Anda di halaman 1dari 8

Sesungguhnya jiwa yang mulia, jiwa yang tinggi, diagungkan oleh Allah ‫ﷻ‬.

Sebaliknya pula, jiwa yang hina lagi kotor juga dihinakan oleh Allah ‫ﷻ‬. Hal
ini sebagaimana yang Allah ‫ ﷻ‬telah firmankan dalam surah Asy-Syams, Allah
‫ ﷻ‬berfirman,

ِ َ‫ َوالنَّه‬،‫ َو ْالقَ َم ِر ِإ َذا تَاَل هَا‬،‫ض َحاهَا‬


،‫ َواللَّي ِْل ِإ َذا يَ ْغ َشاهَا‬،‫ار ِإ َذا َجاَّل هَا‬ ِ ‫﴿وال َّش ْم‬
ُ ‫س َو‬ َ
َ ‫ فََأ ْلهَ َمهَا فُج‬،‫س َو َما َس َّواهَا‬
‫ُورهَا‬ ٍ ‫ َونَ ْف‬،‫ض َو َما طَ َحاهَا‬ ِ ْ‫ َواَأْلر‬،‫َوال َّس َما ِء َو َما بَنَاهَا‬
﴾‫اب َمن َدسَّاهَا‬ َ ‫ َوقَ ْد َخ‬،‫ قَ ْد َأ ْفلَ َح َمن َز َّكاهَا‬،‫َوتَ ْق َواهَا‬
“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila
mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila
menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta hamparannya,
dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah
orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 1-10)

Allah ‫ ﷻ‬dalam ayat ini bersumpah dengan makhluk-makhluk-Nya yang hebat


untuk menegaskan bahwa keberuntungan bagi orang yang menyucikan
jiwanya, dan kerugian lagi kehinaan bagi orang yang mengotori jiwanya.

Dari sini, seseorang hendaknya berusaha untuk menyucikan jiwanya,


menjadikan jiwanya rindu untuk tunduk kepada Allah ‫ﷻ‬, menjadikan jiwanya
senantiasa ingin lari dari bermaksiat kepada Allah ‫ﷻ‬, menjadikan jiwanya
takut kepada Allah ‫ﷻ‬, menjadikan jiwanya sebagai jiwa yang menangis
tatkala mendengarkan ayat-ayat Allah ‫ﷻ‬.

Pada kesempatan kali ini, ada 10 perkara yang akan kita sebutkan, di mana
perkara tersebut bisa membantu kita untuk menyucikan jiwa kita.

1. Bertauhid kepada Allah ‫ﷻ‬


Ma’asyiral muslimin, sesungguhnya bertauhid kepada Allah ‫ ﷻ‬adalah perkara
yang sangat agung, karena tauhid inilah tujuan Allah ‫ ﷻ‬menciptakan kita.
Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

َ ‫ت ْال ِج َّن َواِإْل‬


ِ ‫نس ِإاَّل لِيَ ْعبُ ُد‬
﴾‫ون‬ ُ ‫﴿و َما َخلَ ْق‬
َ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Tidak hanya itu, tidaklah Allah ‫ ﷻ‬menurunkan Al-Kitab dan mengutus para
rasul kecuali untuk bertauhid. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,
َ ‫ الطَّا ُغ‬E‫ هَّللا َ َواجْ تَنِبُوا‬E‫﴿ولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِي ُك ِّل ُأ َّم ٍة َّر ُسواًل َأ ِن ا ْعبُ ُدوا‬
﴾‫وت‬ َ
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu.” (QS. An-
Nahl: 36)

Tauhid adalah perkara yang agung, sampai-sampai dalam berdakwah pun


yang diutamakan haruslah perkara tauhid. Lihatlah ketika Nabi Muhammad
‫ ﷺ‬mengutus Mu’adz bin Jabal kepada suatu kaum, beliau ‫ ﷺ‬bersabda,

