Qad aflaha man zakkaahaa - Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa)
Dan dalam As Syams : 10, disebutkan : Wa qad khaaba man dassaahaa - Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. Yang mengotori hati (nafs)
adalah karena menuruti Hawa Nafsu. Hati harus menjadi pemimpin Hawa (nafsu), bukan sebaliknya.
Ibadah sholat dengan didahului oleh wudhu sebaiknya tidak hanya membersihkan Jasad fisik, namun kita perlu berniat membersihkan jiwa.
Sehingga tidak terjadi rasa was-was (surat An Naas) dalam sholat, namun kita bisa khusyu’.
Nabi Muhammad adalah Khuluqin Adzim (Surat Al Qolam : 4) : Wa Innaka La’ala Khuluqin Adzim. Dengan akhlaknya ini, selama 11 tahun di
Madinah Rasulullah mampu menyatukan Muhajirin dan Anshar (termasuk suku-suku di Madinah Aus dan Khajraj yg sebelumnya bertikai), serta
mampu mengembangkan agama Islam keseluruh dunia. Apabila Rasulullah SAW kedudukannya akhlak tidak mulia, niscaya beliau tidak mampu
mengembangkan agama Islam selama 23 tahun ke seluruh dunia. Bandingkan dengan Nabi Nuh yg berdakwah ratusan tahun, Nabi Ibrahim yang
berdakwah puluhan tahun (usia 90 tahunan), Nabi Musa A.S, Nabi Isa A.S. yang berdakwah puluhan tahun.
“Innama bu’itstu liutammima makarimal akhlaq” (HR. Al Baihaqi) ini menjadi kompas bagi kita bahwa pendidikan akhlak perlu dikedepankan dari
pendidikan keilmuan. Orang yang sudah berhijrah ke arah Islam yang kaffah, jangan menjadi orang yang mudah menyalah-nyalahkan atau
mengkafirkan orang lain. Bijaklah dalam menyikapi perbedaan yang sifatnya Furuiyah atau kesalahan dalam ibadah yang dilakukan orang lain.
“Ittaqillah haitsuma kunta, wa atbi'issayyiatal hasanata tamhuha, wa kholiqinnasa bi khuluqin hasanin.” Artinya: Bertaqwalah kepada Allah
dimanapun kita berada, iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, dan pergaulilah manusia dengan adab yang baik. Hadist yang
diriwayatkan At-Tirmidzi ini derajatnya Hasan shahih mengajarkan syarat untuk bertaqwa adalah berakhlak baik dalam pergaulan dengan manusia.
Khusnul Khuluq : Al Akhlak Hamidah, artinya Akhlak yang baik
Caranya dengan membersihkan Qalbu (hati atau Nafs) dari dalam. Menghalau bibit-bibit hawa nafsu yang ada dalam diri kita
Qalbu terdiri atas 3 macam :
1. Qalbu yang sehat (Qalbun Salim)
2. Qalbu yang Sakit (Qalbun Maridh)
3. Qalbu yang Mati (Qalbun Mayyit)
Qalbu yang sehat bisa menikmati hidangan-hidangan Qalbu seperti sholat : sholat tepat waktu, menikmati bacaan-bacaan sholat yang
panjang,
Qalbu yang sakit, yakni Nafsu sering menguasai Qalbu. Nafsu menjadi pemimpin dari Hati. Contohnya Al Kibr
Apabila kita sudah memiliki Riyadhotun Nafs yang baik dan Qalbun salim, Ibadah yang kita lakukan bukan semata mengharap pahala dari Allah
SWT namun adalah Ridho Allah karena sayang dan cintanya kita kepada Allah SWT
Contoh kasus pengalaman ustadz dalam mengajak orang berjilbab, ajak wanita tersebut untuk mengenali Allah SWT (cinta yang lebih besar dan
sayang kepada Allah SWT), di banding ketakutan pada adzab dan neraka. Sehingga ibadah berasa nikmat dan ikhlas, bukan terpaksa.
Salah satu penyakit hati (Qalbun atau Nafs) adalah Al Kibr. Al Kibr memiliki akar kata yang sama dengan Akbar (Besar). Makna KIBR : Sombong
dan merasa lebih besar dari orang lain.
Zikir Qolbu harus masuk kedalam Ruh kita, agar bisa jadi penghalau Hasad, Ghodob, Riya, Ujub dan beberapa penyakit hati yang lain.
Mengobati hati yang kotor selain dengan Zikrullah juga dengan menuntut ilmu.
Topik : Riya dan Sum’ah (Pamer)
1. Zikir La Ilaha Illallah dengan melafazkan niat agar Allah SWT menggugurkan sifat Riya, Kibr dan akhlak buruk hati lainnya. Minimal 3x la ilaha
illallah dengan melafadzkan permintaan dihilangkan 3 hal ini :
Mohon ampun atas dosa Riya’
Mohon ampun atas dosa Kibir/ sombong
Mohon ampun atas penyakit hati lainnya
Selain dibaca pagi dan sore, ada baiknya memperbanyak bacaan ini saat sholat Tahajjud.
2. Zikir Qolbu : Pejamkan mati, kunci lidah, melafadzkan zikir dalam hati. Tujuan zikir qolbu menciptakan perisai dalam qalbu untuk melindungi sifat-
sifat Riya’,Kibir dll masuk dalam qolbu kita. Zikir qolbu juga menjadi pengharum akhlak kita