُد‬،‫ َكثِ ْيرًا‬:
‫ َوِإنَّ َما يَ ْنظُ ُر ِإلَى قُلُوْ بِ ُك ْم َوَأ ْع َمالِ ُك ْم‬،‫الى َوا ْعلَ ُموْ ا َأ َّن هللاَ ُسب َْحانَهُ الَ يَ ْنظُ ُر ِإلَى ص َُو ِر ُك ْم‬
َ ‫ اتَّقُوْ ا هللاَ تَ َع‬، ُ‫َأيُّهَا النَّاس‬.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menciptakan manusia dalam sebaik-sebaik bentuk dan
melebihkannya dengan berbagai keutamaan dari makhluk lainnya. Saya bersaksi bahwasanya tidak ada
sesembahan yang berhak untuk diibadahi kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta saya bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah Subhanahu wa
Ta’ala curahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya,para sahabatnya, dan seluruh kaum muslimin yang
senantiasa berjalan di atas petunjuknya.
Jama’ah jum’ah rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan senantiasa memperbaiki qalbu kita
masing-masing. Ketahuilah rahimakumullah, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak melihat bentuk dan
postur tubuh serta paras wajah seseorang, tetapi yang dilihat tidak lain adalah qalbu dan amalannya. Oleh
karena itu, sebagaimana seseorang senantiasa membersihkan badan dan pakaiannya dari kotoran yang
mengenainya, seharusnya dia juga memperbaiki amalan dan membersihkan qalbu-nya.
Bahkan, memerhatikan qalbu harus lebih diutamakan, karena rusaknya qalbu lebih berbahaya daripada
rusaknya anggota badan. Rusaknya qalbu akan dirasakan akibatnya oleh si pemiliknya, baik ketika di dunia,
apalagi saat di akhirat nanti. Akan tetapi, rusaknya anggota badan hanya dirasakan saat di dunia dan akan
berakhir dengan datangnya kematian. Begitu pula baik dan tidaknya amalan anggota badan, sangat dipengaruhi
oleh keadaan qalbu seseorang.

Hal ini sebagaimana sabda Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,


ُ‫َت فَ َس َد ْال َج َس ُد ُكلُّهُ َأالَ َو ِه َي ْالقَ ْلب‬
ْ ‫صلَ َح ْال َج َس ُد ُكلُّهُ َوِإ َذا فَ َسد‬ َ ‫َأالَ َوِإ َّن فِي ْال َج َس ِد ُمضْ َغةً ِإ َذا‬
ْ ‫صلَ َح‬
َ ‫ت‬

“Ketahuilah, bahwasanya pada setiap tubuh seseorang ada segumpal daging. Jika dia baik, akan baiklah
seluruh anggota tubuhnya. Namun, apabila dia rusak, maka akan rusak pula seluruh anggota tubuhnya.
Ketahuilah, bahwasanya segumpal daging tadi adalah qalbu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Pada hadits tersebut kita memahami bahwa perbuatan anggota badan dipengaruhi oleh
keadaan qalbu seseorang. Apabila qalbu-nya dipenuhi dengan cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
Rasul-Nya, anggota badannya juga akan digunakan untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.
Sebaliknya, apabila qalbu-nya dipenuhi oleh cinta kepada syahwat dan mengikuti hawa nafsu, anggota
badannya pun akan tunduk mengikuti keinginan syahwat dan hawa nafsunya. Oleh karena itu,
kedudukan qalbu terhadap anggota badan lainnya adalah ibarat seorang raja terhadap para bawahannya yang
selalu siap mengikuti perintahnya dan tidak menyelisihinya. Karena itu, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi
pada anggota badan apabila qalbu-nya itu baik, dan sebaliknya, apa yang akan terjadi apabila qalbu-nya itu
rusak.
Jamaah jum’ah rahimakumullah,
Dengan demikian, qalbu adalah bagian yang paling mulia pada diri manusia. Di sanalah
tempat ma’rifatullah, yaitu ilmu seseorang tentang Rabb-Nya. Di sana pula tempatnya cinta, rasa takut,
harapan, dan tawakkal-nya seseorang kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta amalan qalbu lainnya.
Bahkan, di sanalah tempatnya niat yang menjadi timbangan sah atau tidaknya dan diterima atau ditolaknya
amal ibadah seseorang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِ ‫ِإنَّ َما اَأْل ْع َما ُل بِالنِّيَّا‬
‫ت َوِإنَّ َما لِ ُك ِّل ا ْم ِرٍئ َما ن ََوى‬