‫ َوَأنِّي‬ ُ‫ش َها َد ِة َأنَّ اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللا‬َ ‫فَا ْد ُع ُه ْم ِإلَى‬ ،‫ب‬ ِ ‫ك تَْأتِي قَ ْو ًما ِم ْن َأ ْه ِل ْال ِكتَا‬ َ َّ‫ِإن‬
َ ‫ض َعلَ ْي ِه ْم َخ ْم‬
‫س‬ َ ‫ فََأ ْعلِ ْمهُ ْم َأ َّن هللاَ ا ْفتَ َر‬،‫ك‬َ ِ‫ فَِإ ْن هُ ْم َأطَا ُعوا لِ َذل‬،ِ‫َرسُو ُل هللا‬
‫ض‬َ ‫ فََأ ْعلِ ْمهُ ْم َأ َّن هللاَ ا ْفتَ َر‬،‫ك‬ َ ِ‫ فَِإ ْن هُ ْم َأطَا ُعوا لِ َذل‬،‫ت فِي ُكلِّ يَ ْو ٍم َولَ ْيلَ ٍة‬ ٍ ‫صلَ َوا‬ َ
َ ‫ فَِإي‬،‫ك‬
‫َّاك‬ َ ِ‫ فَِإ ْن هُ ْم َأطَا ُعوا لِ َذل‬،‫ص َدقَةً تُْؤ َخ ُذ ِم ْن َأ ْغنِيَاِئ ِه ْم فَتُ َر ُّد ِفي فُقَ َراِئ ِه ْم‬ َ ‫َعلَ ْي ِه ْم‬
ٌ‫ْس بَ ْينَهَا َوبَي َْن هللاِ ِح َجاب‬ ِ ُ‫ظل‬
َ ‫ فَِإنَّهُ لَي‬،‫وم‬ ْ ‫ق َد ْع َوةَ ْال َم‬ ِ َّ‫ َوات‬،‫َو َك َراِئ َم َأ ْم َوالِ ِه ْم‬
“Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab,  maka
ajaklah mereka kepada persaksian bahwa tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Allah, dan bahwa aku adalah utusan Allah. Jika
mereka menaatimu untuk hal tersebut, maka beritahukanlah kepada mereka
bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka salat lima waktu pada setiap
siang dan malam. Jika mereka menaatimu untuk hal tersebut maka
beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada
mereka sedekah yang diambil dari orang kaya mereka lalu dibagikan kepada
orang-orang fakir di antara mereka. Jika mereka menaatimu untuk hal
tersebut maka kamu jauhilah harta mulia mereka. Takutlah kamu terhadap
doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara dia dan
Allah.”([1])

Maka barang siapa yang jiwanya suci, hendaknya dia memahami tauhid
dengan sebaik-baiknya, dan memahami kesyirikan yang merupakan
lawannya agar kita bisa menghindarinya. Ketahuilah bahwa kesyirikan adalah
perkara yang memiliki pengaruh paling besar untuk mengotori jiwa
seseorang. Jika seseorang telah terjerumus dalam kesyirikan, maka jiwanya
telah kotor dengan sekotor-kotornya. Oleh karenanya, hendaknya seseorang
juga mengenali jenis-jenis kesyirikan.

Sungguh omong kosong apabila seseorang yang mengatakan bahwa jiwanya


suci, sementara dia masih percaya kepada dukun, percaya kepada jimat,
yakin adanya hari baik dan hari buruk. Justru, orang-orang seperti ini adalah
orang-orang yang hatinya kotor. Akan tetapi, jika dia semakin
membersihkan dirinya dari kesyirikan, semakin bergantung dan berharap
kepada Allah ‫ﷻ‬, maka jiwanya akan suci. Oleh karenanya, perkara tauhid
adalah perkara yang paling utama untuk bisa menyucikan jiwa seseorang.

