Anda di halaman 1dari 4

1.

Setiap manusia yang mengaku sebagai umat muslim, maka wajib baginya
melaksanakan rukun Islam dan mengimani dari rukun Iman. Rukun iman sebagimana
yang disebutkan di dalm surat Al Baqarah ayat 177 yang berbunyi:

ۤ ‫هّٰلل‬
۞ ‫ب َوالنَّبِ ٖيّنَ ۚ َو ٰاتَى‬ ِ ‫ب َو ٰل ِك َّن ْالبِ َّر َم ْن ٰا َمنَ بِا ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ِر َو ْال َم ٰل ِٕى َك ِة َو ْال ِك ٰت‬ ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬ِ ‫ْس ْالبِ َّراَ ْن تُ َولُّوْ ا ُوجُوْ هَ ُك ْم قِبَ َل ْال َم ْش ِر‬
َ ‫لَي‬
ْ ٰ ٰ ٰ ۤ ٰ
ُ
َ‫ب َواَقَا َم الصَّلوةَ َواتَى ال َّزكوةَ ۚ َوال ُموْ فوْ ن‬
ۤ ۤ ِ ‫ْال َما َل عَلى ُحب ِّٖه َذ ِوى القرْ ٰبى َواليَتمٰ ى َوال َم ٰس ِك ْينَ َوا ْبنَ ال َّسبِي ۙ ِْل َوالسَّا ِٕىلِ ْينَ َو‬
ِ ۚ ‫فى الرِّ قَا‬ ْ ٰ ْ ُ ْ
ٰ ُ‫ص َدقُوْ ا ۗ َوا‬ ٰ ُ‫س ا‬ ‫ْأ‬ ۤ َّ ‫صبر ْينَ فِى ْالبَْأ َس ۤا ِء َوال‬
َ‫ول ِٕىكَ هُ ُم ْال ُمتَّقُوْ ن‬ َ َ‫ك الَّ ِذ ْين‬ َ ‫ول ِٕى‬ ِ ۗ َ‫ضرَّا ِء َو ِح ْينَ ْالب‬ ِ ِ ّ ٰ ‫بِ َع ْه ِد ِه ْم اِ َذا عَاهَ ُدوْ ا ۚ َوال‬
Kebaikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan
itu ialah (kebaikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-
kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim,
orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk
memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang
yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan
dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-
orang yang bertakwa.
- paling penting dari rukun iman adalah rukun Iman yang pertama yaitu Iman kepada
Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Yaitu meyakini adanya Dzat Allah yang Esa dengan
segala keMaha Sempurnaannya.
- setelah beriman kepada Allah maka konsekuensianya adalah beriman kepada seluruh
ciptaan dan perbuatanya yaitu Iman kepada kitab-kitabNya, Malaikat-malaikatNya,
Rasul-rasulNya, hari kiamat dan segala takdir baik dan buruk dariNya.
Sehingga seorang Muslim tidak mungkin mengingkari rukun iman yang lainnya jika sudah
beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dan sebaliknya jika seseorang tidak beriman
kepada Allah, sudah bisa dipastikan tidak akan beriman kepada rukun yang lainnya.
2. Memiliki Ilmu Pengetahuan
Manusia memiliki potensi kemampuan memahami berbagai macam ilmu, karena manusia
dibekali akal yang dengannya bisa berpikir dan mengolah berbagai macam ilmu pengetahuan.
Suatu kemampuan yang tidak dimiliki makhluk lainnya.
‫} قَالُوا‬31{ َ‫صا ِدقِين‬ َ ‫ضهُ ْم َعلَى ْال َمالَِئ َك ِة فَقَا َل َأنبُِئونِي بَِأ ْس َمآ ِء هَُؤآل ِء ِإن ُكنتُم‬ َ ‫ َو َعلَّ َم َءا َد َم اَأل ْس َمآ َء ُكلَّهَا ثُ َّم َع َر‬:‫قَا َل هللاُ تَ َعالى‬
‫ال َألَ ْم َأقُل لَّ ُك ْم‬
َ َ‫} قَا َل يَآ َءا َد ُم َأنبِْئهُم بَِأ ْس َمآِئ ِه ْم فَلَ َّمآ َأنبََأهُ ْم بَِأ ْس َمآِئ ِه ْم ق‬32{ ‫ك َأنتَ ْال َعلِي ُم ْال َح ِكي ُم‬ َ َّ‫ُس ْب َحانَكَ الَ ِع ْل َم لَنَآ ِإالَّ َما عَلَّ ْمتَنَا ِإن‬
}33{ َ‫ض َو ْعلَ ُم َما تُ ْب ُدونَ َو َما ُكنتُ ْم تَ ْكتُ ُمون‬ ‫َأ‬ ِ ْ‫ت َوا ر‬ ‫َأل‬ ِ ‫ْب ال َّس َما َوا‬ ‫َأ‬
َ ‫ِإنِّي ْعلَ ُم َغي‬
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:”Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika memang kamu orang yang benar!”, [31] Mereka menjawab:”Maha Suci
Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [32] Allah
berfirman:”Hai Adam, beritahukan kepada mereka nama-nama benda ini”. Maka setelah
diberitahukannya nama-nama benda itu, Allah berfirman:”Bukankah sudah Kukatakan
kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui
apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan [33]”.
Menjadi Khalifah
Dari sisi wujud, manusia memiliki kepantasan menjadi khalifah di muka bumi. Memiliki
potensi dan kelayakan mewarisi serta menjaga bumi agar tetap menjadi tempat yang layak
ditinggali dan tempat makhluk-makhluk lain bertasbih kepada Sang Pencipta.
ۖ َ‫ك َونُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَا َل ِإنِّي َأ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُمون‬ ُ ِ‫قَالُوا َأتَجْ َع ُل فِيهَا َم ْن يُ ْف ِس ُد فِيهَا َويَ ْسف‬
َ ‫ك ال ِّد َما َء َونَحْ نُ نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد‬
Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui"." (QS. Al Baqarah: 30).
Memiliki Akal Sempurna untuk Mengetahui Baik dan Buruk
Di antara keistimewaan penting manusia adalah pengetahuan baik dan buruk yang dipahami
oleh akalnya. Karena pengetahuan akan kebaikan inilah yang akan menjadikan manusia
sempurna menuju kepada kesucian. Namun sebaliknya, jika menentang akal dan
memperturutkan hawa nafsu akan mejerumuskan, dan menjadikannya makhluk yang hina.
َ ‫) َوقَ ْد خ‬9( ‫) قَ ْد َأ ْفلَ َح َم ْن زَ َّكاهَا‬8( ‫) فََأ ْلهَ َمهَا فُجُو َرهَا َوتَ ْق َواهَا‬7( ‫س َو َما َسوَّاهَا‬
10 ‫َاب َم ْن َدسَّاهَا‬ ٍ ‫) َونَ ْف‬
Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan
jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q. S. al-Syams [91]: 7-10).