“Bahwa amalan itu tergantung dengan niat, dan seseorang mendapatkan apa yang dia niatkan.” (Muttafaqun
‘alaih)
Jika demikian, tidak cukup bagi seseorang untuk hanya memperbaiki amalan yang lahiriah saja tanpa
memerhatikan keadaan qalbu-nya. Akan tetapi, memerhatikan dan memperbaiki qalbu seharusnya lebih
didahulukan daripada memerhatikan amalan lahiriah. Bahkan, amalan anggota badan yang nampak, tidak akan
sah atau diterima apabila tidak ada amalan qalbu yang disebut ikhlas. Oleh karen itu, setiap orang harus
memiliki amalan qalbu yang disebut ikhlas ini, untuk seluruh amalan ibadah yang dilakukan oleh anggota
badannya.
Hadirin rahimakumullah,
Sesungguhnya, qalbu ada yang bisa mengeras seperti kerasnya batu atau bahkan lebih keras dari
batu. Qalbu yang paling keras adalah yang paling jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dari ketaatan
kepada-Nya. Qalbu jenis ini tidak mau menerima nasihat dan tidak berkeinginan untuk mencari petunjuk serta
kebenaran, sehingga pemiliknya tidak memperoleh manfaat kebaikan dari qalbu-nya, bahkan tidak ada yang
keluar dari qalbu-nya kecuali kejelekan.
Di sisi lain, ada pula qalbu yang lembut dan baik, yaitu qalbu yang selalu tunduk dan patuh kepada
Penciptanya. Qalbu jenis ini adalah qalbu yang siap menerima kebenaran dari nasihat yang datang kepadanya.

Lembut dan kerasnya qalbu seseorang dipengaruhi oleh beberapa sebab yang dilakukan oleh pemiliknya. Hal-
hal yang bisa menjadi sebab baik dan lembutnya qalbu di antaranya adalah membaca dan mendengarkan
Alquran. Hal ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
ِ َّ‫ لِلن‬‰‫ص ِّدعًا ِّم ْن خَ ْشيَ ِة هللاِ َوتِ ْلكَ اَْأل ْمثَا ُل نَضْ ِربُهَا‬
َ‫اس لَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكرُون‬ َ َ‫لَوْ َأن َز ْلنَا هَ َذا ْالقُرْ َءانَ َعلَى َجبَ ٍل لَّ َرَأ ْيتَهُ خَا ِشعًا ُمت‬

“Kalau sekiranya Kami turunkan Alquran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk
terpecah-belah disebabkan ketakutannya kepada Allah dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk
manusia supaya mereka berpikir.” (Al-Hasyr: 21)
Hadirin rahimakumullah,
Kalau gunung yang begitu keras saja bisa hancur, tentunya qalbu yang keras pun akan menjadi lembut apabila
si pemiliknya senantiasa memperbaikinya dengan membaca dan mendengarkan, serta mempelajari Alquran.
Di dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
‫ا َل‬‰‰َ‫ ُل فَط‬‰‫اب ِمن قَ ْب‬‰ ِّ ‫َألَ ْم يَْأ ِن لِلَّ ِذينَ َءا َمنُوا َأن ت َْخ َش َع قُلُوبُهُ ْم لِ ِذ ْكر هللاِ َو َمانَزَ َل ِمنَ ْال َح‬
َ ‰َ‫وا ْال ِكت‬‰‰ُ‫ق َوالَيَ ُكونُوا َكالَّ ِذينَ ُأوت‬ ِ
ْ ‫َعلَ ْي ِه ُم اَْأل َم ُد فَقَ َس‬
َ‫ت قُلُوبُهُ ْم َو َكثِي ٌر ِّم ْنهُ ْم فَا ِسقُون‬

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk qalbu mereka mengingat Allah dan
tunduk kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang
sebelumnya yang telah diturunkan kepada mereka Al-Kitab, kemudian berlalulah masa yang panjang atas
mereka lalu qalbu mereka menjadi keras dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang
fasik.” (Al-Hadid: 16)
Karena itu, kaum muslimin wajib senantiasa membaca dan mempelajari kandungan Alquran, agar tidak
seperti ahlul kitab yang menjadi keras qalbu-nya karena berpaling dari kitab Taurat dan Injil.
Hadirin rahimakumullah,
Di antara perkara yang juga akan membuat lembutnya qalbu adalah mengingat kematian, serta mengingat
bahwa dunia ini adalah kehidupan yang sesaat, sedangkan kehidupan yang sesungguhnya adalah di akhirat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ُ‫اة‬‰‰َ‫ا ْال َحي‬‰‰‫ازَ َو َم‬‰‰َ‫ ْد ف‬‰ َ‫ار َوُأ ْد ِخ َل ْال َجنَّةَ فَق‬ َ ‫ت َوِإنَّ َما تُ َوفَّوْ نَ ُأج‬
ِ َّ‫ُور ُك ْم يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة فَ َم ْن ُزحْ ِز َح َع ِن الن‬ ِ ْ‫س َذآِئقَةُ ْال َمو‬
ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬
ِ ‫ع ْال ُغر‬
‫ُور‬ ُ ‫ال ُّد ْنيَا ِإالَّ َمتَا‬
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahala kalian. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali Imran: 185)
Hadirin rahimakumullah,
Di antara perkara yang menjadi sebab lembutnya qalbu adalah memperbanyak mengingat Allah Subhanahu wa
Ta’ala atau berzikir dengan zikir-zikir yang ditetapkan oleh syariat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ْ َ‫ِإنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُونَ الَّ ِذينَ ِإ َذا ُذ ِك َر هللاُ َو ِجل‬
‫ت قُلُوبُهُ ْم‬