2. Berdoa kepada Allah ‫ﷻ‬


Sebagaimana perkataan,

‫ َخي ٍْر‬ ‫ ُك ِّل‬ ‫ ِم ْفتَا ُح‬ ‫ال ُّد َعا ُء‬


“Doa adalah kunci dari segala kebaikan.”([2])

Sesungguhnya tidak ada yang ragu bahwasanya jiwa dan hati manusia itu di
dalam genggaman Allah ‫ﷻ‬. Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬bersabda,

‫ َوِإ ْن َشا َء‬،ُ‫ ِإ ْن َشا َء َأقَا َمه‬،‫صابِ ِع الرَّحْ َم ِن‬


َ ‫ب ِإاَّل بَي َْن ِإصْ بَ َع ْي ِن ِم ْن َأ‬
ٍ ‫َما ِم ْن قَ ْل‬
ُ‫َأ َزا َغه‬
“Tidaklah suatu hati seseorang kecuali dia berada di antara dua jemari Ar-
Rahman. Jika Allah berkehendak maka Dia akan meluruskannya, jika Allah
berkehendak maka Dia akan menyesatkannya.”([3])

Dari sini kita ketahui bahwa yang dapat menyucikan jiwa seseorang hanyalah
Allah ‫ﷻ‬. Allah ‫ ﷻ‬telah berfirman,

﴾‫﴿بَ ِل هَّللا ُ يُ َز ِّكي َمن يَ َشا ُء‬


“Akan tetapi Allah-lah yang membersihkan jiwa siapa saja yang dikehendaki-
Nya.” (QS. An-Nisa’: 49)

‫ َولَ ِك َّن هَّللا َ ي َُز ِّكي َمن‬E‫﴿ولَ ْواَل فَضْ ُل هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمتُهُ َما َز َكى ِمن ُكم ِّم ْن َأ َح ٍد َأبَ ًدا‬
َ
﴾‫يَ َشا ُء َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬
“Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu
sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kalian bersih (dari perbuatan-
perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah
membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur: 24)

Ketika seseorang memiliki hati yang kotor, hatinya dipenuhi dengan


penyakit-penyakit hati, lalu kemudian dia mengangkat tangannya ke atas
seraya berdoa kepada Allah ‫ﷻ‬, maka detik itu pula Allah ‫ ﷻ‬akan menyucikan
jiwanya. Oleh karenanya, jika kita saat ini merasa jiwa kita jauh dari kata
suci, selalu rindu untuk bermaksiat, hati tidak terenyuh mendengar ayat-ayat
Allah ‫ﷻ‬, tidak semangat ketika beribadah kepada Allah ‫ﷻ‬, maka berdoa dan
mintalah kepada Allah ‫ ﷻ‬untuk menyucikan jiwa kita, karena Dia-lah yang
menguasai hati-hati kita.

Di antara doa agung yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬agar seseorang
panjatkan kepada Allah ‫ ﷻ‬untuk meraih jiwa yang suci adalah,

َ ‫ َأ ْن‬،‫ت َخ ْي ُر َم ْن َز َّكاهَا‬
‫ت َولِيُّهَا َو َم ْواَل هَا‬ َ ‫ َو َز ِّكهَا َأ ْن‬،‫ت نَ ْف ِسي تَ ْق َواهَا‬
ِ ‫اللهُ َّم آ‬
“Ya Allah, anugerahkanlah ketakwaan kepada jiwaku, sucikanlah ia,
sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik Dzat yang dapat menyucikannya,
Engkaulah yang menguasai dan yang menjaganya.”([4])

3. Berpegang teguh dengan Al-Qur’an


Sesungguhnya Al-Qur’an adalah penyuci jiwa dan obat segala penyakit hati.
Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