3. akhlak dalam bekerja:


- Kita menghargai pimpinan. Harus berhubungan baik dengan rekan kerja,
mengedepankan sopan santun, kemudian sabar, ikhlas karena Allah dan dalam
bekerja itu harus qa naah, yaitu menerima dan merasa cu kup. Karena kalau
kita tidak qonaah, gaji sebesar apa pun akan tidak cukup, terasa kurang terus.
- Ketika kita merasa kurang dengan gaji kita, itu akan memengaruhi
profesionalitas pekerjaan kita. Jadi, kita pun harus profesional. Apa yang
menjadi tugas kita harus profesional.Supaya dengan profesional itu berarti kita
mempertanggungjawabkan pekerjaan kita di hadapan pimpinan kita dan di
hadapan Allah SWT.
- Kita juga harus menganggap bahwa pekerjaan itu amanah. Orang Islam itu
ketika diberi amanah harus menunaikannya. Kita diberikan amanah suatu
pekerjaan lalu kita komitmen melakukan pekerjaan itu ya kita harus
mengerjakan dengan sebaik-baik nya.Tidak boleh kita tidak komitmen.
Sikap seorang muslim terhadap harta:
para ulama menyebutkan bahwa kecintaan terhadap harta adalah tabiatnya manusia.
Sebab manusia itu memiliki harta sehingga tertarik pada harta, tahta maupun wanita.
Karena itu, tidak bisa dielakkan soal manusia yang mempunyai kecenderungan
terhadap harta.
Allah SWT berfirman, "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Tafsir Quran." QS Ali Imran Ayat 14)
"Maka yang dilarang itu bukan cinta terhadap harta, tetapi yang dilarang adalah cinta
yang berlebihan terhadap harta. Sehingga kecintaannya terhadap harta lebih dominan
daripada kecintaannya pada Alla SWT dan Rasul-Nya, ini tidak boleh,"
iapapun membutuhkan harta untuk bisa makan dan memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Termasuk untuk keberlangsungan perekonomian masyarakat dan untuk
tegaknya dakwah, pun butuh harta.