“Sesungguhnya, orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah qalbu
mereka.” (Al-Anfal: 2)

Dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,


‫َوالَتُ ِط ْع َم ْن َأ ْغفَ ْلنَا قَ ْلبَهُ ع َْن ِذ ْك ِرنَا َواتَّبَ َع هَ َواهُ َو َكانَ َأ ْم ُرهُ فُ ُرطًا‬

“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang qalbu-nya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta
menuruti hawa nafsunya dan dia dalam keadaan melewati batas.” (Al-Kahfi: 28)
Selanjutnya, di antara hal yang akan melembutkan qalbu  adalah menerima apa yang dibawa oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengamalkan ilmu yang telah sampai kepadanya. Hal ini
sebagaimana yang diberitakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Alquran tentang keadaan orang-orang
musyrikin yang menjadi keras qalbu-nya akibat perbuatan mereka berupa menolak dakwah atau ajakan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam firman-Nya,
َ‫ارهُ ْم َك َما لَ ْم يُْؤ ِمنُوا بِ ِه َأ َّو َل َم َّر ٍة َونَ َذ ُرهُ ْم فِي طُ ْغيَانِ ِه ْم يَ ْع َمهُون‬ َ ‫َونُقَلِّبُ َأ ْفِئ َدتَهُ ْم َوَأب‬
َ ‫ْص‬

“Dan (begitu pula) Kami memalingkan qalbu dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman
kepadanya (Alquran) sejak awal pertama datang dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya
yang sangat.” (Al-An’am: 110)
Demikianlah keadaan orang-orang musyrikin yang menjadi keras qalbu mereka sehingga tetap di atas
kekafirannya akibat tidak menerima ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Begitu pula halnya dengan memerhatikan keadaan orang-orang yang sakit, fakir miskin, dan orang-orang yang
tertimpa musibah, termasuk sebab lembutnya qalbu. Dengan memerhatikan keadaan mereka, seseorang akan
mengetahui betapa banyak dan besarnya nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya sehingga menjadi
lembut qalbu-nya. Hal ini berbeda dengan orang yang justru selalu melihat keadaan orang-orang yang kaya
apalagi yang bermewah-mewah, maka dia akan jauh dari bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
menjadi keras qalbu-nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada Nabi-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam agar bersabar untuk berkumpul, serta tidak meninggalkan orang-orang yang miskin dan
orang-orang yang lemah dari kalangan kaum muslimin karena ingin bersama orang-orang yang mendapatkan
kemewahan dunia yang membuat mereka lalai kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini sebagaimana
disebutkan dalam firman-Nya,
‫ك َم َع الَّ ِذينَ يَ ْد ُعونَ َربَّهُ ْم بِ ْال َغدَا ِة َو ْال َع ِش ِّي ي ُِري ُدونَ َوجْ هَهُ َوالَتَ ْع ُد َع ْينَاكَ َع ْنهُ ْم تُ ِري ُد ِزينَةَ ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا‬
َ ‫َواصْ بِرْ نَ ْف َس‬

“Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari dengan
mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan
perhiasan dunia ini.” (Al-Kahfi: 28)
KHUTBAH KEDUA

َ‫هَ ُد َأ ْن ال‬‰‫ َوَأ ْش‬،‫ب‬ ِ ‫ َش ِد ْي ِد ْال ِعقَا‬، ُ‫ َوقَابِ ِل التَّوْ بَ ِة ِم َّم ْن يَتُوْ ب‬،‫ب‬
ِ ْ‫و‬‰‰ُ‫ َو ِة القُل‬‰‫ َد قَ ْس‬‰‫ب ِع ْن‬ ِ ْ‫ب َو َعالَّ ِم ال ُغيُو‬ِ ْ‫ب القُلُو‬ِ ِّ‫ْال َح ْم ُد هلِل ِ ُمقَل‬
‫ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم‬‰‫ص‬ ْ ‫ ِه َوَأ‬‰ِ‫ ِه َو َعلَى آل‬‰‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي‬ َ ،ُ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬،ُ‫ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَه‬
‫ َأ َّم بَ ْع ُد‬،‫بِِإحْ َسا ٍن َسلَّ َم تَ ْسلِيْما ً َكثِ ْيرًا‬:

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,


Ketahuilah, bahwa hal-hal yang akan menyebabkan keras dan rusaknya qalbu sangat banyak di masa kita
sekarang ini. Oleh karena itu, kita semuanya harus senantiasa waspada dan berhati-hati agar tidak terjatuh pada
hal-hal yang mengeraskan qalbu tersebut.
Di antaranya adalah tersibukkan dan tertipu dengan gemerlapnya dunia serta kurang berhubungan dengan
masjid, sehingga menjadikan sebagian besar waktunya hanyalah untuk urusan dunia. Kedua hal ini
menyebabkan kerasnya qalbu, karena akan melupakan seseorang dari akhirat dan mengingat Yang Mahakuasa.
Berbeda dengan seseorang yang banyak berhubungan dengan masjid yang merupakan sebaik-baik tempat di
muka bumi ini, maka dia pun akan senantiasa mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hadirin rahimakumullah,
Termasuk sebab yang membuat kerasnya qalbu adalah tidak menundukkan pandangan dari melihat hal-hal yang
diharamkan. Baik secara langsung, maupun melalui layar televisi, internet, majalah, dan VCD, yang
menampilkan gambar-gambar yang terlarang dan sebagainya. Begitu pula mendengarkan lagu-lagu dan musik
dengan berbagai jenisnya. Kedua hal ini juga akan mengeraskan qalbu, karena akan menjauhkan seseorang dari
perkara yang bisa melembutkan qalbu yaitu berzikir dan membaca Alquran. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
ْ ‫َأالَبِ ِذ ْك ِر هللاِ ت‬
ُ‫َط َمِئ ُّن ْالقُلُوب‬

“Ingatlah, dengan mengingat Allah-lah qalbu menjadi tenang.” (Ar-Ra’d: 28)


Jamaah jum’ah rahimakumullah,
Termasuk perkara yang akan membuat kerasnya qalbu adalah mengonsumsi makanan dan minuman yang
haram. Makanan dan minuman yang haram akan sangat berpengaruh terhadap akhlak dan ibadah orang yang
mengonsumsinya, sehingga akan membuat orang tersebut menjadi rusak akhlaknya dan malas dalam beribadah
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Begitu pula seluruh jenis kemaksiatan, adalah sebab
kerasnya qalbu seseorang. Sebagaimana hal ini tersebut dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
َ‫َكالَّ بَلْ َرانَ َعلَى قُلُوبِ ِهم َّما َكانُوا يَ ْك ِسبُون‬

“Sekali-kali tidak (demikian), bahkan sebenarnya apa yang mereka lakukan (dari perbuatan kemaksiatan) itu
menutupi qalbu mereka.” (Al-Muthaffifin:14)
Oleh karena itu, seseorang harus menjauhi segala jenis kemaksiatan apabila dirinya menginginkan hati yang
lembut.

Akhirnya, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan taufik-Nya kepada kita semua.


‫ارك َعلَى‬‰‰‫ ٌد وب‬‰‫ ٌد َم ِج ْي‬‰‫ َرا ِه ْي َم ِإنَّكَ َح ِم ْي‬‰‫صلَّيْتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل ِإ ْب‬ َ ‫اَللَّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
َ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬
َ َّ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل ِإ ْب َرا ِه ْي َم ِإن‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ِ ‫ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬

ْ ‫لْ َعلَ ْينَآِإ‬‰‰‫اخ ْذنَآِإن نَّ ِسينَآ َأوْ َأ ْخطَْأنَا َربَّنَا َوالَ تَحْ ِم‬
‫ا‬‰‰َ‫ا َوالَ تُ َح ِّم ْلن‬‰‰َ‫ا َربَّن‬‰‰َ‫هُ َعلَى الَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِن‬‰َ‫ا َح َم ْلت‬‰‰‫رًا َك َم‬‰‫ص‬ ِ ‫َربَّنَا الَ تَُؤ‬
َ‫ف َعنَّا َوا ْغفِرْ لَنَا َوارْ َح ْمنَآ َأنتَ َموْ الَنَا فَانصُرْ نَا َعلَى ْالقَوْ ِم ْال َكافِ ِرين‬ ُ ‫ لَنَا بِ ِه َوا ْع‬   َ‫َماالَطَاقَة‬

َّ ‫َو ْال َح ْم ُد هلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ َأقِ ِم ال‬


َ‫صالَة‬

Anda mungkin juga menyukai