‫ث فِي ِه ْم َر ُسواًل ِّم ْن َأنفُ ِس ِه ْم يَ ْتلُو َعلَ ْي ِه ْم آيَاتِ ِه‬


َ ‫ين ِإ ْذ بَ َع‬
َ ِ‫﴿لَقَ ْد َم َّن هَّللا ُ َعلَى ْال ُمْؤ ِمن‬
ٍ ِ‫ضاَل ٍل ُّمب‬
﴾‫ين‬ َ ‫اب َو ْال ِح ْك َمةَ َوِإن َكانُوا ِمن قَ ْب ُل لَفِي‬ َ َ‫َويُ َز ِّكي ِه ْم َويُ َعلِّ ُمهُ ُم ْال ِكت‬
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman
ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka
sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan
(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah.
Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-
benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali ‘Imran: 164)

Sesungguhnya hanyalah bualan belaka seseorang yang mengaku jiwanya


suci sementara hari-harinya berlalu tanpa membaca Al-Qur’an. Bagaimana
mungkin hatinya bisa suci sementara dia tidak menelaah firman-firman Allah
‫ﷻ‬.

Sesungguhnya, semakin intens seseorang dalam membaca Al-Qur’an,


semakin sering dia menadaburi Al-Qur’an, maka akan semakin suci jiwanya,
akan semakin rindu pada ketaatan kepada Allah ‫ﷻ‬, bahkan dia akan semakin
rindu untuk bertemu dengan Allah ‫ﷻ‬. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

ِ ‫﴿يَاَأيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َجا َء ْت ُكم َّم ْو ِعظَةٌ ِّمن َّربِّ ُك ْم َو ِشفَا ٌء لِّ َما فِي الصُّ ُد‬
‫ور َوهُ ًدى‬
﴾‫ين‬َ ِ‫َو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُمْؤ ِمن‬
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus:
57)

Jika seseorang merasa hatinya kotor, merasa hatinya terjangkit penyakit-


penyakit, maka di antara obat yang paling mujarab adalah dengan membaca
Al-Qur’an.

4. Mengikuti sunah Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dan menjadikannya sebagai


teladan
Allah ‫ ﷻ‬telah berfirman,

َ ‫ُول هَّللا ِ ُأ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َمن َك‬


‫ان يَرْ جُو هَّللا َ َو ْاليَ ْو َم اآْل ِخ َر َو َذ َك َر‬ َ ‫﴿لَّقَ ْد َك‬
ِ ‫ان لَ ُك ْم فِي َرس‬
﴾‫هَّللا َ َكثِيرًا‬
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab:
21)

Kita tidak ragu bahwasanya manusia yang paling suci jiwanya adalah Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬, maka jika seseorang ingin menyucikan jiwanya, hendaknya
dia mencontoh Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

Imam Ibnul Qayyim ‫ ﷺ‬menjelaskan bahwa membersihkan dan


menghilangkan penyakit dari tubuh itu lebih mudah daripada menghilangkan
penyakit hati. Kalau seseorang seringnya memilih dokter yang terbaik untuk
menghilangkan penyakit yang ada pada tubuhnya, maka demikian pula
seharusnya seseorang yang ingin menambuhkan penyakit yang ada di
hatinya, hendaknya dia mencontoh orang yang paling bersih hatinya, karena
penyakit hati ini jauh lebih sulit disembuhkan daripada penyakit tubuh.
Ketahuilah bahwasanya para rasul adalah dokter-dokter penyakit-penyakit
hati. Jika Anda menginginkan obat bagi hati Anda, maka ambillah dari Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬.

Maka dari itu, jangan kemudian kita berkreasi dan membuat metode-metode
tersendiri dalam menyucikan jiwa. Di zaman sekarang, Ada orang yang
menjauh dari keramaian untuk menyucikan jiwanya, ada orang yang bertapa
ke tempat-tempat terpencil, dan bahkan ada orang yang berwirid dengan
wirid-wirid yang dibuat-buatnya. Ketahuilah, bahwa hal-hal seperti ini tidak
akan menyucikan jiwa seseorang, bahkan hanya akan semakin mengotori
jiwa mereka, karena mereka telah jauh dari resep dokter yang terbaik dalam
menangani penyakit hati, yaitu Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.
5. Membersihkan penyakit hati sebelum menghiasinya dengan
keindahan
Allah ‫ ﷻ‬telah berfirman,

َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّكي ِهم بِهَا َو‬


َ ‫صلِّ َعلَ ْي ِه ْم ِإ َّن‬
َ َ‫صاَل ت‬
‫ك َس َك ٌن‬ َ ‫﴿ ُخ ْذ ِم ْن َأ ْم َوالِ ِه ْم‬
﴾‫لَّهُ ْم َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah: 103)

Dalam ayat ini, Allah ‫ ﷻ‬mendahulukan penyebutan pembersihan sebelum


penyucian. Itu artinya, seseorang yang hendak menyucikan jiwanya, terlebih
dahulu dia membersihkan jiwanya dari noda-noda maksiat.

Ketahuilah, akan sulit bagi seseorang untuk menyucikan jiwanya ketika dia
masih tenggelam dalam kemaksiatan. Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬telah bersabda,

‫ فَِإ َذا هُ َو نَ َز َع َوا ْستَ ْغفَ َر‬،‫ت فِي قَ ْلبِ ِه نُ ْكتَةٌ َس ْو َدا ُء‬
ْ َ‫ِإ َّن ال َع ْب َد ِإ َذا َأ ْخطََأ َخ ِطيَئةً نُ ِكت‬
ُ ‫ َوهُ َو الر‬،ُ‫ َوِإ ْن َعا َد ِزي َد فِيهَا َحتَّى تَ ْعلُ َو قَ ْلبَه‬،ُ‫اب ُسقِ َل قَ ْلبُه‬
ُ ‫َّان الَّ ِذي َذ َك َر هَّللا‬ َ َ‫َوت‬
َ ‫ان َعلَى قُلُوبِ ِه ْم َما َكانُوا يَ ْك ِسب‬
)‫ُون‬ َ ‫( َكاَّل بَلْ َر‬
“Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dicatat dalam
hatinya sebuah titik hitam, dan apabila ia meninggalkannya dan beristighfar
(meminta ampun) serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Dan apabila ia
kembali maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutup hatinya,
dan itulah yang namanya ‘Ar-Raan’ yang Allah sebutkan dalam firman-Nya:
Sekali-kali tidak, bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati
mereka (QS. Al-Muthaffifin: 14).”([5])

Oleh karena itu, hendaknya seseorang yang ingin menyucikan jiwanya


berusaha terlebih dahulu untuk membersihkan jiwanya dengan
meninggalkan kemaksiatan yang dia lakukan, beristighfar, dan bertaubat
kepada Allah ‫ﷻ‬, maka hatinya akan menjadi bersih, dan hatinya pun
menjadi suci.

6. Mengingat kematian
Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬telah bersabda,

ِ ‫َأ ْكثِرُوا ِذ ْك َر هَا ِد ِم اللَّ َّذا‬


‫ت‬
“Perbanyaklah kalian mengingat sesuatu yang dapat pemutus kenikmatan
(yaitu kematian).”([6])

Ketahuilah, tidak ada obat yang paling ampuh untuk menyucikan jiwa
seseorang seperti mengingat kematian. Jika seseorang tidak mengingat
kematian, maka dia akan terus-menerus tenggelam dalam kemaksiatan,
tidak sadar bahwasanya kematian bisa saja datang tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu.

Betapa banyak orang yang keluar dari rumahnya, tidak terbetik dalam
benaknya sedikit pun bahwa kematian akan menjumpainya. Akan tetapi,
ternyata Allah ‫ ﷻ‬mencabut nyawanya sebelum dia kembali ke rumahnya.
Betapa banyak orang yang menelepon istrinya untuk menyiapkan makan
malam, akan tetapi dia dapat lagi memakan masakan istrinya karena telah
dicabut nyawanya dalam perjalanan pulang. Kematian itu datang dengan
tiba-tiba, tidak bisa diduga-duga.