Alquran pun, ketika membicarakan soal jihad, sering kali mendahulukan kata 'amwal'
(harta) sebelum 'anfus' (diri kita). "Dengan harta terlebih dulu. Bi amwaalikum wa
anfusikum. Berjihad dengan harta dan nyawa. Kalau nyawa semua orang punya
potensi. Tetapi kalau harta, gak semua orang punya potensi,"
seorang Muslim yang ingin berjihad (dalam konteks di medan perang) hanya
bermodal nyawa, itu bisa gagal berangkat jika sakit. "Tetapi kalau dia punya harta,
memang dia gak bisa berangkat, tetapi hartanya tetap berangkat ke medan jihad,"
paparnya.

"Jadi, seorang Muslim ada di pertengahan, tidak meninggalkan harta secara mutlak.
Ini sunnatullah, kita butuh harta. Tetapi kalau sampai diperbudak oleh harta, maka
Nabi SAW menyebut celakalah hamba-hamba dinar itu. Karena segala hidupnya
habis untuk mencari harta,"

4.
- Memperbanyak kajian tentang keutamaan berkahlakul karimah. Kajian dapat
dilakukan dengan online/ofline. Banyak situs/web yang menyuguhkan tentang
keutamaan memiliki akhlak yang baik. Jika generasi millennial sudah faham tentang
keutamaan berakhlak karimah, insyaAllah akan muncul dari dalam dirinya (motivasi
internal) untuk berakhlakul karimah. Dan motivasi ini biasanya akan lebih lama, tidak
mudah luntur, karena akhlak yang tercermin original dari dalam dirinya.
- Memperbaiki kualitas dan kuantitas ibadah. Ibadah adalah bukti keimanan dan
ketaqwaan seseorang. Nash-nya, jika ibadah seseorang bagus, akhlak yang keluar dari
dirinya baik ucapan maupun perbuatan juga akan bagus. Pada prinsipnya, luaran dari
ibadah adalah akhlak. Jika ibadahnya bagus, akhlaknya bagus, jika ibadahnya kurang
bagus, akhlaknya juga kurang bagus.
- Memilah dan memilih komunitas yang bagus, yang memiliki kesamaan visi misi dan
tujuan hidup. Lingkungan yang bagus akan menambah semangat seseorang untuk
memperbaiki kualitas hidupnya.
- Aktif dalam organisasi keagamaan yang di dalamnya banyak kegiatan yang dapat
memperdalam pemahaman keagamaan dan dialog antar anggota sehingga saling
menguatkan nilai-nilai keislaman dalam dirinya.
5. Jangan menunda berbuat kebaikan, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan
terjadi pada kita di waktu kemudian. Dengan menunda-nunda berbuat kebaikan, kita
hanya akan di hantui oleh penyesalan yang akan datang. Rasulullah bersabda : “Jika
kamu memasuki waktu sore maka janganlah tunggu waktu pagi, dan jika kamu
memasuki waktu pagi janganlah kamu tunggu waktu sore, dan gunakanlah
kesehatanmu untuk masa sakitmu, dan kehidupannya untuk
kematianmu.” (HR. Bukhari).
hidup di dunia ini hanyalah singkat. Sungguh rugi jika hidup ini kita habiskan hanya
untuk memikirkan duniawi saja, tanpa ada bekal yang cukup untuk akhirat. Karena
sejatinya, kita hidup di dunia hanya untuk mempersiapkan kehidupan kekal di akhirat.
Di dunia yang hanya sementara ini, kita harus bersegera dan tidak menunda-nunda
untuk berbuat kebaikan.

Anda mungkin juga menyukai