Oleh karenanya, seseorang harus selalu ingat tentang kematian, karena


dengan itu dia akan mudah untuk menyucikan jiwanya.

7. Memilih teman yang baik dan menghindari teman yang buruk


Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬telah bersabda,

‫ فَ ْليَ ْنظُرْ َأ َح ُد ُك ْم َم ْن ي َُخالِ ُل‬،‫ْال َمرْ ُء َعلَى ِدي ِن َخلِيلِ ِه‬


“Seseorang itu berdasarkan agama temannya, maka hendaknya salah
seorang di antara kalian melihat siapa yang menjadi temannya.”([7])

Pepatah mengatakan,

ُ‫َّاحب‬
ِ ‫الصَّا ِحبُ الس‬
“Teman itu akan mempengaruhi.”

Setiap orang yang berteman dengan yang lainnya, maka akan terjadi
sinkronisasi antara yang satu dengan yang lainnya. Jika temannya buruk,
maka dia pun akan ikut berbaur dengan keburukan temannya. Kalau pun
tidak ikut berbaur dengan keburukan temannya, maka pasti yang terjadi
adalah pertemanannyalah yang akan putus. Ini pasti terjadi.

Seseorang yang berteman dengan seseorang yang suka bergibah, maka dia
pun bisa menjadi orang yang suka bergibah. Jika seseorang bergaul dengan
orang yang suka memakan riba, dikhawatirkan dia pun hanyut dalam janji
manis riba yang diharamkan oleh Allah ‫ﷻ‬.
Berbeda dengan  orang yang bergaul dengan orang saleh, maka dia pun
pasti akan terbawa pada kebaikan-kebaikan sahabatnya tersebut. Dalam
sebuah hadis, Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬bersabda,

‫ير ْال َح َّدا ِد اَل‬


ِ ‫ْك َو ِك‬ ِ ‫ب ْال ِمس‬ َ ‫يس الس َّْو ِء َك َمثَ ِل‬
ِ ‫صا ِح‬ ِ ِ‫ح َو ْال َجل‬ ِ ِ‫يس الصَّال‬ِ ِ‫َمثَ ُل ْال َجل‬
َ َ‫ق بَ َدن‬
‫ك‬ ُ ‫يحهُ َو ِكي ُر ْال َح َّدا ِد يُحْ ِر‬
َ ‫ْك ِإ َّما تَ ْشتَ ِري ِه َأ ْو تَ ِج ُد ِر‬
ِ ‫ب ْال ِمس‬ِ ‫صا ِح‬ َ ‫ك ِم ْن‬ َ ‫يَ ْع َد ُم‬
ً‫ك َأ ْو تَ ِج ُد ِم ْنهُ ِريحًا َخبِيثَة‬
َ َ‫َأ ْو ثَ ْوب‬
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang saleh dan orang yang
jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi.
Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli
(minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun
berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau
pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak
enak.”([8])

Oleh karenanya para hadirin yang dirahmati oleh Allah ‫ﷻ‬, jika Anda memiliki
teman yang senantiasa mengingatkan Anda kepada akhirat, yang senantiasa
memacu Anda untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah ‫ﷻ‬, maka
peganglah teman tersebut dengan seerat-eratnya. Adapun teman yang
hanya mengajak kepada dunia dan kesenangannya, maka tinggalkanlah
teman seperti itu, dikhawatirkan akan memberikan pengaruh yang buruk
bagi diri Anda.

ٍ ‫َأقٌو ُل قَ ْولِي هَ َذا َواَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِي َولَ ُك ْم َولِ َساِئ ِر ْال ُم ْسلِ ِمي َْن ِم ْن ُكلِّ َذ ْن‬
‫ة‬Eٍ ‫ب َو َخ ِطيَئ‬
‫فََأ ْستَ ْغفِ ُرهُ ِإنَّهُ هُ َو ْال َغفُو ُر ال َّر ِحي ُم‬

Anda mungkin juga menyukai